Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

BUERGER DISEASE
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Kardiovaskular

Disusun oleh kelompok I :

1. Heri Supriyanto
2. Sendy Tonggoria P.
3. Imelda Sinaga
4. Renny Juwita
5. Sulastry Pandensolang

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES AWAL BROS BATAM
Tahun 2017/2018
Kata Pengantar

Bismillahirrahmaanirrahim,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan pertolongan-Nya lah kami bisa
menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini mempunyai judul ”Asukan Keperawatan pada Penyakit Buerger”, yang di susun dalam
rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Kardiovaskuler.

Penyakit buerger (tromboangitis obliterans) adalah penyumbatan pada arteri dan vena yang
berukuran kecil sampai sedang, akibat peradangan yang dipicu oleh merokok.

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi berdasarkan penelitian, beberapa studi melaporkan bahwa
korelasi penyakit Buerger lebih banyak menyerang perokok dan keadaan ini akan semakin
memburuk jika penderita tidak berhenti merokok.
Penyakit ini hanya terjadi pada sejumlah kecil perokok yang lebih peka.
Mengapa dan bagaimana merokok sigaret menyebabkan terjadinya penyakit ini, tidak diketahui.

Namun, seperti pepatah “Tak ada gading yang tak retak” demikian pula dengan tugas ini. Kami
menyadari bahwa laporan yang kami buat ini belum mencapai kesempurnaan karena masih banyak
terdapat kekurangan – kekurangan yang kami lakukan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun baik dari pihak Dosen maupun teman-teman lainnya demi
kesempurnaan tugas ini, sehingga tugas ini dapat dijadikan pedoman untuk penyusunan tugas
dimasa yang akan datang.

Batam, 02 November 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit oklusi pembuluh darah
perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di Negara-negara barat. Penyakit ini
merupakan penyakit idiopatik, kemungkinan merupakan kelainan pembuluh darah karena
autoimmune, panangitis yang hasil akhirnya menyebabkan stenosis dan oklusi pada
pembuluh darah.
Laporan pertama kasus Tromboangitis Obliterans telah dijelaskan di Jerman oleh von
Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang berjudul “A strange form of endarteritis
and endophlebitis with gangrene of the feet”. Kurang lebih sekitar seperempat abad
kemudian, di Brookline New York, Leo Buerger mempublikasikan penjelasan yang lebih
lengkap tentang penyakit ini dimana ia lebih memfokuskan pada gambaran klinis dari
Tromboangitis Obliterans sebagai “presenile spontaneous gangrene”.
Hampir 100% kasus Tromboangitis Obliterans (kadang disebut Tromboarteritis
Obliterans) atau penyakit Winiwarter Buerger menyerang perokok pada usia dewasa
muda. Penyakit ini banyak terdapat di Korea, Jepang, Indonesia, India dan Negara lain di
Asia Selatan, Asia tenggara dan Asia Timur.
Prevalensi penyakit Buerger di Amerika Serikat telah menurun selama separuh dekade
terakhir, hal ini tentunya disebabkan menurunnya jumlah perokok, dan juga dikarenakan
kriteria diagnosis yang lebih baik. Pada tahun 1947, prevalensi penyakit ini di Amerika
serikat sebanyak 104 kasus dari 100 ribu populasi manusia. Data terbaru, prevalensi pada
penyakit ini diperkirakan mencapai 12,6 – 20% kasus per 100.000 populasi.
Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada pasien
penyakit ini yang terus merokok, 43% dari penderita harus melakukan satu atau lebih
amputasi pada 6-7 tahun kemudian. Data terbaru, pada bulan Desember tahun 2004 yang
dikeluarkan oleh CDC publication, sebanyak 2002 kematian dilaporkan di Amerika Serikat
berdasarkan penyebab kematian, bulan, ras dan jenis kelamin (International Classification
of Diseases, Tenth Revision, 1992), telah dilaporkan total dari 9 kematian berhubungkan
dengan Tromboangitis Obliterans, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah
2:1 dan etnis putih dan hitam adalah 8:1

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum  :  Mampu menerapkan  manajemen asuhan  keperawatan pada pasien
Buerger Disease.
2. Tujuan Khusus :
 Untuk memahami teoritis dari Buerger Disease
(Definisi,Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi klinis)
 Untuk memahami dan mengetahui asuhan keperawatan yang tepat untuk penderita
Buerger Disease
 Untuk memahami tugas yang di berikan Dosen Mata Kuliah Kardiovaskular
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI PEMBULUH DARAH

Pembuluh darah terdiri atas 3 jenis : arteri, vena, dan kapiler.

1. Arteri

Arteri membawa darah dari jantung dan disebarkan ke berbagai jaringan tubuh melalui
cabang-cabangnya. Arteri yang terkecil, diameternya kurang dari 0,1 mm, dinamakan
arteriol. Persatuan cabang-cabang arteri dinamakan anastomosis. Pada arteri tidak
terdapat katup.

Dan arteri anatomik merupakan pembuluh darah yang cabang-cabang terminalnya


tidak mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang arteri yang memperdarahi
daerah yang berdekatan. Dan arteri fusngsional adalah pembuluh darah yang cabang-
cabang terminalnya mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang terminal arteri
yang berdekatan, tetapi besarnya anastomosis tidak cukup untuk mempertahankan
jaringan tetap hidup bila salah satu arteri tersumbat.

2. Vena

Vena adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kembali ke jantung; banyak vena
mempunyai kutub. Vena yang terkecil dinamakan venula. Vena yang lebih kecil atau
cabang-cabangnya, bersatu membentuk vena yang lebih besar, yang seringkali bersatu
satu sama lain membentuk pleksus vena. Arteri profunda tipe sedang sering diikuti oleh
dua vena masing-masing pada sisi-sisinya, dan dinamakan venae cominantes.

3. Kapiler

Kapiler adalah pembuluh mikroskopik yang membentuk jalinan yang menghubungkan


arteriol dengan venula. Pada beberapa daerah tubuh, terutama pada ujung-ujung jari
dan ibu jari, terdapat hubungan langsung antara arteri dan vena tanpa diperantai
kapiler. Tempat hubungan seperti ini dinamakan anastomosis arteriovenosa.
Gambar 1. Anatomi pembuluh darah

HISTOLOGI  STRUKTUR PEMBULUH DARAH SECARA UMUM

• Tunica intima. merupakan lapisan yang kontak langsung dengan darah. Lapisan ini
dibentuk terutama oleh sel endothel.
• Tunica media. Lapisan yang berada diantara tunika media dan adventitia, disebut juga
lapisan media. Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot polos dan and jaringan
elastic.
• Tunica adventitia. Merupakan Lapisan yang paling luar yang tersusun oleh jaringan
ikat.

Gambar 2. Histologi pembuluh darah


B. DEFINISI

Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah penyakit oklusi kronis pembuluh
darah arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang. Terutama mengenai pembuluh
darah perifer ekstremitas inferior dan superior. Penyakit pembuluh darah arteri dan vena
ini bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam.

Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang mengawali terjadinya


obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi
atau obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi
aliran darah ke jaringan.

Gambar 3. Buerger Disease

C. ETIOLOGI

Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak ada
hubungannya dengan penyakit Diabetes Mellitus. Penderita penyakit ini umumnya perokok
berat yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah .
Penghentian kebiasaan merokok memberikan perbaikan pada penyakit ini.

Walaupun penyebab penyakit Buerger belum diketahui, suatu hubungan yang erat dengan
penggunaan tembakau tidak dapat disangkal. Penggunaan maupun dampak dari tembakau
berperan penting dalam mengawali serta berkembangnya penyakit tersebut. Hampir sama
dengan penyakit autoimune lainnya, Tromboangitis Obliterans dapat memiliki sebuah
predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi gen secara langsung. Sebagian besar peneliti
mencurigai bahwa penyakit imun adalah suatu endarteritis yang dimediasi sistem imun.

Penyebab penyakit buerger tidak diketahui, namun dipercaya merupakan suatu vaskulitis
autoimun. Kebnyakan terjadi pada pria usia 20 dan 35 tahun, dan dilaporkan pada semua
ras diseluruh wilayah dunia. Ada banyak bukti bahwa merokok dapat merupakan faktor
penyebab atau faktor yang memperberat.

D. PATOFISIOLOGI

Peradangan arteri perifer akan menyebabkan suatu oklusi arteri. Respons peradangan
hampir sama seperti peradangan di tempat lain dengan manifestasi akhir adalah terjadi
penyembuhan dengan disertai lesi trombosis yang menyebabkan obstruksi vaskular.
Fenomena oklusi arteri ini sesuai dengan daerah dimana arteri ini mengalami
penyumbatan. Umumnya yang terken adalah ekstremitas bawah, namun arteri pada
ekstremitas atas dan visera dapat juga terlibat. Mungkin terdapat tromboflebitis superficial
sebagai manifestasi pembentukan trombus kecil yang menyerang arteri kecil.
Apabila penyakit berlanjut, akan terjadi kemerahan atau sianosis bila ekstremitas dalam
posisi tergantung perbuhan warna kadang hanya mengenai satu ekstremitas atau hanya
beberapa jari. Respon oklusi pada arteri ini dilanjutkan dengan terhentinya aliran darah
secara lokal dan terjadi iskemia jaringan lokal sesuai distribusi aliran darah yang
mengalami penyumbatan yang lama kelamaan dapat berkembang menjadi ulkus. Apabila
manisfestasi ini tidak segara dilakukan intervensi, maka akhrinya terjadilh ulkus dan
gangren.
Syndrome Buerger disebabkan karena faktor merokok yang dapat menimbulkan
peningkatan asam pada penyakit buerger. Sehingga Imun meningkat dan tubuh mengalami
hipersensitivitas yang menyebabkan kepekaan seluler serta meningkatkan enzim dan
serum anti endotenial. Karena meningkatnya enzim dan serum anti endotenial
menyebabkan vaskuler melemah sehingga terjadilah peningkatan HLA-A9, HLA-A54, dan
HLA-B5, dan akan mengakibatkan disfungsi vaskuler yang menimbulkan peradangan pada
arteri dan vena sehingga terbentuklah gangren dan akhirnya akan di amputasi.

Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi perubahan
patologis : (a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis, (b) tulang mengalami
osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang yang berkembang
menjadi osteomielitis, (c) terjadi kontraktur dan atrofi, (d) kulit menjadi atrofi, (e) fibrosis
perineural dan perivaskular, (f) ulserasi dan gangren yang dimulai dari ujung jari.

E. MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis Tromboangitis Obliterans terutama disebabkan oleh iskemia. Gejala


(symptom) yang paling sering dan utama adalah nyeri yang bermacam-macam tingkatnya.
Pengelompokan Fontaine tidak dapat digunakan disini karena nyeri terjadi justru waktu
istirahat. Nyerinya bertambah pada waktu malam dan keadaan dingin, dan akan berkurang
bila ekstremitas dalam keadaan tergantung. Serangan nyeri juga dapat bersifat paroksimal
dan sering mirip dengan gambaran penyakit Raynaud. Pada keadaan lebih lanjut, ketika
telah ada tukak atau gangren, maka nyeri sangat hebat dan menetap.

Manifestasi terdini mungkin klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) lengkung kaki yang
patognomonik untuk penyakit Buerger. Klaudikasi kaki merupakan cermin penyakit oklusi
arteri distal yang mengenai arteri plantaris atau tibioperonea. Nyeri istirahat iskemik
timbul progresif dan bisa mengenai tidak hanya jari kaki, tetapi juga jari tangan dan jari
yang terkena bisa memperlihatkan tanda (sign) sianosis atau rubor, bila bergantung. Sering
terjadi radang lipatan kuku dan akibatnya paronikia. Infark kulit kecil bisa timbul, terutama
pulpa phalang distal yang bisa berlanjut menjadi gangren atau ulserasi kronis yang nyeri.

Tanda (sign) dan gejala (symptom) lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal dan bebal pada
tungkai dan penomena Raynaud ( suatu kondisi dimana ekstremitas distal : jari, tumit,
tangan, kaki, menjadi putih jika terkena suhu dingin). Ulkus dan gangren pada jari kaki
sering terjadi pada penyakit buerger (gambar 4). Sakit mungkin sangat terasa pada daerah
yang terkena.

Gambar 4. Manifestasi Klinis Buerger Disease

Perubahan kulit seperti pada penyakit sumbatan arteri kronik lainnya kurang nyata. Pada
mulanya kulit hanya tampak memucat ringan terutama di ujung jari. Pada fase lebih lanjut
tampak vasokonstriksi yang ditanda (sign)i dengan campuran pucat-sianosis-kemerahan
bila mendapat rangsangan dingin. Berbeda dengan penyakit Raynaud, serangan iskemia
disini biasanya unilateral. Pada perabaan, kulit sering terasa dingin. Selain itu, pulsasi arteri
yang rendah atau hilang merupakan tanda (sign) fisik yang penting.

Tromboflebitis migran superfisialis dapat terjadi beberapa bulan atau tahun sebelum
tampaknya gejala (symptom) sumbatan penyakit Buerger. Fase akut menunjukkan kulit
kemerahan, sedikit nyeri, dan vena teraba sebagai saluran yang mengeras sepanjang
beberapa milimeter sampai sentimeter di bawah kulit. Kelainan ini sering muncul di
beberapa tempat pada ekstremitas tersebut dan berlangsung selama beberapa minggu.
Setelah itu tampak bekas yang berbenjol-benjol. Tanda (sign) ini tidak terjadi pada penyakit
arteri oklusif, maka ini hampir patognomonik untuk tromboangitis obliterans.

Gejala klinis (Symptoms) Tromboangitis Obliterans sebenarnya cukup beragam. Ulkus dan
gangren terjadi pada fase yang lebih lanjut dan sering didahului dengan udem dan
dicetuskan oleh trauma. Daerah iskemia ini sering berbatas tegas yaitu pada ujung jari kaki
sebatas kuku. Batas ini akan mengabur bila ada infeksi sekunder mulai dari kemerahan
sampai ke tanda (sign) selulitis.

Gambar 5 merupakan gambar jari pasien penyakit Buerger yang telah terjadi gangren.
Kondisi ini sangat terasa nyeri dan dimana suatu saat dibutuhkan amputasi pada daerah
yang tersebut.

Gambar 5. Ujung jari pada Buerger Disease

Perjalanan penyakit ini khas, yaitu secara bertahap bertambah berat. Penyakit berkembang
secara intermitten, tahap demi tahap, bertambah falang demi falang, jari demi jari.
Datangnya serangan baru dan jari mana yang bakal terserang tidak dapat diramalkan.
Morbus buerger ini mungkin mengenai satu kaki atau tangan, mungkin keduanya. Penderita
biasanya kelelahan dan payah sekali karena tidurnya terganggu oleh nyeri iskemia.

F. TANDA DAN GEJALA


1. Rasa Nyeri
a) Klaukadikasio intermiten, yaitu bila pasien jalan, pada jarak tertentu akan merasa
nyeri pada ekstremitas, dan setelah istirahat sebentar dapat berjalan lagi. Gejala
tersebut  biasanya progresif.
b) Nyeri spontan berupa rasa nyeri yang hebat pada jari dan daerah sekitarnya, lebih
hebat pada waktu malam. Biasanya merupakan tanda awal akan terjadinya ulserasi
dan gangren.Rasa nyeri ini lebih hebat bila ekstremitas ditinggikan dan berkurang
bila direndahkan.
c) Bila terjadi osteoporosis kaki akan sakit bila diinjakkan. Karena saraf juga
terganggu, akan ada perasaan hipererestesia.
2. Pulsasi arteri pada arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior biasanya
menghilang.
3. Terjadi perubahan warna pada jari - jari yang terkena menjadi merah, normal, atau
sianotik, tergantung dari lanjutnya penyakit.
4. Suhu kulit pada daerah yang terkena akan lebih rendah pada palpasi.
5. Ulserasi dan gangren, sering terjadi spontan atau karena mikrotrauma. Gangren
biasanya unilateral dan terdapat pada ujung jari.
6. Tromboflebitis superfisial biasanya mengenai vena kecil dan sedang.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Rontgen anggota gerak untuk melihat :
a) Tanda – tanda osteoporosis tulang – tulang.
b) Tanda – tanda klasifikasi arteri
2. Arteriografi
Ciri khas dari gambaran arteriografi pada tromboangitis obliteran’s yaitu
bersifat segmental, artinya sumbatan terdapat pada beberapa tempat, tapi segmen
diantara tempat yang tersumbat itu normal. Pada kasus lanjut, biasanya terjadi
kolateralisasi.
3. Pemeriksaan Doppler
Dapat membantu mengetahui kecepatan aliran darah dalam pembuluh.Metode
penggambaran secara modern, seperti computerize tomography (CT) dan Magnetic
resonance imaging (MRI) Pada pasien dengan ulkus kaki yang dicurigai
Tromboangitis Obliterans, Allen test sebaiknya dilakukan untuk mengetahui
sirkulasi darah pada tangan dan kaki.
4. Angiografi

H. PENATALAKSANAAN

Terapi (treatment) medis penderita penyakit Buerger harus dimulai dengan usaha intensif
untuk meyakinkan pasien untuk berhenti merokok. Jika pasien berhasil berhenti merokok,
maka penyakit ini akan berhenti pada bagian yang terkena sewaktu terapi (treatment)
diberikan. Sayangnya, kebanyakan pasien tidak mampu berhenti merokok dan selalu ada
progresivitas penyakit. Untuk pembuluh darahnya dapat dilakukan dilatasi (pelebaran)
dengan obat vasodilator, misalnya Ronitol yang diberikan seumur hidup. Perawatan luka
lokal, meliputi mengompres jari yang terkena dan menggunakan enzim proteolitik bisa
bermanfaat. Antibiotic diindikasikan untuk infeksi sekunder.
Terapi (treatment) bedah untuk penderita buerger meliputi debridement konservatif
jaringan nekrotik atau gangrenosa , amputasi konservatif dengan perlindungan panjang
maksimum bagi jari atau ekstremitas, dan kadang-kadang simpatektomi lumbalis bagi
telapak tangan atau simpatetomi jari walaupun kadang jarang bermanfaat.

Revaskularisasi arteri pada pasien ini juga tidak mungkin dilakukan sampai terjadi
penyembuhan pada bagian yang sakit. Keuntungan dari bedah langsung (bypass) pada
arteri distal juga msih menjadi hal yang kontroversial karena angka kegagalan
pencangkokan tinggi. Bagaimanapun juga, jika pasien memiliki beberapa iskemik pada
pembuluh darah distal, bedah bypass dengan pengunaan vena autolog sebaiknya
dipertimbangkan.

Gambar 6. Bypass arteri

Simpatektomi dapat dilakukan untuk menurunkan spasma arteri pada pasien penyakit
Buerger. Melalui simpatektomi dapat mengurangi nyeri pada daerah tertentu dan
penyembuhan luka ulkus pada pasien penyakit buerger tersebut, tetapi untuk jangka waktu
yang lama keuntungannya belum dapat dipastikan.

Simpatektomi lumbal dilakukan dengan cara mengangkat paling sedikit 3 buah ganglion
simpatik, yaitu Th12, L1 dan L2. Dengan ini efek vasokonstriksi akan dihilangkan dan
pembuluh darah yang masih elastis akan melebar sehingga kaki atau tangan dirasakan lebih
hangat.

Terapi (treatment) bedah terakhir untuk pasien penyakit Buerger (yaitu pada pasien yang
terus mengkonsumsi tembakau) adalah amputasi tungkai tanpa penyembuhan ulcers,
gangrene yang progresif, atau nyeri yang terus-menerus serta simpatektomi dan
penanganan lainnya gagal. Hidarilah amputasi jika memungkinkan, tetapi, jika dibutuhkan,
lakukanlah operasi dengan cara menyelamatkan tungkai kaki sebanyak mungkin.

Beberapa usaha berikut sangat penting untuk mencegah komplikasi dari penyakit buerger :

 Gunakanlah alas kaki yang dapat melindungi untuk menghindari trauma kaki dan panas
atau juga luka karena kimia lainnya.
 Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada lula-luka ektremis untuk
menghindari infeksi
 Menghindar dari lingkungan yang dingin
 Menghindari obat yang dapat memicu vasokontriksi

I. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Fokus pengkajian keperawatan pada area yang mendapat suplai darah dari pembuluh
darah yang mengalami penyumbatan. Pada pengkajian keperawatan didapat adanya
keluhan kram pada kaki (terutama di telapak) atau tungkai sehabis latihan (klaudikasi
intermiten) yang dapat dihilangkan dengan istirahat terkadang rasa nyeri semakin
parah akibat gangguan emosi, merokok atau kedinginan.
Nyeri adalah gejala utama pada penyakit buerger. Keluhan nyeri pada istirahat,
perasaan terbakar, atau sensitif terhadap dingin mungkin merupakan gejala awal.
Nyeri istirahat terjadi terus menerus. Sifat nyeri berubah meskipun pada saat istirahat
yang dilanjutkan dengan berbagai jenis parestesia dan perubahan pada denyut nadi
melemah atau menghilang. Pada pengkajian fisik klien yang sudah masuk fase kronis
sering di dapatkan adanya kerusakan integritas kulit seperti ulkus dan luka gangren dan
bersifat lokal.

B. Diagnosa
1. Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke jaringan sekunder dari
adanya oklusi pembuluh darah perifer.
2. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus dan gangren
ekstremitas sekunder akibat terhentinya aliran darah ke ekstremitas.
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri dan kram pada kaki.
4. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau
perubahan kesehatan.
C. Intervensi

Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan suplai darah ke jaringan sekunder dari adanya
oklusi pembuluh darah perifer.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam terdapat penurunan dari ekstremitas.
Kriteria Hasil : secara subjektif klient mengatakan penurunan rasa nyeri, secara objektif
didapatkan TTV dalam batas normal dan wajah rileks.
INTERVENSI RASIONAL
Cacat karakteristik, lokasi, intensitas, Variasi penampilan dan perilaku klien karena
lama dan penyebarannya. nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
Lakukan manajemen keperawatan. Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan
1. Atur posisi fisiologis oksigen ke jaringan yang mengalami iskemia.
2. Istirahatkan klien Istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen
jaringan perifer sehingga akan menurunkan
kebutuhan jaringan yang membutuhkan oksigen
untuk menurunkan iskemia.
3. Manajemen lingkungan : Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus
lingkungan tenang dan batasi nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung
pengunjung. akan membantu meningkatan kondisi oksigen
ruangan yang akan berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada di ruangan.
4. Ajarkan tekhnik relaksasi Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan
pernafasan dalam menurunkan nyeri sekunder dan dari iskemia
jaringan.
5. Ajarkan tekhnik distraksi apada Distraksi ( pengalihan perhatian ) dapat
saat nyeri menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi endorfin dan
enkefalin yang dapat memblok reseftor nyeri
untuk tidak di kirimkan ke korteks serebri
sehingga menurunkan persepsi nyeri.
6. Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa
sentuhan dukungan psikologis dapat membantu
menurunkan nyeri. Masase ringan dapat
meningkatkan aliran darah serta dengan
otomatis membantu suplai darah dan oksigen ke
area nyeri dan menurunkan sensasi nyeri.
Kolaborasi pemberian analgetik Analgetik akan menurunkan sensasi nyeri
dengan menghambat stimulus nyeri agar jangan
sampai di kirimkan ke korteks serebri.
Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus dan
gangren pada ekstermitas sekunder dari terhentinya aliran darah ke ekstremitas.

Tujuan : 7 x 24 jam integritas kulit membaik secara optimal.


Kriteria Hasil : pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik, pengeluaran pus
pada luka tidak ada lagi, luka menutup.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kerusakan jaringan lunak yang Menjadi data dasar untuk memberikan informasi
terjadi pada klien. intervensi perawatan luka, alat apa yang digunakan
dan jenis larutan apa yang akan digunakan
Lakukan perawatan luka : Perawatan luka dengan teknik steril dapat
1. Lakukan dengan tekhnik mengurangi kontaminasi kuman langsung ke area
steril luka.
2. Kaji keadaan luka dengan Manajemen membuka luka dengan menguyur
Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan
teknik membuka dengan
balutan larutan nyeri
NaCl ke dan
kasakram pada
dapat kaki
mengurangi stimulus
mengurangi stimulus nyeri, nyeri dan menghindari terjadinya perdarahan pada
Tujuan : Aktivitas klien mengalami peningkatan
bila melekat kuat perban luka ulkus akibat kasa yang kering karena ikut
Kriteria Hasil : Dalam waktu 3x24 jammengeringaktivitas bersama
klien mengalami
pus yangpeningkatan.
diserap kasaKlien tidak
diguyur dengan NaCl juga ikut
mengeluh pusing, alat dan sarana untuk memenuhi aktivitas tersedia dan mudah klien jangkau.
mengering.
TTV dalam batas normal, CRT < 3 detik, urine > 600 ml/hari
3. Lakukan pembilasan luka Teknik membuang jaringan dan kuman diarea luka
dari arah dalam ke luar diharapkan keluar dari area luka
INTERVENSI
dengan cairan NaCl RASIONAL
4. Tutup luka dengan kasa steril NaCl merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah
Catat frekuensi dan irama jantung, serta Respons klien terhadap aktivitas dapat
atau dikompres dengan NaCl diabsorpsi oleh jaringan di bandingkan dengan
perubahan tekanan darah selama dan mengindikasikan respons nyeri yang parah
dan antibiotik larutan antiseptik serta dengan dicampur dengan
sesudah aktivitas.
antibiotik dapat mempercepat penyembuhan luka
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas,akibat dan infeksi dari osteomelitis
Menurunkan kerja kebutuhan oksigen jaringan
5. Lakukan nekrotomi
berikan aktivitas senggang yang tidakpada Jaringan nekrotik dapat menghambat proses
berat. jaringan yang sudah mati penyembuhan luka
6. Rawat luka setiap hari atau Memberikan rasa nyaman pada klien dan dapat
Jelaskan pola kali
setiap peningkatan
pemblut bertahap dari Aktivitas
basah membantu yang maju
meningkatkan memberikanjaringan
pertumbuhan kontrol
tingakatau
aktivitas,
kotor contoh : bangun dari lukakursi jantung, meningkatkan regangan, dan
bila
7. tak ada nyeri,
Evaluasi ambulasi,
pembebat dan istirahat
terhadap mencegah
Pemasangan perbanaktivitas
elastisberlebih
yang terlalu kuat dapat
selamaresolusi
1jam setelah
edema makan. menyebabkan edema pada daerah distal dan juga
menambah rasa nyeri pada klien.

Evaluasi kerusakan, Adanya waktu selama 7x24 jam dalam melakukan


perkembangan, dan pertumbuhan perawatan luka klien osteomielitis menjadi tolak
jaringan. Lakukan perubahan ukur keberhasilan dan intervensi yang di berikan.
intervensi bila setelah waktu yang Apabila masih belum mencapai kriteria evaluasi,
ditetapkan tidak ada perkembangan maka sebaiknya perlu dikaji ulang faktor-faktor apa
pertumbuhan jaringan yang optimal yang menghambat pertumbuhan luka jaringan.
Dx 4 : Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau
perubahan kesehatan
Tujuan : Kecemasan klien berkurang
Kriteria Hasil : Dalam waktu 1x24 jam kecemasan klien berkurang, klien menyatakan
kemcemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor
yang memengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, serta wajah rileks.
INTERVENSI RASIONAL
Bantu klien mengekspresikan perasaan Cemas berkelanjutan memberikan dampak
marah, kehilangan dan takut. serangan jantung selanjutnya
Kaji tanda verbal dan nonvebal kecemasan, Reaksi verbal atau nonverbal dapat
dampingi klien dan lakukan tindakan bila menunjukan rasa agitasi, marah dan gelisah
klien menunjukan perilaku merusak
Mulai melakukan tindakan untuk Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
mengurangi kecemasan. Beri lingkungan perlu
yang tenang dan suasana penuh istirahat
Beri kesempatan kepada klien untuk Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
mengugkapkan ansietasnya kekhawatiran yang tidak diekspresikam
Kolaborasi dokter : berikan anticemas Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
sesuai indikasi kecemasan
D. Impementasi

Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke


jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah perifer

1. Mencacat karakteristik, lokasi, intensitas, lama dan penyebarannya.


2. Melakukan manajemen keperawatan luka
3. Mengistirahatkan klien
4. Memanajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
5. Mengajarkan tekhnik relaksasi pernafasan dalam
6. Mengajarkan tekhnik distraksi apada saat nyeri
7. Kolaborasi pemberian analgetik

Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya


ulkus dan gangren pada ekstermitas sekunder dari terhentinya
aliran darah ke ekstremitas.

1. Mengkaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi pada klien.


2. Melakukan perawatan luka :
 Melakukan dengan tekhnik steril
 Mengkaji keadaan luka dengan teknik membuka balutan
mengurangi stimulus nyeri, bila melekat kuat perban diguyur
dengan NaCl

 Melakukan pembilasan luka dari arah dalam ke luar dengan cairan


NaCl
 Menutup luka dengan kasa steril atau dikompres dengan NaCl dan
antibiotik
 Melakukan nekrotomi pada jaringan yang sudah mati
 Merawat luka setiap hari atau setiap kali pemblut basah atau kotor
3. Mengevaluasi pembebat terhadap resolusi edema
4. Mengevaluasi kerusakan, perkembangan, dan pertumbuhan jaringan.
Lakukan perubahan intervensi bila setelah waktu yang ditetapkan tidak
ada perkembangan pertumbuhan jaringan yang optimal
Dx 3 : Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri dan kram
pada kaki.

1. Mencatat frekuensi dan irama jantung, serta perubahan tekanan darah selama
dan sesudah aktivitas.
2. Meningkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang
tidak berat.
3. Menjelaskan pola peningkatan bertahap dari tingak aktivitas, contoh : bangun
dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi, dan istirahat selama 1jam setelah
makan.

Dx 4 : Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian,


ancaman, atau perubahan kesehatan

1. Memantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan takut.


2. Mengkaji tanda verbal dan nonvebal kecemasan, dampingi klien dan lakukan
tindakan bila klien menunjukan perilaku merusak
3. Melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang
dan suasana penuh istirahat
4. Memberi kesempatan kepada klien untuk mengugkapkan ansietasnya
5. Kolaborasi dokter untuk memberikan anticemas sesuai indikasi

E. Evaluasi
Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke
jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah perifer

S = Pasien merasa nyerinya sudah sedikit berkurang


O = Wajah klien tampak lebih tenang
A = Masalah teratasi sebagian
P = Lanjutkan intervensi 1,2,3

Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan


adanya ulkus dan gangren pada ekstermitas sekunder dari
terhentinya aliran darah ke ekstremitas

S=-
O = Integritas jaringan kulit masih sama
A= Masalah belum teratasi
P= Lanjutkan intervensi 1,2,3,4

Dx 3 : Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri dan kram


pada kaki.

S= Pasien mengatakan mulai bisa beraktivitas sedikit demi sedikit

O= Pasien mampu makan sendiri

A= Masalah teratasi sebagian

P= Lanjutkan intervensi 1,2,3

Dx 4 : Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian,


ancaman, atau perubahan kesehatan

S= Pasien mengatakan rasa cemas berkurang

O= Pasien tampak lebih tenang

A= Masalah teratasi sebagian

P= Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5

PATHWAY BUERGER DISEASE


Rokok

Kandungan bahan kimia dalam rokok


(TAR, nikotin, karbon monoksida)

LDL ↑ , HDL ↓

LDL teroksidasi

Sel endotel mati

Respon inflamasi

Peradangan pada arteri

Aliran darah
Kolestrol dan lemak menjadi mudah untuk
ke jaringan ↓
menempel pada pembuluh darah yang terluka

Terbentuk lesi fibriofatty dan fibrous plak Gangguan


perfusi jaringan

Terjadi penumpukan plak


dan deposit lemak

Embolisasi (trombus lepas ke


dalam aliran darah)

Oklusi arteri

Lumen arteri menyempit Resistensi


lumen arteri ↑
Penyumbatan arteri
yang lebih kecil

Buerger
Disease

Ketidakseimbangan
Iskemia
kebutuhan O₂

Metabolisme aerob Nutrisi dan O₂ di jaringan ↓


menjadi anaerob

Sel tidak mampu


Produksi asam laktat ↑ beradaptasi

PH ↓ nekrosis
Gangguan
rasa Nyeri Kerusakan
nyaman
saraf

Rasa nyeri ↑ Gangguan sensorik


maupun motorik

Tidur tidak nyenyak


Mati rasa (Baal)

Gangguan pola tidur


Hilangnya sensasi

Mengalami trauma
tanpa terasa
Terjadi atropi pada
otot kaki

Terjadi ulkus
pada kaki

Infeksi karena kuman/ Luka membusuk


bakteri menyebar (gangren)

Sepsis Gangguan
integritas kulit

Amputasi Ansietas

Citra diri

https://hellosehat.com/apa-itu-buerger-disease-penyakit-perokok/

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit sindrom buerger
merupakan penyakit oklusi kronis pembuluh darah arteri dan vena yang berukuran kecil dan
sedang,terutama mengenai pembuluh darah perifer ekstremitas inferior dan superior.
Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang mengawali terjadinya obstruksi
pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau obstruksi
sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke
jaringan. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat yang kebanyakan mulai merokok
pada usia muda, kadang pada usia sekolah. Penghentian kebiasaan merokok memberikan
perbaikan pada penyakit ini.
B. saran
Sebagai seorang mahasiswa terutama dalam bidang kesehatan, sebaiknya kita menghindari
yang namanya merokok. Karena merokok ini dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya
penyakit sindrom buerger yang akan berakibat fatal bagi kita, utamanya juga untuk yang
perokok berat. Selain itu sebaiknya kita memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk
mengetahui kebiasaan-kebiasaan buruk mereka yang dapat menjadi faktor pemicu terjadinya
penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA
Baughman,Diane C.2000.Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta:EGC.

Judith M.Wilkinson.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan


Kriteria Hasil NOC.Jakarta:EGC.

Jennifer P.Kowalak,William Welsh, Brenna Mayer.2001.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta:EGC.

Tim Penerjemah EGC. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku
https://hellosehat.com/apa-itu-buerger-disease-penyakit-perokok/

Sjamsuhidajat.R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2005.

Schwartz, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah , Penerbit Buku Kedokteran EGC,


Jakarta,2000.

Reksoprodjo Soelarto,  Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, 1994.

Doherty GM. CurrentSurgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw Hill.2006.

http://www.tanyadokter.com/disease.asp?id=1000797

http://emedicine.medscape.com/article

http://www.vasculitisfoundation.org/buergersdisease

http://www.doctorology.net/blogArchive/buergerdisease/tromboangitis
Obliterans.htm

http://medicastore.com/penyakit/638/PenyakitBuerger.html

http://doctorology.net/?p=172

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/07/Misdiagno

Anda mungkin juga menyukai