Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

POLIGON GAYA
[

DISUSUN OLEH

NAMA : 1. ACHMAD RIFALDI (09220200073)

2 DZULFILHAM HAMSAR (09220200066)

3. EKO SETYABUDI YAHYA (09220200062)

4. KHAERANI QAFITA (09220200063)

5. ZAINAL ABIDIN (09220200072)

FREK / KELOMPOK : 2 / 4A

FAK / JURUSAN : TEKNOLOGI INDUSTRI / TEKNIK KIMIA

LABORATORIUM FISIKA DASAR

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Poligon merupakan suatu padanan kata yang berasal dari kata poligon yang
berarti poly : banyak dan gon(gone) : titik. Dan dimaksud dalam hal ini adalah
poligon yang digunakan sebagai suatu kerangka dasar dalam pemetaan yang
memiliki beberapa titik dimana titik tersebut mempunyai suatu koordinat X dan Y,
untuk dapat memahami suatu sistem koordinat dan proyeksi pada peta yang tidak
terlepas dari pengukuran lapangan dan penghitungan poligon untuk mendapati hasil
yang dimaksud.

Poligon dalam pelaksanaan digunakan untuk mewakili suatu bentuk obyek


pada gambar dengan cara merepresentasikan tepi obyek (boundary) dengan
poligon. Pengenalan suatu obyek gambar dapat dilakukan melalui suatu pengenalan
poligon. Poligon merupakan suatu bidang datar dengan tiga atau lebih sudut objek
lapangan yang dikelilingi oleh sebuah segmen garis lurus dan membentuk sebuah
kurva yang bersifat tertutup sederhana (Gullberg , 1997).

Dalam kehidupan sehari - hari kita tidak terlepas dari ilmu fisika, dimulai dari
yang ada dari diri kita sendiri seperti gerak yang kita lakukan setiap saat, energi
yang kita pergunakan setiap hari sampai pada sesuatu yang berada diluar diri kita,
seperti yang ada di lingkungan kita.

Disiplin ilmu teknik merupakan disiplin ilmu yang eksak dan banyak
menerapkan ilmu-ilmu murni yang diterapkan kepada masalah-masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga ilmu-ilmu yang berhubungan
dengan beberapa bidang-bidang keteknikan mutlak untuk dikuasai mahasiswa
teknik, tidak hanya dari segi teori juga dari beberapa segi praktiknya.

i
1.2 Tujuan Percobaan
1.2.1 Tujuan Instruksi Umum
Mahasiswa dapat rnemahami konsep penyusun gaya. Mahasiswa
dapat menerapkan konsep metode poligon gaya pada sistem yang bekerja
lebih dari dua gaya.

1.2.1 Tujuan Instruksi Khusus


1. Mahasiswa dapat menentukan besarnya sudut dari gaya yang terbentuk
dan menggambarkannya.
2. Mahasiswa dapat menentukan nilai resultan gaya secara analitis dan
grafis

ii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Poligon

Poligon merupakan suatu padanan kata yang berasal dari kata polygon yang
berarti poly : banyak dan gon(gone) : titik. Dan dimaksud dalam hal ini adalah
poligon yang digunakan sebagai suatu kerangka dasar dalam pemetaan yang
memiliki beberapa titik dimana titik tersebut mempunyai suatu koordinat X dan Y,
untuk dapat memahami suatu sistem koordinat dan proyeksi pada peta yang tidak
terlepas dari pengukuran lapangan dan penghitungan poligon untuk mendapati hasil
yang dimaksud.

2.1.1 Jenis Jenis Pengukuran Poligon


a. Poligon dengan metode tertutup
b. Poligon dengan metode tertutup (koordinat lokal)
c. Poligon metode terbuka dan tidak terikat / lepas (koordinat lokal)
d. Poligon metode terbuka tidak terikat dengan sempurna

2.1.2 Poligon Tertutup

Gambar 5.2 1 Sistem Poligon Tertutup

1
Poligon Tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang membentuk
poligon segi banyak yang menutup. Yang dimaksud menutup adalah apabila mulai
dari titik 1 kemudian ke titik 2 dan seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi. Sehingga
akan membentuk segi banyak. Fungsi dari kembali ke titik awal adalah digunakan
untuk mengkoreksi besaran sudut pada tiap segi banyak tersebut. Pada gambar di
atas terlihat semua sudut teratur namun pada pengukuran di lapangan semua sudut
mempunyai besaran yang berbeda-beda. lalu bagaimana cara menerapkan di
lapangannya? Pada prinsipnya yang perlu diingat adalah penentuan jumlah titik
disesuaikan dengan kondisi lapangan. Misalkan yang diukur lahan yang sangat luas
maka membutuhkan banyak titik poligon. Usahakan menggunakan sedikit titik
poligon yang terpenting menutup. Semakin banyak titik poligon maka tingkat
kesalahan sudut semakin besar. Gambar di atas mempunyai segi 6 artinya apabila
kita menghitung jumlah keseluruhan sudut dalam bisa menggunakan rumus (n-
2)x180.

Jumlah sudut dalam total = (6-2)x180 = 720 derajat. Hasil hitungan tersebut
adalah sudut tersebut benar-benar menutup. tapi tahukah anda bahwa pengukuran
di lapangan tidak bisa seperti itu. biasanya ada sedikit kesalahan jumlah sudut
dalam karena beberapa faktor di lapangan. Misalkan saya bandingkan hasil
pengukuran dari lapangan sebelum dikoreksi didapat jumlah sudut dalam sebesar
720d54’43” (720 derajat 54 menit 43 detik). Maka hasil pengukuran saya ini ada
kesalahan atau kelebihan sudut sebesar 54’43”. Maka yang harus dikoreksi adalah
sebesar 54’43” agar sudut dalam sesuai dengan hasil rumus di atas. Selain untuk
mengkoreksi sudut dalam, fungsi dari poligon tertutup ini adalah untuk
mengkoreksi elevasi. Misalkan saat kita mulai pengukuran dari titik awal atau titik
1 dengan elevasi awal 100 m dari permukaan laut. Maka saat kita kembali ketitik
awal lagi setelah melalui titik poligon 2,3,4,5, dan 6 harusnya elevasi akhir adalah
100 m juga. apabila lebih atau kurang dari itu maka harus dikoreksi.

Poligon pengukuran tertutup dalam penyebutan di kenal dengan poligon kring


(kring poligon). Ditinjau berdasarkan dari segi pengkatannya (azimut dan
koordinat), terdapat beberapa model/variasi ikatan seperti :

2
a. Pengukuran Tanpa ikatan
b. Pengukuran Terikat hanya pada azimut
c. Pengukuran Terikat hanya pada koordinat
d. Pengukuran Terikat pada titik azimut dan koordinat

Keuntungan yang diperoleh dari pengukuran poligon tertutup yaitu, walaupun


tidak ada ikatan sama sekali, namun koreksi pada sudut dapat dihitung dengan
adanya sifat pada poligon tertutup yang jumlah bidang sudut dalamnya sama
dengan (n-2) 1000. Selain demikian itu, terdapat suatu koreksi pada koordinat
dengan adanya konsekuensi yang logis dari bentuk dan metode geometrisnya
bahwa terdapat jumlah selisih absis dan jumlah selisih koordinat sama dengan nol.
Keuntungan tersebut yang membuat orang/ surveyor senang dengan bentuk
polygon tertutup. Satu-satunya yang menjadi kelemahan dengan metode polygon
tertutup yang sangat menonjol ialah bahwa bila ada terdapat suatu kesalahan yang
proporsional dengan jarak (salah satu salah sistematis) tidak akan ketahuan, dengan
kata lain walaupun ada kesalahan tersebut. Kelemahan poligon tertutup yaitu, bila
ada kesalahan yang proporsional dengan jarak (salah satu salah sistematis) tidak
akan ketahuan. Dengan kata lain, walaupun ada kesalahan, namun metode poligon
tertutup kelihatan baik juga. Jarak-jarak yang diukur secara elektronis sangat mudah
dihinggapi kesalahan seperti kesalahan frekuensi gelombang. Dalam metode
Pengukuran Poligon Tertutup : Garis-garis akan kembali ke titik awal, jadi akan
membentuk segi banyak. Dan Berakhir di stasiun lain yang mempunyai ketelitian
letak sama atau lebih besar dari pada ketelitian letak titik awal.

2.1.3 Poligon Terbuka

Gambar 5.2 2 Sistem Poligon Terbuka


Pengukuran poligon terbuka biasa digunakan untuk mengukur jalan, sungai,
maupun irigasi. Tapi kenyataannya bisa digunakan untuk mengukur luas lahan

3
terbuka. namun tetap disarankan untuk menggunakan poligon tertutup apabila
mengukur luas lahan. Yang dimaksud terbuka disini adalah poligon tersebut tidak
mempunyai sudut dalam seperti pada tertutup. jadi pengukuran di mulai dari titik
awal tapi tidak kembali ke titik awal seperti pada gambar di bawah ini.

Poligon terbuka sendiri terbagi menjadi 2 yaitu terikat sempurna dan tidak
terikat sempurna. Dikatakan terikat sempurna apabila kita mempunyai data-data
koordinat pada titik awal dan titik akhir berupa data koordinat dan elevasi (x,y,z).
Sedangkan terikat tidak sempurna adalah hanya mempunyai data koordinat dan
elevasi pada titik awal saja. Data koordinat tersebut bisa didapatkan dari
benchmark. apa yang dimaksud dengan benchmark? silakan baca artikel saya
sebelumnya. Poligon terbuka tidak terikat sempurna ini tidak bisa dikoreksi
sehingga hanya surveyor-surveyor handal dan berpengalaman banyak lah yang bisa
menggunakan ini karena yakin ketelitian dan kesalahan sudut hanya kecil. Tingkat
kesalahan pada pengukuran sangat tergantung dari pengukurnya sendiri seberapa
akurat bisa melakukannya.

Berdasarkan peningkatan-peningkatan itu, maka polygon terbuka dapat


dibagi lebih lanjut menjadi :

a. Tidak ada ikatan sama sekali.


b. Salah satu ujung/titik yang lain tidak ada ikatan sama sekali.
c. Terdapat salah satu pada ujungnya terikat azimut saja, sedangkan pada
ujung/titik yang lain tidak ada ikatan sama sekali.
d. Pengukuran pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat,
sedangkan pada ujung yang lain tidak ada ikatan sama sekali.
e. Terdapat pada kedua ujungnya masing-masing dengan terikat azimuth.
f. Pada salah satu ujung/titik terikat pada titik koordinat, sedangkan ujung
yang lain terikat azimuth pada kedua ujungnya masing-masing terikat
koordinat.
g. Salah satu ujungnya terikat titik azimut dan titik koordinat, sedangkan
ujung yang lain terikat azimut saja.
h. Poligon dengan metode tertutup (koordinat lokal)

4
i. Poligon metode terbuka dan tidak terikat / lepas (koordinat lokal)
j. Poligon metode terbuka tidak terikat dengan sempurna

2.1.4 Poligon Acak


Dalam aplikasi yang melibatkan teori simpul untuk ilmu fisika, subjek
penelitian sering memanggil model matematika dimana poligon acak digunakan
sebagai pendekatan kasar untuk objek-objek yang berbentuk seperti lingkaran
(tertutup) dan memiliki tingkat keacakan tertentu dalam formasi mereka.
Selanjutnya, biopolimer, seperti DNA dan RNA, sering dikenai pembatasan spasial
dengan berbagai rasio pemadatan. Dalam kasus seperti itu, poligon acak dalam
kurungan sferis dapat berfungsi sebagai model kasar dari biopolimer yang tunduk
pada pengurungan spasial dan ini adalah dasar untuk. penelitian dalam artikel ini.
Pengurungan juga mempengaruhi tingkat spasial dari konfigurasi poligonal,
mempengaruhi konfigurasi apa yang terlihat seperti rata-rata, bahkan dalam tipe
simpul tertentu. Tujuan kami adalah untuk mempelajari bagaimana kekangan
mempengaruhi kelengkungan total (memutar) dan torsi total (memutar) di hadapan
knotting, dan khususnya interaksi antara kedua kuantitas ini dengan kekangan,
panjang, dan kompleksitas simpul.
Meskipun ada banyak cara yang berbeda untuk menentukan kompleksitas
simpul, umumnya disepakati bahwa beberapa jenis simpul 'lebih rumit' daripada
jenis simpul lainnya. Kadang-kadang jenis simpul yang dianggap rumit oleh satu
ukuran kompleksitas dapat dianggap sederhana dalam hal ukuran kompleksitas
yang berbeda. Sebagai contoh, beberapa tipe simpul dengan angka penyeberangan
yang tinggi memiliki indeks braid yang kecil, dan beberapa tipe simpul dengan
nomor penyilangan kecil memiliki indeks braid yang tinggi. Dalam artikel ini kami
berkonsentrasi pada angka persimpangan sebagai ukuran kompleksitas simpul
kami. Meskipun ada beberapa ukuran kerumitan yang rumit yang dapat digunakan
di sini, krami menggunakan nomor persimpangan karena ini adalah ukuran yang
paling umum digunakan dan tidak ada alternatif yang tampaknya memiliki
keuntungan intrinsik atas nomor persimpangan
Efek dari kompleksitas simpul dan panjang pada total kelengkungan dan total
puntir telah dipelajari sebelumnya untuk poligon berikat acak bebas untuk beberapa

5
jenis simpul sederhana . Dalam penulis memperoleh ekspresi untuk kelengkungan
total dari perjalanan acak ekuilateral terbatas (yaitu rantai terbuka terbatas) yang
independen dari knotting dan membandingkan hasil ini dengan data numerik yang
diperoleh dari poligon acak ekilateral terbatas. Kasus kelengkungan total poligon
acak terbatas (yaitu rantai tertutup terbatas) lebih menantang, khususnya karena
pembentukan poligon acak terbatas lebih sulit daripada kasus bebas. Teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama disetiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilh menjadi sampel.

2.1.5 Poligon Terbatas


Selanjutnya, poligon terbatas (dengan panjang poligon tetap) membentuk
simpul yang lebih kompleks daripada poligon bebas. Ini adalah kabar buruk dan
baik: simpul kompleks lebih menantang, secara komputasi, untuk mengidentifikasi,
namun simpul rumit juga jarang terjadi dalam kasus bebas. Pengurungan
memungkinkan kita untuk mengamati perilaku simpul kompleks yang tidak akan
tersedia dalam kasus tak terbatas untuk panjang poligon yang kita pelajari.
Untuk poligon terbatas ini kami memperbaiki panjang dan memvariasikan
jari-jari kurungan dan memperbaiki jari-jari kurungan dan memvariasikan
panjangnya, dan mengamati efek pada total kelengkungan dan torsi total.
Sementara beberapa hasil kami sesuai dengan apa yang telah diamati dalam studi
tentang poligon acak bebas, beberapa hasil yang mengejutkan muncul dari
penelitian kami, menunjukkan beberapa sifat yang unik karena efek simpul dalam
kurungan. Sebagai contoh, di bawah kurungan ketat, poligon dengan tipe simpul
sederhana (seperti simpul tidak) memiliki kelengkungan total yang lebih tinggi
dibandingkan dengan poligon dengan jenis simpul yang lebih rumit, yang
menunjukkan bahwa konfigurasi harus 'mengatur sendiri' dalam beberapa mode.
Fakta kontraintuitif bahwa knot kurang bengkok daripada unknots dalam kondisi
tertentu juga telah diamati, di mana penulis mempelajari ketergantungan
probabilitas knotting dari cincin semiflexible bebas pada kekakuan lentur. Juga,
fenomena yang diamati untuk total puntir sangat berbeda dibandingkan dengan
kelengkungan total, dan jauh lebih sulit untuk dijelaskan.

6
2.1.6 Hubungan Poligon dengan Magnetostatik
Magnetostatik adalah salah satu isi penting dari program Fisika sarjana
sarjana. Ini sering digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena medan magnet
yang dihasilkan oleh arus listrik yang stabil. Sebagai contoh, medan magnet pada
sumbu simetri dari cincin bermuatan yang berputar dapat dihitung dengan mudah
oleh hukum Biot-Savart. Perhitungan ini sangat mudah dan dapat dengan mudah
dipahami oleh mahasiswa sarjana karena cincin bermuatan berputar dapat dianggap
sebagai arus sirkuler . Namun, medan magnet pada sumbu simetri dari poligon
berotasi berputar jarang diselidiki secara sistematis. Perhitungan matematis yang
tidak nyaman dan panjang dalam situasi ini membuat mahasiswa sarjana menyusut
kembali.
Penemuan Oersted ini ditindaklanjuti oleh dua fisikawan Perancis yaitu Jean
Baptise Biot dan Felix Savart. Keduanya mampu menemukan hal baru lebih lanjut
mengenai medan magnet oleh arus listrik. Pemenuannya yaitu berhasil menentukan
bentuk medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik yang stabil. Rumusan
Hukum Biot – Savart adalah rumusan umum mengenai kuat medan magnet di
sekitar kawat berarus listrik, apa pun bentuk konduktornya tersebut. Berdasarkan
hukum Biot-Savart, medan magnet pada sumbu simetri dari poligon bermuatan
berputar secara analitik dihitung menggunakan kalkulus. Mengingat kesulitan
dalam pembuatan poligon dikenakan berputar, serangkaian lingkaran kumparan
pada arus tercatat dengan jari-jari yang berbeda dirancang dan diatur konsentris
untuk mensimulasikan poligon dikenakan berputar. Distribusi medan magnet pada
sumbu diukur menggunakan sensor medan magnet PASCO. Perbandingan antara
hasil teoretis dan eksperimental serta analisis kesalahan dan perhitungan kemudian
dibuat untuk menilai tingkat keberhasilan simulasi. Signifikansi praktis dari
penelitian ini adalah untuk mendamaikan perhitungan teoritis yang menyertai setup
sebenarnya untuk poligon dengan setup simulasi menggunakan gulungan
konsentris dan untuk memungkinkan masuknya percobaan dalam kerangka
program Fisika kuliah untuk mahasiswa. Ini memainkan peran positif dalam
mengembangkan kemampuan perhitungan teoritis siswa dan memperdalam
kemampuan eksperimental mereka.

7
2.2 Poligon Gaya

Poligon gaya adalah bentuk dasar yang terdiri dari garis lurus yang bergabung
untuk membentuk sirkuit atau rantai tertutup. Poligon gaya berasal dari kata poligon
yang berarti poli (banyak) dan gon (titik), yang kita maksud disini adalah poligon
yang digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan yang dimiliki titik-titk dimana
titik ini mempunyai sebuah koordinator x dan y. Poligon juga dapat di sebut
pengukuran segi banyak yang merupakan salah satu titik di lapangan. Jadi dapat di
simpulkan bahwa poligon adalah suatu rangkaian garis lurus koordinat suatu
dengan lainya menjadi bentuk tertentu segi banyak berurutan atau segi banyak tidak
beraturan dengan tidak persegi panjang, juga bentuk tertutup dengan sisi yang
terdiri atas sebuah garis lurus.

Apabila sejumlah gaya dikerjakan bersamaan pada sebuah titik akibatnya


dapat menimbulkan gaya tunggal yang menpunyai besar dan aarah gaya nyang
tepat. Apa bila yang sendiri-sendiri itu di ketahui maka kita dapat mencari gaya
tunggal ini, yang di sebut resultan (2). Proses ini di sebut penyusunan gaya dan
merupakan kebalikan dari urutan gaya menjadi komponen-komponenya

ika dalam menyelesaikan terdapat lebih dari dua gaya yang bekerja di suatu
titik maka untuk menyelesaikan komponen gaya tersebut digunakan metode
poligon, di mulai dengan menggunakan resultan itu lalu resultan berikutnya di
gunakan dengan gaya yang kesekian dan selanjutnya. Komposisi dari
penggabungan beberapa gaya dapat di hitung dengan menggunakan rumus berikut..

R = F1 + F2 + F3 +..........+ Fn = ∑Fn ...........................................................5.2.1

Keterangan:
R = Resultan Gaya
F1 = Besar Gaya Pertama
F2 = Besar Gaya Kedua
F3 = Besar Gaya Ketiga
Fn = Besar Gaya Kesekian

8
Jika gaya-gaya tersebut di susun pada koordinator kaktesian ( x.y), maka :

R = Ux Rx + Uy Ry ................................................................................5.2.2

Keterangan :
Rx = Resultan pada bidang x, Ry = Resultan pada bidang y
R = Resultan gaya

Dan kedua hubungan antara dua komponen resultan gaya itu dapat memberikan
nilai sudut resultannya,yaitu

tan2 = R x . ry ..........................................................................................5.2.3

Keterangan : Tan 2 = nilai sudut Resultan

Poligon digunakan apabila titik-titik akan dicari koordinatornya terletak


sehingga terbentuk segi banyak (poligon). Pengukuran dari penetaan karangka
dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat yang kourtesian (x.y)
titik pengukuran dalam pengukuran poligon sendiri mengandung arti dari salah satu
metode dalam persatuan penentuan titik yang lain. Untuk daerah yang relatif tidak
terlalu luas, pengukuran cara poligon merupakan pilihan yang sering di gunakan,
karena cara tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan dengan keadaan daerah
atau lapangan penentuan koordinat titik dengan cara poligon ini dapat
membuktikan.

a. Koordinat awal
b. Koordinat akhir
c. Azimut awal
d. Data ukuran dan jarak

9
2.3 Gaya

Gaya, di dalam ilmu fisika, adalah interaksi apapun yang dapat menyebabkan
sebuah benda bermassa mengalami perubahan gerak, baik dalam bentuk arah,
maupun konstruksi geometris. Dengan kata lain, sebuah gaya dapat menyebabkan
sebuah objek dengan massa tertentu untuk mengubah kecepatannya (termasuk
untuk bergerak dari keadaan diam), atau berakselerasi, atau untuk terdeformasi.
Gaya memiliki besaran (magnitude) dan arah, sehingga merupakan kuantitas
vektor. Satuan SI yang digunakan untuk mengukur gaya adalah Newton
(dilambangkan dengan N). Gaya sendiri dilambangkan dengan simbol F, khusus
untuk gaya gesek, dilambangkan dengan fs atau fk tergantung kondisinya.

Hukum kedua Newton menyatakan bahwa gaya resultan yang bekerja pada
suatu benda sama dengan laju pada saat momentumnya berubah terhadap waktu.
Jika massa objek konstan, maka hukum ini menyatakan bahwa percepatan objek
berbanding lurus dengan gaya yang bekerja pada objek dan arahnya juga searah
dengan gaya tersebut, dinyatakan dengan:

F = m.a ........................................................................................................5.2.4

Konsep yang berhubungan dengan gaya antara lain: gaya hambat, yang
mengurangi kecepatan benda, torsi yang menyebabkan perubahan kecepatan rotasi
benda. Pada objek yang diperpanjang, setiap bagian benda menerima gaya,
distribusi gaya ke setiap bagian ini disebut regangan. Tekanan merupakan regangan
sederhana. Regangan biasanya menyebabkan deformasi pada benda padat, atau
aliran pada benda cair.

10
BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

A B

Gambar 3 1 Peralatan Praktikum Poligon Gaya


Keterangan : (a) Peralatan Poligon, (b) Beban Pemberat, (c) Busur Derajat

11
3.1 Prosedur Kerja

Pertama – tama kami memasang alat sesuai gambar, atau meminta petunjuk dari
asisten. Selanjutnya kami memberikan beban pada masing-masing katrol, dengar
besar berbeda M1, M2, M3, dan M4 sesuai petunjuk asisten. Lalu kami mencatat
besarnya beban masing-masing katrol. Kemudian kami menarik simpul tali (titik 0)
ke pusat keseimbangan (papan grafik atau perpotongan diagonal pada bidang),
kemudian kami melepaskannya.Setelah itu kami mengukur kemiringan masing-
masing tali dengan menggunakan busur derajat secara bergantian, lalu m encatat
θ1, θ2, θ3, dan θ4. Terakhir kami mengubah besarnya beban beberapa kali sesuai
petunjuk asisten lalu mengulangi sebanyak 5 kali.

12
BAB IV

TABEL PENGAMATAN

3.1 Tabel Pengamatan 1

No. θM₁ θM2 θM3 θM4 Keterangan

1 35 o 40 o 40 o 45 o
m1 = 0,09 Kg
2 35 o 40 o 50 o 45 o
m2 = 0,11 Kg
3 34 o 40 o 47 o 45 o
m3 = 0,07 Kg
4 36 o 39 o 50 o 40 o m4 = 0,075 Kg
5 35 o 40 o 50 o 45 o

3.2 Tabel Pengamatan 2

No. θM₁ θM2 θM3 θM4 Keterangan

1 36 o 40 o 47 o 45 o
m1 = 0,12 Kg
2 36 o 40 o 48 o
45 o
m2 = 0,10 Kg
3 36 o 40 o 48 o 45 o
m3 = 0,105 Kg
4 36 o 40 o 48 o 45 o m4 = 0,07 Kg
5 37 o 40 o 47 o 44 o

13
Hari/Tanggal Praktikum : Ahad / 15 November 2020

Frekuensi : 2 / 4A

Anggota Kelompok : 1. Achmad Rifaldi

2. Dzulfilham Hamsarr

3. Eko Setyabudi Yahya

4. Khaerani Qafita

5. Zainal Abidin

Makassar, 23 November 2020

ASISTEN

(Ibu Sabili)

14
BAB V

PENGOLAHAN DATA

5.1 Perhitungan Secara Matematika

a. Sudut (θ) Rata – Rata


∑ 1 2 3 4
θ

Tabel 1
35 35 34 36 35
θ ∑Өm1 35°
5
40 40 40 39 40
θ ∑Өm2 39,8°
5
40 50 47 50 50
θ ∑Өm3 47,4°
5
45 45 45 40 45
θ ∑Өm4 44°
5
Tabel 2
36 36 36 36 37
θ ∑Өm1 36,2°
5
40 40 40 40 40
θ ∑Өm2 40°
5
47 48 48 48 47
θ ∑Өm3 47,6°
5
45 45 45 45 44
θ ∑Өm4 44,8°
5
b. Gaya – gaya pada sumbu X
Fx m. g Cos θ$
Tabel 1

Fx m. g Cos θ$

0,09 % 10 % &'( 35°

09 % 10 % 0,82

15
0,74 )

Fx m. g Cos θ$

0,11 % 10 % &'( 39,8°

0,11 % 10 % 0,77

0,85 )

Fx m. g Cos θ$

0,07 % 10 % &'( 47,4°

0,07 % 10 % 0,67

0,47 )

Fx m. g Cos θ$

0,075 % 10 % &'( 44°

0,075 % 10 % 0,72

0,54 )

Tabel 2

Fx m. g Cos θ$

0,12 % 910 % &'( 36,2°

0,12 % 910 % 0,81

0,97 )

Fx m. g Cos θ$

0,10 % 10 % &'( 40°

0,10 % 10 % 0,77

16
0,77 )

Fx m. g Cos θ$

0,105 % 10 % &'( 47,6°

0,105 % 10 % 0,89

0,93 )

Fx m. g Cos θ$

0,07 % 10 % &'( 44,8°

0,07 % 10 % 0,71

0,50 )

c. Gaya – gaya pada sumbu Y


*+ . ,. -. θ$
Tabel 1

Fy m. g Sin θ$

0,09 % 10 % -. 35°

0,09 % 10 % 0,57

0,51 )

Fy m. g Sin θ$

0,11 % 10 % -. 39,8°

0,11 % 10 % 0,64

0,70 )

Fy m. g Sin θ$

0,07 % 10 % -. 47,4°

17
0,07 % 10 % 0,74

0,52 )

Fy m. g Sin θ$

0,075 % 10 % -. 44°

0,075 % 10 % 0,69

0,52 )

Tabel 2

Fy m. g Sin θ$

0,12 % 10 % -. 36,2°

0,12 % 10 % 0,59

0,71 )

Fy m. g Sin θ$

0,10 % 10 % -. 40°

0,10 % 10 % 0,64

0,64 )

Fy m. g Sin θ$
0,105 % 10 % -. 47,6°
0,105 % 10 % 0,74
0,78 )
Fy m. g Sin θ$
0,07 % 10 % -. 44,8°
0,07 % 10 % 0,70
0,49 )
d. Resultan Gaya pada Sumbu X

18
34 *4 56*4 7 56*4 7 *4
Tabel 1
34 0,74 560,857 560,477 0,54
60,04 )
Tabel 2
34 0,97 560,777 560,937 0,50
60,23 )
e. Resultan Gaya pada Sumbu Y
38 *8 *8 56*8 7 56*8 7
Tabel 1
38 0,51 0,70 560,527 560,527
0,17 N
Tabel 2
38 0,71 0,64 560,787 560,497
0,08 N
f. Jumlah Gaya yang Bekerja pada Sistem Resultan
3 :5347 5387
Tabel 1
3 :50,047 50,177

√0,0016 0,0289
= :0,0305

0,17 )
Tabel 2
3 :560,237 560,087

:0,0529 0,0064

= :0,0593
0,24 )

19
g. Perhitungan Gaya Berdasarkan Grafik

Tabel 1

No. Ө F Skala

1. 350 9 10

2. 39,80 11 10

3. 47,40 7 10

4. 440 7,5 10

Gambar 5.5 1 Grafik Poligon Tabel 1

20
Tabel 2

No. Ө F Skala

1. 36,2 0 12 10

2. 36,20 10 `10

3. 47,60 10,5 10

4. 44,80 7 10

Gambar 5.5 2 Grafik Poligon Tabel 2

21
BAB VI

ANALISA PENGOLAHAN DATA

6.1 Tabel Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.6.1 Hasil Pengolahan Data Tabel 1

No. MASSA (Kg) Ө Rx (N) Ry (N) R(N)

1 0,09 35 o

2 0,11 39,8 o
-0,04 N 0,17 N 0,17 N
3 0,07 47,4 o

4 0,075 44 o

Tabel 5.6.2 Hasil Pengolahan Data Tabel 2

No. MASSA (Kg) Ө Rx (N) Ry (N) R(N)

1 0,12 36,2 o

2 0,10 40 o
-0,23 N 0,08 N 0,24 N
3 0,105 47,6 o

4 0,07 44,8 o

6.2 Pembahasan Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan hasil pengolahan dan data dan pada percobaan poligon gaya diperoleh
rata-rata sudut berbeda-berbeda, hal tersebut dipengaruhi oleh massa yang
diberikan pada setiap gaya di katrol. Selain itu, hasil dari tarik menarik terhadap tali

22
juga mempengaruhi besarnya sudut. Sesar rata sudut yang berbeda yang diperoleh
pada percobaan ini dilakukan sebanyak 5 kali. Massa yang berbeda pada percobaan
ini juga mempengaruhi nilai F yang didapatkan untuk memperoleh nilai resultan
gaya.

23
BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa gaya yang
dihasilkan pada saat terjadinya sebuah pergerakan pada benang yang diakibatkan
adanya gaya yang diberikan oleh beban. Apabila gaya yang diberikan oleh beban
kepada tali itu berbeda, maka sudut yang dihasilkan akan berbeda. Adapun pada
percobaan ini dipengaruhi oleh beban yang diberikan pada setiap lengan yang ada
pada tali. Semakin besar beban yang diberikan maka sudut yang dihasilkan akan
semakin kecil, begitu pula sebaliknya.

7.2 Saran

7.2.1 Saran Untuk Laboratorium

Kami berharap fasilitas laboratorium lengkap sesuai dengan kebutuhan


analisa yang diperlukan, serta nyaman dan bersih.

7.2.2 Saran Untuk Asistensi

Kami berharap kepada asisten tetap amanah dan sabar dalam membimbing
kami sebagai praktikan serta saling meluangkan waktu untuk berdiskusi untuk
tujuan pembelajaran.

7.2.3 Saran Untuk Praktikan

Kami sebagai praktikan semoga menjadi pribadi yang lebih baik, amanah
dalam mengerjakan tugas serta patuh terhadap aturan yang berlaku.

24
7.2 Ayat Yang Berhubungan

“Barang Siapa yang berat timbangannya (kebaikannya), maka mereka itulah orang-
orang yang beruntung.” (Q.S Al-A’raf : 8)

Penjelasan :

Dari ayat diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa kelak amal perbuatan
manusia akan ditimbang, dimana timbangan tersebut berupa neraca-amal dengan
satu lidah (jarum petunjuk) dan dua daun (wadah), sebagaimana yang kita lihat
didunia. Yang ditimbang ialah berkas-berkas dimana amal manusia dituliskan. Bila
amal kebajikannya lebih banyak dari amal kejahatannya, maka neracanya actief
(masuk surga), sebaliknya bila amal kejahatannya lebih banyak maka neracanya
pasief (masuk neraka).

Seperti halnya dengan materi percobaan polygon gaya yang dilakukan


bahwa gaya yang dihasilkan pada saat terjadinya sebuah pergerakan pada benang
yang diakibatkan adanya gaya yang diberikan oleh beban. Apabila gaya yang
diberikan oleh beban kepada tali itu berbeda, maka sudut yang dihasilkan akan
berbeda. Adapun pada percobaan ini dipengaruhi oleh beban yang diberikan pada
setiap lengan yang ada pada tali. Semakin besar beban yang diberikan maka sudut
yang dihasilkan akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Civil Engineering . (t.thn.). Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat. Diambil


kembali dari Civil Engineering : http://ilmu-
civil1001.blogspot.com/p/pengukuran-poligon-tertutup-terikat.html

General Sipil . (2016, Februari 09). PENGANTAR ILMU UKUR TANAH ( POLIGON ). Diambil
kembali dari PENGERTIAN POLIGON DAN JENIS KLASIFIKASI PENGUKURAN
LAPANGAN: http://www.general-sipil.com/2016/02/pengertian-dan-jenis-
poligon.html

sejahtera15. (2018, Juli 17). Pengertian Poligon tertutup dan terbuka pada ilmu ukur
tanah. Diambil kembali dari sejahtera15: http://sejahtera15.com/pengertian-
poligon-tertutup-dan-terbuka/

Wikipedia. (2020, Oktober 29). Gaya. Diambil kembali dari Wikipedia :


https://id.wikipedia.org/wiki/Gaya_(fisika)

26

Anda mungkin juga menyukai