Anda di halaman 1dari 15

EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK

SEBAGAI FUNGSI MANAJEMEN

Di Susun Oleh Kelompok 3:

1. YULIANTI WULANSARI NPM. 201006963201045


2. MANISA WULANDARI NPM. 201006963201029
3. DIANA RISKA NPM. 201006963201017
4. ANISYA INDAH AULIA NPM. 201006963201010
5. ABDUL QOHHAR NPM. 201006963201019

Dosen Pengampu:

HELVA RAHMI, S.Sos., M.Si


NIDN. 1002039101
Mata Kuliah:
Evaluasi Kebijakan Publik

INSTITUT ADMINISTRASI DAN KESEHATAN SETIH SETIO MUARA BUNGO


TAHUN AJARAN 2023/2024

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan nikmat sehat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas
Mata Kuliah Evaluasi Kebijakan Publik. makalah ini berjudul “Evaluasi Kebijakan Publik
Sebagai Fungsi Manajemen”. Untuk sumber yang penulis gunakan sendiri berasal dari
berbagai macam sumber seperti dari jurnal, artikel maupun buku yang sesuai dengan tema
dari Makalah ini. Penulis berharap Jurnal ini bisa memberi pengetahuan kepada teman-teman
semua. Apabila ada kesalahan kata ataupun yang lain mohon dimaklumi. Semoga Jurnal ini
bermanfaat bagi kita semua. Dan kami mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang
terlibat untuk pembuatan laporan ini.

bungo, 11 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Sifat Evaluasi Kebijakan Publik ................................................. 3
2.2 Fungsi Evaluasi Kebijakan Publik ....................................................................... 5
2.3 Tipe Evaluasi Kebijakan Publik............................................................................ 6
2.4 Pendekatan Evaluasi Kebijakan Publik ................................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ..............................................................................................................11
3.2 Saran .................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebijakan publik pada dasarnya dibuat utuk meraih suatu dampak yang diinginkan.
Dalam hal ini, memecahkan masalah yang dihadapai masyarakat. Dari kebijakan publik
tersebut kemudian ditentukan ukuran-ukuran atau criteria-kriteria yang menjadi dasar
untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan. Kebijakan
akan menghasilkan suatu kinerja dan dampak dari kebijakan tersebut memerlukan tindak
lanjut berupa evaluasi.

Evaluasi kebijakan merupakan tahap akhir dari keseluruhan rangkaian dalam analisis
kebijakan. Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah kebijakan
publik. Ia merupakan unsur yang penting dalam siklus kebijakan, sama pentingnya
formulasi, dan implementasi kebijakan. Oleh sebab itu, kebijakan publik yang berkualitas
hanya mungkin dicapai jika siklus itu mendapat perhatian seimbang, dalam hal formulasi,
implementasi dan evaluasi kebijakan. Hal ini relevan dengan pendapat Dye (2002 : 45)
bahwa evaluasi merupakan konsekwensi dari kebijakan publik.

Evaluasi kebijakan dilakukan dengan melakukan penilaian yang akurat, terukur, dan
dapat dipertanggungjawabkan. Kegiatan evalusi hanya dapat dilakukan jika mendapat
data dan informasi dari kegiatan sebelumnya. Evaluasi kebijakan perlu dilakukan untuk
memonitor dan menilai hasil kinerja kebijakan. Selain itu, pentingnya kegiatan evaluasi
adalah kegiatan ini selain dapat memberikan satuan nilai tetentu, tetapi juga menjadi pintu
masuk untuk pembuatan dan analisis kebijakan berikutnya. Hasil evaluasi kebijakan
berguna bagi penentuan kebijakan baru di masa yang akan datang, agar kebijakan tersebut
berjalan lebih baik dan berhasil. Evaluasi kebijakan juga termasuk dalam suatu kegiatan
yang kompleks, dimana terdapat banyak elemen seperti tipe, metode atau pendekatan
yang perlu dilakukan, hingga fungsi dari evaluasi kebijakan itu sendiri. Pembahasan lebih
lanjut mengenai evaluasi kebijakan publik akan kami tulis pada bab selanjutnya.

iv
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa Pengertian dan Sifat Evaluasi Kebijakan Publik?
2) Bagaimana Fungsi Evaluasi Kebijakan Publik?
3) Apa Tipe Evaluasi Kebijakan Publik?
4) Bagaimana Pendekatan Evaluasi Kebijakan Publik?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Memahami Pengertian dan Sifat Evaluasi Kebijakan Publik ?

2) Mengetahui Fungsi Evaluasi Kebijakan Publik?

3) Mengerti Tipe Evaluasi Kebijakan Publik?

4) Memahami Pendekatan Evaluasi Kebijakan Publik?

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Sifat Evaluasi Kebijakan Publik

Pengertian Evaluasi menurut Winarno (2013: 93) menyatakan bahwa


kebijakan publik adalah suatu proses yang rumit dan panjang, mempunyai tahap-tahap
kebijakan yang tiada akhir, meskipun ada ”terminasi”, tetapi ada tahap-tahap berikut
yang memungkinkan lahirnya ”reformulasi” untuk melahirkan kebijakan-kebijakan
baru. Siklus lahirnya kebijakan publik sampai pada lahirnya evaluasi juga diperkuat
oleh Dunn (2003), dan Suharto (2010).

Sebagai sebuah siklus, maka evaluasi kebijakan merupakan satu mata rantai
yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Itu sebabnya jika ada kebijakan yang
kemudian dievaluasi, maka hal itu adalah hal yang biasa dan tentu menjadi bagian
dari upaya untuk memperbaiki atau menyempurnakan kebijakan tersebut sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karenanya Dye (1987:45) dalam Parsons
(2008:545) mengemukakan bahwa evaluasi kebijakan sebagai pemeriksaan yang
objektif, sistimatis, dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik
terhadap targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai.

Kebijakan publik yang tidak tercapai sesuai dengan tujuan karena mengalami
resistensi, maka hal ini akan menjadi salah satu mengapa suatu kebijakan perlu
dievaluasi, apa penyebabnya dan bagaimana solusi yang harus diambil, apakah
kebijakan itu harus dihentikan, dilakukan terminasi atau melaksanakan reformulasi
untuk mendapatkan kebijakan baru. Dari realitas itu sehingga Parsons (2008: 545)
menyebut bahwa evaluasi mengandung dua aspek yang saling terkait. a) Evaluasi
kebijakan dan kandungan programnya b) Evaluasi terhadap orang-orang yang bekerja
di dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk implementasi kebijaan dan
program.

Selanjutnya Lester dan Stewart (2000:125). mengemukakan bahwa evaluasi


suatu kebijakan dapat dibedakan ke dalam dua tugas yang berbeda, pertama adalah
menentukan konsekwensi-konsekwensi apa yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan,

vi
ini dilakukan dengan cara memberi gambaran apa dampak yang ditimbulkan
kebijakan tersebut. Selanjutnya yang kedua adalah mengevaluasi keberhasilan dan
kegagalan suatu kebijakan berdasar pada standar atau kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tugas pertama merujuk pada usaha melihat apakah program kebijakan

public mencapai tujuan atau dampak yang diinginkan ataukah tidak. Bila tidak,
apakah, apakah faktor-faktor yang menjadi penyebabnya., tugas kedua adalah evaluasi
kebijakan yang pada dasarnya berkait erat dengan tugas yang pertama.

Suatu evaluasi kebijakan menurut Jones, (1975 : 199) harus meliputi kegiatan,
yakni penghususan (spesificaion), pengukuran (measurement), analisis dan
rekomendasi. Specification merupakan kegiatan yang paling penting diantara kegiatan
lain dalam evaluas kebijakan, Kegiatan ini meliputi identifikasi tujuan atau kriteruia
melaluimana program kegiatn tersebut mau dievaluasi. Ukuran-ukuran kriteria ini
yang akan dipakai untuk menilai apakah manfaat program. Pengukuran menyangkut
aktifitas pengumpulan informasi yang relevan denga objek evaluasi, sedangkan
analisis adalah penggunaan informasi yang telah terkumpul dalam rangka menyusun
kesimpualn, dan akhirnya rekomendasi yakni penentuan mengenai apa yang harus
dilakukan dimasa mendatang.

Sifat Evaluasi

Sifat Evaluasi, dapat diartikan sebagai penaksiran (appraisal), pemberian


angka (rating), dan penilaian (assessment), yaitu proses untuk menganalisis hasil
kebijakan berupa pemberian satuan nilai. Kegiatan paling spesifik dari evaluasi
berkaitan dengan bagaimana menghasilkan informasi tentang nilai dari hasil
kebijakan. Dengan demikian, kegiatan evaluasi lebih banyak bertanya tentang berapa
nilai sebuah kebijakan. Hal ini berbeda dengan kegiatan lainnya dalam analisis
kebijakan yang lebih banyak bertanya tentang fakta-fakta atau tindakan-tindakan
kebijakan. Secara umum, terdapat 4 (empat) karakteristik pokok dari kegiatan
evaluasi, yakni:

1) Pertama, terfokus pada nilai. Kegiatan evaluasi difokuskan pada nilai dari
suatu kebijakan, atau penilaian atas keterpenuhan kepentingan atau
manfaat dari keberadaan suatu program. Kegiatan evaluasi ini tidak
sekedar mengumpulkan informasi tentang apakah seluruh tindakan telah
dilaksanakan, tidak juga sekedar mengenai hasil dari suatu kebijakan.

vii
Lebih jauh dari itu, evaluasi mencakup aspek ketercapaian sasaran dan
tujuan kebijakan.
2) Kedua, interdependensi antara fakta dan nilai. Untuk menyatakan bahwa
sebuah kebijakan telah mencapai tujuan optimal bagi individu, kelompok,
maupun masyarakat secara keseluruhan, kegiatan evaluasi membutuhkan
fakta-fakta yang memadai yang menjelaskan bahwa hasil-hasil yang telah
dicapai benar-benar merupakan akibat dari dilakukannya tindakan
kebijakan. Oleh karenanya, kegiatan evaluasi harus berdasar pada hail-
hasil pemantauan.
3) Ketiga, berorientasi pada masa kini dan masa lampau. Berbeda halnya
dengan rekomendasi kebijakan atau peramalan yang berorientasi waktu
masa depan, penilaian atas hasil kebijakan lebih diarahkan pada tuntutan-
tuntutan masa kini dan masa lalu. Oleh karenanya kegiatan evaluasi
bersifat retroaktif.
4) Keempat, bernilai ganda. Nilai-nilai yang mendasari kegiatan evaluasi
mempunya kualitas ganda, di satu sisi ia dapat dipandang sebagai tujuan,
dan di sisi yang lain, dapat dipandang sebagai cara. Di samping itu,
evaluasi dapat juga dipandang intrinsik, yakni keberadaannya diperlukan
untuk tujuannya sendiri, dan sekaligus ekstrinsik, yakni pencapaian
tujuannya mempengaruhi pencapaian tujuan-tujuan kegiatan lainnya.
2.2 Fungsi evaluasi
Fungsi paling mendasar dari kegiatan evaluasi kebijakan adalah untuk
memberikan informasi yang valid tentang kinerja kebijakan. Evaluasi mengungkap
dan mengukur seberapa jauh ketercapaian kebutuhan dan nilai melalui tindakan
kebijakan publik. Evaluasi kebijakan mengungkap seberapa jauh tujuan telah
terealisasi (misalnya pengurangan ketergantungan kepada bahan bakar minyak) dan
seberapa besar target tertentu telah tercapai (misalnya, kenaikan standar kelulusan 0,5
menjadi 4,5 pada tahun 2006).
Fungsi kedua, evaluasi memberi kontribusi untuk upaya klarifikasi dan kritik
atas nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Evaluasi dapat memperjelas
nilai dengan cara mendefinisikan tujuan dan target secara operasional. Di samping itu,
dalam kegiatan evaluasi, nilai dikritisi dengan menyoal secara sistematis kesesuaian
antara tujuan dan target yang ingin dicapai dengan tindakan kebijakan yang
dilaksanakan.
viii
Fungsi yang lain, evaluasi menunjang (back up) pelaksanaan prosedurprosedur
lainnya dalam analisis kebijakan, seperti perumusan masalah, rekomendasi, dan
kegiatan lainnya. Evaluasi kebijakan bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri, akan
tetapi ia terkait dengan kegiatan analisis kebijakan yang lain. Kontribusi penting
evaluasi bagi kegiatan analisis kebijakan lainnya misalnya, informasi inadekuitas
(ketidakmemadainya) suatu tindakan kebijakan dapat memberikan referensi bagi
perumusan ulang kebijakan pada masa-masa yang akan datang. Informasi
tentangketidaksesuaian tujuan dan target kebijakan misalnya, dapat mendefinisi ulang tujuan
dan target itu sendiri, atau mengubah alternatif kebijakan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang sama pada masa-masa yang akan datang.
Sedangkan, Menurut Wibawa (Nugroho 2009) ada empat fungsi evaluasi kebijakan
yaitu :
1) eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat juga
dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan dimensi realitas yang diamati.
2) kepatuhan,Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang diambil para pelaku
kebijakan sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan kebijakan atau tidak.
3) Audit,Melalui evaluasi dapat diketahui apakah output benar-benar sampai ketangan
kelompok sasaran kebijakan atau tidak.
4) Akunting,dari evaluasi yang telah dilakukan akan dapat diketahui apa akibat sosial
ekonomi dari kebijakan yang diterapkan.
2.3 Tipe-Tipe Evaluasi Kebijakan
James Anderson dalam Winarno (2008 : 229) membagi evaluasi kebijakan
dalam tiga tipe, masing-masing tipe evaluasi yang diperkenalkan ini didasarkan pada
pemahaman para evaluator terhadap evaluasi, sebagai berikut:

a. Tipe pertama
Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional. Bila evaluasi
kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional, evaluasi kebijakan dipandang
sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri. Dalam kaitan
ini, para pembentuk dan administrator kebijakan selalu membuat
pertimbanganpertimbangan tentang manfaat atau dampak dari kebijakan, program,
dan proyek yang akan dijalankan. Pertimbangan tersebut dapat bersifat ideologi atau
menurut kepentingan pendukung dan kriteria lainnya. Contohnya adalah program
kesejahteraan rakyat. Kelompok tertentu akan memandang program tersebut sangat
sosialis terlepas dari dampak apa yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut.

ix
b. Tipe kedua
Merupakan tipe evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan
atau program-program tertentu. Tipe evaluasi ini lebih membicarakan sesuatu
mengenai kejujuran atau efisiensi dalam melaksanakan program. Kelemahan dari tipe
evalusi ini adalah sedikitnya informasi yang diperoleh tentang dampak dari suatu
program terhadap masyarakatnya.

c. Tipe ketiga

Tipe evaluasi kebijakan ketiga adalah tipe evaluasi kebijakan sistematis.


Evaluasi sistematis melihat secara objektif program-program kebijakan yang
dijalankan, dapat mengukur dampaknya terhadap masyarakat, dan melihat
sejauhmana tujuan-tujuan program tercapai. Evaluasi sistematis ini difokuskan pada
melihat dampak dari suatu kebijakan dengan bertolah pada sejauhmana kebijakan
tersebut menjawab masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Tipe evaluasi sistematis
dapat memberi informasi kepada para pembuat kebijakan yang telah ditetapkan dan
dapat dilakukan upaya perubahan kebijakan berdasarkan informasi dampak kebijakan
yang telah diperoleh. Tipe evaluasi ketiga ini juga dinilai sebagai jenis evaluasi yang
paling baik, karena tipe evaluasi tersebut bersifat ilmiah dan menggunakan prosedur
untuk melakukan evaluasi terhadap suatu kebijakan atau program.
2.4 Pendekatan Evaluasi Kebijakan Publik
Evaluasi kebijakan publik memiliki tiga pendekatan utama, yaitu evaluasi
semu, evaluasi formal, dan evaluasi keputusan teoretis (Dunn, 2003). Evaluasi semu
adalah pendekatan yang menggunakan metode deskripstif untuk menghasilkan
informasi yang valid dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan tanpa berusaha untuk
menanyakan manfaat atau nilai dari hasil tersebut kepada individu, kelompok, atau
masyarakat secara kesluruhan. Analisis utama dati evaluasi semu adalah ukuran
tentang manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang dapat terbukti sendiri atau tidak
kontroversial. Untuk menjelaskan variasi hasil kebijakan sebagai produk variabel
masukan dan proses, metode yang digunakan di antaranya adalah rancangan
eksperimental semu, kuesioner, teknik statistik, dan lain-lain.
Evaluasi formal merupakan pendekatan yang menggunakan metode deskriptif
untuk menghasilkan informasi yang valid dan cepat dipercaya mengenai hasil-hasil
kebijakan, tetapi evaluasi hasil tersebut dilakukan atas dasar tujuan program kebijakan

x
yang telah diumumkan secara formal oleh pembuat kebijakan dan administrasi
program. Asumsi utama evaluasi formal adalah bahwa tujuan dan target diumumkan
secara formal, merupakan ukuran yang tepat untuk manfaat atau nilai kebijakan
program. Metode analisis yang digunakan evaluasi formal sama dengan yang
digunakan evaluasi semu. Tujuannya identik, yaitu untuk menghasilkan informasi
yang valid dan dapat dipercaya mengenai variasi hasil kebijakan dan dampak yang
dapat dilacak dari masukan dna proses kebijakan. Perbedaannya, evaluasi formal
menggunakan undang-undang, dokumen program, dan wawancara dengan pembuat
kebijakan dan administratur untuk mengidentifikasikan, mendefinisikan, dan
menspesifikasikan tujuan dan target kebijakan. Dalam evaluasi formal, tipe kriteria
evaluatif yang paling sering dipakai adalah efektivitas dan efisiensi.
Evaluasi keputusan teoretis merupakan pendekatan yang menggunakan
metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertangungjawabkan
dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai
pelaku kebijakan. Evaluasi keputusan teoretis berusaha untuk memunculkan dan
membuat eksplisit tujuan dan target dari perilaku kebijakan, baik yang tersembunyi
maupun yang dnyatakan. Tujuan dan target dari pembuat kebijakan dan administratur
merupakan salah satu sumber nilai. Semua pihak memiliki andil dalam
memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan, sehingga kinerja kebijakan
akan dapat diukut dan diwujudkan bersama.
Perbedaan mendasar evaluasi ini dengan dua pendekatan sebelumnya adalah
bahwa evaluasi ini berusaha untuk menemukan dan mengeksplisitkan tujuan dan
target dari pelaku kebijakan, baik yang nyata maupun tersembunyi. Dengan demikian,
individu amaupun lembaga pelaksana kebijakan dari yang paling rendah sampai yang
paling tinggi dilibatkan di dalam mengukur pencapaian tujuan dan target suatu
kebijakan.
Pendekatan evaluasi ini memiliki dua varian; yakni penilaian evaluabilitas
(evaluability assessment) dan analisis utilitas multi atribut. Penilaian evaluabilitas
merupakan serangkaian prosedur yang dilaksanakan untuk menganalisis sistem
pembuatan keputusan. Hal itu dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang
kinerja kebijakan serta memperjelas tujuan, sasaran, dan asumsi-asumsi yang dicapai
dengan kinerja tersebut.
Sedangkan analisis utilitas multi atribut merupakan serangkaian prosedur yang
ditetapkan untuk memperoleh penilaian yang subjektif dari para pelaku kebijakan
xi
tentang kemungkinan nilai dari hasil suatu kebijakan. Analisis ini menampakkan
secara ekplisit penentuan nilai dari berbagai pelaku kebijakan serta
keberagaman.tujuan dari pelaku kebijakan. Evaluasi keputusan teoretis ini merupakan
cara untuk mengatasi beberapa kekurangan dari evaluasi semu dan evaluasi formal.
Pertama, kurang dan tidak dmanfaatkannya informasi kinerja. Sebagian
informasi yang dihasilkan melalui evaluasi kurang atau tidak pernah digunakan untuk
memperbaiki pembuatan kebijakan.
Kedua, ambiguitas kinerja tujuan. banyak tujuan dan program publik yang
kabut. Misalnya, tujuan umum yang sama dalam bidang kesehatan dan upaya
mendorong konservasi energi yang lebih baik, dapat menghasilkan tujuan spesifik
yang saling bertentangan. Salah satu tujuan evaluasi keputusan teoretis adalah
mengurangi kekaburan tujuan
Ketiga, tujuan-tujuan saling bertentangan. Tujuan dan target kebijakan publik tidak
dapat secara memuaskan diciptakan dengan memusatkan nilai-nilai salah satu atau
beberapa pihak. Dalam realitasnya, tujuan dan target pelaku kebijakan yang saling
berlawanan tampak dalam hampir semua situasi dan kondisi yang memerlukan evaluasi.
Evaluasi keputusan teoretis berusaha untuk mengidentifikasi berbagai pelaku kebijakan dan
menampakkan tujuan-tujuan mereka. Kaitan antara pendekatan evaluasi kebijakan publik
dengan tujuan, asumsi, bentuk-bentuknya sangat erat. Kaitan tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tabel 1.1 Kaitan Antara Pendekatan, Tujuan, Asumsi, Bentuk-bentuk Utama

Pendekata Tujuan Asumsi Bentuk-bentuk utama


n
Evaluasi Menggunakan metode Ukuran manfaat atau nilai Eksperimental sosial,
semu deskriptif untuk terbukti dengan sendiirnya akuntansi sistem
menghasilkan atau tidak kontroversial sosial, serta sintesis
informasi yang valid
riset dan praktik
tentang hasil
kebijakan
Evaluasi Menggunakan metode Tujuan dan sasaran dari Evaluasi
formal deskriptif untuk pengambil kebijakan dan perkembangan,
menghasilkan administrator yang secara evaluasi
informasi yang resmi diumumkan eksperimental,
terpercaya dan valid merupakan ukuran yang evaluasi proses
mengenai hasil tepat dari manfaat atau retrospektif dan
kebijakan secara nilai evaluasi hasil
formal diumumkan retrospektif
sebagai tujuan

xii
program kebijakan
Evaluasi Menggunakan metode Tujuan dan sasaran dari Penilaian tentang dapat
keputusan deskriptif untuk berbagai pelaku yang tidaknya
teoretis menghasilkan informasi diumumkan secara formal dievaluasi, analisis
yang terpercaya dan atau diam-diam merupakan utilitas multi atribut
valid mengenai hasil ukuran yang tepat dari
kebijakan yang secara manfaat atau nilai
eksplisit diinginkan oleh
berbagai pelaku
kebijakan
Evaluasi kebijakan merupakan tahap akhir dari keseluruhan rangkaian
prosedur dalam analisis kebijakan. Kegiatan evaluasi kebijakan hanya dapat dilakukan
jika mendapatkan back up atau sokongan data dan informasi dari beberapa kegiatan
sebelumnya, agar dapat dilakukan penilaian yang akurat, terukur, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, data dan informasi tersebut harus
terkumpul dengan metode-metode yang relevan. Beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi untuk evaluasi kebijakan, antara
lain sebagai berikut:
1) Dokumentasi. Dokumentasi merupakan prosedur paling prinsipil untuk
menghimpun data dan informasi mengenai kebijakan, mulai dari tahap perumusan
sampai pemantauan. Dokumentasi harus dilakukan secara periodik, baik pendek,
menengah, maupun panjang. Metode ini merupakan yang paling pokok dalam
mendapatkan data dan informasi yang dapat dipercaya untuk melakukan penilaian
atas hasil kebijakan.
2) Survey. Data dan informasi tentang kebijakan juga dapat dihimpun dengan
melakukan survey, misalnya kepada kelompok sasaran yang kepada mereka
kebijakan atau program ditujukan
3) Wawancara. Metode ini dapat menghimpun data dan informasi secara lebih
leluasa dan mendalam tentang kebijakan, terutama untuk narasumber yang bersifat
terbatas atau dalam jumlah yang tidak terlalu besar.
4) Observasi. Pengamatan langsung merupakan metode yang dapat menunjang
penilaian atas hasil kebijakan. Metode ini dapat memberikan data dan informasi
tambahan
5) FGD (Focus Group Discussion). Metode ini belakangan banyak dilakukan oleh
berbagai kalangan, khususnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), untuk
menggali data informasi dari stakelders yang beragam, untuk mendapatkankan
informasi dan sudut pandang yang relatif lengkap guna melakukan penilaian
terhadap suatu program atau kebijakan publik.
Di samping metode-metode tersebut, masih banyak metode lainnya yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kebijakan.
Metodemetode tersebut selain dapat digunakan secara sendiri-sendiri maupun
campuran antara dua atau lebih metode, sesuai dengan kepentingan dan relevansi
data dan informasi yang dibutuhkan serta sumber informasi atau informannya.

xiii
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Evaluasi kebijakan Publik merupakan tahap akhir dari keseluruhan rangkaian
dalam analisis kebijakan. Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sebuah kebijakan publik. Ia merupakan unsur yang penting dalam siklus kebijakan,
sama pentingnya formulasi, dan implementasi kebijakan. Sifat evaluasi kebijakan
yaitu Pertama, terfokus pada nilai. Kedua, interdependensi antara fakta dan nilai.
Ketiga, berorientasi pada masa kini dan masa lampau. Keempat, bernilai ganda.
Sedangkan, fungsi Evaluasi kebijakan yaitu eksplanasi, kepatuhan, Audit, dan
Akunting. Tipe-tipe evaluasi yaitu Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan
fungsional, evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau
programprogram tertentu dan tipe evaluasi kebijakan ketiga adalah tipe evaluasi
kebijakan sistematis. Selain itu, Evaluasi kebijakan publik juga memiliki tiga
pendekatan utama, yaitu evaluasi semu, evaluasi formal, dan evaluasi keputusan
teoretis
3.2 Saran
Kami selaku penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna dan laporan
ini tidak akan jadi tanpa adanya bantuan dari berbagai sumber referensi. Kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu kami
mengharapkan adanya kritik membangun untuk melengkapi makalah ini. Semoga Makalah
ini bermanfaat dan digunakan sebaik-baiknya.

xiv
DAFTAR PUSTAKA
- Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

- Handoyo, Eko. 2012. Kebijakan Publik. Semarang: Widya Karya.

- Lester, James P. and Yoseph Stewart. 2000. Public Policy : An Evolutionary Approach,

Australia, Wadsworth, Second Edition.

- Muhiddin, Amir. 2017. EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK (Studi Kesiapan Desa Menerima

Dana Desa Di Kabupaten Gowa). dalam Disertasi: Universitas Negeri Makassar

- Parsons, Wayne, 2011. Public Policy : Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan,

Jakarta, Kencana

- Suharto, Edi. 2010, Analisis Kebijakan Publik, Bandung, Alfabeta

- Winarno, Budi. 2013. Kebijakan Publik : Teori, Proses dan Studi Kasus, cetakan pertama,

Edisi dan Revisi Terbaru, Yogyakarta. CAPS ( Center of academic Publishing Service).

xv

Anda mungkin juga menyukai