Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Metode Pengukuran Poligon


Poligon digunakan apabila titik - titik yang akan di cari koordinatnya terletak
memanjang sehingga terbentuk segi banyak (poligon). Pengukuran dan Pemetaan
Poligon merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar
horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik titik pengukuran. Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu metode
penentuan titik diantara beberapa metode penentuan titik yang lain. Untuk daerah
yang relatif tidak terlalu luas, pengukuran cara poligon merupakan pilihan yang
sering di gunakan, karena cara tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diti
dengan keadaan daerah/lapangan. penentuan koordinat titik dengan cara poligon
ini membutuhkan, antara lain (Sibsa, 2015) :
1. Koordinat Awal
Bila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistim tertentu, haruslah dipilih
koordinat titik yang sudah diketahui misalnya: titik triangulasi atau titik - titik
tertentu yang mempunyai hubungan dengan lokasi yang akan dipatokkan. Bila
dipakai system koordinat lokal pilih salah satu titik, BM kemudian beri harga
koordinat tertentu dan tititk tersebut dipakai sebagai acuan untuk titik - titik
lainya.
2. Koordinat Akhir
Koordinat titik ini di butuhkan untuk memenuhi syarat Geometri hitungan
koordinat dan tentunya harus di pilih titik yang mempunyai sistem
koordinat yang sama dengan koordinat awal
3. Azimuth Awal

Azimuth awal ini mutlak harus diketahui sehubungan dengan arah


orientasi dari system koordinat yang dihasilkan dan pengadaan datanya
dapat di tempuh dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
a. Hasil hitungan dari koordinat titik - titik yang telah diketahui dan akan
dipakai sebagai tititk acuan system koordinatnya.
b. Hasil pengamatan astronomis (matahari). Pada salah satu titik poligon
sehingga didapatkan azimuth ke matahari dari titik yang bersangkutan.
Dan selanjutnya dihasilkan azimuth kesalah satu poligon tersebut
dengan ditambahkan ukuran sudut mendatar (azimuth matahari).
2.2. Data Ukuran Sudut dan Jarak
Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak antara dua titik kontrol perlu
diukur di lapangan.

Gamabar 1. Sketsa Poligon


(Sumber : http://dokumen.tips/documents/metode-pengukuran-poligon.html)

Data ukuran tersebut, harus bebas dari sistematis yang terdapat (ada alat ukur)
sedangkan salah sistematis dari orang atau pengamat dan alam di usahakan sekecil
mungkin bahkan kalau bisa di tiadakan. Berdasarkan bentuknya poligon dapat
dibagi dalam dua bagian, yaitu (Sibsa, 2015):
Poligon berdasarkan visualnya :
a. poligon tertutup

Gambar 2. Poligon Tertutup


(Sumber : http://dokumen.tips/documents/metode-pengukuran-poligon.html)
b. poligon terbuka

Gambar 3. Poligon Terbuka


(Sumber : http://dokumen.tips/documents/metode-pengukuran-poligon.html)
c. poligon bercabang

Gambar 4. Poligon Bercabang


(Sumber : http://dokumen.tips/documents/metode-pengukuran-poligon.html)

Poligon berdasarkan geometriknya :


a. poligon terikat sempurna

b. poligon terikat sebagian


c. poligon tidak terikat
Untuk mendapatkan nilai sudut - sudut dalam atau sudut-sudut luar serta jarak
jarak mendatar antara titik-titik poligon diperoleh atau diukur di lapangan
menggunakan alat pengukur jarak yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi.
Poligon digunakan apabila titik - titik yang akan dicari koordinatnya terletak
memanjang sehingga membentuk segi banyak (poligon). Metode poligon
merupakan bentuk yang paling baik di lakukan pada bangunan karena
memperhitungkaan bentuk kelengkungan bumi yang pada prinsipnya cukup di
tinjau dari bentuk fisik di lapangan dan geometriknya. Cara pengukuran polygon
merupakan cara yang umum dilakukan untuk pengadaan kerangka dasar pemetaan
pada daerah yang tidak terlalu luas sekitar (20 km x 20 km).
Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk untuk menyesuaikan dengan
berbagai bentuk medan pemetaan dan keberadaan titik titik rujukan maupun
pemeriksa. Tingkat ketelitian sistem koordinat yang diinginkan dan kedaan medan
lapangan pengukuran merupakan faktor - faktor yang menentukan dalam
menyusun ketentuan poligon kerangka dasar.Tingkat ketelitian umum dikaitkan
dengan jenis dan atau tahapan pekerjaan yang sedang dilakukan. Sistem koordinat
dikaitkan dengan keperluan pengukuran pengikatan. Medan lapangan pengukuran
menentukan bentuk konstruksi pilar atau patok sebagai penanda titik di lapangan
dan juga berkaitan dengan jarak selang penempatan titik. (Sibsa, 2015)

1.

Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah suatu poligon dimana titik awal dan titik akhirnya

mempunyai posisi yang sama atau berhimpit, sehingga poligon ini adalah suatu
rangkaian tertutup. Berdasarkan fungsinya, poligon dibedakan menjadi (Rochman,
2012):
1. Poligon untuk keperluan kerangka peta, syaratnya harus memiliki titik
titik yang cukup baik, dalam arti menjangkau semua wilayah.

2. Poligon yang berfungsi sebagai titik-titik pertolongan untuk mengambil


detail lapangan.
Untuk memudahkan dalam memahami sudut-sudut yang ada dalam pengukuran
poligon, maka perlu dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
1. Sudut dalam adalah selisih antara dua arah (jurusan) yang berlainan.
2. Azimuth (sudut arah) adalah sudut yang dihitung terhadap arah utara
magnetis, dan arah ini berhimpit dengan sumbu Y pada peta.
Unsur-unsur yang dicari dalam pengukuran poligon adalah semua jarak dan sudut
(Di, i). Kedua unsur ini telah cukup untuk melukis poligon di atas peta, jika kita
tidak terikat pada sistem koodinat yang ada dan tidak menghiraukan orientasi pada
poligon tersebut.Agar poligon tersebut terarah (tertentu orientasinya), maka perlu
salah satu sisi diketahui sudut arahnya (azimuth).
Untuk memperoleh azimuth tiap sisi poligon, syaratnya harus diketahui azimuth
awalnya (1). Penentuan azimuth awal dapat dicari dengan langjah-langkah
sebagai berikut :
1. Sumbu I theodolit diatur dalam keadaan vertikal (gelembung nivo
seimbang), dan bacaan sudut horisontal menunjukkan angka 000000
pada arah magnetis bumi.
2. Putar theodolit dan arahkan ke titik P2 pada bacaan biasa, kemudian
balikkan teropong pada keadaan luar biasa (LB) dan bacalah sudut yang
dibentuk dengan arah titik.
Penentuan azimuth awal (1) dihitung dengan rumus :
1 = (HB2 + (HLB2 180)) / 2
Untuk azimuth-azimuth selanjutnya dihitung dengan rumus :
a. Untuk pengukuran searah jarum jam :
2 = 1 + 180 ( 2 f)
3 = 2 + 180 ( 3 f)
b. Untuk pengukuran berlawanan jarum jam :
2 = 1 180 + ( 2 f)
3 = 2 180 + ( 3 f)
Agar titik koodinat dapat diketahui dalam sistem koodinat yang ada, maka poligon
perlu diikat (dihubungkan) dengan titik yang diketahui koodinatnya atau titik tetap

(X1, Y1). Koodinat di sini dihitung dari unsur-unsur jarak dan sudut arah sebagai
berikut :

Gambar 5. Koordinat x dan y


(sumber : http://www.Ilmutekniksipil.com/ilmu-ukur-tanah/pengukuran-poligon)
X2 = X1 + D sin 1 fx
Y2 = Y1 + D cos 1 fy
Keterangan :
= azimuth
D = jarak
= sudut dalam
fx = koreksi sumbu x
fy = korekai sunbu y
Kemudian untuk titik-titik berikutnya (titik P 3) dihitung dari titik P2, titik P4
dihitung dari titik P3, dan seterusnya.

2.4

Pengikatan ke Muka
Pengikatan ke muka adalah suatu metode pengukuran data dari dua buah titik

di lapangan tempat berdiri alat untuk memperoleh suatu titik lain di lapangan
tempat berdiri target (rambu ukur, benang, unting-unting) yang akan diketahui
koordinatnya dari titik tersebut. Garis antara kedua titik yang diketahui
koordinatnya dinamakan garis absis. Sudut dalam yang dibentuk absis terhadap
target di titik B dinamakan sudut beta. Sudut beta dan alfa diperoleh dari
lapangan. Pada metode ini, pengukuran yang dilakukan hanya pengukuran sudut
(Zaky, 2012).

Bentuk yang digunakan metoda ini adalah bentuk segi tiga. Akibat dari sudut
yang diukur adalah sudut yang dihadapkan titik yang dicari, maka salah satu sisi
segitiga tersebut harus diketahui untuk menentukan bentuk dan besar segitinya.

Gambar 6. Metode Pengukuran Mengikat ke Muka


(Sumber : http://www.plengdut.com/metode-pengukuran-pengikat-ke-muka/958)

Sibsa. 2015. Metode Pengukuran Poligon. Terdapat Pada http://dokumen.tips/do


cuments/metode-pengukuran-poligon.html. Diakses pada tanggal 25 Mei
2016 Pukul 21.00 WIB
Rochman. 2012. Pengukuran Poligon. Terdapat Pada http://www.Ilmutekniksipil.
com/ilmu-ukur-tanah/pengukuran-poligon. Diakses pada tanggal 25 Mei
2016 Pukul 21.00 WIB
Zaky. 2012. Metode Pengukuran Pengikat ke Muka. Terdapat pada http://www.
plengdut.com/metode-pengukuran-pengikat-ke-muka/958.
tanggal 25 Mei 2016 Pukul 22.00 WIB

Diakses

pada

Praktikum kali ini melakukan pengukuran lahan dengan menggunakan


metode poligon dimana metode poligon berfungsi sebagai pengukuran untuk
memperoleh koordinan X dan Y. Dengna cara menentukan sudut antar titik atau
stasiun. Metode poligon juga dapat dilakukan perhitungan dengan menggunakan
metode ikat kemuka yaitu dengan mengetahui satu atau dua titik yang telah
dikethui koordinatnya.
Praktikum ini memperoleh data BA, BT, BB, sudut horizontal, sudut
vertikal. Data tersebut dimasukan kedalam suatu aplikasi pengolah angka. Hasil
perhitungan menunjukan bahwa nilai Si tidak sesuai dengan yang diharapkan
yaitu 2520 yang merupakan kelipatan sudut 180 O sedangkan sudut hasil
perhitungan adalah 2519,8864 sehingga sudut memiliki selisih 0,1136. Hal ini
menunjukan terdapat kesalahan dalam pembacaan sudut karena sudut kurang dari
kelipatan 180 yaitu 2520. Hal ini dikarenakan pembacan yang tidak tepat karena
posisi alat yang tidak pas pada patok dan juga sering dikarenakan kesalahan alat
yang selalu menampilkan nilai sudut yang berubah ubah. Untuk mengantisipasi
nilai simpangan tersebut maka dilakukan koreksi dengan mengalikan nilai error
dengan dengan jarak titik tertentu dibagi dengan jarak total. Sehingga ketika
dilakukan penjumlahan kembali maka data akan bernilai 2520.
Koordinat dalam mencarinya menggunakan dataa jarak dan sin sudut
azimut untuk koordinat X dan cos untuk koordinat Y. Nilai azimut dicari dengan
patokan arah utara sehingga sudut azimut dapat disebut dengan sudut jurusan
yang sangat berguna untuk menentukan koordinat suatu titik. Namun berdasarkan
data hasil perhitungan menunjukan bahwa penjumlahan semua D sin bernilai
-41,558 sedangkan berasarkan literatur nilai D sin haruslah 0 karena merupakan
poligon tertutup sehingga akan saling mengurangi. Hal ini dikarenakan
perhitungan azimut yang terjadi keliru dan juga dapat disebabkan karena
penenetuan utara yang salah serta pembacaan sudut arah utara yang salah. Maka
nilai errorharuslah dilakukan koreksi agar nilai koordinat tidak jauh menyimpang.
Begitu pula dengan D cos tidak bernilai 0 karena kesalah pembacaan sudut arah
utara. Kesalahan pembacaan BA, BT, BB juga akan berpengaruh karena akan
menentukan nilai jarak. Dengan menggunakan data D sin atau D cos dan

koordinat yang telah ditentukan maka akan sudah menghasilkan koordinat yang
ditanyakan.
Perhitungan beda tinggi akan mempengaruhi elavasi masing masing titik
namun tidak akan berpengaruh terhadap koordinat. Sehingga pada perhitungan
tidak dilakukan koreksi. Data menunjukan elavasi awal dan akhir tidaklah sama
sedangkan berdasarkan literatur haruslah sama karena merupakan poligon tertutup
sehingga tempat alat akhir merupakan tempat alat awal. Hal dikarenakan
perbedaan pembacaaan yang tidak secara spesifik sehingga aka menimbulkan
simpangan pada nilai beda tinggi dan akan mempengaruhi elavasi maka hal ini
haruslah dilakukan koreksi dengan mengalikan nilai error dengan dengan jarak
titik tertentu dibagi dengan jarak total

Kesimmpulan
1. Pengukuran poligon digunakan untuk menentukan koordinat X dan Y pada
suatu titik.
2. Syarat penentuan koordinat suatu titik haruslah mempunyai titik yang
telah diketahui koordinatnya.
3. Nilai simpangan sudut horizontal, D sin , D cos , dan elavasi seringkali
terdapat simpangan atau nilai error maka dilakukan koreksi.
4. Koreksi dilakukan dengan mengalikan nilai error dengan dengan jarak titik
tertentu dibagi dengan jarak total.
5. Nilai azimut merupakan nilai yang akan menjadi sudut jurusan yang
sangat penting dalam melakukan perhitungan koordinat.
6. Kesalahan kesalahan pada umumnya dikarenakan kesalahan dalam
pembacaan rambu dan kesalahan alat yang menunjukan nilai sudut yang
berubah ubah

Saran:
1. Praktikan memahami tujuan dan fungsi pengukuran poligon terlebih
dahulu agar dapat mengetahui prosedur pengukuran yang baik.
2. Asisten memberika materi tentang pengaplikasian masing masing
metode pengukuran yang bernaeka ragam.

3. Praktikan harus meletakan posisi alat sejajar dengan posisi titik dan juga
penentuan tinggi alat yang sering keliru karena berada pada lahan miring.

Anda mungkin juga menyukai