Anda di halaman 1dari 14

Pendahuluan

Matematika diskrit adalah cabang matematika yang mengkaji objek-objek diskrit.


Apa yang dimaksud dengan kata diskrit itu? Sesuatu Benda disebut diskrit jika ia terdiri dari
sejumlah berhingga elemen yang berbeda atau elemen - elemen yang tidak
berkesinambungan. Himpunan bilangan bulat (integer) dipandang sebagai objek diskrit.
Lawan kata diskrit adalah kontinyu atau menerus. Himpunan bilangan riil (real) adalah suatu
objek kontinu. Di dalam matematika kita mengenal fungsi diskrit dan fungsi kontinu. Fungsi
diskrit digambarkan sebagai sekumpulan titik-titik, sedangkan fungsi kontinu digambarkan
sebagai kurva.
Dalam dekade terakhir ini. Salah satu alasan yang menyebabkan perkembangan
pesat itu adalah karena komputer digital bekerja secara diskrit. Informasi yang disimpan,
diolah dan dimanipulasi oleh komputer adalah dalam bentuk diskrit. Materi yang ada dalam
matematika diskrit adalah materi yang khas informatika, sehingga terkadang matematika
diskrit ini disebut juga matematika informatika. Salah satu materi di dalam matematika
diskrit ini adalah teori bilangan bulat. Sesuai dengan namanya, teori bilangan bulat sangat
erat hubungannya dengan bilangan bulat. Bilangan bulat itu sendiri adalah bilangan yang
tidak mempunya pecahan desimal, misalnya adalah 2, 43, 566, -64, 0 dan sebagainnya. Teori
bilangan bulat dalam matematika diskrit memberikan penekanan dengan sifat pembagian.

Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan untuk mengingat jumlah, namun dalam
perkembangannya setelah para pakar matematika menambahkan perbendaharaan simbol
dan kata-kata yang tepat untuk mendefenisikan bilangan maka matematika menjadi hal
yang sangat penting bagi kehidupan dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan
keseharian kita akan selalu bertemu dengan yang namanya bilangan, karena bilangan selalu
dibutuhkan baik dalam teknologi, sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi dan
hiburan serta banyak aspek kehidupan lainnya.
Bilangan dahulunya digunakan sebagai symbol untuk menggantikan suatu benda misalnya
kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk
menggambarkan bilangan dalam bentuk symbol.

(Munir, Rinaldi. (2009). Matematika Diskrit Edisi Ketiga.Bandung:Informatika. )

Seiring dengan semakin berkembangnya berbagai aspek dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka para ilmuwan telah memulai pengembangan aplikasi suatu disiplin
ilmu, agar tercipta suatu kemudahan dalam menyelesaikan suatu masalah dan
aplikasinya dapat membantu manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari.
Sebagai contoh dalam hal ini yaitu agar terjadi kemudahan dalam pengidentifikasian suatu
buku, di zaman yang serba teknologi seperti ini dibutuhkanlah berbagai kemudahan
dalam segala aspek kehidupan, para ilmuwan tentunya mencari solusi yang terbaik untuk
melakukan hal tersebut. Oleh karena itu diaplikasikanlah suatu fungsi yang dapat
digunakan dalam penomoran untuk pengidentifikasian suatu buku yang kita kenal
dengan ISBN. Mulanya disebut Standard Book Numbering atau SBN yang digunakan
hingga tahun 1974. Sistem ini diadopsi sebagai standar internasional ISO2108 tahun
1970. ISBN diperuntukkan khusus bagi penerbitan buku non seri,yaitu buku selain dari
majalah, warta ,Koran, dan lain sebagainya. Nomor ISBN hanya bisa dipergunakan
sebagaimana diatur oleh sebuah lembaga internasional yang berkedudukan di Berlin,
Jerman. Untuk memperolehnya bisa menghubungi perwakilan lembaga ISBN di tiap
negara yang telah ditunjuk oleh lembaga internasional ISBN. Perwakilan lembaga
internasional ISBN di Indonesia adalah Perpustakaan Nasional yang beralamat di Jalan
Salemba, Jakarta. Nomor ISBN dapat diperoleh dengan menghubungi Perpustakaan
Nasional.( https://zoneofmath.wordpress.com/teori-bilangan/)

MATERI

Sejarah Teori Bilangan


Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan
yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan
hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud
menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide
pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana
dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.

Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda
pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis
hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta . Selain
itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara “sementara”
dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori
berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan
penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.

( http://www.honeylizious.com/2011/04/13-menjadi-pengurusisbn.html 2 April 2015, 19.25


WIB )

Dalam ilmu pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran
yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan,
dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis
yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun teori untuk menjelaskan,
meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu (misalnya, benda-benda mati, kejadian-
kejadian di alam, atau tingkah laku hewan). Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model
atas kenyataan (misalnya : apabila kucing mengeong berarti minta makan). Sebuah teori
membentuk generalisasi atas banyak pengamatan dan terdiri atas kumpulan ide yang koheren
dan saling berkaitan. Istilah teoritis dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang
diramalkan oleh suatu teori namun belum pernah terpengamatan. Sebagai contoh, sampai
dengan akhir-akhir ini, lubang hitam dikategorikan sebagai teoritis karena diramalkan
menurut teori relativitas umum tetapi belum pernah teramati di alam. Terdapat miskonsepsi
yang menyatakan apabila sebuah teori ilmiah telah mendapatkan cukup bukti dan telah teruji
oleh para peneliti lain tingkatannya akan menjadi hukum ilmiah. Hal ini tidaklah benar
karena definisi hukum ilmiah dan teori ilmiah itu berbeda. Teori akan tetap menjadi teori, dan
hukum akan tetap menjadi hukum.

(http://www.honeylizious.com/2011/04/13-menjadi-pengurusisbn.html 2 April 2015, 19.25


WIB)

Pengertian teori bilangan

 Secara tradisional, teori bilangan adalah cabang dari matematika murni yang
mempelajari sifat-sifat bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka
yang dapat mudah mengerti sekalipun bukan oleh ahli matematika.Dalam teori
bilangan dasar, bilangan bulat dipelajari tanpa menggunakan teknik dari area
matematika lainnya. Pertanyaan tentang sifat dapat dibagi, algoritma Euklidean untuk
menghitung faktor persekutuan terbesar, faktorisasi bilangan bulat dalam bilangan
prima, penelitian tentang bilangan sempurna dan kongruensi dipelajari di
sini.Pernyataan dasarnya adalah teorema kecil Fermat dan teorema Euler. Juga
teorema sisa Tiongkok dan hukum keresiprokalan kuadrat. Sifat dari fungsi
multiplikatif seperti fungsi Möbius dan fungsi phi Euler juga dipelajari. Demikian
pula barisan bilangan bulat seperti faktorial dan bilangan Fibonacci.Bilangan adalah
suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Simbol
ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai
angka atau lambang bilangan. Dalam matematika, konsep bilangan selama bertahun-
tahun lamanya telah diperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan negatif, bilangan
rasional, bilangan irasional, dan bilangan kompleks. (Munir, Rinaldi. (2009).
Matematika Diskrit Edisi Ketiga.Bandung:Informatika. )

Sejarah Bilangan (Teori Bilangan)

Berikut ini akan dijelaskan mengenai sejarah dan perkembangan bilangan (teori bilangan)
dari jaman dahulu sampai yang dipergunakan sekarang ini.

a. Sejarah Matematika Purbakala


Pada mulanya di zaman purbakala banyak bangsa-bangsa yang bermukim sepanjang
sungai-sungai besar. Bangsa Mesir sepanjang sungai Nil di Afrika, bangsa Babilonia
sepanjang sungai Tigris dan Eufrat, bangsa Hindu sepanjang sungai Indus dan
Gangga, bangsa Cina sepanjang sungai Huang Ho dan Yang Tze. Bangsa-bangsa itu
memerlukan keterampilan untuk mengendalikan banjir, mengeringkan rawa-rawa,
membuat irigasi untuk mengolah tanah sepanjang sungai menjadi daerah pertanian
untuk itu diperlukan pengetahuan praktis, yaitu pengetahuan teknik dan matematika
bersama-sama.
Sejarah menunjukkan bahwa permulaan Matematika berasal dari bangsa yang
bermukim sepanjang aliran sungai tersebut. Mereka memerlukan perhitungan,
penanggalan yang bisa dipakai sesuai dengan perubahan musim. Diperlukan alat-alat
pengukur untuk mengukur persil-persil tanah yang dimiliki. Peningkatan peradaban
memerlukan cara menilai kegiatan perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak.
Untuk keperluan praktis itu diperlukan bilangan-bilangan.
Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan untuk mengingat jumlah, namun dalam
perkembangannya himpunanelah para pakar matematika menambahkan
perbendaharaan simbol dan kata-kata yang tepat untuk mendefenisikan bilangan maka
matematika menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan dan tak bisa kita
pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian kita akan selalu bertemu dengan yang
namanya bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, sains,
ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi dan hiburan serta banyak aspek
kehidupan lainnya.
Bilangan dahulunya digunakan sebagai symbol untuk menggantikan suatu benda
misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara
tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada abad ke-X ditemukanlah manuskrip Spanyol
yang memuat penulisan simbol bilangan oleh bangsa Hindu-Arab Kuno dan cara
penulisan inilah yang menjadi cikal bakal penulisan simbol bilangan yang kita pakai
hingga saat ini.
(https://matematikaoye.wordpress.com/sejarah-teori-bilangan-3/)

b. Perkembangan Teori Bilangan

1) Teori Bilangan Pada suku Babilonia


Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa
Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik.
Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat
untuk belajar. Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu dengan
Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani. Kemudian di
bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat
penting pengkajian Matematika Islam.
Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika
Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an.
Lempengan ditulis dalam tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam
tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya rumahan.
Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun peradaban
kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun 3000
SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada
lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian.
Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.
Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai
1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan
perhitungan bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu
juga meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan
kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai
lima tempat desimal.
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Dari
sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam,
dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada
busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang Mesir,
Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana
angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di
dalam sistem desimal.

(https://matematikaoye.wordpress.com/sejarah-teori-bilangan-3/)

2) Teori Bilangan Pada Suku Bangsa Mesir Kuno


Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir. Sejak
peradaban helenistik matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan Babilonia
yang membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut di
bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa Arab menjadi
bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.
Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-kadang
disebut juga “Lembaran Ahmes” berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari tahun
1650 SM tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari
Kerajaan Tengah yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi
pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara
perkalian, pembagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi
pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata
aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan Eratosthenes dan
teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6). Lembaran itu juga berisi cara menyelesaikan
persamaan linear orde satu juga barisan aritmetika dan geometri.
Naskah matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa, juga dari zaman
Kerajaan Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 SM. Naskah ini berisikan soal kata atau soal
cerita, yang barangkali ditujukan sebagai hiburan.

(https://matematikaoye.wordpress.com/sejarah-teori-bilangan-3/)

3) Teori Bilangan Pada Suku Bangsa India

Sulba Sutras (kira-kira 800–500 SM) merupakan tulisan-tulisan geometri yang menggunakan
bilangan irasional, bilangan prima, aturan tiga dan akar kubik; menghitung akar kuadrat dari
2 sampai sebagian dari seratus ribuan; memberikan metode konstruksi lingkaran yang
luasnya menghampiri persegi yang diberikan, menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat;
mengembangkan tripel Pythagoras secara aljabar, dan memberikan pernyataan dan bukti
numerik untuk teorema Pythagoras.
Kira-kira abad ke-5 SM merumuskan aturan-aturan tata bahasa Sanskerta menggunakan
notasi yang sama dengan notasi matematika modern, dan menggunakan aturan-aturan meta,
transformasi, dan rekursi. Pingala (kira-kira abad ke-3 sampai abad pertama SM) di dalam
risalah prosodynya menggunakan alat yang bersesuaian dengan sistem bilangan biner.
Pembahasannya tentang kombinatorika bersesuaian dengan versi dasar dari teorema
binomial. Karya Pingala juga berisi gagasan dasar tentang bilangan Fibonacci.
Pada sekitar abad ke 6 SM, kelompok Pythagoras mengembangkan sifat-sifat bilangan
lengkap (perfect number), bilangan bersekawan (amicable number), bilangan prima (prime
number), bilangan segitiga (triangular number), bilangan bujur sangkar (square number),
bilangan segilima (pentagonal number) serta bilangan-bilangan segibanyak (figurate
numbers) yang lain. Salah satu sifat bilangan segitiga yang terkenal sampai sekarang disebut
triple Pythagoras, yaitu : a.a + b.b = c.c yang ditemukannya melalui perhitungan luas daerah
bujur sangkar yang sisi-sisinya merupakan sisi-sisi dari segitiga siku-siku dengan sisi miring
(hypotenosa) adalah c, dan sisi yang lain adalah a dan b. Hasil kajian yang lain yang sangat
popular sampai sekarang adalah pembedaan bilangan prima dan bilangan komposit.
Bilangan prima adalah bilangan bulat positif lebih dari satu yang tidak memiliki Faktor
positif kecuali 1 dan bilangan itu sendiri. Bilangan positif selain satu dan selain bilangan
prima disebut bilangan komposit. Catatan sejarah menunjukkan bahwa masalah tentang
bilangan prima telah menarik perhatian matematikawan selama ribuan tahun, terutama yang
berkaitan dengan berapa banyaknya bilangan prima dan bagaimana rumus yang dapat
digunakan untuk mencari dan membuat daftar bilangan prima.
Dengan berkembangnya sistem numerasi, berkembang pula cara atau prosedur aritmetis
untuk landasan kerja, terutama untuk menjawab permasalahan umum, melalui langkah-
langkah tertentu, yang jelas yang disebut dengan algoritma. Awal dari algoritma dikerjakan
oleh Euclid.
Pada sekitar abad 4 S.M, Euclid mengembangkan konsep-konsep dasar geometri dan teori
bilangan. Buku Euclid yang ke VII memuat suatu algoritma untuk mencari Faktor
Persekutuan Terbesar dari dua bilangan bulat positif dengan menggunakan suatu teknik atau
prosedur yang efisien, melalui sejumlah langkah yang terhingga. Kata algoritma berasal dari
algorism. Pada zaman Euclid, istilah ini belum dikenal. Kata Algorism bersumber dari nama
seorang muslim dan penulis buku terkenal pada tahun 825 M., yaitu Abu Ja’far Muhammed
ibn Musa Al-Khowarizmi. Bagian akhir dari namanya (Al-Khowarizmi), mengilhami
lahirnya istilah Algorism. Istilah algoritma masuk kosakata kebanyakan orang pada saat awal
revolusi komputer, yaitu akhir tahun 1950.
Pada abad ke 3 S.M., perkembangan teori bilangan ditandai oleh hasil kerja Erathosthenes,
yang sekarang terkenal dengan nama Saringan Erastosthenes (The Sieve of Erastosthenes).
Dalam enam abad berikutnya, Diopanthus menerbitkan buku yang bernama Arithmetika,
yang membahas penyelesaian persamaan didalam bilangan bulat dan bilangan rasional, dalam
bentuk lambang (bukan bentuk/bangun geometris seperti yang dikembangkan oleh Euclid).
Dengan kerja bentuk lambang ini, Diopanthus disebut sebagai salah satu pendiri aljabar.

(https://zoneofmath.wordpress.com/teori-bilangan/)

4) Teori Bilangan Pada Masa Sejarah (Masehi)

Awal kebangkitan teori bilangan modern dipelopori oleh Pierre de Fermat (1601-1665),
Leonhard Euler (1707-1783), J.L Lagrange (1736-1813), A.M. Legendre (1752-1833),
Dirichlet (1805-1859), Dedekind (1831-1916), Riemann (1826-1866), Giussepe Peano (1858-
1932), Poisson (1866-1962), dan Hadamard (1865-1963). Sebagai seorang pangeran
matematika, Gauss begitu terpesona terhadap keindahan dan kecantikan teori bilangan, dan
untuk melukiskannya, ia menyebut teori bilangan sebagai the queen of mathematics.
Pada masa ini, teori bilangan tidak hanya berkembang sebatas konsep, tapi juga banyak
diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dilihat
pada pemanfaatan konsep bilangan dalam metode kode baris, kriptografi, komputer, dan lain
sebagainya. ( https://zoneofmath.wordpress.com/teori-bilangan/)

Macam-macam bilangan

Bilangan Bulat adalah bilangan yang terdiri atas bilangan positif, bilangan nol, dan bilangan negatif.
Misal : ….-2,-1,0,1,2….
Bilangan asli adalah bilangan bulat positif yang diawali dari angka 1(satu) sampai tak terhingga.
Misal : 1,2,3….
Bilangan cacah adalah bilangan bulat positif yang diawali dari angka 0 (nol) sampai tak terhingga.
Misal : 0,1,2,3,….
Bilangan prima adalah bilangan yang tepat mempunyai dua faktor yaitu bilangan 1 (satu) dan
bilangan itu sendiri.
Misal : 2,3,5,7,11,13,…..
(1 bukan bilangan prima, karena mempunyai satu faktor saja).
Bilangan komposit adalah bilangan yang bukan 0, bukan 1 dan bukan bilangan prima.
Misal ; 4,6,8,9,10,12,….
Bilangan rasional adalah bilangan yang dinyatakan sebagai suatu pembagian antara dua bilangan
bulat (berbentuk bilangan a/b, dimana a dan b merupakan bilangan bulat).
Misal: 1/2 ,2/(3 ),3/4….
Bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan sebagai pembagian dua bilangan
bulat.
Misal: π, √3 , log 7 dan sebagainya.
Bilangan riil adalah bilangan yang merupakan penggabungan dari bilangan rasional dan bilangan
irrasional
Misal: 1/2 √(2 ),1/3 √5,1/4 π,2/3 log⁡2 dan sebagainya.
Bilangan imajiner (bilangan khayal) adalah bilangan yang ditandai dengan i, bilangan imajiner i
dinyatakan sebagai √(-1). Jadi, jika i = √(-1) maka i2= -1
Misal: √(-4)=⋯?
√(-4)=√(4×(-1) )
= √4×√(-1)
=2×i
= 2i
Jadi, √(-4)=2i.
Bilangan kompleks adalah bilangan yang merupakan penggabungan dari bilangan riil dan bilangan
imajiner.
Misal; π√(-1)= πi
Log √(-1)=log⁡i

(http://ku-mathitung.blogspot.com/p/sejarah-teori-bilangan.html)
Aplikasi teori bilangan
International Standard Book Number atau ISBN ( dalam Bahasa Indonesia : Angka
Buku Standar Internasional) adalah pengindentikasi unik untuk buku-buku yang
digunakan secara komersial atau ISBN (International Standard Book Number) adalah
deretanangka 13 digit sebagai pemberi identifikasi unik secara internasional terhadap satu
buku maupun produk seperti buku yang diterbitkan oleh penerbit. Setiap nomor memberikan
identifikasi unik untuk setiap terbitan buku dari setiap penerbit, sehingga keunikan tersebut
memungkinkan pemasaran produk yang lebih efisien bagi toko buku, perpustakaan,
universitas maupun distributor.
( http://isbn.pnri.go.id/ di akses tanggal 3 April 2015)

Pengidentifikasian ini dapat membedakan buku tidak hanya dari judul, tetapi bisa
diklarifikasikan juga hingga perbedaan jenis bahan pembuatan buku. Tujuan utamanya
adalah mempermudah pihak distributor, perpustakaan, konsumen, dan lainnya yang
terlibat dalam perbukuan untuk mengidentifikasikan suatu buku secara spesifik sehingga
tidak timbul adanya perbedaan dari apa yang dicari dengan yang didapatkan. Hal seperti
ini penting karena banyaknya buku dengan judul yang sama saat ini akibat banyaknya
jumlah buku yang beredar, dan masih banyak factor lain yang menyebabkan pentingnya
ISBN ini. ISBN diciptakan diInggris pada tahun 1966 oleh W H Smith, seorang
pedagang buku dan peralatan tulis. Mulanya disebut Standard Book Numberingatau SBN
yang digunakan hingga tahun 1974. Sistem ini diadopsi sebagai standar internasional
ISO2108 tahun 1970. ISBN diperuntukkan khusus bagi penerbitan buku non seri,yaitu buku
selain dari majalah, warta ,Koran, dan lain sebagainya. Nomor ISBN hanya bisa
dipergunakan sebagaimana diatur oleh sebuah lembaga internasional yang berkedudukan
di Berlin, Jerman. Untuk memperolehnya bisa menghubungi perwakilan lembaga ISBN
di tiap negara yang telah ditunjuk oleh lembaga internasional ISBN. Perwakilan
lembaga internasional ISBN di Indonesia adalah Perpustakaan Nasional yang beralamat
di Jalan Salemba, Jakarta. (Munir, Rinaldi. (2009). Matematika Diskrit Edisi
Ketiga.Bandung:Informatika.

Nomor ISBN dapat diperoleh dengan menghubungi Perpustakaan Nasional dengan cara
datang langsung atau melalui Faksimili dengan persyaratan yang harus ada:

• surat permohonan berisi judul buku beserta sinopsis buku yang akan diterbitkan.

• biaya administrasi Rp25.000 per judul buku ISBN telah mengalami perubahan, awalnya
ISBN terdiri atas 10 digit angka yang kini dikenal ISBN-10, namun sejak tahun 2007
ISBN telah berubah menjadi 13 digit yang dikenal dengan ISBN-13.
Fakhri.2011. ISBN-10 dan ISBN -13. Bandung: ITB

SEJARAH ISBN

Sistem ISBN diciptakan di Britania raya pada tahun 1966 oleh seorang pedagang buku dan
alat-alat tulis W.H Smith dan mulanya disebut Standard Book Numbering atau SBN
(digunakan hingga tahun 1974). Sistem ini di adopsi sebagai standar internasional ISO 2108
tahun 1970. Pengidentikasi serupa, International Standard Serial Number (ISSN), digunakan
untuk publikasi periodik seperti majalah. Prefiks ISBN untuk negara Indonesia adalah 979.
Tujuan dari ISO 2108 ini adalah untuk membantu mengkhususkan ISBN sebagai sistem
pengidentifikasian unik standar internasional untuk setiap produk atau terbitan edisi dari
penerbit buku tertentu. Hal ini lebih mengspesifikasikan penyusunan ISBN, peraturan untuk
mengkodekan dan menggunakan kode tersebut. Saat ini, ISBN terdiri dari 13 angka, dimana
peraturan ini berlaku sejak tanggal 1 januari 2007, sedangkan pada awalnya ISBN hanya
terdiri dari 10 angka (untuk buku yang terbit sebelum tanggal 1 januari 2007).

ISBN MEMILIKI FUNGSI :

1. Memberikan identitas terhadap satu judul buku yang diterbitkan oleh penerbit
2. Membantu memperlancar arus distribusi buku karena dapat mencegah terjadinya
kekeliruan dalam pemesanan buku
3. Sarana promosi bagi penerbit karena informasi pencantuman ISBN disebarkan oleh
Badan Nasional ISBN Indonesia di Jakarta, maupun Badan Internasional yang
berkedudukan di London

(http://isbn.pnri.go.id/informasi-seputar-isbn.phpdiaksestanggal 3 April 2015)

STRUKTUR ISBN

Nomor ISBN yang terdiridari 13 digit terdiriatas 5 (lima) bagian.

Contoh :ISBN 978-602-8519-93-9

 Angkapengenalprodukterbitanbukudari EAN (Prefix identifier) = 978


 Kodekelompok (group identifier) = 602 (Default)
 Kodepenerbit (publisher prefix) = 8519
 KodeJudul (title identifier) = 93
 Angkapemeriksa (check digit) = 9

Sedangkan ISBN yang terdiriatas 10 digit hanya memiliki kode kelompok, kode penerbit,
kode judul, dan angka pemeriksa.

(http://isbn.pnri.go.id/informasi-seputar-isbn.phpdiaksestanggal 3 April 2015)

VERIFIKASI ANGKA VALIDASI ISBN-10 DAN ISBN-13

Verifikasi ISBN dilakukan menggunakan angka validasi. Untuk ISBN-10, cara


memverivikasinya adalah : Menjumlahkan hasil perkalian digit perdigit angka ISBN, angka
pertama dikalikan 10, kedua dnegna 9, ketiga dengan 8, keempat dengan 7, dan
seterusnya.hingga digit kesembilan dengan 2. Hasilnya dibagi di modulo 11.11 dikurangi
hasil modulo adalah angka verifikasi.

Contohnya dalam mencari angka validasi dari ISBN-10 :

0-306-40615-?:

0x10+3x9+0x8+6x7+4x6+0x5+6x4+1x3+5x2=130

130 mod 11 = 9

11-9 = 2

2 adalah bilangan validasinya.

Cara lainnya yaitu dengan menjumlahkan hasil perkalian digit pertama dengan satu,
kedua dengan dua, dst. Angka validasinya dalah hasil jumlah dimodulo 11. Lalu dalam
memvalidasi angka validasi yang dihasilkan dengan cara menyamakan 0 dengan hasil
modulo 11 dari penjumlahan seluruh angka isbn (termasuk angka validasi) dengan angka
digit. Jika sama maka angka validasi sudah benar notasi algoritmik dalam menentukan angka
validasi ISBN-10 ini adalah :

visbn10 (char digit[0..9]) integer

kamus

a : integer

b : integer

algoritma
a ←0

b ←0

i traversal [0..8]

a ←(int) digit[i] - 48

b ←b + (a*(10-i))

→11 – (b mod 11)

Contoh notasi algoritmik yang dipakai dalam memvalidasi ISBN-10 ini adalah

Isbn10valid(char digit[0..10])→

boolean

kamus

a : integer

b : integer

algoritma

a ←0

b ←0

i traversal [0..9]

a ←(int) digit[i] - 48

b ←b + (a*(10-i))

→b % 11 = 0

Selanjutnya untuk mencari bilangan validasi pada ISBN-13 adalah : Menjumlahkan hasil
perkalian bergantian 1 dan 3 terhadap digit pertama hingga terakhir. Hasil penjumlahan
dimodulo 10. Angka validasi adalah 10 dikurangi hasil modulo.

Contohnya dalam mencari angaka validasi dari ISBN 978-0-306-40615-?

s = 9×1 + 7×3 + 8×1 + 0×3 + 3×1 + 0×3 + 6×1 + 4×3 +0×1 + 6×3 + 1×1 + 5×3

= 9 + 21 + 8 + 0 + 3 + 0 + 6 + 12 + 0 + 18 + 1 + 15

= 93

93 mod 10 = 3
10 – 3 = 7

Angka validasinya adalah 7. Sehingga ISBN nya adalah 978-0-306-40615-7 Lalu untuk
memeriksa kevalidan angka validasi yaitu angka validasi sama dengan modulo sepuluh dari
sepuluh dikurangi modulo sepuluh dari penjumlahan satu dan tiga bergantian yang
dikalikan dengan digit satu hingga duabelas. Notasi algoritmik untuk menentkan bilangan
validasi ISBN -13 :

Visbn 13 (char digit[0..12]) integer

kamus

a : integer

b : integer

c : integer

algoritma

a ←0

b ←0

c ←0

i traversal [0..10]

a ←(int) digit[i] - 48;

c ←c + (a*b);

if b = 1 then

b ←3

else

b ←1

endif

→10-(c mod 10);

Contoh notasi algoritmik validasi ISBN-13 adalah :

Isbn13valid(char digit[0..13]) boolean

kamus
a : integer

b : integer

c : integer

algoritma

a ←0

b ←0

c ←0

i traversal [0..11]

a ←(int) digit[i] - 48;

c ←c + (a*b);

if b = 1 then

b ←3

else

b ←1

endif

→(int)digit[12] = (10-(c mod 10))mod10;

KONVERSI ISBN-10 KE ISBN-13


Konversi dari bilangan ISBN-10 ke ISBN-13 adalah sebagai berikut :

1. Buang angka validasi yang ada di ISBN 10

Contohnya ISBN-10 : 0-940016-73-7 Diubah menjadi : 0-940016-73.

2. Tambah awalan 978 di awal digit 0-940016-73 diubah menjadi 12 digit, yaitu 978-0-
940016-73. selain 978 bisa juga 979

3. Cari angka validasi menggunakan cara pencarian angka validasi ISBN-13

ISBN = 9 7 8 0 9 4 0 0 1 6 7 3

Pengali = 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3

Hasil = 9 + 21 + 8 + 0 + 9 + 12 + 0 + 0 + 1 + 18 + 7 + 9 = 94
94 mod 10 = 4

10 – 4 = 6

ISBN-13 nya yaitu 978-0-940016-73-6.

Sebaliknya untuk konversi dari ISBN-13 ke ISBN-10 dapat dilakukan dengan cara berikut :

1. Buang angka validasi yang ada di ISBN 13

978-0-940016-73-6 menjadi 978-0-940016-73

2. Buang awalan 978 di awal digit 978-0-940016-73 Menjadi 0-940016-73

3. Cari angka validasi menggunakan cara pencarian angka validasi ISBN-10 ISBN = 0 9 4 0 0 1 6 7 3

Pengali = 10 9 8 7 6 5 4 3 2

Hasil = 81 + 32 + 5 + 24 + 21 + 6 = 169

169 mod 11 = 4

11 – 4 = 7

ISBN-13 nya yaitu 0-940016-73-7.

Pengkonversian dari ISBN-13 menjadi ISBN013 sebaiknya tidak dilakukan. Hal ini disebabkan
adanya kemungkinan terjadinya dua nomor ISBN-10 yang sama dari dua buku berbeda. Hal
seperti ini bisa terjadijika ada sebuah buku dengan ISBN-13 : 978-X dan buku lain dengan ISBN-
13 : 979-X yang nilai X pada kedua bukusama.

Contoh ISBN-13 yang tidak bisa dikonversikan ke ISBN-13 adalah 978-0-306-40615-7 dengan 979-0-
306-40615-7 (Fakhri.2011. ISBN-10 dan ISBN -13. Bandung: ITB)

Anda mungkin juga menyukai