Anda di halaman 1dari 5

Makalah pemeriksaan LEOPOLD 1-4

A. Pendahuluan

Pemeriksaan Leopold adalah pemeriksaan dengan metode perabaan yang berfungsi untuk


memperkirakan posisi bayi dalam rahim. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan saat
menjalani pemeriksaan kandungan rutin di trimester tiga kehamilan, atau saat kontraksi
sebelum persalinan. Posisi bayi di rahim cukup bervariasi dan dapat berubah-ubah sesuai
usia kehamilan. Bayi bisa berada dalam posisi kepala di bagian bawah rahim, sungsang
atau melintang. Pemeriksaan Leopold dilakukan untuk membantu dokter atau bidan
menyarankan cara persalinan yang tepat. Selain itu, pemeriksaan ini dapat membantu
memperkirakan usia kehamilan, serta ukuran dan berat bayi dalam kandungan. Dikutip
dari sebuah studi yang berjudul leopold maneuverfs pemeriksaan ini berasal dari ahli
kandungan dan ginekolog Jerman, yaitu Christian Gerhard Leopold. Ini tergolong
tindakan medis atau pemeriksaan lanjutan yang mudah dilakukan karena tidak perlu
memasukkan alat tertentu ke dalam tubuh. Akurasi dari pemeriksaan Leopold yang
dilakukan pada trimester ketiga kehamilan adalah sekitar 63% – 88%. Dapat dikatakan
bahwa hasil pemeriksaan yang akurat juga dipengaruhi dari berbagai faktor termasuk
pengalaman dokter. Maka dari itu, pemeriksaan ini juga dibarengi dengan USG supaya
hasilnya lebih akurat. Namun terkadang, pemeriksaan Leopold ini sulit dilakukan pada
ibu hamil dengan kondisi obesitas atau air ketuban yang terlalu banyak .
B. Pembahasan
1. Tahapan Pemeriksaan Leopold
Sebelum pemeriksaan, ibu akan diminta untuk buang air kecil guna mengosongkan
kandung kemih. Hal ini dilakukan agar ibu lebih nyaman saat proses perabaan perut
dengan metode Leopold dilakukan. Selanjutnya, Bunda akan diminta berbaring telentang
dengan kepala sedikit ditinggikan, lalu dokter atau bidan akan meraba perut ibu dengan
empat langkah berikut:

Leopold 1
Dokter menempatkan kedua telapak tangan di bagian atas perut untuk menentukan letak
bagian tertinggi rahim. Kemudian dokter meraba perlahan area ini untuk memperkirakan
bagian tubuh bayi yang berada di sana. Kepala bayi akan teraba keras dan bentuknya
bundar. Sedangkan bokong bayi, akan terasa seperti objek besar dengan tekstur lembut.
Pada sekitar 95% kehamilan, posisi bokong berada di bagian tertinggi rahim ini.
Leopold 2
Pada tahap Leopold 2, kedua telapak tangan dokter akan meraba perlahan kedua sisi perut
ibu , tepatnya di area sekitar pusar. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui bayi Bunda
menghadap ke kanan atau ke kiri. Caranya adalah dengan membedakan letak punggung
bayi dan anggota tubuh lain. Punggung bayi akan terasa lebar dan keras. Sedangkan,
bagian tubuh lain akan terasa lebih lembut, tidak beraturan dan dapat bergerak.
Leopold 3
Di pemeriksaan Leopold tahap 3, dokter akan meraba bagian bawah perut ibu
menggunakan jempol dan jari-jari dari salah satu tangannya saja (tangan kanan atau
tangan kiri). Mirip dengan Leopold 1, cara ini bertujuan untuk memastikan bagian tubuh
bayi yang berada di bagian bawah rahim. Bila teraba keras, berarti kepala. Namun bila
terasa seperti objek bergerak, berarti tungkai atau kaki.
Jika teraba kosong, bisa jadi bayi berada dalam posisi melintang dalam rahim. Tahap
perabaan ini juga bisa membantu dokter memperkirakan berat bayi dan volume air
ketuban
Leopold 4
Pada tahap terakhir, dokter akan meraba bagian bawah perut ibu dengan kedua telapak
tangannya. Cara ini dapat membantu dokter mengetahui apakah kepala bayi sudah turun
sampai rongga tulang panggul (jalan lahir) atau masih di area perut. Bila sudah masuk
penuh sampai rongga panggul, seharusnya kepala bayi akan sulit atau tidak lagi bisa
diraba. Selanjutnya, pemeriksaan Leopold juga umum diikuti dengan pemeriksaan
tekanan darah ibu serta detak jantung bayi, dan menjelang persalinan, dokter mungkin
juga akan melakukan peeriksaan CTG, Pemeriksaan Leopold merupakan cara sederhana
untuk memperkirakan posisi bayi dengan teknik perabaan seperti penjelasan di atas.
Meski begitu, tingkat akurasi pemeriksaan ini bisa bervariasi, sehingga mungkin
diperlukan pemeriksaan lain  untuk memastikan kondisi bayi, seperti USG.
Peneriksaan kehamilan rutin ke dokter kandungan  penting untuk dijalani agar kondisi
kesehatan ibu dan Si Kecil dapat terpantau. Dengan pemeriksaan rutin selama kehamilan,
termasuk pemeriksaan Leopold, dokter dapat memantau kondisi serta posisi janin,
sehingga dapat menentukan metode persalinan yang terbaik.
TFU pada Kehamilan TM III menurut Mc. Donald

28 Minggu 25 cm
32 Minggu 27 cm
36 minggu 30 cm
40 Minggu 33 cm

2. Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester III


a) Perdarahan Pervaginam
Perdarahan antepartum/perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester
dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan (Pantiawati, 2010: 68). Menurut Asrinah (2010:
89) pada kehamilan usia lanjut,perdarahan yang tidak normal adalah merah,banyak dan
kadang-kadang tapi tidak selalu disertai dengan rasa nyeri.
b) Sakit Kepala yang Berat
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan,dan seringkali merupakan ketidaknyamanan
yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang serius adalah sakit kepala yang hebat
yang menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala
yang hebat tersebut ibu mungkin merasa penglihatannya kabur atau berbayang. Sakit
kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsi (Sulistyawati, 2009:
75).
c) Penglihatan Kabur
Akibat pengaruh hormonal,ketajaman penglihatan dapat berubah dalam kehamilan.
Perubahan ringan (minor) adalah normal. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan
yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya pandangan
kabur dan berbayang.Perubahan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan mungkin
menandakan pre-eklampsia (Pantiawati, 2010: 68).
d) Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan
Pada saat kehamilan, hampir seluruh ibu hamil mengalami bengkak yang normal pada kaki
yang biasanya muncul pada sore hari dan hilang setelah beristirahat dengan meninggikan
kaki. Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan,
tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik yang lain.Hal ini dapat
pertanda anemia,gagal jantung atau pre-eklampsia (Sulistyawati, 2009: 75).
e) Keluar Cairan per Vagina
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester III. Ibu harus dapat
membedakan antara urine dengan air ketuban. Jika keluarnya cairan ibu tidak terasa,
berbau amis dan berwarna putih keruh, berarti yang keluar adalah air ketuban. Jika
kehamilan belum cukup bulan,hati-hati akan adanya persalinan preterm (< 37 minggu) dan
komplikasi infeksi intrapartum (Sulistyawati, 2009: 76).
f) Gerakan Janin Tidak Terasa
Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa
ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakan bayi akan
melemah. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring untuk beristirahat dan
jika ibu makan dan minum dengan baik. Bayi harus bergerak 3x dalam 1 jam atau minimal
10x dalam 24 jam. Jika kurang dari itu, maka waspada akan adanya gangguan janin dalam
rahim, misalnya asfiksia janin sampai kematian janin (Sulistyawati, 2009: 76)
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, A. (2015). Ibu Hamil Menghadapi Proses Persalinan Di. eJournal Keperawatan, 3(Volume 3
Nomor 2), 2, 3.
Berliana, A. J. (2015). Kesiapan Fisik dan Psikologis dalam Menghadapi Persalinan pada Ibu
Hamil yang Melakukan Senam Yoga di Do The Beauty & Fresh.

Anda mungkin juga menyukai