Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EVALUASI KEBIJAKAN

Dosen Pengampuh: ADY HERMANSYAH, S.IP., M.SI.

OLEH:
1.AURELLYA RAMADHANI BATARA RANDA/S012022024
2.SITI RAODHATUL JANNAH/S012022003
3.HUSNUL KHATIMA/S012022010
4.FEBI FEBRIANI/S012022015
5.NURUL ZHAFIRAH RAMADHANI/S012022001
6.RENATA FEBRIANTI/S012022020

ADMINISTRASI PEMBANGUNAN NEGARA


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
 

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
tepat waktu. Adapun judul dari makalah ini adalah “EVALUASI
KEBIJAKAN”
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas pengantar kebijakan
publik dari Bapak ADY HERMANSYAH dan diharapkan dapat
menambah wawasan penulis serta pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan
penyempurnaan, terutama pada bagian isi.
Oleh karena itu, kami menerima segala bentuk kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan.
Akhir kata, semoga makalah Pengantar kebijakan publik ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
 

Makassar, 10 November 2022

Penulis

2
Daftar isi

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
Daftar isi.....................................................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................................4
Evaluasi kebijakan....................................................................................................................................4
a. Pengertian evaluasi kebijakan..........................................................................................................4
b. Sifat, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi..................................................................................................5
c. Konsep Evaluasi Kebijakan.............................................................................................................7
d. Tipe Evaluasi Kebijakan..................................................................................................................8
e. Tahapan Evaluasi Kebijakan..........................................................................................................10
BAB 2.......................................................................................................................................................13
Proses dan Analisis Kebijakan...............................................................................................................13
1. Proses Kebijakan...............................................................................................................................13
2. analisis kebijakan...............................................................................................................................15
BAB 3.......................................................................................................................................................18
SARAN DAN KESIMPULAN................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................19

3
BAB 1
Evaluasi kebijakan

a. Pengertian evaluasi kebijakan


Evaluasi merupakan penilaian terhadap suatu persoalan yang umumnya menunjukkan baik
dan buruknya persoalan tersebut. Dalam kaitannya dengan suatu program biasanya evaluasi
dilakukan dalam rangka mengukur efek suatu program dalam mencapai tujuan yang ditetapkan
(Hanafi & Guntur,1984).
William N. Dunn (Pengantar Analisis Kebijakan Publik, 2003) mengungkapkan bahwa
istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing menunjuk pada aplikasi
beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program.

Sementara Widodo (2007), yang mengutip pendapat Jones, menjelaskan bahwa evaluasi
sebagai, "an activity designed to judge the merits of government policies which varies
significantly in the specification of object, the techniques of measurement, and the methods of
analysis. "Evaluasi kebijakan publik merupakan suatu aktivitas yang dirancang untuk menilai
hasil-hasil kebijakan pemerintah yang mempunyai perbedaan perbedaan yang sangat penting
dalam spesifikasi obyeknya, teknik teknik pengukurannya, dan metode analisisnya.

Evaluasi kebijakan pada dasarnya adalah suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu
kebijakan membuahkan hasil, yaituEvaluasi, Reformasi, dan Formulati

dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan atau target kebijakan
yang ditentukan (Darwin, 1994).

Secara umum, istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian
angka (rating), dan penilaian (assessment) kata kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis
hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya.Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan
dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan.

Berpijak dari pengertian evaluasi kebijakan di atas, dapat disim pulkan bahwa evaluasi
kebijakan merupakan kegiatan pemberian nilai atas suatu "fenomena" yang di dalamnya
terkandung pertim bangan nilai (value judgment) tertentu. Fenomena yang dinilai adalah

4
berbagai fenomena mengenai kebijakan, seperti tujuan dan sasaran kebijakan, kelompok sasaran
yang ingin dipengaruhi, instrumen kebijakan yang dipergunakan, respons dari lingkungan
kebijakan, kinerja yang dicapai, dampak yang terjadi dan lain-lain.

b. Sifat, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari sebuah pemeriksaan terhadap kinerja yang sudah dilakukan.
Sebagai bagian dari pemberian penilaian untuk dilakukan langkah-langkah strategis ke depan
menjadi lebih baik. Disamping itu, evaluasi merupakan bagian penting dalam sebuah organisasi
untuk menjamin organisasinya berjalan dengan baik.

Selain itu, evaluasi tentunya mempunyai sifat, tujuan, dan fungsi yang melekat sebagai
kontrol terhadap aktivitas dan kegiatan yang dilakukan. Serta sebagai alat untuk memperbaiki
dalam aspek sistem yang kurang baik untuk kemudian digantikan dengan sesuatu yang lebih
baik, baik dalam sumber daya manusia maupun sumber daya infrastruktur.

a. Sifat Evaluasi

Evaluasi akan menghasilkan tuntutan-tuntutan yang bersifat evaluatif. Oleh karena itu,
evaluasi mempunyai sejumlah karakteristik yang membedakannya dari metode-metode analisis
kebijakan lainnya (Dunn, 2003).Adapun karakteristik tersebut adalah sebagai berikut. Pertama,
fokus nilai, evaluasi berbeda dengan pemantauan, dipusatkan pada penilaian menyangkut
keperluan atau nilai dari suatu kebijakandan program. Evaluasi merupakan usaha untuk
menentukan manfaat atau kegunaan sosial kebijakan atau program, dan bukan sekedar usaha
untuk mengumpulkan informasi mengenai hasil aksi kebija kan yang terantisipasi dan tidak
terantisipasi.Kedua, interdependensi fakta-nilai, untuk menyatakan bahwa kebijakan atau
program tertentu telah mencapai tingkat kinerja tertinggi atau terendah diperlukan tidak hanya
bahwa hasil-hasil kebijakan berharga bagi sejumlah individu, kelompok atau seluruh masyarakat.
Oleh karena itu, harus didukung oleh bukti bahwa hasil-hasil kebijakan secara aktual merupakan
konsekuensi dari aksi yang dilakukan untuk memecahkan masalah tertentu. Ketiga, orientasi
masa kini dan masa lampau, evaluasi bersifat retrospektif, dan setelah aksi dilakukan. Keempat,
dualitas nilai, nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mem punyai kualitas ganda, karena mereka
dipandang sebagai tujuan dan cara.

b. Tujuan dan Fungsi

5
Kebijakan publik bertujuan untuk mengatur kehidupan bersama, dalam arti untuk mencapai
tujuan (visi dan misi) bersama yang telah disepakati.Sehingga jelas bahwa kebijakan publik
adalah jalan mencapai tujuan bersama yang dicita-citakan (Nugroho, 2006).

Menurut Ripley,yang dikutip oleh Riyanto (1997), evaluasi kebijakan adalah evaluasi yang
dirumuskan sebagai berikut: 1) Ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap proses;

2) Dilaksanakan dengan menambah pada perspektif apa yang terjadi selain kepatuhan;

3) Dilakukan untuk mengevaluasi dampak jangka pendek.

Samodra Wibawa mengungkapkan evaluasi kebijakan publik memiliki empat fungsi, yaitu:

1) Eksplanasi, melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan

program dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola

hubungan antara berbagai dimensi realitas yang diamatinya;

2) Kepatuhan, melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan para pelaku,
baik birokrasi maupun pelaku lainnya sesuai dengan standard dan prosedur yang ditetapkan oleh
kebijakan;
3) Audit, melalui evaluasi dapat diketahui apakah output benar benar sampai ke tangan
kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau penyimpangan;

4) Akunting, dengan evaluasi dapat diketahui akibat sosial-ekonomi

dari kebijakan tersebut (Nugroho, 2006). Sedangkan Dunn (2003) memberikan pandangan
yang berbeda bahwa fungsi kebijakan publik adalah sebagai berikut:

1) Evaluasi memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya

6
mengenai kinerja kebijakan; 2) Evaluasi memberikan sumbangan pada klarifikasi dan kritik
terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target; 3) Evaluasi memberikan
sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya.

c. Konsep Evaluasi Kebijakan

Evaluasi kebijakan merupakan bentuk pengukuran terhadap kinerja atau program yang sudah
dilakukan. Segala aspek kebijakan penting untuk dilakukan review atau evaluasi sebagai proses
per baikan dan peningkatan serta sebagai upaya membangun kebijakan yang lebih baik. Setiap
kebijakan mempunyai kelemahan dan keku rangan masing-masing dalam implementasinya; yang
sudah baik ditingkatkan sedangkan yang masih lemah dikuatkan dengan kebijakan pendorong.

Direktorat Evaluasi Kinerja Pembangunan Sektoral Kementerian Perencanaan Pembangunan


Nasional/Bappenas (2013), disampaikan dalam laporan evaluasi kebijakan reformasi
birokrasi,menyatakan bahwa untuk menciptakan evaluasi kebijakan yang efektif dan efisien, ada
beberapa konsep pokok yang harus dilakukan yaitu keluaran kebijakan (policy ouputs), hasil
kebijakan (policy outcomes), dan dampak kebijakan (policy impacts).

Menurut Dunn (2002: 608-609), evaluasi kebijakan mempunyai karakter yang dapat
dibedakan dengan lainnya, yaitu: 1) Fokus Nilai

Evaluasi sebagai esensi dan nilai terhadap program kegiatan atau agenda kebijakan. Bukan
hanya sebagai usaha untuk mengumpul kan informasi terhadap output dari kebijakan tersebut.
Baik yangbisa diantisipasi dan tidak diantisipasi. Evaluasi mempunyai tujuan memastikan bahwa
kebijakan dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, nilai menjadi target utama dalam evaluasi
kebijakan. 2) Interdependensi Fakta Nilai

Kebijakan atau program dapat dikatakan baik atau buruk, sesuai dengan target atau tidak,
dapat dilihat dari fakta dalam pelaksa naan kebijakan dan nilai yang terkandung dalam kebijakan
tersebut. Kebijakan harus memberikan dampak yang luas dalam pelaksanaannya, tidak hanya
bagi individu, kelompok ataupun masyarakat. Semua dapat menerima manfaat dari kebijakan
yang dilakukan. Secara langsung, setiap evaluasi kebijakan harus didukung oleh instrumen dan
fasilitas pendukungnya sebagai bukti, bahwa kebijakan telah dilaksanakan secara baik dan benar.

7
3) Orientasi Masa Kini dan Masa Lampau Evaluasi kebijakan mempunyai orientasi masa kini
dan masa lampau. Masa kini diperlukan sebagai target yang ingin dicapai. Tentunya didukung
oleh aspek formulasi yang komprehensif dan konkret yang diimplementasikan dengan sumber
daya manusia yang mendukung. Disertai oleh kompetensi dan daya saing yang tinggi. Sementara
masa lampau adalah sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebijakan saat ini untuk
menjadi lebih baik. Menjadi proses penyatuan tujuan yang diharapkan masa kini, diperlukan
tujuan, serta rekomendasi-rekomendasi yang dibutuhkan terhadap kebijakan yang akan datang.

4) Dualitas Nilai

Setiap kebijakan mempunyai tujuan ganda. Selain untuk men capai tujuan yang diharapkan
dalam program atau kebijakan, kebijakan juga sebagai role model dalam pengambilan kebijakan
yang akan datang. Nilai yang terkandung di dalam kebijakan seyogyanya mengandung dua nilai
yang saling mendukung. Hal ini yang memungkinkan tercapainya sasaran dan tujuan kebijakan
publik.

Sementara itu, setiap evaluasi kebijakan mempunyai fungsi utama dalam analisisnya. Dunn
(2003: 609-611) mengungkapkan fungsi-fungsi dari evaluasi kebijakan. Pertama, evaluasi
sebagai bahan informasi untuk mengetahui kinerja kebijakan yang sudah dilakukan.
d. Tipe Evaluasi Kebijakan

Langbein, dalam Analisis Kebijakan Publik(2007), membedakan tipe evaluasi menjadi dua
macam, yaitu:

1) Tipe evaluasi hasil (outcomes of public policy implementation) yang merupakan riset yang
mendasarkan diri pada tujuan kebijakan Ukuran keberhasilan pelaksanaan kebijakan adalah
sejauh mana apa yang menjadi tujuan program dapat dicapai.

2) Tipe evaluasi proses (process of public policy implementation) yang merupakan riset
evaluasi yang mendasarkan diri pada petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis).
Ukuran keber hasilan pelaksanaan suatu kebijakan adalah kesesuaian proses implementasi suatu
kebijakan dengan garis petunjuk (guide lines) yang telah ditetapkan..

Mustopadidjaja (2003) mengatakan bahwa evaluasi kebijakan memberikan nilai atas suatu
fenomena mengenai kebijakan, seperti tujuan dan sasaran kebijakan, kelompok sasaran yang

8
ingin dipengaruhi instrumen kebijakan yang dipergunakan, respons dari lingkungan kebijakan,
kinerja yang dicapai, dampak yang terjadi dan lain-lain Sedangkan evaluasi kinerja kebijakan
merupakan bagian dari evaluasi kebijakan yang secara spesifik terfokus pada berbagai indikator
kinerja yang terkait kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan. Sementara itu, LAN

(2005) menjelaskan bahwa tipe evaluas kinerja kebijakan dapat dikelompokkan ke dalam dua
kategori besar 1) Evaluasi proses. Evaluasi proses meliputi evaluasi implementasi dan evaluasi
kemajuan. Pada aspek evaluasi implementasi yang menjadi pusat perhatiannya adalah pada
(a) upaya meng identifikasi kesenjangan yang ada antara hal-hal telah yang direncanakan
dan realita; dan (b) Upaya menjaga agar kebijakan/ program dan kegiatan-kegiatan sesuai dengan
rancangan dan bila diperlukan dapat dilakukan modifikasi dalam rangka penye suaian dan
penyempurnaan. Sementara pada aspek evaluasi kemajuan, lebih memfokuskan pada kegiatan
pemantauan indikator indikator dari kemajuan pencapaian tujuan kebijakan.

2) Evaluasi hasil, dilakukan dalam rangka menetapkan tingkat pen capaian tujuan kebijakan.
Termasuk di dalamnya analisis SWOT, dan rekomendasi untuk perbaikan di masa yang akan
datang.

Kedua tipe evaluasi tersebut perlu dilakukan untuk memastikan pencapaian tujuan kebijakan
yang telah ditetapkan.

Sedangkan secara metodologis, LAN (1989) membedakan evaluasi dalam dua tipe, yaitu
evaluasi formatif dan sumatif.Evaluasi formatif biasanya melihat dan meneliti pelaksanaan suatu
program, mencari umpan balik untuk memperbaiki pelaksanaan program tersebut. Sementara
evaluasi sumatif biasanya dilakukan pada akhir program untuk mengukur apakah tujuan program
tersebut tercapai.

Sedangkan Herman, Morris, dan Gibbon (1987) membedakan

evaluasi formatif dengan evaluasi sumatif menurut fokus tindakan

nya. Mereka menyatakan:

9
...formative evaluations, which focus on providing information to plan ners and implementers on
how to improve and refine a developing or ongo ing program; and summative evaluations, which
seeks to acces the overall quality and impact of mature program for purpose of accountability
and policy making (..... evaluasi formatif, yang memfokuskan pada pemberian informasi kepada
perencana dan pelaksana mengenai bagaimana meningkatkan dan memperbaiki suatu program
yang sedang dikembangkan atau berlangsung. Sementara evaluasi sumatif yang berusaha menilai
kualitas dan dampak keselu ruhan dari program yang matang untuk tujuan pertanggung

jawaban dan pembuatan kebijakan). Perbedaan yang lebih jelas antara keduanya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Pendapat James Anderson,yang dikutip oleh Winarno(2002), membagi evaluasi kebijakan ke
dalam tiga tipe, yaitu:

1) Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional, artinya evaluasi kebijakan


dipandang sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri. Para pembuat
kebijakan dan administrator selalu membuat pertimbangan mengenai manfaat atau dampak dari
kebijakan-kebijakan, program-program, dan proyek-proyek.

2) Evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-program tertentu.
Tipe ini berangkat dari pertanyaan pertanyaan dasar yang menyangkut tujuan dan operasional.

3) Evaluasi kebijakan sistematis. Evaluasi ini melihat secara obyektif program-program yang
dijalankan untuk mengukur dampak nya bagi masyarakat dan melihat sejauh mana tujuan-tujuan
yang telah dinyatakan tersebut dapat tercapai. Lebih lanjut, evaluasi sistematis diarahkan untuk
melihat dampak yang ada dari suatu kebijakan dengan berpijak pada sejauh mana kebijakan
tersebut menjawab kebutuhan atau masalah masyarakat.

e. Tahapan Evaluasi Kebijakan

Dalam melakukan evaluasi kebijakan terdapat beberapa tahapan yang perlu diikuti. Evaluasi
dengan menggunakan tipe sistematis atau juga sering disebut sebagai evaluasi ilmiah merupakan
evaluasi yang mempunyai kemampuan lebih baik untuk menjalankan evaluasi kebijakan
dibandingkan dengan tipe evaluasi yang lain. Dalam kerangka evaluasi yang baik dengan margin
kesalahan yang minimal beberapa ahli mengembangkan langkah-langkah dalam evaluasi.Pall
(1987) membagi evaluasi kebijakan kedalam empat kategori, yaitu: (1) planning and need
evaluations;(2)process evaluations (3) impact evaluations (4) efficiency evaluations Sedangkan

10
Edward A. Suchman, yang dikutip oleh Winarno (2002), mengemukakan enam langkah dalam
evaluasi kebijakan yaitu:
1) Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi;

2) Analisis terhadap masalah; 3) Deskripsi dan standardisasi kegiatan;

4) Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi; 5) Menentukan apakah perubahan


yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena penyebab lainnya;

6) Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak Keseluruhan tahapan di atas
mencerminkan ragam kebutuhan evaluator, baik yang digerakkan dari perbedaan kepentingan,
per bedaan latar belakang, perbedaan tujuan, perbedaan keberadaan (pemerintah atau target),
perbedaan waktu, dan lain-lain

Namun demikian, ada beberapa hal yang dapat dipergunakan sebagai panduan pokok, yaitu;

1) Terdapat perbedaan yang tipis antara evaluasi kebijakan dengan analisis kebijakan. Namun
demikian, terdapat satu perbedaan pokok, yaitu analisis kebijakan biasanya diperuntukkan bagi
lingkungan pengambil kebijakan untuk tujuan formulasi atau penyempurnaan kebijakan,
sementara evaluasi dapat dilakukan

oleh internal dan eksternal pengambil kebijakan; 2) Evaluasi kebijakan yang baik harus
mempunyai beberapa syara

pokok, yaitu:

a) Tujuan menemukan hal-hal yang strategis untuk meningkatka kinerja kebijakan;

b) Yang bersangkutan harus mampu mengambil jarak dari pem buat kebijakan, pelaksana
kebijakan, dan target kebijakan c) Prosedur evaluasi harus dapat dipertanggungjawabkan secara
metodologi.

11
3) Evaluator haruslah individu atau lembaga yang mempuny karakter profesional, dalam arti
mempunyai kecakapan! metodologi, dan dalam beretika; 4) Evaluasi dilaksanakan tidak dalam
suasana permusuhan atau ilmu
kebencian.

12
BAB 2
Proses dan Analisis Kebijakan

1. Proses Kebijakan
Proses kebijakan publik dapat dipahami sebagai serangkaian
tahap atau fase kegiatan untuk membuat kebijakan publik.
Umunya proses pembuatan kebijakan publik dapat dibedakan
ke dalam lima tahapan, sebagai berikut:
a. Penentuan angenda
Istilah agenda dalam kebijakan ublik, antara lain diartikan
sebagai daftra perihal atau masalah untuk pejabat
pemerintahan, dan orang-orang diluat pemerintahan yang
terkait dengan para pejabat tersebut. Para ahli kebijakan
publik telah banak mengemukakan pendapat atau model
tentang bagaimana berlangsungnya proses penentuan
angenda. Tujuannya adalah untuk menjelaskan mekanisme
dan dinamika dari transformasi suatu kondisi dalam
masyarakat menjadi suatu masalah kebijakan yang harus
dicarikan jalan keluarnya melalui penggunaan kekuasaan
pemerintahan untuk membuat kebijakan. Berikut ini adalah
contoh model penetapan agenda: model kingdon dan model
cobb dan elder
b. Perumusan alternatif kebijakan
Perumusakn kebijakan menunjuk pada proses perumusan
pilihan-pilihan atau alternatif kebijakan yang dilakukan
dalam pemerintahan. Menurut Kraft & Furlog (2007:71)
dalam buku muchlis, menyatakan bahwa forlmulasi
kebijakan sebegai desain dan penyusunan rancangan tujuan

13
kebijakan serta strategi untuk pencapaian tujuan kebijakan
tersebut.

c.Penetapan kebijakan
Penetapan kebijakan pada dasarnya adalah pengambilan
keputusan terhadap alternatif kebijakan yang tersedia.
Penetapan kebijakan menurut Kraft & Furlog, merupakan
mobilitas dari dukungan politik dan penegasan kebijakan
secara formal termasuk justifikasi untuk tindakan kebijakan.

d.Pelaksanaan atau implementasi kebijakan


Pelaksanaan atau implementasi kebijakan bersangkut paut
dengan ikhtiar-ikhtiar untuk mencapai tujuan dari
ditetapkannya suatu kebijakan tertentu. Tahap ini pada
dasarnya berkaitan dengan bagaimana pemerintah bekerja
atau proses yag dilakukan pemerintah untuk menjadikan
kebijakan menghasilkan keadaan yang direncanakan.

e.Penilaian atau evaluasi kebijakan


Evaluasi atau penilaian kebijakan menyangkut pembahasan
kembali terhadap implementasi kebijakan. Tahap ini
berfokus pada identifikasi hasil-hasil dan akibat-akibat dari
implementasi kebijakan.

Kebijakan publik merupakan salah satu output atau hasil dari


proses penyelenggaraan pemerintahan, disamping pelayanan
publik, barang publik, dan regulasi. Oleh karena itu, substansi
dan proses kebijakan publik akan selalu berkaiatan dengan aspek keberadaan pemerintahan,
terutama dengan bentuk

14
negara, bentuk pemerintahan, dan sistem pemerintahan.
Bentuk negara memberi pengaruh pada substansi wadah dari
proses kebijakan. Suatu negara merupakan bangunan
pengelolaan kekuasaan, yang strukturnya akan menjadi
saluran bagi mengalirnya proses kebijakan, demikian juga
dengan bentuk dan sistem pemerintahan. Kedua aspek
tersebut menjadi pembingkai bagi dinamika proses pembuatan
kebijakan publik.

2. analisis kebijakan

Pengkajian terhadap seluruh rangakaian seklus kebijakan


publik dalam upaya merumuskan alternatif solusi pemecahan
masalah publik umumnya disebut sebagai analisis kebijakan.
Weimer & Vining (1992:1) dalam buku Muchlis, merumuskan
analisis kebajikan sebagai nasihat yang berorientasi
pelangganan yang relevan dengan keputusan-keputusan
publik dan didasarkan pada nilai-nilai sosial. Fokus dari
analisis kebijakan adalah merumuskan berbagai alternatif dan
memilih salah satu dai antaranya untuk direkomendasikan
sebagai suatu kebijakan yang akan ditetapkan.
1. Proses Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan pada dasarnya adalah proses untuk
menghasilkan rekomendasi bagi pemecahan masalah yang
dihadapi masyarakat. sebagai suatu proses, analisis
kebijakan dipahami terdiri dari serangakaian kegiatan.
Proses analisis kebijakan pada dasarnye terdiri dari 3 (tiga)
langkah utama, yaitu perumusan masalah kebijakan,

15
perumusan alternatif kebijakan, dan pemilihan alternatif
kebijakan. Hasil dari ketiga langkah utama tersebut
kemudian didokumetasikan dalam wujud makalah kebijkan.

2. Level Analisis Kebijakan


Parson (1995) dalam buku Muchlis, mengelompokan level
analisis kebijakn publik menjadi empat, yakni analisis meta
adalah analisis terhadap analisis. analisis meso adalah
analisis terhdapa definisi masalah, penetpan dan
pembentukan agenda. analisis keputusan adalah analisis
terhadap proses pembuatan keputusan dan analisis
kebijakan untuk pengambilan keputusan. analisis
pelaksanaan adalah analisis terhadap implementasi,
evaluasi, dan dampak-dampak perubahan.

3. Bingkai Analisis Kebijakan


Analisis kebijakan berlangsung mengikuti nilai dan paham
tertentu yang tumbuh dan berkembang dalm waktu
tertentu dan tempat tertentu. Dengan kata lain, analisis
kebijakan mengikuti bingkai analisis kebijakan. Bingkai
pilihan publik mengasumsikan bahwa aktor politik
individual dipandu oleh kepentingan pribadi dalam
pemilihan serangakain tindakan yang merupakan
kemanfaatan terbaik bagi mereka. Dengan pemaknaan
tersebut, kebijakan publik secara sederhana merupakan
suatu proses dari perluasan secara terhadap penyedia
barang dan jasa kepada publik.

16
4. Teknik Analisis Kebijikan
Analisis kebijakan dapat menggunakan banyak teknik yang
berkaiatan dengan pengambilan keputusan atau pemodelan
analisis faktor dan relasi antarvariabel. Beberapa di
antaranya yang serig digunakan adalah analisis SWOT, AHP,
dinamika sistem, dan SBA/CEA. Terhadap berabagai teknik
tersebut, antara lain ditentukan olh jenis data yang
tersedia.

17
BAB 3
SARAN DAN KESIMPULAN

Meskipun kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan


tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan
sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan
karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah kami yaitu Evaluasi kebijakan
merupakan persoalan fakta yang berupa pengukuran serta penilaian baik terhadap tahap
implementasi kebijakannya maupun terhadap hasil (outcome) atau dampak (impact) dari
bekerjanya suatu kebijakan atau program tertentu, sehingga menentukan langkah yang dapat
diambil dimasa yang akan datang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hayat. 2018. Kebijakan Publik Evaluasi, Reformasi, dan Formulasi. Intrans Publishing.
Dunn, William N. 2013. Pengantar Analisis Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Diakses pada tanggal 10 November pukul 13:54
WITA

19

Anda mungkin juga menyukai