Disusun oleh :
Elis Harnanti
NIM : M0301004
BAB I
PENDAHULUAN
Selain dengan Fe(II), isoniazid juga dapat berinteraksi dengan Co(II) membentuk
kompleks [Co(Isoniazid)2(H2O)2]Cl2. Isoniazid merupakan obat yang sangat efektif dan
sekarang dianggap sebagai salah satu obat utama untuk kemoterapi tuberkulosis, tetapi
tidak efektif sempurna untuk segala jenis penyakit (Fatah, 1990: 169). Pada kompleks
[Co(Isoniazid)2(H2O)2]Cl2 gugus donor elektron yang terkoordinasi pada Co(II) juga N
dari NH2 dan O dari C=O (Rahardja, Wahyuningsih dan Astuti, 2003: 73).
Isonikotinamida dan asam isonikotinat juga sering digunakan sebagai bahan anti
tuberkulosis dan antilipemik yang digunakan untuk pengobatan aterosklerosis yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner (Siswandono dan Soekardjo, 1995:
596). Selain itu isonikotinamida dan asam isonikotinat merupakan vitamin golongan B
yang dapat mengobati penyakit pelagra (Tjay dan Rahardja, 2005: 804).
Isonikotinamida dan asam isonikotinat (Gambar 3) mempunyai struktur molekul
yang mirip dengan isoniazid, yang juga mengandung atom donor N dan O, karenanya
kedua ligan tersebut dimungkinkan dapat membentuk senyawa kelat atau senyawa
kompleks dengan logam transisi, diantaranya adalah Cu(II).
(a) (b)
Gambar 3. (a) Struktur Isonikotinamida dan (b) Struktur Asam Isonikotinat
(Aldrich, 2004: 1096)
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Sintesis kompleks dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain mereaksikan
ligan dan logam tanpa pemanasan atau dengan pemanasan. Pembentukan kompleks
diperlukan pelarut yang dapat melarutkan logam dan ligannya.
Indikasi terbentuknya kompleks diketahui dari pergeseran panjang gelombang
spektra elektronik logam bebas dibandingkan dengan spektra elektronik kompleks.
Isonikotinamida dan asam isonikotinat mengandung atom-atom yang memiliki
pasangan elektron bebas lebih dari satu yang dapat berperan sebagai donor elektron
seperti N, dan O sehingga keduanya memiliki kemungkinan dapat terkoordinasi pada
pusat logam Cu(II) membentuk kompleks. Adanya perbedaan atom donor yang
terkoordinasi pada Cu(II) memungkinkan terjadinya perbedaan geometri kompleks yang
terbentuk dan juga berpengaruh pada karakteristik kompleks seperti sifat daya hantar
listrik dan sifat kemagnetan. Formula kompleks dapat ditentukan dengan analisis unsur–
unsur C, H, N, O, dan Cu, sedang struktur kompleks dapat ditentukan dengan tepat secara
kristalografi sehingga dibutuhkan suatu karakterisasi terhadap kompleks yang terbentuk.
Pada umumnya tembaga(II) membentuk kompleks dengan bilangan koordinasi 4, 5 atau 6
dan bergeometri square planar, square pyramid atau oktahedral terdistorsi.
2. Batasan Masalah
Sintesis kompleks Cu(II) dengan isonikotinamida dan Cu(II) dengan asam
isonikotinat dilakukan dengan tanpa pemanasan dan pemanasaan secara refluks pada
berbagai perbandingan mol logam dan mol ligan.
Formula kompleks ditentukan berdasarkan analisis logam (Cu). Atom atau gugus
atom yang terkoordinasi pada atom pusat diperkirakan dari spektra infra merah.
3. Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang dapat timbul dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana sintesis kompleks Cu(II) dengan ligan isonikotinamida dan
kompleks Cu(II) dengan asam isonikotinat?
2. Bagaimana formula kompleks Cu(II) dengan ligan isonikotinamida dan
kompleks Cu(II) dengan asam isonikotinat?
3. Bagaimana karakteristik kompleks Cu(II) dengan ligan isonikotinamida dan
kompleks Cu(II) dengan asam isonikotinat?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui cara sintesis kompleks Cu(II) dengan ligan isonikotinamida
dan kompleks Cu(II) dengan asam isonikotinat.
2. Mengetahui perkiraan formula kompleks Cu(II) dengan ligan
isonikotinamida dan kompleks Cu(II) dengan asam isonikotinat.
3. Mengetahui karakterisasi masing-masing kompleks Cu(II) dengan ligan
isonikotinamida dan kompleks Cu(II) dengan asam isonikotinat.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pembentukan
kompleks Cu(II) dengan ligan isonikotinamida dan kompleks Cu(II) dengan asam
isonikotinat. Di masa mendatang diharapkan dapat menunjang bidang kesehatan untuk
menangani kasus keracunan tembaga dan juga dapat memberikan sumbangan dalam
bidang farmasi.