Anda di halaman 1dari 15

EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK

OLEH : MARIA CATHALINA CORINA SUSANTO - 071411131060

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


UNIVERSITAS AIRLANGGA | 2017
A. EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK
Jones (1996) Secara umum menjelaskan evaluasi kebijakan sebagai suatu
kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk menilai manfaat dari suatu kebijakan atau
program pemerintah yang mencakup sub-sub kegiatan seperti spesifikasi obyek, Teknik
pengukuran, metode analisis, dan rekomendasi yang dihasilkannya. Evaluasi Kebijakan
juga dijelaskan oleh William N. Dunn (1998) sebagai sebuah tahapan kebijakan publik
yang menempati posisi terakhir setelah implementasi kebijakan yang ditujukan untuk
mengetahui apakah kebijakan yang telah dilaksanakan telah sesuai dengan harapan
masyarakat dan terbukti efektif memecahkan permasalahan yang ada atau tidak.
Melalui beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa evaluasi kebijakan publik
adalah suatu aktivitas pasca dilakukannya implementasi kebijakan yang dirancang guna
menilai kualitas dan manfaat dari kebijakan yang telah dilaksanakan.
William N.Dunn (1994) menjelaskan bahwa evaluasi kebijakan memiliki 3 tujuan
dan fungsi utama, yakni :
a) Memberi informasi yang valid dan terpercaya mengenai kinerja dari sebuah
kebijakan atau dalam Bahasa lain, fungsi kebijakan unyuk menyediakan data dan
informasi serta rekomendasi bagi para decision-makers untuk memutuskan
apakan nantinya mereka akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan
sebuah pelaksanaan kebijakan.
b) Memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang
mendasari pemilihan tujuan dan target. Pemilihan nilai dalam mencapai tujuan
dan target, sejatinya, tidak didasari oleh berbagai kepentingan nilai dari
kelompok/golongan tertentu. Ia harus didasarkan pada nilai yang memang
dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, nilai perlu diperjelas dengan
mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target yang hendak dicapai..
c) Memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya,
termasuk pada rekomendasi kebijakan maupun pada perumusan kebijakan.
Informasi tentang memadai atau tidaknya kinerja kebijakan yang didapatkan dari
evaluasi kebijakan dapat memberi sumbangan bagi formulasi masalah kebijakan

1
dengan menunjukkan bahwa tujuan dan target perlu di definisikan ulang
(redefinition of goals and targets).

B. STUDI IMPLEMENTASI DAN STUDI EVALUASI : SERUPA TAPI TAK SAMA


Anggara (2014) menjelaskan bahwasanya studi mengenai analisis kebijakan
publik sebelumnya telah berkembang luas jauh sebelum adanya kemunculan minat
pada studi implementasi. Secara sederhana studi evaluasi dan studi implementasi dapat
dianalogikan sebagai induk dan anak. Studi Impelentasi dapat dikatakan sebagai anak
yang lahir dari studi evaluasi. Meskipun begitu, analogi ini tidak dapat secara rinci
menjelaskan perbedaan antara studi evaluasi dengan studi implementasi. Untuk dapat
memahami lebih lanjut mengenai perbedaan dari studi evaluasi dan implementasi,
hendaknya kita melihat ruang lingkup analisis kebijakan publik sebagai asal muasal dari
studi evaluasi dan implementasi. Laswell dalam Parsons (2001) menyatakan bahwa
analisis kebijakan merupakan sebuah analisis dengan sifat multimethod dan
multidisciplinary yang berfokus pada masalah serta berkaitan dengan pemetaan
kontekstualitas problem kebijakan, opsi kebijakan dan hasil kebijakan yang bertujuan
untuk mengintegrasikan pengetahuan ke dalam suatu disipilin yang menyeluruh untuk
menganalisis pilihan publik dan pengambilan keputusan. Pandangan Laswell ini
menyatakan bahwa lingkup analisis kebijakan lebih berfokus pada persoalan proses
pembuatan kebijakannya yakni mulai tahap perumusan masalah, agenda setting,
formulasi kebijakan hingga legislasi kebijakan.
Parsons (2001) menjelaskan bahwa analisis evaluasi dan implementasi
merupakan bagian dari analisis kebijakan publik, hanya pada satu tahap proses dan
kedalaman analisis yang berbeda tentunya. Analisis evaluasi dan analisis implementasi
memiliki lingkup fokus yang berbeda sesuai dengan istilahnya walaupun tetap
merupakan analisis yang multidisiplin. Pengertian mendasar yang dapat membedakan
antara analisis studi implementasi dengan analisis studi evaluasi sebagaimana yang
dinyatakan oleh Parsons (1995) adalah :

2
” … evaluation eximines ‘how public policy and the people who deliver it may be
appraised, audited, valued and controlled” while the study of implementation is
about “how policy is put into action and practice”

Menurut Sabatier dan Mazmanian dalam Anggara (2014), melakukan studi


implementasi berarti kita berusaha memahami apa yang secara nyata terjadi setelah
suatu kebijakan atau program dijalankan. Dapat disimpulkan bahwa lingkup studi
implementasi meliputi semua kegiatan yang terjadi setelah suatu kebijakan atau
program dijalankan. Sedangkan lingkup studi evaluasi sebagaimana dijelaskan Weiss
(1972) meliputi segala kegiatan membandingkan tujuan program yang telah ditetapkan
di awal dengan efek/dampak yang dihasilkan oleh program/kebijakan setelah
diimplementasikan. Michael Hill & Peter Hupe (2002) memperjelas perbedaan lingkup
studi implementasi dan studi evaluasi dalam table sebagai berikut :
Tabel 1 : Implementing and Evaluation Research
Object Research Act
Implementation Process / Behaviors Discription
Output Evxplanation
Outcomes Theory building and testing
Causal connections Analytical Judgement

Evaluation Outcomes-value link Value judgement


Sumber: Hill & Hupe (2002)
Sebagai contoh, Pemerintah Kota Surabaya memiliki sebuah program yang
ditujukan untuk mengurangi kemacetan dan meminimalisir pengguna kendaraan
bermotor dibawah umur yang dinamakan program bus sekolah gratis. Berikut adalah
table perbedaan analisis evaluasi dan implementasi berdasarkan contoh program
tersebut
Tabel 2 : Contoh Perbedaan Ruanglingkup Studi Implementasi dan Studi Evaluasi
dalam Program Bus Sekolah Gratis Pemerintah Kota Surabaya
Pertanyaan
Studi Implementasi 1. Bagaimana pelaksanaan bus sekolah gratis yang dilakukan
pemerintah Kota Surabaya ?
2. Apakah terjadi kesalahan dalam proses pengimplementasian
program bus sekolah gratis ini ? Apakah penyebabnya ?
Studi Evaluasi 1. Apakah program bus sekolah gratis yang sudah berjalan
selama sepuluh tahun lebih ini sudah mencapai tujuan dan

3
sasaran yang diharapkan ?
2. Adakah dampak program bus sekolah gratis terhadap
penurunan angka kemacetan dan penggunaan kendaraan
pribadi oleh anak di bawah umur di Kota Surabaya ?
3. Apakah program bus sekolah gratis ini merupakan program
yang tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan yakni
meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor di bawah
umur dan mengurasi kemacetan di Kota Surabaya ?
4. Bagaimana kinerja program bus sekolah gratis di Kota
Surabaya ?
5. Apa rekomendasi bagi program bus sekolah gratis di Kota
Surabaya ?

Tak jarang muncul overlapping antara analisis studi evaluasi dan studi
implementasi yang memunculkan pertanyaan-pertanyaan evaluative dalam studi
implementasi, seperti : “Apakah program/tindakan yang dipilih ini telah sesuai dengan
tujuan yang di harapkan ? atau apakah keputusan yang dibuat untuk
mengimplementasikan kebijakan sudah tepat ? Hal ini disebabkan karena kedua studi ini
bias berangkat dari permasalahan yang sama. Oleh karena itu sangat penting untuk
menjaga batas antara keduanya.

C. IDENTIFIKASI PROGRAM BUS SEKOLAH GRATIS PEMERINTAH KOTA SURABAYA


a. Deskripsi dan Komponen Program Bus Sekolah Gratis Pemerintah Kota
Surabaya
Laju tingkat konsumtif penduduk Indonesia akan tersedianya kendaraan
bermotor, menjadikan jumlah transportasi pribadi meningkat dari tahun ke
tahun. Hal ini menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap dalam
tingkat kemacetan di Indonesia terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan
Surabaya.
Kota Surabaya sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur merupakan kota
metropolitan kedua di Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar 2.846.917

4
jiwa.1 Hingga tahun 2017 Kota Surabaya menjadi kota dengan pengguna
transportasi pribadi terbesar kedua setelah kota Jakarta. Saat ini jumlah
kendaraan pribadi di Kota Surabaya mencapai 4.521.629 unit.2 Angka ini di
dominasi oleh kendaraan roda dua yang mencapai 3.625.999 unit. Jumlah
kendaraan tersebut hampir mencapai dua kali lipat dari jumlah penduduk
Surabaya. Tak heran jika Kota Surabaya mengalami kemacetan luar biasa setiap
harinya. Kondisi ini diperparah dengan adanya penggunaan kendaraan pribadi
oleh pelajar di bawah umur. Hingga tahun 2015 setidaknya terjadi 5.196 kasus
pelanggaran kendaraan bermotor oleh pelajar dibawah umur.3 Belum lagi
ditambah banyaknya angka kecelakaan kendaraan yang dialami oleh pelajar
pengguna kendaraan bermotor. Jumlah kecelakaan kendaraan yang melibatkan
pelajar pada tahun 2015 mencapai 732 kecelakaan.
Untuk mengatasi permasalahan ini, dinas Perhubungan Surabaya selaku
lembaga pemerintahan membuat program Bus Sekolah Gratis sebagai bentuk
inovasi dalam transportasi publik yang dikhususkan untuk para pelajar. Bus
sekolah gratis adalah bus yang digunakan untuk mengangkut pelajar antara
rumah ke sekolah dengan tempat tinggal yang terlalu jauh untuk ditempuh
dengan berjalan kaki, sehingga diharapkan pelajar tidak perlu menggunakan
kendaraan pribadi yang dapat menyebabkan kemacetan, polusi dan kecelakaan
Bus sekolah ini sendiri beroperasi dengan bertujuan untuk menekan
angka kemacetan di Kota Surabaya dan meminimalisir penggunaan kendaraan
bermotor oleh pelajar di bawah umur. Program dari Dinas Perhubungan Kota
Surabaya mengenai bus sekolah berdasar pada keputusan peraturan
kementerian direktur jenderal perhubungan darat nomor :
SK.967/AJ.202/DRJD/2007 tentang penyelenggaraan angkutan sekolah. Dalam
kebijakan tersebut bus sekolah merupakan suatu angkutan sekolah yang perlu

1
Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. 2017. Jumlah Penduduk Kota Surabaya diakses melalui
https://surabayakota.bps.go.id/
2
Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. 2016. Jumlah Transportasi Kota Surabaya. Diunduh melalui
https://surabayakota.bps.go.id/Subjek/view/id/17
3
Data Satlantas Polwiltabes Kota Surabaya 2014

5
diselenggarakan dalam rangka mengantisipasi kebutuhan angkutan sekolah yang
efektif dan efisien. Hingga tahun 2017 Dinas Perhubungan telah menyediakan 6
(enam) bus sebagai armada untuk mengangkut para siswa ke tempat tujuan
dengan maksud untuk membantu para siswa khususnya dari keluarga yang tidak
mampu atau untuk mengurangi bahkan meniadakan anak-anak sekolah yang
tentunya belum memenuhi persyaratan memperoleh Surat Ijin Mengemudi (SIM)
mengendarai sepeda motor atau bahkan mobil serta mengurangi kemacetan di
Surabaya.
Menurut Kamus Beasr Bahasa Indonesia (KBBI), komponen dapat
dartikan sebagai bagian dari keseluruhan. Aminuddin (2008) menjelaskan lebih
mendetail mengenai makna komponen sebagai bagian dari suatu sistem yang
memiliki peranan penting dalam keseluruhan aspek berlangsungnya suatu
proses dalam pencapaian tujuan di dalam sistem. Berikut adalah komponen
program Bus Sekolah Gratis Pemerintah Kota Surabaya :
1. Tata Alur Lalu Lintas
Pada komponen ini pemerintah Kota Surabaya menyusun rencana
pengaturan lalu lintas untuk melintasnya bus sekolah gratis ini. Hal ini
perlu dilakukan agar ada kepastian zonasi dan rute / arahan sehingga
dapat mengatasi kemacetan dan memfasilitasi kebutuhan angkutan
pelajar di Surabaya. Hal ini mencakup pemerataan atau distribusi bus
sekolah gratis di Kota Surabaya.
2. Infrastruktur dan Armada Bus Sekolah
Infrastruktur serta Armada bus sekolah sangat diperlukan dalam
penyediaan pelayanan prima bagi publik khususnya bagi pelajar di Kota
Surabaya. Hal ini juga mencakup efektivitas bus sebagai salah satu solusi
mengatasi kemacetan, kecukupan dari jumlah armada bus sekolah gratis
Surabaya serta Ketepatan waktu pengantaran dan penjemputan pelajar.
3. Pembiayaan

6
Pengelolaan dan Pembiayaan yang jelas dibutuhkan untuk dapat
menjamin berlangsungnya program ini untuk jangka panjang. Oleh
karena itu perlunya rincian mengenai Biaya Operasional Kendaraan (BOK)
Angkutan Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya. Hal ini mencakup efisiensi
waktu, tenaga dan biaya.

b. Sasaran, Tujuan, dan Dampak dari Program Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya.
a. Sasaran Program Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya adalah seluruh
pelajar Kota Surabaya dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga
Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
b. Tujuan Program Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya :
a) Mengurangi tingkat penggunaan kendaraan pribadi di Kota
Surabaya terutama oleh pelajar dibawah umur
b) Meningkatkan angka keselamatan berkendara dan kepatuhan
berlalu lintas di Kota Surabaya
c) Mengurangi kemacetan di Kota Surabaya dengan penggunaan
kendaraan umum
c. Dampak Program Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya :
a) Jangka Pendek :
 Membantu mengurangi biaya pengeluaran transportasi
bagi keluarga pelajar (terutama bagi keluarga dengan
ketidakmampuan secara ekonomi)
 Berkurangnya volume kendaraan bermotor, khususnya
kendaraan pribadi di Kota Surabaya

b) Jangka Panjang :
 Menurunnya angka kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas
yang dilakukan oleh pelajar dibawah umur.

7
 Menurunnya angka kemacetan kendaraan di Kota
Surabaya
 Meningkatnya Kualitas Lingkungan Hidup Kota yang Bersih
dan Hijau melalui penurunan tingkat polusi udara di Kota
Surabaya
c. Kerangka Keterkaitan Rasional
Dalam suatu program harus terdapat keterkaitan rasional antara program
yang akan dievaluasi dengan sasaran yang dituju dan dampak yang diharapkan.
Ada tidaknya kaitan rasional tersebut, dapat menentukan apakah program
tersebut yang harus dimodifikasi atau sasaran dan hasil yang harus diubah.
Adapun keterkaitan rasional dalam program bus sekolah gratis dengan sasaran,
tujuan dan dampaknya dapat dijelaskan melalui skema dibawah ini :
Skema 1 : Keterkaitan Rasional Program Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya

Dengan adanya pengoprasian bus sekolah gratis di kota Surabaya


tentunya secara langsung akan berdampak pada pengurangan volume

8
kendaraan bermotor di Surabaya. Orang Tua Pelajar tidak perlu lagi berkendara
untuk mengantarkan anaknya ke sekolah ataupun menjemput mereka. Dengan
menurunnya jumlah kendaraan di jalan tentunya akan mengurangi tingkat
kemacetan di Kota Surabaya. Tidak hanya itu saja, keluarga dari pelajar
pengguna angkutan gratis ke sekolah ini tentunya akan terbantu dari sisi finansial
karena tidak perlu mengeluarkan ongkos untuk biaya transportasi ke sekolah.
Selain itu, angka kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas yang disebabkan oleh
penggendara pelajar dibawah usia juga dapat ditekan. Dengan begitu, kualitas
udara di Kota Surabaya juga dapat meningkat karena polusi yang disebabkan
oleh banyaknya jumlah kendaraan bermotor berkurang.

d. Hubungan Antar Variabel


Dalam keterkaitan rasional dalam sebuah program atau kebijakan perlu
diketahui adanya variable anteseden dan variable intervening. Singarimbun
(1984) menjelaskan bahwa ada beberapa jenis variable dalam sebuah penelitian,
diantaranya ialah variable anteseden dan variable intervening. Variabel
anteseden mempunyai kesamaan dengan variabel antara, yakni merupakan hasil
yang lebih mendalam dari penelusuran hubungan kausal antara variabel.
Perbedaannya, “variabel antara” menyusut diantara variabel pokok, sedangkan
variabel anteseden mendahululi variabel pengaruh. Sedangkan variable
intervening ialah variable yang dipengaruhi oleh variable bebas yang kemudian
mempengaruhi variable - variable terikat, jadi variable bebas mempengaruhi
variable terikat melalui variable antara.
Berikut adalah skema hubungan variable anteseden yang dapat
memperjelas pernyataan diatas :

9
Skema 2 : Hubungan antar
Variabel

Sumber : Singarimbun (1984)

Dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa hubungan antar variable


dalam program bus sekolah gratis Kota Surabaya adalah sebagai berikut :

 Variabel Anteseden (Z) :


1. Kemampuan Mengantar yang dimiliki orang tua pelajar

10
2. Karakteristik Perjalanan
3. Gaya Hidup
4. Atribut Pelayanan Transportasi Umum
 Variabel Independen (X) : Penggunaan kendaraan pribadi oleh pelajar
dibawah umur
 Variabel Intervening (antara) : Volume kendaraan pribadi yang beroprasi
 Variabel Dependen (Y) : Kemacetan Lalu Lintas di Kota Surabaya

Dalam sebuah evaluasi kebijakan juga diperlukan analisis mengenai factor-faktor


yang sekiranya dapat mendukung dan menghambat pencapaian sasaran program.
Adapun beberapa factor pendukung dan penghambat dari sasaran program bus
sekolah gratis pemerintah kota Surabaya ialah :
1. Faktor Pendukung
a. Fasilitas Penunjang Operasional Seperti AC, Televisi dan Audio
b. Ketepatan Waktu
c. Peraturan Intern Sekolah yang melarang penggunaan kendaraan
bermotor bagi pelajar dibawah umur.
d. Peraturan Polantas Republik Indonesia yang melarang penggunaan
kendaraan bermotor bagi pengendara dibawah umur ataupun yang
tidak memiliki SIM.
2. Faktor Penghambat
a. Keterbatasan Armada
b. Keterbatasan Rute
c. Konflik kepentingan dengan Bemo dan angkutan lain
d. Penegakan peraturan dan larangan di sekolah mengenai penggunaan
kendaran bermotor bagi pelajar dibawah umur

e. Measurement Program : Reliable and Valid Indicator

11
Dalam setiap variable yang ditetapkan oleh suatu program tentulah
dibutuhkan indicator yang valid dan reliabel untuk dapat dijadikan sebagai
ukuran dalam menilai program tersebut. Dari program bus sekolah gratis Kota
Surabaya ini dapat dijabarkan beberapa variable dan indikatornya sebagai
berikut :

Variabel Indikator Definisi Operasional


Penggunaan 1. Kepemilikan Kendaraan  Memiliki atau berhak
Kendaraan Pribadi 2. Jumlah Pelajar Pengguna seutuhnya untuk
oleh Pelajar Kendaraan Bermotor menggunakan suatu
kendaraan
 Jumlah pelajar dibawah
umur yang
menggunakan
kendaraan pribadi ke
sekolah
Kemacetan Lalu 1. Presentase/Jumlah kendaraan  Jumlah kendaraan yang
Lintas bermotor jenis pribadi yang berada di jalan setiap
beroperasi harinya
2. Tingkat kepadatan jalan  Perbandingan antara
kapasitas jalan dengan
volume lalu lintas

Kemampuan 1. Ketersediaan waktu  Adanya waktu untuk


Mengantar 2. Kepedulian mengantar dan
menjemput pelajar di
bawah umur ke sekolah
 Kesediaan orang tua

12
untuk mengantar dan
menjemput pelajar di
bawah umur ke sekolah
Karakteristik 1. Asal – Tujuan  Asal pelaku perjalanan
Perjalanan 2. Panjang perjalanan yaitu rumah dan tujuan
3. Waktu perjalanan pelaku perjalanan yaitu
sekolah yang dituju
 Jarak fisik (kilometer)
antara asal (rumah) dan
tujuan (sekolah)
 Waktu keberangkatan,
waktu tempuh dan
waktu kepulangan
pelajar menuju/dari
sekolah
Atribut Pelayanan 1. Kenyamanan  Adanya perasaan
Moda Transportasi 2. Keamanan nyaman di dalam
Umum 3. Keandalan transportasi umum
4. Biaya Perjalanab  Adanya perasaan aman
5. Tingkat Akses/Daya Hubung di dalam transportasi
6. Waktu Relatif Perjalanan umum
 Waktu keberangkatan
bus dan sampai tujuan
yang tepat waktu
 Besarnya tarif untuk
menggunakan
transportasi umum
 Keterjangkauan rute
transportasi umum

13
dalam menjangkau asal
dan tujuan penumpang
 Waktu yang dihabiskan
dalam perjalanan di
atas kendaraan umum
hingga sampai di
sekolah
Gaya Hidup 1. Kemampuan dan Ekonomi  Kemampuan finansial
2. Hobi seseorang untuk
membeli kendaraan
 Pengaruh lingkungan
terhadap minat individu

USTAKA

Agustino,Leo. 2016. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta


Anderson, James E. 1987. Public Policy Making. New York : Reinhart and Wiston.
Anggara,Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung : Pustaka Setia
Dunn,William. 1998 Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta
Dunn, William N. 1981. Public Policy Analysis – An Introduction. New Jersey: Pearson
education
Parsons, Wayne. 2001. Public Policy. Prenada Media : Jakarta
Setijaningrum,Erna. 2011. Buku Ajar Analisis Kebijakan Publik. Surabaya : Revka Petra
Media
Singarimbun, Masri. 1984. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES
Weiss, Carol H. 1972 Evaluation Research : Methods for Assesing Program Effectiveness.
New Jersey : Prentice Hall

14

Anda mungkin juga menyukai