id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
kompleks yang melibatkan berbagai aktor serta proses dan variabel yang harus
dikaji terlebih dahulu. Oleh karena itu kemudian proses penyusunan kebijakan
1. Penyusunan Agenda
Pada kegiatan ini masalah publik yang ada akan disaring untuk bisa masuk
2. Formulasi Kebijakan
3. Adopsi Kebijakan
4. Implementasi Kebijakan
commit to user
1
Dunn, William N. 2000. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada Press, hlm 24-25
13
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
5. Evaluasi Kebijakan
Pada fase ini kebijakan yang telah diimplementasikan tersebut dinilai atau
menempatkan evaluasi pada tahap yang paling akhir. Hal ini tidak berarti bahwa
suatu kebijakan juga akan berakhir bersamaan dengan tahap evaluasi ini. Ini
berarti evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja,
Jones tersebut dapat diketahui bahwa dari kegiatan evaluasi akan diketahui
hasil yang ada tersebut telah sesuai seperti yang direncanakan atau belum.
sepuluh hal yang perlu dijawab untuk mengetahui apa itu evaluasi, yaitu3:
Terdapat dua fungsi dari kegiatan evaluasi. Yang pertama yaitu fungsi
yang sedang berjalan (program, orang, produk dan sebagainya). Yang kedua
Merupakan suatu hal yang mendasar mengenai apa yang akan dievaluasi
suatu obyek adalah: (a) Kebutuhan, ideal dan nilai-nilai; (b) Penggunaan
training; (d) Pencapaian tujuan yang telah dirumuskan dan tujuan penting
Supaya evaluasi bermanfaat, maka evaluasi harus berguna untuk klien atau
fungsi evaluasi yaitu: (a) memfokuskan evaluasi; (b) mendesain evaluasi; (c)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
mengerti mengenai kondisi sosial dan hakikat obyek evaluasi serta memiliki
untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif mengenai pencapaian hasil
commit to user
44
Tangkilisan. Op.Cit., hlm 26
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
kebijakan publik tersebut harus dikendalikan untuk mencapai tujuan yang telah
Dalam hal kajian mengenai evaluasi kebijakan, hal yang perlu dipikirkan
adalah mengenai policy output dan policy outcome. Output kebijakan adalah
sesuatu yang dikerjakan oleh pemerintah dengan standar yang jelas. Output ini
merupakan keluaran dari sebuah sistem kebijakan yang dapat berupa peraturan,
kebijakan dalam waktu tertentu Untuk melihat outcome dari kebijakan kita harus
mengetahui apa yang ingin kita selesaikan dengan kebijakan yang dikeluarkan
itu)5.
diimplementasikan. Tidak ada batasan waktu yang pasti kapan suatu kebijakan
merasa perlu untuk dievaluasi. Tetapi untuk bisa melihat outcome ataupun
outcome dan dampak dari sebuah kebijakan atau program tersebut belum begitu
commit to user
5
Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Penerbit Alfabeta, hlm 190-191
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
tampak. Semakin strategis suatu kebijakan, diperlukan kurun waktu yang lebih
hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam arti yang lebih spesifik,
evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil
kebijakan.
Lebih jelas lagi, menurut Dunn gambaran utama evaluasi adalah bahwa
1. Fokus Nilai
2. Interdependensi Fakta-Nilai
tujuan perlu didukung dengan adanya bukti bahwa hasil-hasil kebijakan telah
pada hasil sekarang dan masa lalu, daripada hasil di masa depan. Evaluasi
commit to user
6
Dunn, Op.Cit., hlm 608-609
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
4. Dualitas Nilai
Selain itu Nugroho juga menjelaskan bahwa ciri dari evaluasi kebijakan
adalah7 :
kebijakan
efek dari kebijakan dan program publik terhadap targetnya dari segi tujuan yang
commit to user
7
Nugroho, Riant. 2012. Public Policy. Jakarta: TP Elex Media Komputindo, hlm 728
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
ingin dicapai. Carol Weiss mengatakan bahwa evaluasi dapat dibedakan dari
periset.
tujuan program.
3. Evaluasi adalah riset yang dilakukan dalam setting kebijakan, bukan dalam
setting akademik.
harapan dan kenyataan. Selain itu dapat pula menilai sejauh mana keefektifan
dua aspek dasar yang dilakukan dalam evaluasi kebijakan publik yaitu findings
8
Parsons, Wayne. 2006. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta:
Kencana, hlm 547-548 commit to user
9
Nugroho, Op.Cit., hlm 727-728
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
suatu program bisa mencapai tujuan atau justru menyimpang dari yang telah
apabila dalam evaluasi tujuan yang ditetapkan bisa tercapai dengan baik.
itu dinilai berhasil. Atau pilihan pemerintah memilih untuk mengganti atau
cara kita memandang fungsi evaluasi itu melihat elemen. Dilihat secara
hasil atau dampak, program dan proyek yang pertimbangannya tidak terlepas
dari pengaruh ideologi, kepentingan pribadi dan faktor-faktor lain. Dilihat dari
posisinya sebagai sebuah proses, evaluasi kebijakan memiliki unsur biaya (cost),
manfaat (benefits) dan program. Dipandang dari segi sistem, evaluasi kebijakan
terdiri atas dua elemen, yakni evaluasi sebagai sistem itu sendiri dan hasil
dilihat dari pendekatan sistem merupakan suatu subsistem atau elemen dari
kebijakan. Namun evaluasi itu sendiri juga dapat dipandang sebagai satu sistem
10
Tangkilisan. Op.Cit., hlm 29 commit to user
11
Abidin, Said Zainal. 2012. Kebijakan Pubik. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, hlm 169
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
semua pihak sependapat dengan pengertian sistem yang demikian, di antara para
penulis terdapat perbedaan tentang apa saja yang termasuk sebagai elemen dari
suatu evaluasi. Perbedaan itu berasal dari perbedaan pandangan tentang proses
2. Evaluasi kebijakan
3. Pengganjaran kebijakan
yang ditetapkan dan diberikan sebagai hasil dari pengawasan dan penilaian
commit to user
12
Nugroho, Op.Cit., hlm 723-724
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
Pertama, evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai
kinerja kebijakan, seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat
klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan
13 commit
Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik to user
(Konsep, Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, hlm 123-124
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.1
Kriteria Evaluasi
14
Dunn, Op.Cit, hlm 610-611 commit to user
15
Ibid., hlm 612
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.2
Bentuk-Bentuk
Pendekatan Tujuan Asusmsi
Utama
Evaluasi Menggunakan Ukuran manfaat Eksperimentasi
Semu metode deskriptif atau nilai terbukti sosial,
untuk dengan sendirinya Akuntansi sistem
menghasilkan atau tidak sosial,
informasi yang controversial Pemeriksaan
valid tentang hasil sosial,
kebijakan Sintesis riset dan
praktik
Evaluasi Menggunakan Tujuan dan Evaluasi
Formal metode deskriptif sasaran dari perkembangan,
untuk pengambil Evaluasi
menghasilkan kebijakan dan eksperimental,
informasi yang administrator yang Evaluasi proses
terpercaya dan secara resmi retrospektif,
valid mengenai diumumkan Evaluasi hasil
hasil kebijakan merupakan ukuran retrospektif
secara formal yang tepat dari
diumumkan manfaat atau nilai
sebagai tujuan
program kebijakan
Evaluasi Menggunakan Tujuan dan saran Penilaian tentang
Keputusan metode deskriptif dari berbagai dapat tidaknya
Teoritis untuk pelaku yang dievaluasi,
menghasilkan diumumkan secara Analisis utilitas
informasi yang formal ataupun multiatribut
terpercaya dan diam-diam
valid mengenai merupakan ukuran
hasil kebijakan yang tepat dari
yang secara manfaat atau nilai
eksplisit
diinginkan oleh
pelaku kebijakan
yaitu: 1) Goal Oriented Evaluation Model; (2) Goal Free Evaluation Model;
beberapa macam, yaitu: (1) single program after-only; (2) single program
Tabel 2.3
Informasi
Jenis Pengukuran Kondisi Kelompok
yang
Evaluasi Kontrol
Sebelum Sesudah Diperoleh
Single Keadaan
program Tidak Ya Tidak ada kelompok
after only sasaran
Single Perubahan
program Ya Ya Tidak ada kelompok
before-after sasaran
Keadaan
kelompok
Comparative
Tidak Ya Ada sasaran dan
after-only
kelompok
kontrol
Efek program
terhadap
Comparative kelompok
Ya Ya Ada
before-after sasaran dan
kelompok
kontrol
16
Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Cepi Safrudin Abdul. 2008. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT
Bumi Aksara, hlm 40 commit to user
17
Subarsono, Op.Cit., hlm 128-130
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
evaluasi, yaitu18:
yaitu: (a) Context evaluation (b) Input evaluation (c) Process evaluation (d)
Product evaluation
Dalam model ini, Alkin mengemukakan ada lima macam evaluasi, yakni:
a. System Assessment
b. Program Planning
c. Program Implementation
d. Program Improvement
e. Program Certification
3. Model Brinkerhoff
commit to user
18
Tayibnapis, Op.Cit., hlm 13
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
umum atau hal yang penting dalam model ini adalah bahwa evaluator yang
kebijakan dengan hasil yang dicapai, perlu juga dievaluasi ketepatan masalah.
Evaluasi terhadap masalah menjadi penting karena evaluasi tujuan saja tanpa
pembangunan kebijakan19.
commit to user
19
Abidin. Op.Cit., hlm 173
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
mana sebuah kebijakan bisa mencapai tujuan seperti yang telah direncanakan.
Hasil evaluasi ini bisa dijadikan acuan apakah kebijakan tersebut akan
kebijakan baru.
aspek konteks yang akan membahas tentang kondisi obyektif lingkungan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
Product merupakan model evaluasi yang dikembangkan pada tahun 1960an oleh
Daniel L. Stuffelbeam. Ada tiga kunci definisi yang mendasari model evaluasi
model evaluasi CIPP ini digambarkan melalui tiga lingkaran terpusat. Inti
evaluasi dari masing-masing foci yaitu context, input, process dan product.
20 commit
Stufflebeam, Daniel L. dan Shinkfield, Anthony toEvaluation
J. 2007. user Theory, Models and Applications.
San Fransisco: Jossey-Bass, hlm 326
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.1
relevan antara sekarang dengan yang diinginkan, maka dalam konteks ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
Pada tahap ini yang dinilai adalah seberapa jauh suatu program yang
suatu program. Selain itu, dilihat pula hambatan apa saja selama proses
Evaluasi produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan adanya
evaluasi produk ini bisa dijadikan sebagai masukan atau pedoman untuk
21 commit to
Sudjana, Djudju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan user
Luar Sekolah. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, hlm 55
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.4
baik dari evaluasi formatif maupun evaluasi sumatif. Berikut tabel yang
program22:
22 commit of
Stufflebeam, Daniel L. 2003. International Handbook toEducational
user Evaluation. United Kingdom:
Kluwer Academic Publisher, hlm 35
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.5
Improvement/Formative Accountability/Summative
CIPP Orientation Orientation
Context Pedoman untuk pemilihan Laporan dan tujuan-tujuan
tujuan yang ingin dicapai dan yang telah dicapai serta
skala prioritas prioritas yang diambil dengan
laporan penilaian kebutuhan,
peluang dan permasalahan
yang ada
Input Pedoman untuk memilih Laporan dari strategi yang
program atau strategi dipilih, desain dan alasan
pelayanan publik pemilihan keputusan dari
beberapa alternatif yang ada
Pedoman untuk desain
prosedur yang spesifik,
jadwal dan biaya
Process Pedoman implementasi Laporan dari proses yang
dilaksanakan serta biaya
Product Pedoman berakhirnya, Laporan dari hasil yang
keberlanjutan, modifikasi, dicapai, penaksiran yang
atau penambahan program dibandingkan antara
kebutuhan dan biaya serta
perubahan keputusan.
3. Kemiskinan
kemiskinan ini menjadi penting dalam penyusunan kebijakan. Studi di India dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
dimana seorang individu, keluarga dan sekelompok orang yang memiliki sumber
daya (material, kultural dan sosial) yang terbatas untuk pengeluaran minimum
yang layak dalam kehidupan di suatu negara dimana mereka berada24. Dari
sosial ini meliputi: (1) Modal produktif seperti tanah, alat produksi, perumahan,
kesehatan; (2) Sumber keuangan; (3) Organisasi sosial dan politik yang dapat
sosial; (4) Jaringan sosial; (5) Pengetahuan dan ketrampilan; (6) Informasi yang
kemampuan/daya beli, yaitu US$ 1 atau US$ 2 per kapita per hari. World Bank
23
United Nation Develompent Programme. 2006. Poverty in Focus. Brazil: International Poverty Center,
hlm 10
24
Nyasulu, Gerald. 2010. Revisting the Definition of Poverty. Journal of Sustainable Development in
Africa. Vol. 12. No. 7 (2010), hlm 147
25
Purwanto. Erwan Agus. 2007. Mengkaji Potensi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk Pembuatan
commit
Kebijakan Anti Kemiskinan di Indonesia. Jurnal to user
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 10, No. 3 Maret
(2007), hlm 301
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
pendapatan per kapita atau rumah tangga dengan tingkat pendapatan yang
Minimum). Hal ini dilakukan oleh Departemen Tenaga Kerja. Metode yang
besarnya upah minimum. Standar kebutuhan pokok terhadap pangan dan non-
pangan telah ditetapkan, kemudian dinilai dengan harga pasar untuk kota besar
beras (kg/orang); (2) konsumsi 9 bahan pokok; (3) pengeluaran rumah tangga
membedakan nilai rata-rata menurut Jawa dan lain daerah, dan desa atau kota27.
kemiskinan.
26
Sumodiningrat, Gunawan dkk. 1999. Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan. Jakarta: IMPAC, hlm
11
27 commit
Sajogyo. 1996. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan to user
Minimum Pangan. Yogyakarta: Yayasan Agro
Ekonomika, hlm 1
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
dengan mengalikan kuantitas konsumsi satuan kilogram beras per kapita dengan
harga beras pada saat yang bersangkutan dan rata-rata anggota tiap rumah
1. Sangat miskin
Penduduk memiliki pendapatan kurang dari sama dengan harga beras seberat
240 kg dalam setahun untuk penduduk di pedesaan dan kurang dari sama
2. Miskin
Penduduk yang memiliki pendapatan setara dengan harga beras seberat 240
kg – 320 kg per tahun untuk penduduk yang tinggal di pedesaan dan setara
3. Hampir Cukup
Penduduk yang memiliki pendapatan setara dengan harga beras seberat 320
kg – 480 kg per tahun untuk masyarakat yang tinggal di pedesaan dan setara
dengan harga beras seberat 480 kg – 720 kg per tahun untuk masyarakat
4. Cukup
Penduduk yang memiliki pendapatan setara dengan harga berat seberat 480
kg tiap orang selama setahun untuk masyarakat yang tinggal di pedesaan dan
commit to user
28
Ibid., hlm 8-9
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
setara dengan harga beras seberat 720 kg tiap orang untuk penduduk yang
tinggal di perkotaan
dibutuhkan oleh seseorang, yaitu 2100 kalori per kapita per hari, ditambah
4. Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan pada saat ini masih menjadi salah satu prioritas
terjemahan dari food security dimana hal ini mencakup berbagai aspek yang
commit to user
29
Purwanto. Op.Cit., hlm 300
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
luas, setiap orang berusaha mendefinisikan hal ini sesuai dengan kondisi dan
situasi yang terjadi yang berkembang sesuai dengan waktu kejadiannya. Istilah
ketahanan pangan ini juga masih menjadi perdebatan karena ketahanan pangan
perkembangan. Pada tahun 1950 sampai 1960-an, ketika Perang Dunia usai,
pangan menjadi pemikiran setiap negara baik negara maju, negara yang baru
saja merdeka atau negara yang kalah perang termasuk Indonesia. Negara-negara
warganya yang baru lepas dari penindasan kolonial, sedangkan negara maju
mungkin memiliki agenda yang berbeda. Dengan kondisi seperti ini, tidak heran
ketersediaan pangan baik pada tingkat nasional maupun tingkat global daripada
Dalam Rome Declaration dan World Food Summit Plan of Action pada
dimana dalam segala waktu memiliki kecukupan jumlah atas pangan yang aman
dan bergizi demi kehidupan yang sehat dan aktif31. Dalam konsep ini dapat
negara memiliki akses fisik maupun ekonomi terhadap pangan atau pilihan
30
Badan Ketahanan Pangan. Buku Dasawarsa BKP dalam http://bkp.pertanian.go.id diakses pada 14
Oktober 2014 pukul 16:58, hlm 16 commit to user
31
http://www.who.int diakses pada 14 Oktober 2014 pukul 17:06
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
Pada World Food Summit tahun 1996 tersebut ditargetkan untuk tahun
2015 mengurangi setengah dari jumlah orang yang kekurangan pangan di dunia.
Target ini kemudian diadopsi pula dalam pertemuan Millenium Summit tahun
2000 dan pada Konferensi bulan Juni 2002 di Roma dengan topic “World Food
Food and Agriculture Organization (FAO) adalah situasi dimana semua rumah
tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan
tangga (RT) yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Hal ini sesuai dengan definisi
ketahanan pangan yang disampaikan oleh FAO. Pada hal ini yang digaris bawahi
adalah mengenai akses setiap Rumah Tangga atau individu untuk dapat
mutu yang baik serta stabilitas harga dan di pihak lain, peningkatan pendapatan
32
Badan Ketahanan Pangan. Op.Cit., hlm 17
33 commit
Hanan, Nuhfil AR. 2009. Pengertian Ketahanan to dalam
Pangan user http://nuhfil.lecture.ub.ac.id diakses
pada 14 Oktober 2014 pukul 17:42
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
dalam menghormati, melindungi dan memenuhi hak atas pangan bagi rakyatnya.
Dengan demikian, masalah pangan juga merupakan hak azasi manusia yang
hakiki
34
Tambunan, Tulus. 2008. Ketahanan Pangan di Indonesia: Mengidentifikasi Beberapa Penyebab dalam
commit
http://www.kadin-indonesia.or.id/ diakses pada to user
14 Oktober 2014 pukul 17:50, hlm 1
35
Tambunan, Op.Cit., hlm 2
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
tidak sesuai lagi dengan dinamika perkembangan kondisi eksternal dan internal,
perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak
pangan adalah adanya jaminan bahwa kebutuhan pangan dan gizi setiap
pangan sangat tergantung dari ketersediaan stok beras yang bisa disediakan
secara nasional36.
36
Pasaribu, Rowland B.F. Ketahanan Pangan Nasional dalam rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id
commit
diakses pada 15 Oktober 2014 pukul 13:57, hlm 532 to user
37
Badan Ketahanan Pangan. Op.Cit., hlm 35-36
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.6
meliputi empat sub-sistem, yaitu38: (i) ketersediaan pangan dalam jumlah dan
jenis yang cukup untuk seluruh penduduk, (ii) distribusi pangan yang lancar dan
merata, (iii) konsumsi pangan setiap individu yang memenuhi kecukupan gizi
seimbang yang berdampak pada, (iv) status gizi masyarakat. Dengan demikian,
hal ini menjadi penekanan bahwa hal yang menyangkut mengenai ketahanan
pangan bukan hanya terbatas pada kegiatan produksi, distribusi dan penyediaan
pangan di tingkat nasional atau regional saja tetapi juga menyangkut aspek
kemudahan akses pangan pada tingkat rumah tangga terutama pada anak dan ibu
2. Dimensi waktu dimana setiap saat pangan tersedia dan dapat dengan mudah
diakses
3. Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu baik fisik,
produktif
commit to user
38
Hanan, Nuhfil AR, hlm 27
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
pemenuhan hak atas pangan, meningkatnya kualitas sumber daya manusia serta
B. Kerangka Pikir
berdampak pada aspek lainnya. Maka dari itulah, Pemerintah Kota Surakarta juga
milik Pemerintah Pusat dengan Program Raskinda Kota Surakarta. Hal ini dilakukan
karena meskipun Progam Raskin Pemerintah Pusat telah lama dilaksanakan, tetapi
Raskinda Kota Surakarta baru saja diluncurkan tetapi dianggap memiliki kualitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
yang lebih baik daripada Program Raskin Pemerintah Pusat. Peneliti juga ingin
evaluasi CIPP yang terdiri dari aspek context, input, process dan product. Berikut
commit to user
47
Program Penanggulangan
Kemiskinan