Anda di halaman 1dari 9

Andaikan kita menghapus seluruh objek yang berjumlah lima di dunia ini apakah bilangan 5

itu hilang
Dalam video ini kita akan membahas tentang filsafat metematika ini adalah satu topik di
dalam pemikiran filsafat yang jarang sekali disentuh dalam pendidikan filsafat di Indonesia
Ada 3 pertanyaan pokok dalam filsafat metematika
1. Apakah entitas matematis seperti bilangan itu ada secara objektif diluar diri kita
bahkan diluar dunia
2. Bagaimana kita bisa mengetahui keberadaan atau pengertian dari objek matematis
seperti itu? Ini masalah epistimologi
3. Bagaimana kita menjamin bahwa pengetahuan kita tentangnya bisa benar atau salah
secara mutlak dan bukan hanya benar atau salah karena kita menyepakatinya ini
berkaitan juga dengan semantik atau makna dari proposisi-proposisi matematis
Dalam bentuknya yang paling kuno filsafat matematika itu berkembang dalam suatu
perdebatan yang kita kenal sebagai perdebatan antara platonisme atau realisme dengan
nominalisme
Platonisme yang kemudian diartikan sama dengan realisme dalam konteks matematika ini
adalah kepercayaan bahwa bilangan itu ada sebagai objek yang berdiri objektif diluar diri kita
bahkan diluar dunia fisik ini artinya ada suatu dunia diluar yang kita lihat secara inderawi ini
yang isinya adalah bilangan pandangan ini disebut sebagai realisme karena seperti kita lihat
tadi mengasumsikan bahwa objek-objek itu semuanya itu objek matematis seperti bilangan
itu ada diluar sana sebagai bagian dari kenyataan sebagai realitas seperti itu
Sementara lawannya adalah nominalisme itu adalah pandangan yang berkembang katakanlah
cukup dominan di abad pertengahan sekitar abad ke 13 yang intinya adalah menyatakan
bahwa objek-objek matematis seperti bilangan itu hanya ada sebagai kategori yang kita
ciptakan sendiri dalam pikiran bukan sesuatu yang objektif diluar kita bahkan diluar dunia
fisik ini sebagai macam ranah misterius yang berada dibakik benda-benda
Nominalisme sendiri berasal dari kata “nomina” yang artinya menggambarkan padangan
kaum nominalisme bahwa bilangan itu hanyalah penamaan kita hanyalah kata-kata bukan
kenyataan bukan realitas. Oleh karena itu nominalisme biasa diartikan juga sebagai anti
realisme atau menolak bilangan sebagai sesuatu yang punya kenyataan sendiri
Pada era modern, sekitar abad 17 perdebatan tentang metafisika bilangan ini semakin lama
semakin kurang diminati karena orang lebih tertarik terutama menjelang akhir di abad 19 itu
membahas tentang landasan bagi pengetahuan kita tentang bilangan. Apakah itu sudah kokoh
atau belum.
Jadi di abad ke 19 itu kita melihat percabangan antara 2 pendekatan yang dipraktekkan oleh
para matematikawan sendiri. Di sati sisi ada orang seperti leopol corneker yang merasa
bahwa keseluruhan aktivitas metematika itu dibasiskan pada lakuintuitif terhadap dunia jadi
artinya kita menghadapi dunia kita membilang objek lalu dari situ kita mengabstaksikan
konsep bilangan dan seterusnya sehingga apa yang disebut sebagai bilangan itu sebetulnya
adalah hadil intuisi manusia terhadap kenyataan. Kenyataan sendiri bersifat fisik bersifat
empiris dan seterusnya tapi dari situ kemudian kita mengkrontuksi pikiran kita dalam
imajinasi mental kita konsep bilangan
Oleh karena bagi orang seperto crowneker bilangan yang kita bisa andalkan adalah bilangan
asli yaitu bilangan bulat positif 1 sampai tak terhingga itu adalah konsep bilangan yang kita
peroleh secara intuitif dari prilaku membilang objek artinya menurut crowneker semua sistem
bilangan yang lain bilangan rasional bilangan real dan seterusnya itu harus bisa direduksi ke
bilangan asli atinya kita harus menunjukkan kontruksi agar kita bisa mencapai kebilangan
rasional bilangan real itu berdasarkan bilangan asli
Kita tahu bahwa bilangan rasional itu bilangan pecahan setengah, seperlima dan seterusnya
sedangkan bilangan real itu adalah pecahan yang tidak bisa dirumuskan dalam bentuk
desimal yang berhenti sampai habis akan terus memanjang sampai tak terhingga seperti itu.
Berkebalikan dengan pendekatan yang bersifat intuitif dari leopold crowneker ini ada juga
matematikawan bernama ricard dedekin dari jerman dia melihat metode matematika itu
berdasar pada logika dia menunjukkan bahwa sebetulnya operasi matematis bisa direduksi ke
operasi logis
Operasi logis artinya aplikasi, jika X maka Y, jadi keseluruhan fungsi yang ada di
matematika penjumlahan dan segala macam itu semua bisa direduksi atau bisa diciutkan bisa
dideskripsikan ulang sebagai fungsi-fungsi logis, fungsi fungsi perakit logis seperti jika-
maka, dan, atau, dan seterusnya.
Kedua matematikawan ini crowneker dan dedekin itu membentuk satu arus dua arus
pemikiran yang sama-sama berpengaruhnya sampai awal abad ke 20 pada kubu crowneker
kita menemukan orang seperti hongry poangkare orang Prancis metematikawan yang juga
pendekatannya intuitif, kemudian kita temukan orang-orang di awal tahun abad ke 20 seperti
browwer dan seterusnya dan disisi yang sebaliknya pada sisi kubu dedekin kita menemukan
seorang matematikawan seperti geold cantor di Jerman yang juga pendekatannya cenderung
berbasis logika seperti itu
Itu adalah 2 cabang pokok pertama dari filsafat matematika di era modern. Kedua cabang ini
kemudian dikenal dengan nama intuisionisme dan logisisme. Intuisionisme ini adalah kubu
crowneker tadi yang percaya bahwa sebernaya laku matematis adalah laku yang bersifat
mental merupakan bagian dari aktivitas mental kita untuk membilang objek mengintuisikan
objek diluar kita, sedangkan logisisme dari richard dedekin dan seterusnya ini adalah
keyakinan bahwa matematika itu bisa diekspresikan lebih besar lebih elementer untuk logika
Kedua pendekatan ini saling berlawanan satu sama lain dalam arti terutama dalam perdebatan
misalnya ketakterhinggaan, menjelang akhir abad ke 19 itu geord cantor salah satu dari kubu
dedekin ini mencetuskan teori ketakterhinggaan
Geord cantor ini adalah penemu teori himpunan yang sekarang kita kenal sebagai katakanlah
dasar dari ilmu matematika bahasa umum yang dipakai untuk merumuskan segala macam
teori matematika. Geord cantor ini didalam kontek teori himpunan itu sebetulnya apa yang
dia cari itu adalah ketakterhinggaan
Kita perlu ketahui bahwa konsep ketaktehinggaan dalam pengetian matematis itu suatu hal
yang kabur. Cantor menunjukkan bahwa ketakterhinggan itu bener sesuatu yang real secara
aktual nah itu ada dalam wujud bilangan real, disinilah dia mengembangkan teorinya tentang
ketaktebilangan satu-satu bilangan real
apa yang dimaksud ketakterbilangan satu-satu bilangan real atau indenuaribility of the real itu
sebetulnya adalah argumen yang menunjukkan bahwa kalau kita mengambil keseluruhan
bilangan asli 1,2,3 dan seterusnya sampai tek teringga itu dan menggunakannya untuk
membilang satu persatu bilangan real bilangan dengan pecahan yang tidak habis
dibelakangnya itu maka kita akan kehabisan bilangan asli dan bilangan realnya masih ada
seperti itu.
jadi bilangan real itu ukurannya jauh lebih besar dari bilangan asli dalam arti tadi itu, bahwa
tidak ada korespodensi satu-satu antara bilangan asli dengan bilangan real, kalau kita
memasangkan ini satu-satu bilangan asli dengan bilangan real maka bilangan aslinya habis
terlebih dahulu dari bilangan aslinya
dalam pembuktian cantor ini terlihat bahwa dia memberikan suatu model yang berdasarkan
logika tidak berdasarkan bukti intuitif matematika dan seperti kita tahu tadi crowneker
menuntut bahwa semuanya harus bisa direduksi ke bilangan asli karena bilangan asli itu
bersumber dari lakuintuisi manusia terhadap kenyataan di sekitar
cantor tidak seperti itu, dia menunjukkan bahwa justru bilangan asli itu tidak memadai karena
bilangan real ukurannya atau cardinal initinya itu lebih besar daripada ukuran atau cardinal
initi bilangan asli seperti itu.
Paa metematikawan kemudian berdebat apakah ketakterhinggan sungguh ada atau rekaannya
cantor belaka seperti itu, selain polemik tentang ketakterhinggaan ini, abad akhir abad 19
juga ditandai oleh polemik tentang geometri
Dalam sejarah matematika di barat, sampai dengan awal abad 19, para matematikawan itu
biasa mengidentifikasikan geometri dengan geometrinya euklid, seorang matematikawan di
yunani abad ke 4 sebelum masehi.
Eukild lah yang membuat satu sistem geometri berdasarkan aksioma dan pembuktian yang
sangat ketat dan dari dialah kemudian segala macam disiplin ilmu matematika itu meniru
agar bisa melakukan pembuktian sepeti halnya yang dilakukan oleh euklid di era yunani kuno
itu
Dan dalam geometri di abad 19 itu, berkembang satu bentuk baru geometri antara lain yang
dikembangkan oleh riman dan lobajekski, saya itu satu geometri yang menyalahi postulat
atau aksioma yang ada didalam buku matematika geometrinya si eklid tadi. Contohnya
adalah sebuah konstruks segitiga dengan sudut yang jumlahnya lebih besar daripada 180
derajat, Didalam konteks geometri euklid itu tidak mungkin karena segitika adalah jumlah
sudutnya selalu 180 derajat,
Geometri euklid sebetulnya adalah geometri yang ditempatkan di atas bidang datar, dia
bekerja diatas prinsip-prinsip hanya berlaku kalau bidang yang kita asumsikan datar sehingga
segitiga jumlah sudutnya 180 derajat misalnya seperti itu, tapi kalau bidang ini kita ubah jadi
lengkung jumlah sudut itu sendiri bisa berbeda, kita bisa mengkontruksi sebuah segitiga
diatas balon yang sudutnya itu 200 derajat atau 250 derajat tergantung lengkung dari balon
itu, demikian pula kita bisa mengkontruksi segitiga didalam suatu bidang menjorok ke dalam
yang melengkung ke dalam yang membiat sudut dalam segitiga itu jumlah itu dibawah 180
derajat
Upaya para matematikawan untuk merumuskan bentuk-bentuk geometri ke dalam bidang
yang berbeda yang dibayangkan euklid itu mendorong mereka untuk menciptakan model
geometrinya sendiri berbeda dengan geometri euklid, hal ini kemudian menimbulkan
pertanyaan, lalu mana geometri yang benar dan yang salah, aoakah berarti geometri euklid
salah dan geometrinya lobajekski dan riman itu benar ataukah bagaimana dan seterusnya
Dan ini bersamaan dengan munculnya konsepsi baru ketakterhinggaan bilangan komplek dan
seterusnya yang semua itu membuat matematikawan bertanya sebetulnya apa yang menjadi
dasar praktek matematika ini? Apa yang menjamin pernyataan kita tentang matematika ini
benar dan seterusnya? Apakah bilanga-bilangan itu objek matematika itu sungguh ada dan
seterusnya ?
Muncullah semua petanyaan tentang filsafat matematika di peralihan abad ke 20 itu, akhir
abad 19 awal abad ke 20 orang seperti rachel meneruskan cita-cita dedekin dengan
membentuk suatu kontruksi dengan menunjukkan bahwa matematika itu bisa diturunkan
sepenuhnya dari logika
Rachel bersama dengan arfelnold wayhed menuis suatu buku bernama pincipia matematika
satu buku dua volume yang sangat tebal yang isinya adalah menunjukkan bahwa keseluruhan
matematika itu bisa dibangun dari logika semata, dia berangkat dari suatu asumsi bahwa
keseluruhan cabang matematika itu sebetulnya bisa diturunkan dari aritmatika yaitu cabang
matematika yang berkenaan dengan fungsi-fungsi dasar tentang bilangan, penjumlahan
perkalian pembagian dan seterusnya. Kemudian di menunjukan bahwa fungsi-fungsi
aritmatika dasar itu bisa direduksi ke logika jadi dengan kita menunjukkan rumusan logis
dengan apa yang disebut dengan fungsi penjumlahan dan kita menerapkannya untuk
mendapat bilangan-bilangan maka sebetulnya dengan itu otomatis kita mendapat seluruh
matematika dengan itu ditunjukkan bahwa logika itu bisa menurunkan matematika
Principia matematika sendiri adalah sebuah buku yang sangat kering dia terdiri dari 3 volume
terbut dari 1930 dan buku itu berisi penuh dengan rumus-rumus logika disana juga dijabarkan
bagaimana berbagai bentuk perakit dasar logika itu bisa dipakai untuk menurunkan fungsi-
fungsi aritmatika yang paling elementer, bahwa bisa untuk menurunkan hasil bahwa 1+1=2,
rachel dan wayhed butuh sekitar 300 halaman pembuktian logis, tantangngan terbesar rachel
dalam principia matematika adalah mengatasi suatu paradoks logika yang kemudian dikenal
sebagai peradoks rachel, itu yang kemudian diatasi dengan apa yang disebut dengan teori tipe
Paradoks rachel sendiri sebetulnya berawal dari surat rachel ke conlock frege pendahulu daru
pemikirannya rachel, frege sebenarnya berbicara tentang hal yang sama dengan cantor soal
himpunan tetapi pendekatannya adalah frege lebih melihatnya dari segi konstruksi dalam
pikian artinya dia berangkat dari satu aksioma yang disebut sebagai abstraction aksioma atau
comprihiensent aksium yaitu bahwa kita bisa membentuk segala macam himpunan
berdasarkan sembarang objek , jadi kita bisa memikirkan objek apa saja yang objek itu kalau
kita jadikan satu itu menjadi sebuah himpunan.
Problemnya adalah ketika prinsip abstaksi aksioma atau comperehiensi diterapkan tanpa
pandang bulu dia akan menghasilkan kontradiksi, kontradiksi itu yang disebut sebagai
paradoks rachel.
Paradoks rachel sendiri itu berbunyi andaikan sebuah himpunan yang anggotanya adalah
seluruh himpunan yang tidak beranggotakan dirinya sendiri, pertanyaan rachel apakah
himpunan besar tadi yang menghimpun itu adalah anggota dari dirinya sendiri ataupun tidak,
jadi ada kemungkinan jawaban pada pertanyaan rachel itu, kalau menghimpun semua
himpunan tadi itu tidak merupakan anggota dari dirinya sendiri maka dia merupakan anggota
dari dirinya sendiri karena anggotanya tadi itu kan, jadi dia justru karena tidak merupakan
anggota dari dia sendiri maka dia menjadi anggota dirinya sendiri dengan kata lain
kontradiktif demikian pula sebaliknya kalau di menyatakan bahwa dia merupakan anggota
dari dirinya sendiri sedangkan isinya mengatakan tidak merupakan anggota dari dirinya
sendiri itupun kontadiktif, nah bagaimana cara keluar dari paradoks seperti ini.
Rachel menjawabnya didalam principia matematika dengan teori tipe atau type teori ini
sebenarnya adalah suatu langkah untuk membatasi aksioma comperhensi atau abstaks yang
ditetapkan oleh frege tadi atinya kita tidak boleh mengkontruksi sembarang himpunan, kalau
frege tadi kan kita bisa bayangkan sembarang kumpulan objek sebagai himpunan, akhirnya
kita mengkontruksi paradoks tadi kan, oleh karena itu rachel membatasi tidak semua
himpunan yang bisa kita konstruksi kita hanya bisa mengkonstruksi satu himpunan dalam
tingkat-tingkat tertentu, jadi kalau kita bicara tentang tingkat 1 maka pernyataan tentang
tingkat 1 itu hanya mugkin dinyatakan di tingkat 2 dan pernyataan tingkat 2 itu hanya bisa
dinyatakan di tingkat 3 dan seterusnya, jadi kita tidak boleh melakukan pernyataan tentang
tingkat 1 dari tingkat 1 karena itu akan membuat kontradiksi seperti paradoks rachel tadi, itu
yang disebut dengan teori type yaitu suatu teori penjejangan objek himpunan itu
Dari kubu intusionis mereka justru melihat bahwa temuan seperti paradoks rachel itu adalah
bukti bahwa sebetulnya logika bukan menjadi dasar dari matematika karena begitu kita
masuk ke logika kita bertemu begitu banyak paradoks yang sebetulnya hanya bisa
diselesaikan kalau kita mendasarkan diri pada intuisi atas bukti yang terberi langsung pada
kesadaran bukti intuitif misalnya objek yang ada didepan kita yang kita hitung 1,2,3 dan
seterusnya selama kita berpangkal pada level intuisi seperti itu maka kita tidak pernah bisa
bertemu dengan paradoks yang aneh-aneh tadi itu menurut orang-orang atau kaum intusionis
tadi.
Oleh karena itu juga kaum intusionis menolak satu prinsip logika yang biasa dipakai oleh
para logikawan standar termasuk rachel yaitu asas penyisihan jalan ke 3, ini biasa disebut
sebagai tertium nondatur jadi menyisihkan diantar benar dan salah, menghapuskan pilihan
antara benar dan salah. Dalam logika klasik yang digunakan oleh rachel, frege, dedekin dan
semua logikawan modern, asas itu berlaku jadi bahwa hanya ada 2 nilai yaitu benar dan salah
Diawal abad ke 20 kaum intisionis seperti misalnya brower menyatakan bahwa asas itu tidak
berlaku karena sebetulnya itulah yang menjadi dasar munculnya berbagai macam paradoks,
menurut brower kita harus menambahkan satu nilai diluar benar dan salah, nilai itu adalah
tidak benar dan tidak salah, jadi ada 3 pilihan suatu proposisi bisa benar bisa salah tapi suatu
prosisi itu bisa tidak benar dan tidak salah atau tidak terdefinisikan katakanlah seperti itu,
inilah yang harusnya dipakai untuk mengevaluasi kontadiksi seperti misalnya paradoks rachel
tadi jadi dengan menganggapnya sebagai proposisi yang tidak benar dan tidak salah, nah
artinya dengan model seperti ini sebetulnya brower itu mempertanyakan asumsi bahwa kalau
kita membuktikan ingkaran dari suatu pernyataan bahwa kita sebetulnya sudah membuktikan
kesalahan dari pernyataan itu artinya dalam matematika biasa dilakukan kalau kita tidak bisa
membuktikan proposisi P kita membuktikan bahwa ingkarannya atau negasi dari proposisi P
itu salah, jadi kalau kita menunjukkan negasi dari proposisi P itu salah maka proposisi P itu
sendiri benar, model pembuktian seperti ini hanya dimungkinkan kalau kita menerima asas
penyisihan jalan ketiga yang membuat kita bisa melakukan penghapusan negasi ganda seperti
dalam aritmatika minus sama minus kita hilangkan menjadi positif seperti itu, nah dalam
logika itu diterapkan dengan satu asumsi tentang asas penyisihan jalan ketiga tadi bahwa
tidak ada nilai ketiga diluar benar dan salah kalau sesuatu itu tidak salah maka sesuatu itu
dengan sendirinya benar. Pembuktian seperti ini ditolak oleh brower dan kaum intusionis
kalau kita mau membuktikan kebenaran sesuatu kita konstruksi pembuktian yang betul-betul
membuktikannya bukan ingkaran dari sebaliknya
Filsafat intusionisme biasanya juga dikenal sebagai konstruksifisme persis karena alasan in,
konstruksifisme karena pembuktian yang mereka tuntut dalam pembuktian positif, kita harus
bisa mengkonstruksi satu prosedur untuk memperoleh objek yang kita maksud yang mau kia
buktikan keberadaannya, jadi kita tidak cukup hanya membuktikan bahwa kalau objek itu
tidak ada maka dunia ini tidak masuk akal ada sesuatu yang tidak masuk akal dan seterusnya,
kita harus bisa menunjukkan langkah-langkah sehingga objek itu ada itu yang disebut sebagai
bukti konstruktif hal ini sangat ditekankan oleh kaum intusionis seperti brower, arenhyting di
abad ke 20 dan seterusnya
Ditengah-tengah perdebatan antara kaum logisis dan kaum intusionis itu muncul satu tendesi
baru yang disebut dengan kaum formalis ini diinisiasi oleh matematikawan besar abad ke 20
yang bernama David Hilbert, david hilbert ini juga dianggap sebagai matematikawan yang
ahli dalam seluruh cabang matematika, ia bisa memecahkan berbagai macam isu dalam
geometri, number teori dan seterusnya, dan bahkan dalam logika matematika yang nanti
kemudian menjadi ilmu komputer atau computesional logic seperti itu
Konstribusi hilbert yang terbesar adalah dalam konteks filsafat matematika ini adalah dia
menunjukkan bahwa apa yang penting dalam matematika itu adalah konstruksi form atas
bukti yang sifatnya fined artinya kita harus bisa membuktikan apapun proposisi yang mau
kita buuktikan dalam matematika itu dalam langkah-langkah yang terhingga dan se-sedikit
mungkin jadi se-ekonomis mungkin jadi dia mengawali suatu disiplin dalam kajian logika
matematis yang kemudian disebut sebagai provteori atau teori bukti, itu adalah kajian tentang
sejauh mana sesuatu rangkaian argumen dalam matematika itu bisa dianggap sebagai bukti
dari suaut proposisi atau bukan
David hilbet ini sangat berpengaruh sekali di era awal abad ke 20 itu, dia dianggap sebagai
dewanya para matematikawan setelah gauss di abad ke 18 itu dan si hilbert ini kemudian
mencetuskan program atau agenda riset sebagai matematikawan dalam bentuk sejumlah
problem yang tidak terpecahkan dalam matematika yang dia tawarkan sebagai tantangan
untuk para matematikawan masa depan seperti itu, dia membuat belasan sampai 20 problem
sebagian dari problem-problem itu sampai hari ini tida bisa dipecahkan
Salah satu dari problem hilbert itu yang sampai sekarang tidak terpecahkan adalah
pembuktian bahwa sistem formal aritmatika itu adalah sesuatu yang komplit, lengkap
sekaligus konsisten, nah sampai sekarang orang masih berdebat apakah ada sistem formal
aritmatika yang bisa dibuktikan dia bersifat konsisten artinya tidak ada kontradiksi
didalamnya dan dia bersifat lengkap artinya dia bisa menurunkan segala macam yang dapat
diturunkan secara benar didalam sistem tersebut, ini salah satu dari problem hilbert yang
kemudian kalau kita melihat secara keseluruhan pada sekitar tahun 2000 beberapa diambil
alih dan dirumuskan ulang menjadi apa yang disebut sebagai milenium problem yang ada
hadiah ada berjuta-juta dollar untuk memecahkan salah satu dari problem-problem itu , itu
menjadi tantangan para matematikawan sampai hari ini, itu sudah hampir pasti jaminan
bahwa orang yang bisa memecahkan itu tentulah akan mendapat field medal penghargaan
semacam nobel prizenya untuk para matematikawan yang jauh lebih prestisius dari pada
nobel prize sebetulnya karena hanya diberikan untuk matematikawan diusia tertentu tidak
sampai usia 40 beigut udah lewat usia itu tidak akan mendapatkan field medal ini
Salah satu agenda terbesar dalam pemikiran hilbert dalam konteks formalisme nya adalah
untuk merumuskan satu teori bukti yang bisa memecahkan pembuktian segala macam dalam
matematika, jadi suatu algoritma yang bisa membuktikan segala macam proposisi seperti itu
karena dia percaya sebetulnya bahwa matematika pada dasarnya adalah manupulasi simbol
jadi yang kita perlukan adalah suatu kerangka untuk bisa memanipulasi simbol secara lebih
efektif itulah kenapa disebut sebagai formalisme persis karena itu, jadi dia mengibaratkan
atau tradisi kaum formalis itu mengibaratkan praktek matematika itu seperti orang main catur
kita tidak perlu tau tentang apakah catur ada di dunia setelah kita meninggal atau dia ada di
suatu dunia dibalik kenyataan empiris ini tapi yang jelas bahwa catur itu begerak dengan
aturan tertentu, aturan itulah yang kita jadikan pegangan
Sebelum meninggalnya di akhir tahun 30 an dia si halbert ini sempet memberikan satu pidato
di radio wawancara di radio dimana dia memberikan uraian bahwa dia percaya seluruh
problem matematika itu akan bisa dipecahkan oleh umat manusia karena dengan
menggunakan metode pembuktian yang semakin canggih dan semua itu akan selesai.
Beberapa bulan setelah pidato atau wawancara di radio itu muncul terbit suatu artikel di
jurnal matematika di Jerman oleh seorang bernama Curt Godel.
Curt godel ini membuktika dalam artikelnya yang pendek itu bahwa tidak ada sistem formal
aritmatika sistem formal yang mendasari seluruh bangunan aritmatika itu yang bisa bekerja
secara konsisten dan lengkap, nah dengan itu si godel ini menunjukkan bahwa sistem formal
apapun itu sifatnya selalu tidak lengkap kalau dia sifatnya lengkap maka di sifatnya tidak
ajeds seperti itu, jadi tidak bisa sekaligus lengkap dan ajeds seperti itu
Golden sendiri adalah seorang platonis sebetulnya dia percaya bahwa bilangan itu betul-betul
ada didunia secara objektif dibelakang kenyataan empiris ini dan dia menolak formalisme
hilbert karena alasan itu, jadi artinya tidak semua yang benar secara matematis itu bisa
diungkapkan oleh manusia itu jadi cara manusia menggunakan metode pembuktian hilbert itu
tidak akan pernah bisa sampai kepada ungkapan yang lengkap tentang keseluruhan entitas
matematika jadi kenyataan itu matematis itu betul-betul ada diluar sana dan bukan hanya
konstruksi pikiran yang diurunkan dari aturan aturan yang kita sepakati seperti halnya catur,
jadi teori yang diturunkan oleh golden dalam artikel pendeknya disebut dengan teori
ketaklengkapan ada 2 teorima disana dan itu sebenarnya bukan hanya membuktikan bahwa
tidak ada sistem formal yang mendasari aritmatika secara lengkap tetapi di sekaligus
mengkritik terhadap formalisisme dari sudut pandang seorang realis seperti golden
Ketika kita melihat perkembangan filsafat metematika di kemudian hari artinya periode 80-an
sampai dengan hari ini 2020 kita melihat begitu banya variasinya, salah satunya juga
mengembangkan realisme model godel ini tapi bukan lagi realisme terhadap bilangan seperti
yang godel percayai dan juga plato tetapi realisme terhadap struktur matematis, realisme jenis
ini disebutnya realisme struktural orangnya seperti steward capiro tahun 1999 atau 98 dia
menulis buku filosofis of matematis disana dia memperkenalkan realisme struktural ini, dia
mau menunjukkan bahwa bilangan itu sendiri sebetulnya bisa ada bisa tidak tapi semua itu
tergantung pada struktur matematisnya, yang dimaksud dengan struktur matematis ini adalah
sebetulnya ini kaitannya denagan model teori salah satu bahan dalam logika matematis yang
lumayan abstrak tapi intinya adalah bahwa struktur itu adalah suatu interpretasi tentang
kenyataan matematis yang hanya dalam interretasi itulah objek objek tertantu ada, jadi
misalnya bilangan 1,2,3,4,5 itu ada didalam struktur bilangan asli seperti itu
Struktur bilangan asli itu sendiri merupakan bagian dari struktur bilangan yang lebih besar
lagi dan seterusnya bilangan rasional, bilangan real, dan seterusnya, jadi yang ada itu bukan
bilangan secara individual 1,2,3, dan setersnya tapi yang ada sebetulnya struktur itu dibentuk
oleh interpretasi terhadap suatu semesta yang logis dimana disana ada bilangan yang
dihasilkan lewat fungsi fungsi tertentu misalnya penjumlahan dan seterusnya, jadi struktur ini
yang sebetulnya dibicarakan ketika kita bicara tentang realisme dalam kontek pemikiran
realisme struktural seperti capiro tadi
Tetapi ada juga posisi yang bertentangan dengan itu oang seperti hardivil itu berprosisi
bahwa semua itu fiksi, matematika itu hanyalah fiksi dalam upaya untuk menunjukkan corak
fiksiona matematikanya dia mengembangkan suatu sistem bilangan sendiri, dia tidak
memakai bilangan bilangan jadi dia menolak segala macam bilangan itu dan dia gantikan itu
dengan sistem suatu abtaksi tentang titik didalam koordinat alam semesta jadi bilangan itu
bisa dihilangkan dengan menggantinya dengan konsep titik dan kita bisa mengoperasikan hal
hal yang seupa dengan hal yang biasa kita lakukan dalam matematika pejumlahan perkalian
dst. Jadi bilangan itu sendiri tidak niscaya jadi dia bisa digantikan perannya ini adalah satu
usaha dari pemikiran fiksionalisme yang dikembangkan oleh hardivil itu
Ini adalah contoh bagaimana filsafat matematika berkembang dengan begitu luas. Para
pendiri atau aliran awal dalam filsafat matematika tetap ada logisisme sekarang berkembang
menjadi neologisisme yang mau berusaha mereduksi matematika ke logika kemudian ada
juga yang berusaha mereduksi matematika pada lakuintuitif dst. Dan satu perkembangan
tebaru yang dari 5 tahun belakangan ini dan ini termasuk perkembangan terbesar dalam
filsafat matematika itu adalah usaha untuk mengkonstruksi suatu model pendasaran
matematis atau keseluruhan bangunan ilmu matematika itu pada apa yang disebut sebagai
homotopitype teori, ini dianggap sebagai satu univalent fondasion of matematic jadi suatu
pondasi matematika yang sifatnya lebih komperhensif dari pada teori himpunan yang dulunya
dicoba di era cantor teori himpunan kemudian diterapkan oleh russel dan para pengikutnya
sebagai dasar dari matematika kemudian kelihatan banyak paradoks disana banyak
keterbatasan dari penerpan teori himpunan sebagai pendasaran matematika kemudian di
tahun 70-an berkembang teori kategori yang punya klaim bisa mendasari matematika secara
lebih umum lebih universal daripada teori himpunan, teori kategori sendiri berkembang
antara lain dengan orang seperti alexander grotendic dari prancis kemudian ada willem lover
dst. Yang kemudian mengembangkan teori kategori sering kali diejek sebagai omong kosong
yang abstrak yang kemudian menjadi dasar satu inspirasi yang membangun homototitype itu
sendiri yang sekarang ini merupakan projek yang paling fybel paling masuk akal untuk
menjadi dasar dari keseluruhan praktek matematika
Homototitype sendiri dikembangkan oleh seorang field medalis orang yang menang namanya
fladimir dia sudah meniggal sekarang dan itu dikembangkan dengan satu grub dari para
profesor dan mahasiswa, sekitar 40 orang bersma-sama mengembangkan projek itu dan ini
adalah suatu proyek yang sangat menarik karena sebetulnya dia memadukan logisisme russel
dengan intusionisme dan juga sebagian dari hilbert formalisme jadi dia dari russel mangambil
type teorinya dari intusionisme dia mengambil bukti konstruktif jadi penekanan kepada
pembuktian konstruktif tidak mengandal asas jalan penyisihan jalan ke 3 dst. Itulah yang
kemudian menjadi dasar usaha pendasaran paling baru terhadap keseluruhan bangunan
matematika yang ada di hari ini

Anda mungkin juga menyukai