Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PROBLEMATIKA HAJI
Disusun untuk Memenuhi Tugas UTS Manajamen Haji Umrah dan Ziarah
Dosen Pengampu : H. Arif Rahman, S. Ag. M. Pd.

Disusun Oleh :
Kusmaya Mardiani NIM : 1194030052
Lia Lutfiah Nurhikmah NIM : 1194030055
Muhamad Fadly Radiansyah Putra NIM : 1194030073
Muhamad Fahmi Amrullah NIM : 1194030074
Muhamad Fikri Al Fathoni NIM : 1194030075
Muhamad Gifary Nurfaizin NIM : 1194030076
Muhammad Fathur Robbani NIM : 1194030081
Mustofa Awaluddin Batubara NIM : 1194030090
Yesi Nuraeni NIM : 1194030141

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah ‫ﷻ‬, dengan pertolongan-Nya penulisan
tugas UTS ini dapat diselesaikan tanpa adanya halangan yang berarti. Keselamatan dan
kesejahteraan semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, juga kepada keluarganya,
para sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam yang senantiasa taat kepadanya hingga akhir
zaman.

Selesainya penulisan tugas UTS ini pada dasarnya karena pertolongan Allah ‫ﷻ‬, yang
terwujud secara nyata melalui tangan-tangan hamba-Nya. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah digerakan hatinya
oleh Allah ‫ ﷻ‬untuk membantu penulisan makalah ini.

Makalah ini jauh dari kata sempurna, karena hampir dapat dipastikan banyak
kelemahan di dalamnya, baik menyangkut substansi kajian maupun aspek metodologi. Oleh
karena itu, penulis bukan hanya menerima kritik maupun saran dengan lapang dada, tetapi juga
mengharapkan datangnya kritik dan saran itu dari berbagai pihak yang peduli pada pembuatan
tugas UTS ini untuk kebaikan dan kemajuan kita semuanya.

Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Wa bil
khushus bermanfaat bagi kami, karena memang pada sejatinya pembuatan tugas UTS ini
didasarkan pada ketentuan yang telah diagendakan oleh dosen. Oleh karena itu, sekali lagi kami
ucapkan terima kasih.

Bandung, 9 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
Problematika Haji ............................................................................................................... 2
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 16

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 16
B. Saran ...................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Haji sebagai ibadah yang termasuk dalam rukun islam pasti akan memiliki
peminat yang sangat tinggi tiap tahunnya dari seluruh dunia apalagi pelaksanaan haji
sendiri pelaksanaannya terbatas oleh waktu, yakni hanya bisa dilaksanakan pada bulan
Syawal sampai Dzulhijjah. Dengan banyaknya jumlah Jemaah tentu saja akan
memberikan pengaruh pada pengurusan administrasi dan hal teknis lainnya, hingga tak
jarang menimbulkan berbagai problematika yang cukup menguras tenaga dan pikiran
jika tidak dapat terprediksi dan teratasi dengan cepat.

B. Rumusan Masalah
Apa saja problematika yang sering terjadi dalam pelaksanaan Haji dan Umroh?

C. Tujuan
Mengetahui permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan Haji dan Umroh.

iii
BAB II
PEMBAHASAN
Haji menurut bahasa diambil dari kata al-Hajj yang artinya menyengaja. Karena itu
menurut istilah syari’at Islam, haji berarti menyengaja mengunjungi ka’bah di Mekkah untuk
melakukan beberapa rangkaian ibadah menurut rukun dan syarat-syarat yang telah ditentukan
oleh syara. Dalam pelaksanaan ibadah haji selalu ada saja prblematika yang terjadi, diantara
masalah atau problematika yang sering terjadi adalah visa yang tertunda, kehilangan bagasi,
Jemaah hilang dan tersesat, persoalan hotel, menu makanan (catering), jenazah sakit atau
meninggal, mahram yang terlupa, tertahan lama di bandara, sarana transportasi, yang tertipu,
kecopetan, air zamzam yang bocor dan hilang, fenomena MLM umrah, dan lain-lain. Lebih
lanjut, problematika-problematika tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
A. Visa yang Tertunda
Dalam menjalankan bisnis umrah dan haji, permasalahan utama dan yang paling sering
dihadapi adalah pengurusan visa, baik visa umrah maupun visa haji. Oleh sebab itu, kita harus
berhati-hati dalam menangani permasalahan ini. Visa dikeluarkan oleh pihak Kedutaan Besar
Arab Saudi. Merekalah yang berhak menerima atau menolak seseorang untuk datang ke negara
mereka. Oleh karena itu, sebagai pengusaha travel umrah dan haji, kewajiban kitalah
mengupayakan jemaah yang akan kita berangkatkan mendapatkan visa dari kedutaan. Bila visa
seseorang terlambat keluar, tiketnya tentu akan off schedule.
1. Permasalahan Visa Ibadah Umrah
Untuk visa umrah, sesuai ketentuan, satu bulan sebelum keberangkatan kita
sudah bisa melakukan entry di agen penyedia (provider) visa untuk mengajukan
permohonan visa. Permohonan itu di-print untuk kemudian diantarkan ke Kedutaan
Besar Arab Saudi bersama paspor dan persyaratan lainnya. jika permohonan itu
disetujui, pihak Kedutaan Besar Arab Saudi akan mengeluarkan visa sebagai tanda
bahwa jemaah yang bersangkutan telah diberi hak masuk ke negara tersebut.
Proses pengurusan visa biasanya memakan waktu kurang lebih tujuh hari,
sedangkan masa berlaku visa umrah adalah 30 hari. Dengan demikian, seorang jamaah
yang sudah mendapatkan visa tidak boleh diberangkatkan jauh-jauh hari dari setelah
visanya keluar. Jadi, perusahaan travel harus memperhatikan kapan visa jemaah keluar
dan sampai kapan berlakunya sehingga tahu kapan harus memberangkatkan mereka.
Oleh karena itu, mengurus visa jemaah tidak boleh terlalu cepat, tidak boleh
juga terlalu lambat. Jika terlalu cepat, visanya bisa expired. Sebaliknya, jika terlalu

1
lambat, dikhawatirkan visanya tidak keluar saat waktu keberangkatan tiba. Untuk
mengatasi permasalahan ini, semua dokumen persyaratan setiap jemaah sudah harus
lengkap. Apa sajakah dokumen yang harus dilengkapi? Dokumen yang harus
dilengkapi yaitu paspor jemaah dengan nama yang terdiri atas tiga suku kata, kartu
tanda penduduk (KTP), kartu keluarga (KK), serta buku nikah atau surat keterangan
mahram lainnya.
Ketika kita sudah berusaha mengurus visa sesuai dengan prosedur tetapi belum
keluar juga, langkah yang harus diambil adalah melihat antrean permohonan visa di
Kedutaan Besar Arab Saudi. Bila antreannya panjang, wajar jika visa lama keluar. Akan
tetapi, kadang-kadang yang menjadi masalah bukanlah antrean. Ada visa yang keluar
tepat waktu, tapi salah. Misalnya, salah tulis nama atau fotonya salah tempat. Kesalahan
ini bukan persoalan enteng karena pihak Imigrasi bandara bisa menolak keberangkatan
jemaah yang bersangkutan. Jika kesalahan ini yang terjadi, sebagai pihak travel Anda
tentu harus mengurusnya kembali. Akan tetapi, harus dipertimbangkan juga apakah
Anda punya cukup waktu untuk melakukan entry ulang atau tidak, agar jemaah bisa
berangkat sesuai jadwal titik. Jika tidak, tentu saja keberangkatan jemaah yang
bersangkutan harus diundur. Selain visa yang salah, kadang-kadang ada juga visa yang
berhasil diterima jemaah tapi rusak. Maka perusahaan travel profesional harus selalu
memperhatikan hal-hal tersebut dengan teliti.
Untuk mengganti visa yang bermasalah dan agar dapat mengejar keberangkatan
yang direncanakan, Anda harus memperhtiungkan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan entry ulang. Jika masih bisa, siapkan waktu minimal 7 hari sebelum
melakukan pendaftaran ulang visa ke Kedutaan Besar Arab Saudi. Akan tetapi, karena
kita sudah membayar tiket dan sebagainya untuk keberangkatan jemaah tersebut,
keberangkatan harus dijadwal ulang (reschedule).
Yang lebih penting dari semua itu adalah menyampaikan kondisi yang
sebenarnya kepada jemaah yang visanya bermasalah, bahwa visanya belum keluar
karena ada kemasalahan atau kerusakan. Lalu, sampaikan pula bahwa pihak travel akan
melakukan entry ulang. Untuk mengurus kembali semua itu Anda juga harus memberi
tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan sehingga kalaupun keberangkatan calon
jemaah ditunda, mereka mengetahui duduk permasalahannya.
Penjadwalan ulang atau resechedule yang dilakukan tidak hanya terkait masalah
pembuatan visa, tapi juga tike pesawat booking hotel. Untuk itu, ada biaya-biaya khusus
yang harus dikeluarkan pihak travel sebagai konsekuensi reschedule tersebut. Dalam

2
kasus-kasus ini, tentu terjadi kerugian karena perusahaan harus menambah biaya akibat
rescheduling, tetapi kerugiannya akan jauh lebih besar jika jemaah tidak jadi berangkat.
2. Permasalahan Visa Ibadah Haji
Permasalahan visa terlambat keluar juga pernah dialami jemaah haji. Namun,
karena haji hanya berlangsung sekali dalam setahun, entensitasnya tidak setinggi seperti
pada ibadah umrah. Pada ibadah haji, kasus visa yang tidak keluar lebih banyak justru
lebih banyak disebabkan oleh vaktor lain, misalnya visa yang diajukan bukan visa
reguler, melainkan visa nonkuota. Apa yang dimaksud visa nonkuota?
Sebelum memahami visa nonkuota, akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai
visa kuota. Visa kuota adalah visa yang dikeluarkan Keduataan Besar Arab Saudi
berdasarkan kuota haji yang dikeluarkan pemerintah Kerajaan Arab Saudi untuk jemaah
Indonesia atas kesepakatan dengan pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementrian
Agama. Di tahun 2012, misalnya, kuota haji untuk Indonesia sekitar 230 ribu jemaah.
Namun, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Kedutaan Besar Kerajaan Arab Saudi
juga mengeluarkan visa selain untuk 230 ribu jemaah tersebut, yakni berupa jatah para
pejabat di Kementrian Agama serta pejabat-pejabat di instansi serta tamu undungan
lainnya di Indonesia. Inilah yang sering disebut undangan diplomatik dari Kerajaan
Arab Saudi.
Selain itu, ada jatah visa yang dikeluarkan melalui kebijakan Kerajaan Arab
Saudi, yang mereka ambil dari kuota-kuota negara lain yang jatah visanya tidak habis
digunakan. Visa seperti inilah yang disebut visa nonkuota.
Oleh pihak provider, selama ini jatah nonkuota itu dibagikan kepada calon
jemaah haji. Calon haji tentu saja senang. Mereka yang menggunakan visa nonkuota
inilah yang selama ini sering kita dengar bisa berangkat haji dengan segera, tanpa harus
menunggu beberapa tahun mengikuti waiting list di daerah keberangkatan. Namun,
biaya untuk keberangkatan jemaah nonkuota ini tentu lebih tinggi daripada yang
menggunakan visa kuota atau visa haji biasa.

B. Kehilangan Bagasi
Permasalahan lain yang sering dihadapi jemaah ketika sampai di bandara Arab Saudi
adalah kehilangan bagasi. Kehilangan ini tentu saja baru diketahui ketika jemaah sudah sampai
di tempat pengambilan bagasi setelah menunggu sekian lama di bagian pemeriksaan Imigrasi.
Untuk melaporkan kasus ini langsung ke bagian Lost and Found, tentu tidak mungkin. Selain
kendala bahasa, jumlah jemaah yang sangat membludak tidak memungkinkan dilakukannya

3
pengurusan saat itu juga. Maka, yang harus dilakukan jemaah adalah meaporkannya kepada
ketua rombongan.
Dalam hal ini, petugas perusahaan travel yang berperan sebagai ketua rombongan harus
segera melaporkannya ke pihak maskapai penerbangan di Bandara King Abdulaziz. Setelah
pihak maskapai mengecek kebenaran laporan tersebut, si pelapor akan mendapatkan surat bukti
pelaporan. Pihak maskapai berkewajiban menulusuri di mana hilang atau tercecernya bagasi
tersebut. bila tidak ditemukan di Bandara King Abulaziz, pihak maskapai tentu harus
menelusuri asal penerbangan dan nomor kode penerbangannya.
Sementara itu, selama bagasi yang hilang masih belum ditemukan, bagaimana dengan
nasib si jemaah? Bukankah hampir semua pakaian, makanan ringan, camilan, bahkan obat,
biasanya ada di bagian tersebut? jika bagasi tidak kunjung ditemukan, apakah berarti si jemaah
tidak akan pernah berganti pakaian selama beribadah di Arab Saudi? Jika ia ke sana untuk
menunaikan ibadah haji biasa, apakah berarti selama 40 hari ia tidak akan pernah ganti
pakaian? Tentu saja tidak demikian. Biasanya, bagasi yang tidak berhasil ditemukan jarang
sekali terjadi. Kalaupun membutuhkan waktu yang lama untuk menemukannya, pihak
perusahaan ttravel harus turun tangan untuk mengatasinya.

C. Jamaah Hilang atau Tersesat


Ketika menjalaankan ibadah umrh ataupun haji, tidak sedikit jemaaah yang hilng.
Selama menjaalankaan ibadh hji dan umrh di araba Saudi kasus jamaah hilang bisa bisa terjdi
dimana saja. Ada jamaah yang hilang di masjid aal-haram, ada yangdi masjid An-Nabawi, ada
yang di padang arafah, dan masih banyak lain nya.
Kehilangaan jmaaah haji juga sering terjadi di miqat (empat dimulainya ritual hajidan
umrah) dan biasanya mereka yang ke hilangan jamaah akan menumpang ke masjid Al-Haram
kepada rombongan lain untuk mencari jamaah nya. Dan bisanya dalam masalah seperti waktu
kehilangan nya satu hri dan jamaah sudah dapat ketemu dengan rombongan nya.
Apa yang di lakukan pada jamaah yang hilang? Muthawwif mencarinya seperti ke
kantor polis,rumah sakitbahkan sampai ke tempat pengeluaran visa umrah. Jika sudah datang
ke beberpa tempat masih tidak di temukan juga, maka akan mencari ke kantor kementrian Haji.
Jika tidak di temukan dan tidak berhasil, maka apa daya para petugs untuk mencarinya, sudah
berusaha semaksimal mungkin akan tetapi masih belum ketemu, sampai saat nya ketemu ada
orang yang melaporkan menemukan nya. Banyak juga jamaah haji atau umrah yang hilang
kepisah dari rombongan nya tidak sebentar, ada yang lebih dari 1 bulan kehilangan baru dapat
di temukan.

4
Jika banyak jamaah yang hilang dengan waktu yang lama dan bukan di karnakan sakit
yang dia derita, lalu bagaimana jamaah tersebut untuk mencari tempat beristirahat. Hal itu
banyak di tanyakan oleh temaan-teman jamaah saat ingin ke berangkatan. Yang pertama adalah
kita harus mencari tempat yang nyaman dan layak dan memungkinkan untuk kita tempati.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa jamaah yang yang hilaang akn di tolong oleh
jamaah lain tapi dengan keterbatasan yang dimiliki.
Perusahaan juga harus meminimalisir terjadinya jamaah kehilangan atau tersesat, hal
yang di lakukan oleh perusahaan juga salah satu nya harus selalu memakai identitas diri setiap
saat. Ada banyak perusahaan yang menggunakan bendera kecil trevel nya dan di ikat ke kayu
agar dapat di lihat oleh jamaah atau rombongan perusahaan tersebut. Dan bendera tersebut di
pegang oleh pemimpin atau pembimbing rombongan tersebut, karna pembimbing tersebut
yang sudah tau semua letak lokasi pribadatan.
1. Jamaah yang Sengaja Menghilangkan Diri Sendiri
Mengapa ada jamaah yang menghilangkan diri dari rombongan, karna jamaah
yang biasa menghilangkan diri dari rombongan mereka memiliki niat untuk mencari
pekerjaan di arab Saudi. Mungkin memang jmaaah sudah memiliki niatan untuk
menjadi JKI ataupun menjadi TKW yang illegal, karna dengan illegal mereka tidak
dapat lagi masuk ke dalam Arab Saudi.
Banyak jamaah juga yang memiliki niat untuk menghilaangkan diri karna ingin
mendapatkan umrah di bulan Ramdhan, paadahal mereka melakukan umrah nya bukan
bulan Ramadhan. Serta ada juga yang menghilangkan diri dari rombongan karna
jamaah ingin menunaikan ibadah haji secara gratis. Karna jamaah berfikir jika pulang
ke Indonesia dulu mereka belum tentu bisa berangkat lagi, karna ekonomi nya belum
tentu dapat memberangkatkan dia untuk pergi haji.

D. Persoalan Hotel
1. Rombongan Keluarga yang Tak Mau Dipisahkan
Banyaknya rombongan yang complain karnaa tidak bareng atau tidak satu kamar
dengan keluarganya, mereka terpisah dan bergabung dengan rombongan lain. Jika jmaah
dari masih di Indonesia tidak berbicarakan apapun tentang hotel, maka pihak trevel sudah
mengatur susunan daftar para jamaah. Berdasarkan komposisi berempat, bertiga, dan
berdua. Tetapi banyak jamaah saat sudah samapai di arab Saudi di tempatkan berpisah
dengan keluarganya atau dengan orang yang mereka kenal mereka memprotes.
2. Kelas Hotel yang Tidak Sama
5
Banyak nya jamaah yang memprotes atas tingkat hotel yang berubah, berbeda denga
napa yang di janjikan oleh pihak trevel saat masih ada di Indonesia. Mengapa itu terjadi,
bisa saja terjadi karna hotel-hotel yang sudah di janjikan di sekitaran tempat beribadan sudh
penuh dan tidak memungkinkan untuk menyewa hotel yang yang sama kelasnya tetapi jauh
dari tempat beribadah. Bukan karna kenakaln pihak trevel, bukan taapi banyaak faktor yang
membuat tidak sesuaai dengan yang di janjikan saat masih di Indonesia.
Ada juga yang masalah yang terjadi dalam hotel seperti jumalah hotel yang kurang dari
banyak nya yang di pesen, jika jumlah kamarnya lebih itu menguntungkan untuk para
jamaah dan para trevel. Tetapi banyak yang terjadi kamar yang di pesan kurang dari yang
di pesan. Jadi pihak trevel kesulitan untuk mengurus masyarakat. Hanya ada 2 kebijakan
tetap menjalnkan janji yang sudah di terima rombongan saat masih di Indonesia, seperti 1
kamar di isi 3 orang, sedangkan kamar yang tersedia tidak cukup makanya bisa di perbanyak
dalam 1 kamar dan tandanya melanggar atas apa yang sudah di sampaikan di Indonesia, atau
juga menyewa hotel lagi untuk sisa jamaah yang tidak ke bagian. Pihak trevel harus memilih
salah satu kebijakan tersebut dengan waktu yang sangat singkat, dan disitulah yang akan
terjadi banyak protes dari Sebagian jamaah atas ke tidak nyamanan memakai jasa trevel
tersebut.

E. Menu Makanan
Adakalanya hotel yang dijanjikan sudah sesuai, tetapi Menu makanannya tidak sesuai
dengan selera para jemaah. Katakanlah, misalnya, pihak travel sudah memesan kepada Pihak
hotel untuk menyiapkan menu makanan Indonesia. Karena mengira Indonesia itu identik
dengan Jawa, misalnya, Atau karena kokinya orang Jawa Tengah, umpamanya, menu Yang
sering disajikan adalah menu Jawa Tengah. Padahal, Secara kebetulan, misalnya, sebagian
besar dari jemaah itu Adalah orang Minang. Tentu saja mereka sering mengeluh Karena tidak
ada menu rendang dalam makanan mereka. Begitu juga sebaliknya. Untuk me ngatasi hal ini,
pihak travel sebaiknya memesan Menu yang bervariasi dan berbeda-beda setiap hari, walaupun
Proses akan tetap saja bermunculan.
Idealnya sejak awal kedatangan ketua rombongan sudah langsung bekerja sama dengan
muthawwif di Arab Saudi sehingga bila terjadi masalah mereka bisa mencarikan solusinya
dengan cepat. berkaitan dengan menu makanan yang tidak cocok ini buat muthawwif bisa
langsung melaporkan kepada ketua rombongan dan ketua rombongan bisa langsung
mendatangi pihak catering untuk meminta perubahan menu.
F. Jamaah yang Sakit atau Meninggal
6
1. Jamaah yang Sakit
Bila ada jamaah yang sakit mereka biasanya akan dirujuk ke rumah sakit oleh
perusahaan travel dengan dibantu oleh muthawwif. Jemaah cukup membawa paspor saat
dibawa ke rumah sakit dan juga mereka bisa dibawa ke rumah sakit pemerintah atau rumah
sakit swasta bergantung permintaan. Tetapi jika permintaan itu ke rumah sakit pemerintah
itu semuanya gratis kalau dibawa ke rumah sakit swasta itu saja jemaah harus membayarnya
nya.
Apabila terjadi kecelakaan berat kementerian haji Arab Saudi yang bekerjasama dengan
muassasah akan menanganinya secara langsung. Muassasah ini adalah petugas resmi yang
ditunjuk oleh pemerintah Arab Saudi untuk menangani segala keperluan pengurusan jemaah
termasuk mengeluarkan Visa.
Bagaimana jika massa perawatan lama padahal rombongan kerja mah udah harus
pulang ke tanah air? Itu tidak jadi masalah ditinggal saja nanti ada muassasah akan ada surat
keterangan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan harus menjalani perawatan terlebih
dahulu sebelum diperbolehkan untuk pulang dengan demikian tiketnya di undur
2. Jamaah yang Meninggal
Bila terjadi kasus jamaah meninggal baik saat melaksanakan ibadah haji maupun
umrah, pihak travel harus segera melaporkan kepada muthawwif supaya muthawwif bisa
segera ke pihak muassasah. Muassasah dalam hal ini bekerja sama dengan waziratul hajj
atau kementerian haji setelah sudah muassasah akan segera membuatkan surat keterangan
kematian.
Surat keterangan kematian ini berguna untuk bagi ahli waris di tempat tinggal
almarhum surat ini juga sangat dibutuhkan oleh pihak travel agar perusahaan tidak diketahui
dikenai denda bila surat keterangan kematian tidak ada berkurangnya jumlah jemaah saat
kembali ke negara asal dianggap sebagai kasus melarikan diri dan dihitung jemaah yang
tidak kembali. Jemaah meninggal saat menunaikan ibadah haji pihak ahli waris biasanya
mendapatkan tanggungan asuransi tetapi untuk ibadah umroh. Namun jika kasus jemaah
meninggal itu terjadi di dalam pesawat pihak maskapai penerbangan yang akan memberikan
pertanggungan asuransi penerbangan.
Hal ini juga penting dilakukan perusahaan travel untuk memberikan pemahaman
kepada para jemaah bahwa proses penanganan mayat di Arab Saudi sangat berbeda dengan
di Indonesia tidak ada tahlilan tidak ada ceramah dan sambutan kemudian juga tidak ada
doa-doa bersama dan perkuburan. Walau demikian mereka tentu saja yang dilakukan
jemaah yang meninggal sesuai aturan dan tuntunan Islam yang sebenarnya.

7
G. Mahram yang Terlupa
Ketika tiba dibagian pemeriksaan imigrasi di Arab Saudi, para jemaah harus
melaluisejumlah pemeriksaan, di antaranya pemeriksaan mahram. Jemaah perempuan dibawah
45 tahun harus didampingi mahram mereka. Mengapa demikian? Di arab saudi, hal ini wajib.
Mahram bisa suami atau bisalaku-laki lain yang berperan sebagai penjaganya. Oleh karena itu,
mereka harus berjalan berbarengan pada saat pemeriksaan imigrasi agar petugas langsung tau
bahwa mahram poerempuan ini adalah lelaki yang berbarengan dengannya itu.
Oleh sebab itu, sebelum meninggalkan bandara Jakarta, setiap jemaah yang termasuk
kategori wajib mahram harus sudah mengetahui mahram yang ditunjuk perusahaan travel untuk
mereka. Misalnya Nyonya Pariyem berangkat tidak bersama suaminya. Sementara Tuan
Bejosono, walaupun sudah berkeluarga, juga berangkat sendiri. Maka, oleh petugas, dimintalah
tuan bejosono menjadi mahram bagi nyonya pariyem selama perjalanan umroh atau haji
mereka. Ingat, mahram disini bukan berarti muhrim. Karenanya, tugas tugas yang diberikan
tuan bejosono sebatas menemani nyonya pariyem pada saat pemeriksaan di imigrasi, tidak
lebih dari itu. Jadi, mereka tetap saja terlarang untuk berpegangan tangan, apalagi minta dipijit.
Akan tetapi, karena ktidak tahuan jemaah, kenyataan dilapangan sering kali berbeda.
Kalau nyonya pariyem antri di depan tentu tidak akan ada masalah sebab ketika tugas imigrasi
menanyakan mahramnya, Nyonya Pariyem bisa langsung memanggil tuan bejososno yang
sedang celingak-celinguk dalam barisan pengantre menuju pintu pemeriksaan. Akan tetapi,
kalau tuan bejosono yang antre didepan dan lebih dulu masuk pintu pemeriksaan, petugas akan
langsung memeriksan dokumennya karena memeriksa ia berangkat sendiri dan tidak menjadi
mahram siapapun. Begitu semua dokumen Tauan Bejosono kumplit, petugas akan
mengizinkan masuk. Tuan Bejosono pun dapat langsung melenggang ke ruang dalam bandara,
sebaliknya nyonya pariyem entah kapan akan mendapat giliran, tergantung posisinya dibarisan
pengantre, dan ketika mendapat giliran pemeriksaan, petugas imigrasi akan langsung
menanyakan mahramnya. Disini, bisa muncul dua masalah. Pertama, jika nyonya pariyem tidak
mengerti bahasa arab, ia akan kebingungan mendengar pertanyaan si petugas. Paling-paling ia
akan menjawab dengan bahasa jawa. Kedua, kalaupun mengerti bahasa Arab, ia akan
kebingungan mencari tuan bejosonoyang sudah ‘’kabuy’’ entah kemana. Oleh petugas, Nyonya
Pariyem akan disuruh kembali ke barisan pengantre untuk mencari mahramnya. Padahal, Tuan
Bejosono sudah keluyuran di ruang dalam bandara sambil lengak-lengok setiap sudut bandara.
Agar Nyonya Pariyem bisa masuk pemeriksaan, terpaksalah petugas travel mencari
Tuan Bejosono. Disini muncul lagi persoalan baru. Petugas imigrasi tidak akan mengizinkan

8
petugas travel masuk. Untuk itulah, Perusahaan travel harus punya perwakilan di Arab saudi.
Jika bukan perwakilan, setidaknya muthawwif. Jadi ketika seorang terpisah dengan mahramny,
ketua rombongan bisa mengontrak muthawwif untuk mencarikan mahramnya itu.
Meskipun demikian tidak semua urusan berjalan lancar. Keberadaan muthawwif non-
Arab Saudi ini dianggap ilegal oleh pemerintah setempat. Muthawwif yang legal adalah warga
negara Arab Saudi yang di angkat dan ditetapkan oleh Pemerintah Arab saudi. Jika pesawat
yang membawa jemaah mendarat di abndara internasioanl, Muthawwif Indonesia
diperbolehkan masuk ke bandara untuk menjemput, tetapi hanya hingga batas pintu
pemeriksaan Imigrasi. Mereka tidak diizinkan masuk sampai ke tempat jemaah mengantre
sebelum diperiksa.
Akan tetapi, jika pesawat mereka mendarat di terminal khusus haji, muthawwif yang
orang Indonesia itu tidak akan diizinkan masuk ke bandara. Ia hanya bisa menunggu diluar
bandara. Sejak tahun 2011, 85% pesawat yang membawa jemaah haji mendarat diterminal
khusus ini. Nah, jika kasus diatas terjadi dibandara ini, tentu saja mencari keberadaan tuan
bejosono bukan perkara mudah. Jadi? Yang bisa dilakukan ketua rombongan adalah
menghubungi muthawwif resmi yang ditunjuk pemerintah Arab Saudi, yang ditugaskan
mendampingi rombongan travel bersangkutan. Karena umunya mereka tidak bisa berbahasa
Indonesia, komunikasi tentunya harus dilakukan dengan baahasa Arab. Jadi, jika ketua
rombonga tidak bisa berbahasa Arab, makin runyamlah urusannya. Yang terjadi kemudian
adalah komunikasi dalam bahasa Tarzan sehingga proses pemeriksaan pun semakin berlarut-
larut.
Kasus seperti inilah yang sering membuat proses pemeriksaan dibagian Imigrasi
berlangsung berjam-jam. Coba bayangkan jika dama satu rombongan yang terdiri atas 60
jemaah, 20 jemaahnya mengalami kasus seperti ini. Berapa banyak waktu yang dibutuhkan?.

H. Tertahan Lama di Bandara


Selain masalah mahram, ada juga masalah lain yang bisa membuat jemaah tertahan di
bandara. Tidak seperti di Indonesia, bandara haji dan umroh Arab saudi tidak porter atau kuli
angkut. Padahal, bagasi yang dibawa seorang jemaah bisa dua, tiga, atau empat. Umtuk
mendorong bagasi itu sendirian, tentu berat, apalagi kalau jemaah itu perempuan dan sudah
tua. Karenanya, ketua rombonga bisa meminta pertolongan jemaah lain, terutama jemaah lelaki
dan tidak terlalu banyak membaga bagasi, untuk menolong jemaah tadi. Setelah itu, bagasi-
bagasi tersebut melewati pemeriksaan X-ray dibagian Imigrasi. Disisni prosesnya terkadang
memakan waktu yang amat lama. Mengapa bisa demikian? Alasannya, di sebagian bagasi

9
sering kali ditemukan barang terlarang, misalnya rokok atau jamu? Boleh saja, asal jumlahnya
sedikit, dan sekedar untuk dikonsumsi sendiri. Bila banyak, bagasi itu akan dibongkar satu
persatu. Itulah sebabnya pihak travel harus memberi tahu jemaah agar tidak membawa barang-
barang pribadi dalam jumlah banyak. Jangankan rokok atau jamu, obat-obatan pun bila dibawa
dalam jumlah berlebih akan dilarang. Pemerintah Arab saudi memang mengkhawatirkan
barang-barang tersebut diperjual belikan selama jemaah berada disana. Karena berdagang
menjadi pekerjaan terlarang bagi mereka yang masuk ke Arab Saudi dengan visa haji atau
umroh.
Sekeluarnya dari pemeriksaan X-ray, jemaah akan ketemu muassasah, pada saat ini
paspor setia jemaah harus diserahkan. Kalau jemaah satu persatu, tentu akan butuh waktu yang
sangat panjang. Umtuk itu, ketua rombongan berinisiatif mengumpulkan paspor jemaah.
Namun, para jemaah sering mengkhawatirkan paspor mereka, takut hilang. Oleh karena itu,
pihak travel seharusnya telah menjelaskan kepada jemaah bahwa paspor harus dikumpulkan.
Setelah dikumpulkan, semua paspor akan difotokopi oleh petugas dan dikembalikan lagi
kepada jemaah.
Disaat kepulangan, ketua rombongan bersama muthawwif harus mengawasi jemaah dan
barang bawaannya, terutama air zam-zam yang mereka bawa. Jangan sampai ada jemaah yang
membawa air zamzam lebih dari yang diperbolehkan hanya 20kg, bila lebih mereka harus
membayar kelebihannya itu.
Selain itu kasus tertahan lama dibandara juga bisa karena pergantian shift petugas di
bandara, tapi pada saat-saat tertentu. Meskipun demikian petugas, penumpukan tidak akan
terlalu lama memakan waktu.
Jemaah juga bisa tertahan lama yaitu ketika bus rombonga terlambat datang. Petugas
biasanya akan meminta jemaah untuk menunggu diruang tunggu sampai bus datang. Semakin
banyak jemaah berarti semakin banyak juga penumpukan diruang tunggu. Dan mereka tidak
diizinkan berpergian jauh karena ditakutkan hilan dan membutuhkan waktu lagi untuk
mencarinya.
Berikutnya yaitu adanya masalah sistem komputer, masalah pada sistem komputer ini
bisa menyebabkan keterlambatan proses imigrasi dibandara hingga lima jam atau lebih,
bergantung gimana masalah dan cara mengatasinya.
Penyebab lain yang dapat membuat masalah yang tertahan lama adalahformulir
keimigrasian yang belum tuntas atau belum lenggkap di isi. Demi efisiensi dan efektivitas
seharusnya pihak travel menyiapkan formulir ini dengan lengkap sejak dari indonesia dan
mwwngisinya sejak dari dalam pesawat sebelum sampai pesawat di arab saudi.

10
I. Sarana Transportasi
Transportasi merupakan aspek wajib dalam kegiatan Ibadah Haji sebagai sarana
mobilisasi jama’ah haji dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Sebagai salah satu aspek
penting dalam keberlangsungan Ibadah Haji, pengadaan transportasi menjadi salah satu
persoalan yang krusial bagi para jamaah. Permintaan yang tinggi sering kali menimbulkan
berbagai persoalan dalam pengadaan transportasi tersebut.
Persoalan-persoalan terkait pengadaan transportasi bagi jama’ah Haji diantaranya
seperti, Bus yang dipesan perusahaan travel adalah bus yang bagus, namun ternyata bus yang
datang tidak sesuai dengan yang telah dipesan sebelumnya atau dengan kualitas yang lebih
rendah. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan, melainkan disebabkan oleh permintaan yang tinggi
disaat yang bersamaan yang mengharuskan pihak penyedia transportasi atau pihak terkait untuk
melakukan segala sesuatu dengan cepat dan terburu-buru, inilah yang membuat semua
persoalan terjadi, terutama dimusim haji ketika kurang dari tiga juta jama’ah haji berkumpul
dalam satu lokasi yang tidak begitu luas.
Seluruh pihak pengadaan bus sebenarnya telah melakukan berbagai usaha untuk
menyiapkan bus yang bagus sesuai pesanan yang ada, namun seperti kita tahu bahwa bus
merupakan sebuah alat bantu transportasi yang dibuat oleh manusia yang tentunya memiliki
kelemahan yang mungkin belum tentu dapat dibenahi dalam waktu yang singkat, diantaranya
seperti kerusakan mesin dan lain sebagainya. Menghadapi berbagai persoalan yang tidak
terduga tersebut, maka pihak pengadaan bus melakukan solusi alternatif dengan mengganti bus
yang rusak dengan bus yang lain, mengingat permintaan yang tinggi terhadap pengadaan bus
seringkali menyebabkan tidak tersedianya bus pengganti yang berkualitas tinggi, maka yang
datang sebagai pengganti ialah bus dengan kualitas yang lebih rendah dari yang dijanjikan dan
kedatangannya pun terlambat. Namun apa boleh buat, ibarat kata pepatah, It’s better late than
never. Masih baik terlambat dikirim dengan kualitas berbeda daripada tidak sama sekali.
Persoalan lainnya adalah kemacetan yang luar biasa di tempat-tempat tertentu, yang
membuat bus tertahan hingga berjam-jam seperti dilingkungan Masjid Al-Haram ketika
jama’ah haji hendak memulai ibadah haji, di Mina, di Padang Arafah, atau melakukan mabit.
Bahkan, yang mengalami kemacetan ditempat-tempat tersebut bukan hanya bus. Para jama’ah
yang berbaris menuju lokasi bus yang hanya berjarak setengah kilometer saja bisa
menghabiskan waktu hingga satu jam untuk bergantian masuk kedalam bus, Bagaimana
solusinya? Sampai saat ini masih belum ditemukan solusi yang memuaskan dalam mengatasi

11
persoalan tersebut, yang bisa dilakukan oleh para jama’ah dan perusahaan travel saat ini
hanyalah bersabar.

J. Penipuan Dan Pencopetan


Meskipun ditanah haram Allah mengharamkan bagi semua umat manusia untuk berbuat
maksiat, termasuk menipu dan mencopet, tetap saja ada segelintir oknum yang masih
melangsungkan perbuatan terlarang tersebut. Bahkan, frequensi dan intensitasnya terbilang
cukup tinggi. Oleh karenanya, setiap jama’ah harus berhati-hati dengan barang bawaannya,
apakah itu uang, dompet, telepon genggam, dan lainnya.
Umumnya mereka yang melakukan perbuatan tercela itu bukanlah orang Pribumi sebab
selain tingkat perekonomian mereka relatif lebih tinggi, mereka juga sangat paham terhadap
sanksi hukum yang akan dihadapi jika melakukannya. Disana, setiap pencopet akan dikenai
hukuman potong tangan. Dan kejahatan lain akan mendapatkan sanksi yang tidak kalah berat.
Itulah sebabnya, saat melaksanakan shalat berja’maah ke masjid, para penjaga toko disana
biasanya tidak menutup atau mengunci toko mereka.
Dengan tidak bermaksud mendiskreditkan bangsa-bangsa tertentu, secara jujur harus
kita akui bahwa yang banyak melakukannya adalah orang-orang dari Asia selatan dan maaf,
tidak terkecuali orang Indonesia sendiri. Bila terjadi kasus pencopetan, kehilangan dompet,
smartphone, uang, atau apapun bentuk barangnya, pihak travel atau Muthawwif hanya perlu
melaporkannya kepada pihak keamanan. Apakah dengan melaporkan kasus tersebut dapat
menjamin kembalinya barang-barang yang hilang ? belum tentu, Namun terkadang memang
bisa. Kalau yang dicopet berupa dompet berisi uang, kartu ATM, KTP, dan sebagainya, saat
ditemukan biasanya semua benda yang ada didalamnya masih utuh, kecuali uang. Jadi yang
mereka butuhkan hanyalah uang atau benda yang bisa ditukar dengan uang dalam waktu yang
singkat.
Mengapa pihak keamanan disana tidak bisa memberantas mereka? Sebenarnya, upaya
pihak keamanan sudah maksimal. Namun, yang namanya pencopet tentu bekerja dengan penuh
kehati-hatian dan sangat tersembunyi. Terlebih lagi terkadang mereka berkedok sebagai
jama’ah haji. Apakah mereka tidak takut dengan hukuman yang ada? Untuk menjawab
pertanyaan ini, tentu sedikit sulit. Jika kita lihat diseputar Masjid Al-Haram, akan terdapat
orang-orang dengan tangan-tangan buntung berkeliaran. Setelah buntung, mereka beralih
profesi menjadi peminta-minta, meskipun akan selalu ditertibkan oleh pihak keamanan. Dalam
hal ini tentu saja yang lebih utama dari pada segalanya adalah keimanan dan ketaatan terhadap
ajaran Islam itu sendiri.

12
Berbeda dengan indonesia yang melakukan penawaran jasa “calo” penciuman hajar
aswad yang termasuk dalam kategori penipuan. Mengapa hal tersbut termasuk dalam
penipuan? Bila dikaji secara mendalam, sebenarnya ada beberapa hal yang bertentangan
dengan ajaran Islam yang terjadi dalam masalah ini. Apa saja hal-hal yang bertentangan
tersebut? Pertama, dalam ajaran Islam, disaat mencium Hajar Aswad, tidak pernah dikenal
istilah calo atau penjual jasa. Ritual mencium Hajar Aswad hukumnya adalah sunnah yang
berarti berhasil atau tidak seseorang mencium batu hitam itu, ibadah umrah atau hajinya tetap
sah. Mengapa harus membayar orang untuk melakukannya?
Kedua, sejak beberapa tahun terakhir sudah ada fatwa ulama yang menyatakan bahwa
jemaah haji dan umrah tidak perlu mencium Hajar Aswad, tetapi cukup melambaikan tangan
ke arahnya. Dengan begitu semestinya tidak ada lagi yang memakai jasa calo untuk berebut
mencium Hajar Aswad. Karena jika hal ini tetap diteruskan maka tidak menolak kemungkinan
munculnya calo untuk mendapatkan shaf terdepan. Dan dikhawatirkan akan semakin maraknya
bisnis pencaloan ibadah nantinya.
Ketiga, dengan banyaknya calo yang melakukan perbuatannya akan menghalangi
jama’ah yang lainnya yang tidak menggunakan jasa calo. Karenanya, perbuatan ini sudah
terlarang untuk dilakukan dalam sebuah ibadah sesakral umrah terlebih Haji.
Keempat, disinilah letak permaianan dan penipuan mereka, umumnya mereka adalah
para pendatang ilegal dari Indonesia, yang bermukim di Arab saudi. Mereka tidak memiliki
pekerjaan tetap. Jika diketahui oleh pihak keamanan, mereka akan ditangkap dan dipenjarakan
atau dipulangkan negara asal. Mereka selalu meluncurkan aksi mereka didalam masjid Al-
Haram guna memanfaatkan kerumunan dan panasnya suasana disana. Mereka memanfaatkan
para jama’ah yang terlihat ingin mencium Hajar Aswad namun kesulitan untuk menggapainya.
Mereka melancarkan aksi penipuan mereka disaat mereka bertransaksi, mereka akan mengaku
sebagai sukarelawan yang tulus membantu saudara sebangsanya untuk dapat mencium hajar
asdwad yang sulit digapai karena padanya jama’ah yang saling berebut. Namun ternyata
pengakuan tulus mereka diawal hanyalah kebohongan semata ketika korban mereka telah
berhasil mencium hajar Aswad, sekembalinya mereka akan mematok biaya jasa yang terbilang
mencekik bagi para jama’ah. Jadi meskipun terlihat sangat baik diawal, alangkah baiknya kita
memahami situasi yang sebenarnya dengan bertanya kepada orang yang lebih paham dengan
situasi yang sesungguhnya seperti tour guide yang mendampingi kita.

13
K. Air Zamzam yang Bocor dan Hilang
Setelah sampai di tanah air, masih ada kemungkinan Jemaah tertahan di bandara gara-
gara masalah keimigrasian, meskipun kemungkinannya kecil. Yang rawan dan sering membuat
Jemaah tertahan untuk segera pulang ke rumah masing-masing adalah masalah pengambilan
bagasi dan air zamzam. Kadang kala memang ada saja bagasi yang hilang, tercecer dan
sebagainya. Bila hal ini terjadi, Jemaah yang mengalami kehilangan harus segera melapor
kepada ketua rombongan untuk diteruskan ke bagian lost and found.
Untuk air zamzam, supaya tidak tertukar dengan Jemaah dari perusahaan travel lain,
pada setiap kemasan air tersebut harus ditempelkan stiker travelnya. Bila tidak ada stiker,
kadang-kadang petugas atau Jemaah dari travel asal ambil saja. Akibatnya, jatah untuk setiap
Jemaah yang sudah dihitung dengan benar dan teliti sekarang menjadi berkurang. Apalagi
kalau yang diambil jumlahnya banyak.
Terkait air zamzam yang bocor, untuk mengantisipasi kemasan yang pecah, pihak travel
pihak travel harus melebihkan jumlah air zamzam yang dibawa. Misalnya jika Jemaah
berjumlah 40 orang, setidaknya pihak travel harus membawa 45 jeriken air zamzam. Jadi jika
jeriken air zamzam yang pecah sampai 5 jeriken, penggantinya masih tersedia dalam jumlah
yang cukup. Itupun jika diperbolehkan oleh maskapai penerbangan yang membawa rombongan
Jemaah pulang. Adapun jijka pihak maskapai penerbangan tidak mengizinkan, bisa disiasati
dengan mengurangi janji volume air zamzam yang bisa dibawa pulang Jemaah. Misalnya yang
diperbolehkan dibawa pulang adalah 20 liter, tetapi pihak travel memberi tahu kepada Jemaah
bahwa air zamzam yang bisa dibawa pulang hanya 10 liter. Jadi jika ada beberapa jeriken yang
pecah atau tumpah maka jatah sisa Jemaah yang lain bisa dipakai untuk mengganti jatah air
zamzam Jemaah yang bocor atau tumpah tadi.

L. Fenomena MLM Umrah


Akhir-akhir ini di Indonesia banyak sekali perusahaan travel yang menawarkan paket
umrah dengan cara Multilevel Marketing (MLM). Apakah cara ini diperbolehkan secara syariat
atau tidak, Republika Online 30 Agustus 2012 menulis bahwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
telah mendatangi fatwa tentang hal ini. Persyaratan ketat pun telah diterapkan untuk menjaga
tujuan bisnis itu.
“Fatwa tentang MLM umrah sudah ditandatangani dan diterbitkan. Para ulama sudah
membahas lebih lanjut pendapat-pendapat dalam forum bahtsul masail, dan surat edaran
tentang fatwa itu sudah disosisalisasikan.” Ungkap Wakil ketua Komisi Fatwa MUI,
Hasanuddin, 30 Agustus 2012. Munculnya fatwa yang telah dinanti pengusaha umrah itu bak

14
oasis di tengah padang pasir. Pasalnya, kontroversi sistem MLM telah mencuat sejak tahun
2011, yang bermula dari dengan penyalahgunaan sertifikasi MLM umrah dari Dewan Syariah
Nasional MUI oleh dua penyelenggara umrah dan haji khusus. Selain itu kabarnya ada
beberapa MLM umrah juga bisa diikuti nonmuslim, dengan mencari keuntungan dari downline.
Hasanudin selaku Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI mengatakan pula bahwa aturan-
aturan ketat telah diterapkan dan sistem operasional MLM umrah disesuaikan dengan fatwa
ulama. Ada syarat legalitas serta aturan yang diterapkan bagi anggota MLM. Fatwa itu
berpedoman pada fikih, dan sesuai syariat Islam, sehingga bisa melindungi pihak konsumen
dan menumbuhkan kepercayaan pada penyelenggara umrah. Sejumlah aspek legalitas harus
dipenuhi oleh penyelenggara MLM umrah itu, seperti surat perizinan dari Kementrian Agama.
Kemudian syarat-syarat bagi keanggotaannya, di antaranya adalah harus beragama Islam, harus
bertujuan benar-benar mengikuti umrah, biaya yang disetorkan tidak boleh ditarik kecuali ada
hal-hal darurat seperti terkena musibah, dan beberapa aturan lainnya.
Aturan ini hanya berlaku untuk penyelenggara umrah dan tidak untuk penyelenggara
ibadah haji karena rukun ibadah haji tidak memperkenankan seseorang berutang, yang
mengacu pada rukun Islam kelima, yaitu beribadah haji bila mampu. Sementara itu, MLM
sistemnya seperti berutang kepada downline. Padahal para downline ini belum dipastikan
keberangkatannya. Jadi menurut Hasanudin, semua rekrutan anggota MLM umrah harus
tercatat dan uang pendaftaran mereka langsung menjadi biaya pemberangkatan umrah mereka.
Ketua Komisi Fatwa MUI saat itu yakni Ma’ruf Amin juga mengatakan bahwa Komisi Fatwa
MUI akan mengevaluasi perusahaan yang bersertifikasi MLM umrah apakah sesuai dengan
fatwa MLM umrah aatau tidak.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Haji adalah ibadah yang ditentukan tata cara dan waktunya oleh syariat dan
waktu pelaksanaannya cenderung sempit karena hanya dilakukan di bulan Syawal
dan Dzulhijjah, sehingga dengan bertumpuknya Jemaah dari berbagai Negara
bahkan penumpukkan Jemaah di Indonesia bisa berdampak pada munculnya
berbagai permasalahan baik tentang administrasi ataupun teknis. Adapun
problematika haji yang sering terjadi diantaranya visa yang tertunda, kehilangan
bagasi, Jemaah hilang dan tersesat, persoalan hotel, menu makanan (catering),
jenazah sakit atau meninggal, mahram yang terlupa, tertahan lama di bandara,
sarana transportasi, yang tertipu, kecopetan, air zamzam yang bocor dan hilang,
fenomena MLM umrah dan masih banyak lagi. Berbagai problematika tersebut
akan lebih mudah penanggulangannya jika sudah terprediksi sebelum pelaksanaan.

B. Saran
Sebagai calon manajer lembaga dakwah yang salah satu prosfeknya adalah
megurusi lembaga pengelola Haji, dirasa sangat penting untuk mengetahui
problematika yang biasa terjadi. Hal ini bisa membantu manajer untuk membuat
antisipasi dan strategi dalam menghadapi kemungkinan terburuk.

16
DAFTAR PUSTAKA

 AA Faisal, Eddy Yatman, 2014. Berbagi Rezeki ke Tanah Suci: PT Elex Media
Komputindo.
 Mardan, 2020. Haji Makna dan Hikmahnya. UIN Alaudin Makassar

iii

Anda mungkin juga menyukai