Anda di halaman 1dari 15

EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK

OLEH : MARIA CATHALINA CORINA SUSANTO - 071411131060

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


UNIVERSITAS AIRLANGGA | 2017
A. EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK
Jones (1996) Secara umum menjelaskan evaluasi kebijakan sebagai suatu kegiatan
atau aktivitas yang dirancang untuk menilai manfaat dari suatu kebijakan atau program
pemerintah yang mencakup sub-sub kegiatan seperti spesifikasi obyek, Teknik
pengukuran, metode analisis, dan rekomendasi yang dihasilkannya. Evaluasi Kebijakan
juga dijelaskan oleh William N. Dunn (1998) sebagai sebuah tahapan kebijakan publik
yang menempati posisi terakhir setelah implementasi kebijakan yang ditujukan untuk
mengetahui apakah kebijakan yang telah dilaksanakan telah sesuai dengan harapan
masyarakat dan terbukti efektif memecahkan permasalahan yang ada atau tidak. Melalui
beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa evaluasi kebijakan publik adalah suatu
aktivitas pasca dilakukannya implementasi kebijakan yang dirancang guna menilai
kualitas dan manfaat dari kebijakan yang telah dilaksanakan.
William N.Dunn (1994) menjelaskan bahwa evaluasi kebijakan memiliki 3 tujuan
dan fungsi utama, yakni :
a) Memberi informasi yang valid dan terpercaya mengenai kinerja dari sebuah
kebijakan atau dalam Bahasa lain, fungsi kebijakan unyuk menyediakan data dan
informasi serta rekomendasi bagi para decision-makers untuk memutuskan
apakan nantinya mereka akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan
sebuah pelaksanaan kebijakan.
b) Memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang
mendasari pemilihan tujuan dan target. Pemilihan nilai dalam mencapai tujuan
dan target, sejatinya, tidak didasari oleh berbagai kepentingan nilai dari
kelompok/golongan tertentu. Ia harus didasarkan pada nilai yang memang
dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, nilai perlu diperjelas dengan
mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target yang hendak dicapai..
c) Memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya,
termasuk pada rekomendasi kebijakan maupun pada perumusan kebijakan.
Informasi tentang memadai atau tidaknya kinerja kebijakan yang didapatkan dari
evaluasi kebijakan dapat memberi sumbangan bagi formulasi masalah kebijakan

1
dengan menunjukkan bahwa tujuan dan target perlu di definisikan ulang
(redefinition of goals and targets).

B. STUDI IMPLEMENTASI DAN STUDI EVALUASI : SERUPA TAPI TAK SAMA


Anggara (2014) menjelaskan bahwasanya studi mengenai analisis kebijakan publik
sebelumnya telah berkembang luas jauh sebelum adanya kemunculan minat pada studi
implementasi. Secara sederhana studi evaluasi dan studi implementasi dapat
dianalogikan sebagai induk dan anak. Studi Impelentasi dapat dikatakan sebagai anak
yang lahir dari studi evaluasi. Meskipun begitu, analogi ini tidak dapat secara rinci
menjelaskan perbedaan antara studi evaluasi dengan studi implementasi. Untuk dapat
memahami lebih lanjut mengenai perbedaan dari studi evaluasi dan implementasi,
hendaknya kita melihat ruang lingkup analisis kebijakan publik sebagai asal muasal dari
studi evaluasi dan implementasi. Laswell dalam Parsons (2001) menyatakan bahwa
analisis kebijakan merupakan sebuah analisis dengan sifat multimethod dan
multidisciplinary yang berfokus pada masalah serta berkaitan dengan pemetaan
kontekstualitas problem kebijakan, opsi kebijakan dan hasil kebijakan yang bertujuan
untuk mengintegrasikan pengetahuan ke dalam suatu disipilin yang menyeluruh untuk
menganalisis pilihan publik dan pengambilan keputusan. Pandangan Laswell ini
menyatakan bahwa lingkup analisis kebijakan lebih berfokus pada persoalan proses
pembuatan kebijakannya yakni mulai tahap perumusan masalah, agenda setting,
formulasi kebijakan hingga legislasi kebijakan.
Parsons (2001) menjelaskan bahwa analisis evaluasi dan implementasi merupakan
bagian dari analisis kebijakan publik, hanya pada satu tahap proses dan kedalaman
analisis yang berbeda tentunya. Analisis evaluasi dan analisis implementasi memiliki
lingkup fokus yang berbeda sesuai dengan istilahnya walaupun tetap merupakan analisis
yang multidisiplin. Pengertian mendasar yang dapat membedakan antara analisis studi
implementasi dengan analisis studi evaluasi sebagaimana yang dinyatakan oleh Parsons
(1995) adalah :

2
” … evaluation eximines ‘how public policy and the people who deliver it may be
appraised, audited, valued and controlled” while the study of implementation is
about “how policy is put into action and practice”

Menurut Sabatier dan Mazmanian dalam Anggara (2014), melakukan studi


implementasi berarti kita berusaha memahami apa yang secara nyata terjadi setelah
suatu kebijakan atau program dijalankan. Dapat disimpulkan bahwa lingkup studi
implementasi meliputi semua kegiatan yang terjadi setelah suatu kebijakan atau program
dijalankan. Sedangkan lingkup studi evaluasi sebagaimana dijelaskan Weiss (1972)
meliputi segala kegiatan membandingkan tujuan program yang telah ditetapkan di awal
dengan efek/dampak yang dihasilkan oleh program/kebijakan setelah
diimplementasikan. Michael Hill & Peter Hupe (2002) memperjelas perbedaan lingkup
studi implementasi dan studi evaluasi dalam table sebagai berikut :
Tabel 1 : Implementing and Evaluation Research
Object Research Act
Implementation Process / Behaviors Discription
Output Evxplanation
Outcomes Theory building and testing
Causal connections Analytical Judgement

Evaluation Outcomes-value link Value judgement


Sumber: Hill & Hupe (2002)
Sebagai contoh, Pemerintah Kota Surabaya memiliki sebuah program yang
ditujukan untuk mengurangi kemacetan dan meminimalisir pengguna kendaraan
bermotor dibawah umur yang dinamakan program bus sekolah gratis. Berikut adalah
table perbedaan analisis evaluasi dan implementasi berdasarkan contoh program
tersebut
Tabel 2 : Contoh Perbedaan Ruanglingkup Studi Implementasi dan Studi Evaluasi
dalam Program Bus Sekolah Gratis Pemerintah Kota Surabaya
Pertanyaan
Studi Implementasi 1. Bagaimana pelaksanaan bus sekolah gratis yang dilakukan
pemerintah Kota Surabaya ?
2. Apakah terjadi kesalahan dalam proses pengimplementasian
program bus sekolah gratis ini ? Apakah penyebabnya ?

3
Studi Evaluasi 1. Apakah program bus sekolah gratis yang sudah berjalan
selama sepuluh tahun lebih ini sudah mencapai tujuan dan
sasaran yang diharapkan ?
2. Adakah dampak program bus sekolah gratis terhadap
penurunan angka kemacetan dan penggunaan kendaraan
pribadi oleh anak di bawah umur di Kota Surabaya ?
3. Apakah program bus sekolah gratis ini merupakan program
yang tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan yakni
meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor di bawah
umur dan mengurasi kemacetan di Kota Surabaya ?
4. Bagaimana kinerja program bus sekolah gratis di Kota
Surabaya ?
5. Apa rekomendasi bagi program bus sekolah gratis di Kota
Surabaya ?

Tak jarang muncul overlapping antara analisis studi evaluasi dan studi
implementasi yang memunculkan pertanyaan-pertanyaan evaluative dalam studi
implementasi, seperti : “Apakah program/tindakan yang dipilih ini telah sesuai dengan
tujuan yang di harapkan ? atau apakah keputusan yang dibuat untuk
mengimplementasikan kebijakan sudah tepat ? Hal ini disebabkan karena kedua studi ini
bias berangkat dari permasalahan yang sama. Oleh karena itu sangat penting untuk
menjaga batas antara keduanya.

C. IDENTIFIKASI PROGRAM BUS SEKOLAH GRATIS PEMERINTAH KOTA SURABAYA


a. Deskripsi dan Komponen Program Bus Sekolah Gratis Pemerintah Kota Surabaya
Laju tingkat konsumtif penduduk Indonesia akan tersedianya kendaraan
bermotor, menjadikan jumlah transportasi pribadi meningkat dari tahun ke tahun.
Hal ini menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap dalam tingkat
kemacetan di Indonesia terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.
Kota Surabaya sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur merupakan kota metropolitan
kedua di Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar 2.846.917 jiwa. 1 Hingga

1Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. 2017. Jumlah Penduduk Kota Surabaya diakses melalui
https://surabayakota.bps.go.id/

4
tahun 2017 Kota Surabaya menjadi kota dengan pengguna transportasi pribadi
terbesar kedua setelah kota Jakarta. Saat ini jumlah kendaraan pribadi di Kota
Surabaya mencapai 4.521.629 unit.2 Angka ini di dominasi oleh kendaraan roda
dua yang mencapai 3.625.999 unit. Jumlah kendaraan tersebut hampir mencapai
dua kali lipat dari jumlah penduduk Surabaya. Tak heran jika Kota Surabaya
mengalami kemacetan luar biasa setiap harinya. Kondisi ini diperparah dengan
adanya penggunaan kendaraan pribadi oleh pelajar di bawah umur. Hingga tahun
2015 setidaknya terjadi 5.196 kasus pelanggaran kendaraan bermotor oleh pelajar
dibawah umur.3 Belum lagi ditambah banyaknya angka kecelakaan kendaraan
yang dialami oleh pelajar pengguna kendaraan bermotor. Jumlah kecelakaan
kendaraan yang melibatkan pelajar pada tahun 2015 mencapai 732 kecelakaan.
Untuk mengatasi permasalahan ini, dinas Perhubungan Surabaya selaku
lembaga pemerintahan membuat program Bus Sekolah Gratis sebagai bentuk
inovasi dalam transportasi publik yang dikhususkan untuk para pelajar. Bus
sekolah gratis adalah bus yang digunakan untuk mengangkut pelajar antara rumah
ke sekolah dengan tempat tinggal yang terlalu jauh untuk ditempuh dengan
berjalan kaki, sehingga diharapkan pelajar tidak perlu menggunakan kendaraan
pribadi yang dapat menyebabkan kemacetan, polusi dan kecelakaan
Bus sekolah ini sendiri beroperasi dengan bertujuan untuk menekan angka
kemacetan di Kota Surabaya dan meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor
oleh pelajar di bawah umur. Program dari Dinas Perhubungan Kota Surabaya
mengenai bus sekolah berdasar pada keputusan peraturan kementerian direktur
jenderal perhubungan darat nomor : SK.967/AJ.202/DRJD/2007 tentang
penyelenggaraan angkutan sekolah. Dalam kebijakan tersebut bus sekolah
merupakan suatu angkutan sekolah yang perlu diselenggarakan dalam rangka
mengantisipasi kebutuhan angkutan sekolah yang efektif dan efisien. Hingga
tahun 2017 Dinas Perhubungan telah menyediakan 6 (enam) bus sebagai armada

2 Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. 2016. Jumlah Transportasi Kota Surabaya. Diunduh melalui
https://surabayakota.bps.go.id/Subjek/view/id/17
3 Data Satlantas Polwiltabes Kota Surabaya 2014

5
untuk mengangkut para siswa ke tempat tujuan dengan maksud untuk membantu
para siswa khususnya dari keluarga yang tidak mampu atau untuk mengurangi
bahkan meniadakan anak-anak sekolah yang tentunya belum memenuhi
persyaratan memperoleh Surat Ijin Mengemudi (SIM) mengendarai sepeda motor
atau bahkan mobil serta mengurangi kemacetan di Surabaya.
Menurut Kamus Beasr Bahasa Indonesia (KBBI), komponen dapat dartikan
sebagai bagian dari keseluruhan. Aminuddin (2008) menjelaskan lebih mendetail
mengenai makna komponen sebagai bagian dari suatu sistem yang memiliki
peranan penting dalam keseluruhan aspek berlangsungnya suatu proses dalam
pencapaian tujuan di dalam sistem. Berikut adalah komponen program Bus
Sekolah Gratis Pemerintah Kota Surabaya :
1. Tata Alur Lalu Lintas
Pada komponen ini pemerintah Kota Surabaya menyusun rencana
pengaturan lalu lintas untuk melintasnya bus sekolah gratis ini. Hal ini
perlu dilakukan agar ada kepastian zonasi dan rute / arahan sehingga
dapat mengatasi kemacetan dan memfasilitasi kebutuhan angkutan
pelajar di Surabaya. Hal ini mencakup pemerataan atau distribusi bus
sekolah gratis di Kota Surabaya.
2. Infrastruktur dan Armada Bus Sekolah
Infrastruktur serta Armada bus sekolah sangat diperlukan dalam
penyediaan pelayanan prima bagi publik khususnya bagi pelajar di Kota
Surabaya. Hal ini juga mencakup efektivitas bus sebagai salah satu solusi
mengatasi kemacetan, kecukupan dari jumlah armada bus sekolah gratis
Surabaya serta Ketepatan waktu pengantaran dan penjemputan pelajar.
3. Pembiayaan
Pengelolaan dan Pembiayaan yang jelas dibutuhkan untuk dapat
menjamin berlangsungnya program ini untuk jangka panjang. Oleh karena
itu perlunya rincian mengenai Biaya Operasional Kendaraan (BOK)

6
Angkutan Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya. Hal ini mencakup efisiensi
waktu, tenaga dan biaya.

b. Sasaran, Tujuan, dan Dampak dari Program Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya.
a. Sasaran Program Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya adalah seluruh pelajar
Kota Surabaya dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah
Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
b. Tujuan Program Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya :
a) Mengurangi tingkat penggunaan kendaraan pribadi di Kota
Surabaya terutama oleh pelajar dibawah umur
b) Meningkatkan angka keselamatan berkendara dan kepatuhan
berlalu lintas di Kota Surabaya
c) Mengurangi kemacetan di Kota Surabaya dengan penggunaan
kendaraan umum
c. Dampak Program Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya :
a) Jangka Pendek :
▪ Membantu mengurangi biaya pengeluaran transportasi
bagi keluarga pelajar (terutama bagi keluarga dengan
ketidakmampuan secara ekonomi)
▪ Berkurangnya volume kendaraan bermotor, khususnya
kendaraan pribadi di Kota Surabaya

b) Jangka Panjang :
▪ Menurunnya angka kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas
yang dilakukan oleh pelajar dibawah umur.
▪ Menurunnya angka kemacetan kendaraan di Kota Surabaya
▪ Meningkatnya Kualitas Lingkungan Hidup Kota yang Bersih
dan Hijau melalui penurunan tingkat polusi udara di Kota
Surabaya

7
c. Kerangka Keterkaitan Rasional
Dalam suatu program harus terdapat keterkaitan rasional antara program
yang akan dievaluasi dengan sasaran yang dituju dan dampak yang diharapkan.
Ada tidaknya kaitan rasional tersebut, dapat menentukan apakah program
tersebut yang harus dimodifikasi atau sasaran dan hasil yang harus diubah.
Adapun keterkaitan rasional dalam program bus sekolah gratis dengan sasaran,
tujuan dan dampaknya dapat dijelaskan melalui skema dibawah ini :
Skema 1 : Keterkaitan Rasional Program Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya

Mengurangi
biaya
pengeluaran
transportasi oleh
pelajar

Mengurangi
Program Bus volume Mengurangi
Sekolah Mengurangi
penggunaan angka
Kemacetan di
Gratis Kota kendaraan kecelakaan
Kota Surabaya
pribadi oleh berkendara
Surabaya Pelajar

Mengurangi
Polusi Udara

Dengan adanya pengoprasian bus sekolah gratis di kota Surabaya tentunya


secara langsung akan berdampak pada pengurangan volume kendaraan bermotor
di Surabaya. Orang Tua Pelajar tidak perlu lagi berkendara untuk mengantarkan
anaknya ke sekolah ataupun menjemput mereka. Dengan menurunnya jumlah
kendaraan di jalan tentunya akan mengurangi tingkat kemacetan di Kota
Surabaya. Tidak hanya itu saja, keluarga dari pelajar pengguna angkutan gratis ke
sekolah ini tentunya akan terbantu dari sisi finansial karena tidak perlu

8
mengeluarkan ongkos untuk biaya transportasi ke sekolah. Selain itu, angka
kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas yang disebabkan oleh penggendara pelajar
dibawah usia juga dapat ditekan. Dengan begitu, kualitas udara di Kota Surabaya
juga dapat meningkat karena polusi yang disebabkan oleh banyaknya jumlah
kendaraan bermotor berkurang.

d. Hubungan Antar Variabel


Dalam keterkaitan rasional dalam sebuah program atau kebijakan perlu
diketahui adanya variable anteseden dan variable intervening. Singarimbun
(1984) menjelaskan bahwa ada beberapa jenis variable dalam sebuah penelitian,
diantaranya ialah variable anteseden dan variable intervening. Variabel anteseden
mempunyai kesamaan dengan variabel antara, yakni merupakan hasil yang lebih
mendalam dari penelusuran hubungan kausal antara variabel. Perbedaannya,
“variabel antara” menyusut diantara variabel pokok, sedangkan variabel
anteseden mendahululi variabel pengaruh. Sedangkan variable intervening ialah
variable yang dipengaruhi oleh variable bebas yang kemudian mempengaruhi
variable - variable terikat, jadi variable bebas mempengaruhi variable terikat
melalui variable antara.
Berikut adalah skema hubungan variable anteseden yang dapat
memperjelas pernyataan diatas :
Skema 2 : Hubungan antar Variabel

Variabel Variabel Variabel Variabel


Anteseden Independen Intervening Dependen

Sumber : Singarimbun (1984)

Dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa hubungan antar variable


dalam program bus sekolah gratis Kota Surabaya adalah sebagai berikut :

9
Kemampuan
Mengantar
(Z1)

Karakteristik
Perjalanan
(Z2)

Penggunaan Volume
Kendaraan Kemacetan
Gaya Hidup Kendaraan
Pribadi oleh Lalu Lintas
Pelajar
Pelajar Bermotor
(Z3) (Y)
(X) Beroperasi

Atribut
Pelayanan
Transportasi
Umum
(Z4)

• Variabel Anteseden (Z) :


1. Kemampuan Mengantar yang dimiliki orang tua pelajar
2. Karakteristik Perjalanan
3. Gaya Hidup
4. Atribut Pelayanan Transportasi Umum
• Variabel Independen (X) : Penggunaan kendaraan pribadi oleh pelajar
dibawah umur
• Variabel Intervening (antara) : Volume kendaraan pribadi yang beroprasi
• Variabel Dependen (Y) : Kemacetan Lalu Lintas di Kota Surabaya

10
Dalam sebuah evaluasi kebijakan juga diperlukan analisis mengenai factor-faktor
yang sekiranya dapat mendukung dan menghambat pencapaian sasaran program.
Adapun beberapa factor pendukung dan penghambat dari sasaran program bus
sekolah gratis pemerintah kota Surabaya ialah :
1. Faktor Pendukung
a. Fasilitas Penunjang Operasional Seperti AC, Televisi dan Audio
b. Ketepatan Waktu
c. Peraturan Intern Sekolah yang melarang penggunaan kendaraan
bermotor bagi pelajar dibawah umur.
d. Peraturan Polantas Republik Indonesia yang melarang penggunaan
kendaraan bermotor bagi pengendara dibawah umur ataupun yang
tidak memiliki SIM.
2. Faktor Penghambat
a. Keterbatasan Armada
b. Keterbatasan Rute
c. Konflik kepentingan dengan Bemo dan angkutan lain
d. Penegakan peraturan dan larangan di sekolah mengenai penggunaan
kendaran bermotor bagi pelajar dibawah umur

e. Measurement Program : Reliable and Valid Indicator


Dalam setiap variable yang ditetapkan oleh suatu program tentulah
dibutuhkan indicator yang valid dan reliabel untuk dapat dijadikan sebagai ukuran
dalam menilai program tersebut. Dari program bus sekolah gratis Kota Surabaya
ini dapat dijabarkan beberapa variable dan indikatornya sebagai berikut :

Variabel Indikator Definisi Operasional


Penggunaan 1. Kepemilikan Kendaraan • Memiliki atau berhak
Kendaraan Pribadi 2. Jumlah Pelajar Pengguna seutuhnya untuk
oleh Pelajar Kendaraan Bermotor

11
menggunakan suatu
kendaraan
• Jumlah pelajar dibawah
umur yang
menggunakan
kendaraan pribadi ke
sekolah
Kemacetan Lalu 1. Presentase/Jumlah kendaraan • Jumlah kendaraan yang
Lintas bermotor jenis pribadi yang berada di jalan setiap
beroperasi harinya
2. Tingkat kepadatan jalan • Perbandingan antara
kapasitas jalan dengan
volume lalu lintas

Kemampuan 1. Ketersediaan waktu • Adanya waktu untuk


Mengantar 2. Kepedulian mengantar dan
menjemput pelajar di
bawah umur ke sekolah
• Kesediaan orang tua
untuk mengantar dan
menjemput pelajar di
bawah umur ke sekolah
Karakteristik 1. Asal – Tujuan • Asal pelaku perjalanan
Perjalanan 2. Panjang perjalanan yaitu rumah dan tujuan
3. Waktu perjalanan pelaku perjalanan yaitu
sekolah yang dituju

12
• Jarak fisik (kilometer)
antara asal (rumah) dan
tujuan (sekolah)
• Waktu keberangkatan,
waktu tempuh dan
waktu kepulangan
pelajar menuju/dari
sekolah
Atribut Pelayanan 1. Kenyamanan • Adanya perasaan
Moda Transportasi 2. Keamanan nyaman di dalam
Umum 3. Keandalan transportasi umum
4. Biaya Perjalanab • Adanya perasaan aman
5. Tingkat Akses/Daya Hubung di dalam transportasi
6. Waktu Relatif Perjalanan umum
• Waktu keberangkatan
bus dan sampai tujuan
yang tepat waktu
• Besarnya tarif untuk
menggunakan
transportasi umum
• Keterjangkauan rute
transportasi umum
dalam menjangkau asal
dan tujuan penumpang
• Waktu yang dihabiskan
dalam perjalanan di atas
kendaraan umum
hingga sampai di
sekolah

13
Gaya Hidup 1. Kemampuan dan Ekonomi • Kemampuan finansial
2. Hobi seseorang untuk
membeli kendaraan
• Pengaruh lingkungan
terhadap minat individu

DAFTAR PUSTAKA

Agustino,Leo. 2016. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta


Anderson, James E. 1987. Public Policy Making. New York : Reinhart and Wiston.
Anggara,Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung : Pustaka Setia
Dunn,William. 1998 Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta
Dunn, William N. 1981. Public Policy Analysis – An Introduction. New Jersey: Pearson
education
Parsons, Wayne. 2001. Public Policy. Prenada Media : Jakarta
Setijaningrum,Erna. 2011. Buku Ajar Analisis Kebijakan Publik. Surabaya : Revka Petra
Media
Singarimbun, Masri. 1984. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES
Weiss, Carol H. 1972 Evaluation Research : Methods for Assesing Program Effectiveness.
New Jersey : Prentice Hall

14

Anda mungkin juga menyukai