Studi Kasus: Evaluasi dan Terminasi Mengenai Tenaga Kerja Asing di Indoensia
Disusun Oleh :
Bahrul Aziz/NIM20170520
Hafizul Syahrizat/NIM20170520
Tiara Khairunissa/NIM20170520263
APRIL 2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, atas terselesaikannya makalah yang bertemakan
“Evaluasi dan Terminasi Kebijakan Publik” ini sehingga bisa selesai tepat waktu. Makalah ini
menggambarkan bagaimana sistematika pengevaluasian dan terminasi sebuah kebijakan yang
telah berjalan. Hal ini menjadi penting sebagai informasi serta bahan evaluasi guna memperbaiki
sistem apabila terjadi hal yang sama di masa mendatang.
Kami berharap makalah ini akan menjadi penambah ilmu bagi pembacanya. Kami juga
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, dengan itu kami
mengharapkan saran dan juga kritik dari pembaca sekalian karena sesungguhnya kekurangan
milik kita sebagai manusia dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….1
Daftar isi………………………………………………………………..………………………….2
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Pembahasan
BAB II : Penutup
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………..……........
3.2 Saran…………………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Pada proses berjalannya suatu Negara tentunya ada kebijakan yang dilaksanakan oleh
seluruh komponen di dalamnya. Hal ini juga berlaku di Indonesia, berbagai hal diatur guna untuk
mensejahterakan masyarakatnya. Dalam siklus pelaksaan kebijakan yang baik diperlukan adanya
sebuah rekonstruksi sistem ataupun teknisi dari pelaksanaannya. Hal itu itu ditujukan agar
kebijakan berkembang melalui proses perbaikan dalam pertimbangannya berdasarkan perspektif
efisiensi maupun efektivitas kebijakan yang telah diberlakukan sebelumnya, maka diperlukan
adanya suatu evaluasi. Evaluasi kebijakan dapat dilihat dalam dua perspektif yang berbeda,
pertama evaluasi kebijakan merupakan akhir dari kebijakan tersebut atau bisa disebut juga
sebagai terminasi kebijakan. Perspektif kedua ialah perubahan beberapa bagian dengan melihat
efektifitas dan efesiensi dari kebijakan tersebut.
Pada dasarnya evaluasi merupakan suatu kegiatan yang menilai suatu objek tertentu bisa
jadi suatu objek tersebut adalah kebijakan, kinerja dari kegiatan ataupun alur pelaksanaan dari
suatu kebijakan yang meliputi berhasil atau tidaknya kebijakan tersebut. Sementara itu, evaluasi
di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pengumpulan dan pengamatan dari berbagai
macam bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas dari suatu objek, program, atau proses
berkaitan dengan spesifikasi dan persyaratan penggunaan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Parson juga megemukakan bahwa evaluasi kebijakan bertugas sebagai pemeriksa secara objektif,
sistematis, dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan program public terhadap target
capaiannya.(Evaluation, Muhiddin, Pascasarjana, & Makassar, 2017)
Perubahan dalam kebijakan dari bertumpu atas dasar kajian nilai dari kebijakan
sebelumnya. Perubahan tidak serta merta diartikan mengganti seluruh kebijakan yang telah
diimplementasikan, namun adanya adalah kebutuhan untuk lebih mengefisiensikan dan
mengefektifkan kebijakan. Dalam kajian tersebut tentu memperhatikan adanya hambatan
maupun dorongan dari faktor ekternal dan internal dari suatu kebijakan yang telah atau akan
dilaksanakan. Dengan memperhatikan faktor hambatan dan dorongan tersebut, diharapkan akan
melahirkan kebijakan dengan sistematika baru yang lebih produktif, kreatif, dan inovatif sesuai
dengan sasaran kebijakan tersebut. Menurut Imam Machali (2015) perubahan kebijakan
merupakan sebuah ikhtiar dan wujud dari prinsip dasar change and continuity, yaitu hasil dari
kajian, evaluasi, kritik, respon, prediksi, dan berbagai tantangan yang dihadapi.
Persoalan mengenai ketenagakerjaan seperti tidak ada habisnya di Negara ini, mulai dari
tingkat penggangguran yang tinggi, kualitas SDM yang masih sangat rendah, upah minim,
tenaga kerja asing dan masih banyak lagi. Tahun 2018 pemerintah menerbitkan Peraturan
Presiden Nomor 20 Tahun 2018 sebagai pengganti Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2014
tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Kebijakan ini berisi tentang kewajiban serta batas-
batas atau prosedur mengenai TKA, seperti izin tinggal, posisi yang dapat diisi, kompensasi
terhadap pemerintah pusat ataupun daerah, serta sanksi- sanksi bagi pelanggar peraturan yang
belum diatur dalam Perpres No 74 Tahun 2014 (Penggunaan & Kerja, 2017).
Hanif Dhakiri selaku Mentri Ketenagakerjaan memaparkan data dari Direktorat
Penggunaan Penggendalian Tenaga Kerja Asing (PPTKA), tahun 2017 tercatat ada 85.974 TKA
yang ada di Indonesia. Berdasarkan catatn PPTKA, tahun 2017 ada 126.006 orang IMTA ( Izin
Menggunakan TKA) yang telah diterbitkan hal tersebut meliputi izin jangka panjang dan pendek.
Sedangkan data jumlah IMTA yang berlaku pada tahun 2017 sebanyak 85.974 orang. hanif
menambahkan bahwa presentase TKA di Indonesia hanya kisaran kurang dari 0,1% jika
dibandingkan dengan Negara- Negara lainnya. (Sugianto, 2018)
Kebijakan mengenai TKA ini menimbulkan banyaknya kontra dari kalangan buruh/
pekerja yang menilai bahwa hal tersebut memberikan jalan bagi TKA masuk dengan mudah di
Indonesia. Hal ini wajar adanya mengingat fenomena banyaknya TKA asal Tiongkok yang
menyerbu Indonesia terutama pekerja kasar (unskill worker). Fenomena ini merupakan efek dari
kerjasama pemerintah Indonesia yang mencapai angka 120 Triliun dengan investor- investor dan
yang terbanyak ialah Tiongkok. Dengan adanya kebijakan para buruh/ pekerja memandang
bahwa pemerintah melegalkan dan memfasilitasi jalur TKA dan mematikan kesempatan bagi
pekerja di Indonesia serta akan menambah angka pengangguran. (Jumarsa, 2018)
Wakil Presiden Indonesia mengatakan bahwa tujuan dari adanya kebijakan ini sederhana
yaitu untuk mendorong peningkatan investasi di dalam negeri. (Nadlir, 2018). Perpres ini juga
diharapkan dapat menjawab keluhan di dunia kerja yaitu minimnya lapangan kerja. selain
meningkatnya investasi Negara dengan adanya hal ini juga menambah peluang kerja bagi
masyarakat Indonesia. Selain itu juga TKA di Indonesia wajib didampingi oleh pekerja local, hal
tersebut dilakukan guna adanya transfer of knowledge yang bisa meningkatkan pengetahuan dan
juga skill pekerja local. (Prayitno, 2018)
Hal inilah yang akan dibhas dalam makalah ini, banyak hal yang perlu dikaji dalam
kebijakan pemerintah mengenai TKA di Indonesia. Topik ini menarik untuk dibahas mengingat
banyaknya pro dan kontra yang timbul di masyarakat dalam menanggapi munculnya kebijakan
ini, serta melihat keadaan bahwa tujuan dan juga kenyatan dari kebijakan tersebut tidak singkron
adanya. Ada berbagai aspek yang perlu digunakan dalam mengevaluasi apakah kebijakan ini
sudah sesuai dengan rencana awal ataukah hasilnya malah melenceng dari target diawal, hal
tersebut akan dibahas lebih lanjut di studi analisis.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana
BAB II
PEMBAHASAN
A. Evaluasi Kebijakan
Ada berbagai pendapat dari para ahli mengenai pengertian evaluasi kebijakan.
Menurut Anderson pada 1975, evaluasi kebijakan ialah sebuah kegiatan yang
menyangkut estimasi atau penilaian terhadap sesuatu yang dijalankan maupun dampak
yang ditimbulkan. dye berpendapat bahwa sebuah evaluasi kebijakan merupakan
konsekuensi dari kebijakan public. Pendapat tersebut relevan dengan kenyataan bahwa
kebijakan evaluasi kebijakan merupakan suatu kesatuan dalam siklus kebijakan yang
memiliki peran sama penting dengan formulasi juga implementasi kebijakan. Pendapat
lain muncul, menurut Winanrno kebijakan public merupakan suatu proses yang panjang
dan rumit, prosesnya tiada akhir walaupun ada proses terminasi tetapi hal itu juga bisa di
reformulasikan untuk lahirnya kebijakan- kebijakan baru.(Evaluation et al., 2017). Dari
berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kebijakan merupakan suatu
siklus dalam kebijakan public yang dilaksanakan dengan melihat kegiatan yang sudah di
implementasikan dan juga menilai hal tersebut dengan beberapa indikatornya.
i. Efektifitas (Effectiveness)
Hal ini berkaitan dengan apakah tujuan yang diharapkam dan hasil yang
diinginkan dari diterapkannya sebuah kebijakan telah tercapai apa belum.
ii. Efisiensi (Efficiency)
Hal ini berkaitan dengan seberapa banyak usaha yang harus digunakan
atau dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
iii. Kecukupan (Adequacy)
Hal yang berkaitan dengan seberapa jauh tingkat pencapaian hasil yang
diinginkan dapat memecahkan masalah.
iv. Pemerataan/Kesamaan (Equity)
Kebijakan yang berorientasi pada pemerataan adalah kebijakan yang
akibatnya atau usaha yang dihasilkan secara adil didistribusikan.
v. Responsivitas (Responsiveness)
Berkaitan dengan seberapa jauh suatu kebijakan yang diterapkan dapat
memuaskan kebutuhan, prefensi, atau nilai kelompok- kelompok masyarakat
tertentu.
vi. Ketepatan (Appropriateness)
Berkaitan dengan apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar
berguna atau bernilai.
Dalam perjalanan sebuah evaluasi ada beberapa konsep mengenai ini, salah
satunya ialah konsep evaluasi program. Menurut Ralp Tyler evalasi program adalah
proses dimana kita mengetahuai capaian dari suatu program sudah sesuai atau
terealisasikan sesuai dengan tujuan dan juga sasarannya atau belum. Dari pendapat Ralp
bisa ditarik garis besar bahwa evaluasi program ialah suatu kegiatan pemerintah berjalan
dan informasi yang didapat akan menjadi alternative serta rekomendasi guna menggambil
keputusan yang baik kedepannya. Ada beberapa indicator dalam melakukan evaluasi
program yaitu melihat masukan atu inputnya, melihat prosesnya, output yang dikeluarkan
dari kebijakan tersebut, serta dampak yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut.
(Kurikulum, Teknologi, Pendidikan, & Indonesia, 2010)
Menurut Lester dan Stewart evaluasi kebijakan berisikan dua tugas yang berbeda,
tugas yang pertama ialah untuk menentukan menentukan konsekuensi yang dapat
ditimbulkan dari sebuah kebijakan menggunakan cara penggambaran dampaknya. Yang
kedua ialah untuk menilai sebuah keberhasilan baik kegagalan dalam sebuah kebijakan
yang mendasar pada sebuah standar atau kriteria yang sudah ditetapkan seelumnya.
Ada juga tipe – tipe evaluasi kebijakan publik menurut dane yakni:
Selain hal diatas dalam penentuan apakah suatu kebijakan diubah dapat
dilihat dari beberapa faktor penentunya, yaitu:
b. Terminasi kebijakan
Terminasi kebijakan ialah suatu keputusan atau jalan terakhir yang diambil
setelah pelaksanaan evaluasi kebijakan berupa pemberhentian atau tidak
diberlakukannya lagi suatu kebijakan. Menurut Brawer terminasi adalah sebuah
upaya penyesuaian (adjustment) dari kebijakan yang dinilai disfungsi, redundant,
out- moded, atau unnecessary. Bertujuan untuk merubah program atau kebijakan
yang tidak berfungsi atau kuno serta supaya pencapaian sasaran kebijakan lebih
mudah. Sedangkan deLeon mengatakan bahwa terminasi kebijakan dapat
dipandang sebagai sudut, yaitu akhir dari sebuah kebijakan atau program yang
telah mencapai tujuan dan awal dari proses perbaikan kebijakan sebelumnya yang
mengalami kekeliruan. (Keban, 2015)
Sebuah terminasi kebijakan terjadi biasanya meliputi beberapa hal berikut:
i. Ketika pemerintah atau administrasi yang baru mulai memegang
kekuasaan.
ii. Dilegitimasi matriks ideologis di mana kebijakan berada.
iii. Turbulensi atau kekacauan yang melemahkan keterikatan kepada
kebijakan yang sudah ada.
iv. Melunakkan penghentian. Terminasi kebijakan dapat didesain untuk
mengurangi kerugian bagi mereka yang terkena efeknya.
Pada intinya sebuah terminasi terhadap kebijakan memerlukan kehati-
hatian dan tingkat kecermatan yang tinggi untuk enunjukan sifat rasional dalam
mengambil tindakan. Terminasi dipandang sebagai kegiatan politik yang bersifat
rasional Ketika sasaran dari sebuah kebijakan tercapai dan dipertahan- kan, maka
relevansi dan daya aplikasinya perlu dipertimbangkan. Dan jika ditemukan bahwa
kebijakan tersebut redundant, outmoded, atau disfungsi maka sebaiknya kebijakan
tersebut harus dihentikan (Jones 1984). Terminasi juga bisa muncul ketika dalam
periode waktu yang lama terjadi kemunduran risorsis (Bardach 1976). Apabila
terminasi tidak dilakukan secara tepat, maka kebijakan tersebut akan mengakibat-
kan efek yang berbahaya, baik dilihat dari aspek material maupun ideology
(Keban, 2015).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Jumarsa, A. (2018, Mei 7). Kenny Witson Law Office . Retrieved Mei 3, 2019, from kennywitson.com:
https://www.kennywiston.com/analisis-peraturan-presiden-no-20-tahun-2018-tentang-tenaga-
kerja-asing/
Nadlir, M. (2018, Mei 4). Kompas.com. Retrieved Mei 3, 2019, from nasional.kompas.com:
https://nasional.kompas.com/read/2018/05/04/11202511/jusuf-kalla-kembali-tegaskan-tujuan-
pemerintah-terbitkan-perpres-tka
Prayitno, B. (2018, April 5). Sekeretaris Kabinet RI. Retrieved Mei 3, 2019, from setgab.go.id:
https://setkab.go.id/peraturan-presiden-nomor-20-tahun-2018-ikhtiar-untuk-meningkatan-
investasi-dan-perluasan-kesempatan-kerja-2/
Sugianto, D. (2018, April 25). detikfinance. Retrieved Mei 3, 2019, from finance .detik.com:
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3990690/menaker-buka-bukaan-data-
tenaga-kerja-asing-di-ri
Evaluation, P. P., Muhiddin, A., Pascasarjana, P., & Makassar, U. N. (2017). ( Readiness Study Received
Funding Rural Village in Gowa District ).
JOPANG. (2015). MAKNA DAN FUNGSI EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM RANAH KEBIJAKAN PUBLIK,
1–39.
Keban, P. (2015). Terminasi Kebijakan Publik : Tinjauan Normatif. Jejaring Administrasi Publik.
Kurikulum, J., Teknologi, D. A. N., Pendidikan, F. I., & Indonesia, U. P. (2010). MODEL-MODEL EVALUASI
PROGRAM.
Magister, P., & Publik, A. (n.d.). Analisis kebijakan publik.
Pengertian, D. (n.d.). No Title, 1–12.
Penggunaan, T., & Kerja, T. (2017). Jl. siaga i no 2b, pejaten barat, pasar minggu, jakarta selatan 12510,
(2), 79183444.