Pemanfaatan Senyawa Kompleks dengan Atom Pusat Logam herbisida, dan insektisida[11]. Kompleks nikel yang memiliki
Transisi dengan Ligan Tiourea dan turunannya yang Berpotensi geometri square planar di mana posisi aksialnya dapat memicu
sebagai Agen Antibakteri proses spin state switching karena perubahan sifat absorbsi
yang tergantung pada pelarut DMSO dan piridin pada logam
Alfida Rahmah
pusat Ni(II) menyebabkan pergeseran medan atas turun ke arah
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan negatif disertai dengan perubahan induksi kondisi spin dan
Alam adanya dua fungsi imina pada posisi orto pada jarak 1.493(4)
dan 1.481(4) Å [3]. Struktur nano dari NiO menghambat
Universitas Negeri Malang
pertumbuhan bakteri pertumbuhan sel secara signifikan dengan
Jalan Semarang 5, Malang menggangu keseimbangan membran sel dan menyebabkan
kerusakan sel, enzim, sehingga mendukung peningkatan
1.Abstrak aktivitas antibakteri [4]. Gugus tiourea dan turunannya
memiliki banyak aplikasi seperti, antijamur, dan antibakteri,
2. Pendahuluan
contohnya senyawa kompleks zink(II) klorida dan
Senyawa kompleks terbentuk akibat adanya ikatan kovalen kadmium(II) klorida dengan kalium sianida dengan N,N’-
koordinasi antara atom pusat dan atom donor dari ligan. Atom dietiltiourea (detu)[6]. Turunan benzoiltiourea sebagai
pusat biasanya merupakan atom logam atau ion logam. Salah antibakteri untuk strain E. faecalis, S. aureus, S. epidermidis, P.
satu ion logam yang dapat menjadi atom pusat adalah ion aeruginosa, E. coli, C. albicans, C. parapsilosis, C. krusei, dan
nikel(II) dengan konfigurasi elektron pada keadaan dasar [Ar] C. glabrata. [7]. Sehingga tiourea adalah ligan ambidentat
3d8. Ion nikel(II), merupakan ion dari logam golongan 10 dan dengan banyak aplikasi dalam obat sebagai agen antibakteri,
termasuk logam transisi. Salah satu contoh ion logam antivirus dan antijamur. [9][10]. Senyawa [Cd(Metu)2(NCS)2]n
transisi,Ni(II) dalam bentuk senyawa kompleks dengan ligan mengkristal dalam kelompok ruang P-1 dan ion logam dan
modifikasi dapat dimanfaatkan sebagai agen antibakteri [Cd(Metu)2(CN)2] mengkristal dalam kelompok ruang C2/c
khususnya Pseudomonas aeruginosa,Salmonella typhi,Vibrio dapat dijadikan contoh turunan dalam untuk interaksi
parahaemolyticus,Vibrio alginolyticus , Staphylococcus aureus metal-sulfur dalam sistem biologis [8].
dan fungi Candida albicans. [1] E. coli dan Staphylococcus [2].
Bebebapa turunan tiourea memiliki aktivitas biologis, seperti:
NiWO4 secara luas digunakan dalam penggunaan panjang rantai karbon dan mengikuti aturan "like dissolve
semikonduktor oksida logam transisi yang akan memperkuat like", sedangkan dalam pelarut non alkohol, aturan ini tidak
oksida tembaga yang tidak stabil menggunakan nikel dan berlaku. Pada suhu tertentu, kelarutan menurun seiring dengan
tungsten oksida dalam media klorida (NaCl) yang dapat bertambahnya panjang rantai karbon sebagai berikut: methanol
mengurangi kerapatan arus korosi Cu dalam larutan NaCl 3,5% > ethanol > n-propanol > n-butanol > n-pentanol [17]. Senyawa
dari 6,126 hingga 0,350 μA cm-2 [5].Pada senyawa kompleks kompleks bismut (III) berbasis aroylthiourea
b b
[Ni(detu)4]Cl2 memiliki geomterti piramida square terdistorsi, [Bi2(L )4(μ-L )2]⋅2(C3H6O) menunjukkan lebih kuat dalam
dengan empat ligan detu ekuatorial terikat pada nikel melalui menghambat kemampuan bakteri menghasilkan penghambatan
belerang dan ion nikel spin rendah berada pada 1,35 Å [12]. zona untuk P. aeruginosa dan S. Aureus sehingga kinerja
NiWO4 mengadopsi struktur monoklinik dan kelompok ruang: antibakteri pada kompleks tersebut tiga kali lipat lebih besar
P2/c, dengan Z = 2 [13]. Sintesis nanomaterial dengan logam daripada senyawa tembaga yang mengandung ligan serupa.
campuran Ni-Co dengan perbandingan tertentu dapat Peningkatan aktivitas antibakteri ini berhubungan dengan
dimanfaatkan untuk, laser, fotoanoda, serat optik, cincin morfolina yang ada dalam struktur di mana senyawa
supercapattery dan penyimpanan energi elektrokimia [14][15] heterosiklik mengaktifkan aktivitas biologis [18]. Kompleks
rutenium(II) dengan ligan tiourea membentuk cincin
Pembuatan kompleks kadmium(II), beranggota enam, di mana rutenium dikoordinasikan oleh atom
tetrakis(N,N′diethylthiourea)sulfatokadmium(II),[Cd(Detu)4SO belerang monodentat disertai dengan ikatan hidrogen
4] termasuk kelompok ruang Pbca dengan sistem kristal intramolekul antara tiourea N─H dan atom donor oksigen
orthorombik menunjukkan pita tajam pada 1108 cm-1, 961 cm-1, amida [19]. Senyawa {2}-metallacoronates dan
dan 598 cm-1 menunjukkan adanya koordinasi ion SO42-dan {2}-metallacryptates dari kombinasi ligan dipicolinoylbis(N,
posisi jarak ikatan atom N-H = 0,88Å, C–H = 0,98-0,99Å. N-dietiltiourea), H2Lpy dengan ion seng(II) dan ion logam
Sayangnya resonansi >C=S detu (yang mana untuk Detu bebas alkali tanah Ca2+ dan Ba2+ menunjukkan aktivitas antimikroba
muncul pada 182,07 ppm) tidak teramati dan juga resonansi yang baik terhadap bakteri Gram-positif (E. faecali, S. aureus
N–H tidak dapat terdeteksi [16]. Kesetimbangan fasa dari dan B. cereus) dan bakteri Gram-negatif (E.coli dan
N,N′-diethylthiourea (DETU) sebagai titik leleh (Tm) sebesar P.aeruginosa). Kelemahannya penelitiannya ligan H2L,
351,28 K dan data kelarutan kesetimbangan DETU diukur menunjukkan aktivitas antimikroba yang lemah terhadap
dengan metode gravimetri mulai dari 283,15 hingga 323,15 K. semua mikroorganisme yang diuji, dibandingkan dengan
Kelarutan dalam alkohol menurun dengan bertambahnya semua logam kompleks menunjukkan aktivitas antimikroba
yang lebih tinggi daripada ligan yang tidak terkoordinasi dan antiparasit untuk Mycobacterium tuberculosis dan
menunjukkan efek antiproliferatif yang sangat lemah, dengan Trypanosoma cruzi kemudian dibandingkan dengan obat
nilai IC50 yang lebih besar dari 100 mikrogram/ml [20]. referensi benznidazole, yang menampilkan nilai IC50 10,61 ±
0,87 µM, akan tetapi tidak ada yang logam-bebas ligan yang
Ligan tiourea N,N-di-R-N'-(4-chlorobenzoyl) dimana (Di-R: menunjukkan aktivitas antiparasit, sedangkan kompleks Pd(II)
diethyl, di-n-propyl, di-n-butyl dan diphenyl) ligands (HL1-4) menunjukkan aktivitas antiparasit. Kompleks logam dapat
dan logam platinumnya dalam bentuk senyawa kompleks diaplikasikan menjadi agen antiparasit yang lebih kuat daripada
(cis-[Pt(L1-4-S,O)2]) yang diuji terhadap S. aureus dan S. benznidazole, meskipun kompleks tersebut menunjukkan
pneumoniae (sebagai bakteri Gram positif), E. coli, P. indeks selektivitas yang lebih rendah daripada benznidazole
aeruginosa dan A. baumannii (sebagai Gram bakteri negatif) [23]. Senyawa baru dari turunan asil tiorea yaitu
dan C. albicans dan C. glabrata (sebagai jamur) didapatkan 1-etil-3-(1-naftol)tiourea dan 1-isopropil-3-(1-naftol)tiourea
hasil bahwa semua ligan bebas dan kompleks Pt(II) mereka menunjukkam hasil spektrum IR, peregangan N1-H
menghambat pertumbuhan strain jamur dengan nilai MIC menunjukkan pita sangat lemah pada 3331 dan 3285 cm-1,
berkisar antara 15,62 dan 250,00 µg/mL tetapi tidak seefektif sedangkan peregangan N2-H muncul pita yang sangat kuat
flukonazol yang digunakan sebagai obat referensi terhadap pada 3219 dan 3193 cm-1 . Namun,senyawa
semua strain jamur [21]. Kristal ZTTC (zink tris tiourea 1-etil-3-(1-naftol)tiourea tidak dapat mengurangi pertumbuhan
klorida) mempunyai aktivitas zona penghambatan yang besar bakteri secara signfikan (< 10%). Tetapi dapat menghambat
terhadap spesies bakteri S. typhi karena zona hambat pembentukan biofilm sebesar 57 sampai 63% [24].Reaksi H2L1
antibakterinya lebih besar daripada Pseudomonas aeruginosa, yaitu isophthaloylbis(N,N-diethylthiourea) dengan ion Fe3+
Shigella flexneri dan Bacillus subtilis dimana ion logam dapat menghasilkan kompleks binuklir [Fe2(L1)3] dengan struktur
meningkatkan aktivitas antibakteri, disebabkan efek toksik dari seperti cryptand. Spektrum IR untuk memiliki serapan
Zn2+ yang dilepaskan oleh ZTTC kemudian bersentuhan medium serapan pada 3163 cm-1 dan serapan kuat di area 1659
dengan membran sel mikroba yang bermuatan negatif. Zn2+ cm-1 sebagai vibrasi ulur N-H dan gugus C=O untuk ligan
menembus ke dalam membran sel dengan saling tarik menarik aroylbis(N,N-diethylthiourea) [25]
antara logam yang bermuatan berlawanan dengan membran sel
sehingga terjadi reaksi dengan gugus sulfhidril di dalam Secara umum, penghambatan oleh ligan turunan tiourea lebih
membran sel [22]. Hasil analisis kompleks tinggi daripada kompleks logamnya karena ligan lebih reaktif
Pd(II)/N,N-disubstitusi-N'-asiltiourea sebagai aktivitas dengan kebutuhan mikroelemen yang diperlukan untuk nutrisi
jamur dan kompleks Pt(II) lebih stabil daripada Ni(II), karena
sifat ligan yang lunak, yang dapat membentuk kompleks yang
lebih stabil dengan kation asam lunak Pt(II) dibandingkan
dengan kation Ni(II) yang lebih keras. Ligan memiliki atom S
yang memberikan stabilitas besar [26]. Urutan berdasarkan
adalah ETU > DBTU > DMTU -DETU [28].
5.2 {[Ni(5,5´-dmbpy)3](SCN)2}2
Ion Pusat : Ni(II)
Ligan :
● 5,5´ -dimetil-2,2´ bipiridin
Gambar 2. Struktur of (a) tiourea; (b) urea ©2012, American Chemical
● SCN-
Society.
Mikroorganisme yang diuji
Bakteri E. coli dan Staphylococcus Ligan
Metode : ● N,N-di-R-N'-(4-chlorobenzoyl) dimana (Di-R:diethyl,
Minimum inhibitory concentration (MIC) dan minimum di-n-propyl, di-n-butyl and diphenyl) ligands (HL1-4)
bactericidal concentration (MBC) melalui uji pengenceran Mikroorganisme yang diuji
broth macro ditabung reaksi steril, dan zona hambat (IZ) S. aureus dan S. pneumoniae (sebagai bakteri Gram
dengan metode difusi. Larutan dari kompleks tersebut positif), E. coli, P. aeruginosa dan A. baumannii
disiapkan dalam air suling dan DMSO. Aktivitas antimikroba (sebagai Gram bakteri negatif) dan C. albicans dan C.
kompleks dievaluasi dengan uji difusi agar pada pelat Muller glabrata (sebagai jamur).
Hinton Agar (MHA). Pelat diinkubasi pada 37 ° C selama 24 Metode
jam, dan diameter yang dihasilkan dari setiap zona hambat Sel inokulum disiapkan dari kultur yang ada di Tryptic Soy
menunjukkan tidak ada pertumbuhan bakteri yang diamati [2] Agar (TSA) pada 28 °C selama 24 jam dan Mueller-Hinton
Agar (MHA) 37 °C selama 24 jam.Masing-masing. konsentrasi
mikroorganisme menggunakan tabung turbidity McFarland 0,5
5.3 [MZn2(μ-AcO)2(Lpy)2] dan [MZn2(Lpy)3] Larutan senyawa pada jurnal disiapkan dalam DMSO pada
1000 μg/mL. Uji mikrodilusi merupakan teknik uji terhadap
Ion logam : Zn(II), Ca(II), Ba(II) aktivitas antimikroba. Untuk pengujian aktivitas antibakteri,
Ligan : H2Lpy = dipicolinoylbis(N,N-diethylthiourea) 100 μL,Mueller-Hinton Broth (MHB) ditambahkan ke
Mikroorganisme yang diuji masing-masing 11 sumur 100 μL larutan dan dilakukan 2 kali
-Bakteri Gram-positif (E. faecali, S. aureus dan B. cereus) dan pengenceran disiapkan. Kemudian 5 μL suspensi bakteri
-Bakteri Gram-negatif (E.coli dan P.aeruginosa). ditambahkan ke masing-masing tabung. Kemudian semu plate
Metode : diinkubasi pada 28 ° C (untuk jamur) dan pada suhu 37 °C
Menggunakan teknik pengenceran kaldu secara (untuk bakteri) selama 24 jam. Fluconazol dan ampisilin
mikro.Pengenceran dilakukan mulai dari 2,56 µg/ml hingga 4,0 digunakan sebagai obat referensi [21]
µg/ml disiapkan dengan melarutkan kompleks dalam DMSO
dan pengenceran dilakukan di atas kaldu Mueller Hinton. 5.5 Zn[CS(NH2)2]3Cl2
Setelah inkubasi selama 24 jam pada 37 °C, absorbansi pada Ion pusat : Zn(II)
650 nm diukur dengan menggunakan microplate reader. Ligan
Streptomycin dan Tetramycin digunakan sebagai senyawa ● Tiourea
referensi [20] ● Cl-
Mikroorganisme yang diuji
5.4 cis-[Pt(L1-4-S,O)2] S. typhi ,Pseudomonas aeruginosa, Shigella flexneri
Ion logam : Pt(II) dan Bacillus subtilis
Metode sumur. Untuk larutan standar berupa obat/antibiotik dilarutkan
Mikroorganisme sebanyak 1 ml dalam kaldu Muller-Hinton dalam air,etanol, atau DMSO kemudian diencerkan 1/10 ke
yang diinkubasi pada 37 ° C selama 12 jam lalu dikultur pada dalam media lalu ditransfer 100 μL ke dalam sumur sehingga
media agar Muller-Hinton.Pengenceran ZTTC dilakukan
pada sumur terdapat kontrol pertumbuhan (control growth)
dengan melarutkan masing-masing 5 mg sampel bubuk dalam
1 ml air suling sebagai larutan sebagai kontrol negatif dalam. serta pengenceran obat dua kali lipat.
Pelat petri diinkubasi pada suhu 37 ° C selama 24 jam dan zona
hambat diukur.Aktivitas penghambatan oleh ZTTC
dibandingkan dengan antibiotik standar yaitu Chloramphenicol
[22]
[24] E. Contreras Aguilar et al., “Acyl thiourea [29] Qurbayni,Siti H.2019.Sintesis dan Karakterisasi
derivatives: A study of crystallographic, bonding, Senyawa Kompleks dari Kadmium(II) Klorida dengan
biological and spectral properties,” Chem. Phys. Lett., Kalium Siandida dan Ligan
vol. 715, no. 1465, pp. 64–71, 2019, doi: N,N’-dietiltiourea.Malang:FMIPA Universitas Negeri
10.1016/j.cplett.2018.11.020. Malang
[25] C. T. Pham, H. H. Nguyen, A. Hagenbach, and [30] Faza, Firdaus A.2018.Sintesis dan Karakterisasi
U. Abram, “Iron(III) Metallacryptand and Senyawa Kompleks dari Tembaga(II) Oksalat dan
Metallacryptate Assemblies Derived from Ligan N,N’-dietiltiourea.Malang:FMIPA Universitas
Aroylbis(N,N-diethylthioureas),” Inorg. Chem., vol. 56, Negeri Malang
no. 18, pp. 11406–11416, 2017, doi:
10.1021/acs.inorgchem.7b01909. [31] S. Ahmad et al., “Synthesis, characterization,
DFT calculations and antibacterial activity of
[26] R. Del Campo et al., “Thiourea derivatives and palladium(II) cyanide complexes with thioamides,” J.
their nickel(II) and platinum(II) complexes: Antifungal Mol. Struct., vol. 1141, no. Ii, pp. 204–212, 2017, doi:
activity,” J. Inorg. Biochem., vol. 89, no. 1–2, pp. 10.1016/j.molstruc.2017.03.098.
74–82, 2002, doi: 10.1016/S0162-0134(01)00408-1.
[32] C. Puzzarini, “Molecular structure of thiourea,”
[27] Sutrisno, R. D. Assyfah, R. Retnosari, I. B. J. Phys. Chem. A, vol. 116, no. 17, pp. 4381–4387,
Rachman, and H. W. Wijaya, “Antibacterial activity of 2012, doi: 10.1021/jp301493b.
potassium salt, fatty acids, and methyl esters of
candlenut seed oil against staphylococcus aureus and
[33] O. Fayomi, R. Sha’Ato, R. Wuana, J. Igoli, V. Moodley,
and W. Zyl, “Synthesis, Characterization and Antibacterial
Studies of Some Metal Complexes of N-DI (Pyridin-2-YL)
Thiourea Derivatives,” Int. Res. J. Pure Appl. Chem., vol. 16,
no. 3, pp. 1–31, 2018, doi: 10.9734/irjpac/2018/40567.