Beberapa filsuf telah memikirkan tentang bilangan dari berbagai sudut pandang tentang makna dan
peran bilangan dalam pemikiran manusia, mulai dari konsepsi spiritual hingga analitis dan logis.
Beberapa di antaranya diungkapkan oleh Pythagoras, Plato, Aristoteles, Descartes, Leibniz, Kant, dan
Bertrand Russell.
a. Bilangan menurut Pythagoras
Pythagoras adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani yang lahir pada tahun 571 SM.
Sebagai filsuf ia mengajarkan kedamaian dan transmigrasi jiwa (reinkarnasi), berbudi luhur,
berperilaku manusiawi terhadap semua makhluk hidup. Pula ia mengenalkan konsep "bilangan"
sebagai kebenaran dalam matematika yang mana secara filosofis tidak hanya menjernihkan pikiran
tetapi memungkinkan pemahaman objektif tentang realitas. Bagi Pythagoras, bilangan bukan
hanya sekadar alat untuk mengukur atau menghitung, tetapi memiliki makna yang lebih dalam
dalam konteks kehidupan dan alam semesta.
Pandangan Pythagoras tentang bilangan dapat disimpulkan dalam beberapa poin utama:
1. Harmoni Alam
Pythagoras percaya bahwa bilangan adalah kunci untuk memahami harmoni dalam alam
semesta. Baginya, hubungan antara bilangan memiliki konsekuensi spiritual dan kosmik yang
mendalam.
2. Teorema Pythagoras
Salah satu kontribusi paling terkenal dari Pythagoras adalah Teorema Pythagoras, yang
menyatakan bahwa dalam segitiga siku-siku, kuadrat panjang sisi miring sama dengan jumlah
kuadrat panjang sisi-sisi yang lain. Teorema ini menghubungkan konsep geometris dengan
konsep bilangan secara langsung.
3. Musik Sfera
Pythagoras juga memperkenalkan konsep musik sfera, yang mengaitkan bilangan dengan
harmoni musik dan gerakan benda langit. Dia percaya bahwa gerakan benda-benda langit
dapat diungkapkan melalui bilangan dan proporsi yang harmonis.
4. Tetraktys
Konsep penting lainnya dalam pemikiran Pythagoras adalah tetraktys, sebuah segitiga
berjumlah sepuluh yang terdiri dari empat deretan bilangan (1, 2, 3, dan 4). Tetraktys dianggap
sebagai simbol yang penuh makna dan mengandung esensi matematika dan kosmik.
Dengan demikian, bagi Pythagoras, bilangan bukan hanya alat matematika biasa, tetapi juga
representasi dari harmoni dan struktur dasar alam semesta. Pandangannya yang mendalam tentang
bilangan telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan matematika, fisika, dan
filsafat.
Sumber: https://plato2051.tripod.com/plato.htm
Tabel Platonis diformat ulang oleh Nicomachus dari Gerasa (60-120 M) sebagai susunan yang
lebih nyaman untuk ditulis. Tabel berikut ini berupa bagian segitiga atas dari suatu persegi
panjang. Tabel ini dikembangkan hingga sembilan kolom angka, tetapi dapat diperluas tanpa batas
waktu dalam perkembangan geometri lanjutan. Tujuh level pertama disorot dengan warna merah.
Perlu diperhatikan bahwa, pada level ketujuh ini, ada total 1+2+3+4+5+6+7 = 28 bilangan platonis
seluruhnya. Nicomachus menganggap angka 28, bersama dengan 6, 496 dan 8128, sebagai empat
angka pertama dari apa yang disebut Bilangan Sempurna atau Perfect Numbers.
Sumber: https://plato2051.tripod.com/plato.htm
Bilangan Descartes
Dalam teori bilangan , bilangan Descartes adalah bilangan ganjil yang akan menjadi bilangan
ganjil sempurna jika salah satu faktor kompositnya adalah bilangan prima. Namanya diambil dari
René Descartes yang mengamati bahwa bilangan D = 32 ⋅72 ⋅112 ⋅132 ⋅22021 = (3⋅1001)2 ⋅ (22 ⋅
1001−1) = 198585576189 adalah bilangan ganjil sempurna hanya jika 22021 merupakan bilangan
prima.
Jika 22021 adalah bilangan prima, maka:
dimana kita mengabaikan fakta bahwa 22021 adalah bilangan komposit (22021 = 192 ⋅ 61).
Bilangan Descartes didefinisikan sebagai bilangan ganjil n = m ⋅ p dengan m dan p koprima dan
2n = σ(m) ⋅ (p + 1), sehingga p dianggap sebagai bilangan prima 'palsu'. Contoh yang diberikan
adalah satu-satunya yang diketahui saat ini. Jika m adalah bilangan ganjil hampir sempurna, yaitu,
σ( m ) = 2m − 1 dan 2m − 1 dianggap sebagai bilangan prima 'palsu', maka n = m ⋅ (2m − 1)
adalah bilangan Descartes, karena σ( n ) = σ(m ⋅ (2m − 1)) = σ(m) ⋅ 2m = (2m − 1) ⋅ 2m = 2n .
Jika 2m − 1 adalah bilangan prima, maka n adalah bilangan ganjil sempurna.
Sumber: https://algorit.ma/blog/data-science/wilhelm-leibniz-penemu-sistem-bilangan-biner-kalkulus/
Kalkulus
Di sekitar tahun yang sama, Leibniz mulai mengembangkan teori diferensial dan integral kalkulus
dan berhasil menerbitkan makalahnya pada tahun 1684. Beberapa kontroversi yang panas muncul
ketika hal ini terjadi. Beberapa sejarawan berkata bahwa Leibniz menyontek Sir Isaac Newton,
yang dinyatakan sebagai penemu kalkulus bahkan sebelum Leibniz mulai mengerjakannya, dan
sebaliknya. Debat ini berjalan sehingga kedua member kerajaan memutuskan untuk memberi
kredit kepada kedua rival ini: (1) Penghargaan penemuan kalkulus pertama kepada Newton (2)
Penghargaan penerbit kalkulus pertama kepada Leibniz. Meskipun judul bapak dari kalkulus diberi
kepada Newton, kita pun sekarang memakai notasi yang ditulis oleh Leibniz seperti dy/dx untuk
diferensial dan notasi berbentuk “S” untuk integral.
Sumber: https://algorit.ma/blog/data-science/wilhelm-leibniz-penemu-sistem-bilangan-biner-kalkulus/
Matriks
Selain kalkulus, Leibniz telah membangkitkan kembali metode mengatur persamaaan linier
menjadi sebuah array yang sekarang dipanggil “Matrix”. Metode ini sebelumnya sudah dirintis
oleh matematikawan yang berasal dari Cina bertahun-tahun yang lalu tetapi sudah lama tidak
digunakan.
Dengan demikian, pandangan Kant tentang bilangan menggambarkan peran pentingnya dalam
konstruksi pemikiran manusia tentang dunia, terutama dalam konteks matematika dan pengalaman
empiris. Baginya, bilangan adalah konsep yang diperlukan untuk memahami realitas, tetapi juga
terkait erat dengan struktur pikiran manusia yang mendasari pengalaman kita.
g. Bilangan menurut Bertrand Russell
Bertrand Russell, seorang filsuf, logikawan, dan matematikawan Inggris abad ke-20, memiliki
pandangan yang sangat penting tentang bilangan, terutama dalam konteks logika dan fondasi
matematika. Berikut adalah beberapa poin tentang pandangan Russell tentang bilangan:
1. Teori Tipe
Salah satu kontribusi utama Russell dalam matematika adalah pengembangan teori tipe, yang
merupakan pendekatan untuk mengatasi paradoks yang muncul dalam teori himpunan dan
logika. Dalam teori ini, Russell membatasi pembentukan himpunan yang mengandung dirinya
sendiri, yang mengarah pada pengelompokan objek-objek matematika ke dalam tipe-tipe
hierarkis.
2. Pemikiran Logika
Russell memandang bilangan dalam konteks logika matematika, di mana mereka adalah objek
formal yang dapat dimanipulasi menggunakan aturan-aturan tertentu. Baginya, bilangan adalah
konsep abstrak yang mendasari operasi-operasi logis dalam matematika, seperti penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian.
3. Fondasi Matematika
Russell sangat tertarik pada fondasi matematika dan upaya untuk menyusun matematika pada
dasar yang kokoh dan konsisten. Dia berkontribusi pada pengembangan logika matematika,
termasuk prinsip-prinsip dasar dalam teori himpunan dan teori tipe, yang membantu
memperkuat fondasi matematika.
4. Analisis Filosofis
Russell juga mempertimbangkan makna filosofis dari bilangan, terutama dalam konteks
pemahaman tentang realitas dan pengalaman manusia. Dia menganggap matematika sebagai
bahasa yang sangat penting dalam memahami alam semesta dan menyusun pengetahuan
manusia tentang dunia.
Dengan demikian, pandangan Russell tentang bilangan mencerminkan perannya yang penting
dalam logika matematika, fondasi matematika, dan analisis filosofis. Bagi Russell, bilangan bukan
hanya alat matematika konvensional, tetapi juga objek formal yang mendasari operasi logis dalam
matematika dan berperan dalam pembentukan pengetahuan manusia tentang dunia.
Sources:
https://plato2051.tripod.com/plato.htm (Platonic Numbers and The Octave as Described in The
Timaeus).
https://en.wikipedia.org/wiki/Descartes_number (Descartes Number).
https://algorit.ma/blog/data-science/wilhelm-leibniz-penemu-sistem-bilangan-biner-kalkulus/
Wahyu Kwan (Gottfried Wilhelm Leibniz).