Anda di halaman 1dari 5

Nama : M Farhan Al Ghufran

Kelas : XI MIPA 1

BIOGRAFI AL ZAHRAWI

Nama : Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi


Dikenal : Al Zahrawi
Lahir : 936 M, Medina Azahara - Conjunto Arqueológico Madinat al-Zahra, Spanyol
Meninggal : 1013, Kordoba, Spanyol

Abu Qasim al-Zahrawi adalah seorang pioner dalam ilmu bedah modern. Beliau merevolusi
ilmu bedah klasik dan meletakkan kaidah-kaidah bedah yang menjadi pijakan ilmu bedah
modern saat ini.

Selain Ibnu Sina, tokoh muslim yang memiliki peran penting dalam dunia medis adalah Abu al
Qasim al Zahrawi. Ia dijuluki Bapak Operasi Pembedahan. Menurut laman TRT World, Abu al
Qasim al Zahrawi menemukan lebih dari 200 alat bedah di abad ke-11, yang mana dari
temuannya tersebut banyak nyawa terselamatkan.

Abul Qasim Khalaf bin al-Abbas- al-Zahrawi, orang-orang Barat mengenalnya dengan
Abulcasis. Dilahirkan pada tahun 936 dan wafat tahun 1013 M di Kota al-Zahra, al-Zahrawi
mengabdi pada kekhalifahan Bani Umayyah II di Cordoba, Andalusia. Awalnya ia dikenal
sebagai seorang fisikawan, sampai akhirnya ia memperkenalkan teori-teori dan alat-alat bedah
dalam ilmu kedokteran, barulah orang-orang mengenalnya sebagai dokter ahli bedah (al-Hassani,
2005: 167).
Karya

Pencapaian al-Zahrawi dalam ilmu bedah sangat banyak dan luar biasa, sampai-sampai ia
dianggap sebagai orang pertama yang menjadikan ilmu bedah sebagai spesialisasi tersendiri
dalam ilmu kedokteran. Al-Zahrawi adalah di antara orang pertama yang menemukan alat-alat
bedah dan menemukan teori mengikat organ tubuh saat pembedahan yang tujuannya untuk
mencegah pendarahan. Selain itu, ia juga membuat benang untuk menjahit bekas bedah dan
orang pertama yang menggunakan suntik.

Karyanya yang paling fenomenal adalah At-Tashrif Liman Ajiza ‘an Ta’lif, sebuah ensiklopedi
kedokteran yang disusun dalam 30 jilid buku. Buku yang selesai penulisannya pada tahun 1000
ini berisikan tentang berbagai topik medis termasuk tentang kesehatan gigi dan melahirkan. At-
Tashrif disusun selama 50 tahun karir kedokteran al-Zaharawi, baik pelatihan, mengajar, dan
praktek.

Muku ini juga memuat tentang pentingnya hubungan positif antara dokter dan pasien. Ia juga
menulis tentang kasih sayangnya terhadap murid-muridnya yang ia disebut sebagai “anak-anak
saya”. Ia menekankan pentingnya merawat pasien tanpa memandang status sosial mereka dan
mendorong pengamatan secara persuasif terhadap kasus-kasus individu untuk membuat
diagnosis yang paling akurat dan perawatan yang sebaik mungkin.

At-Tashrif diterjemahkan ke dalam bahasa latin oleh seorang Italia yang bernama Gerard pada
abad ke-12. Selama 5 abad berikutnya buku tersebut menjadi rujukan utama untuk
perkembangan medis di Eropa khususnya ilmu bedah.

Penguasaan Ilmu Bedah

Menurut al-Zahrawi seseorang tidak akan menguasai ilmu bedah sampai ia menguasai ilmu
kedokteran umum, anatomi, dan tulisan-tulisan filsuf yang belajar ilmu kedokteran. Ia
memelopori banyak prosedur dan peralatan yang digunakan di ruang operasi saat ini. Dialah
orang pertama yang menggunakan catgut sebagai benang untuk jahitan rongga dalam. Catgut
adalah benang yang terbuat dari lapisan usus hewan yang merupakan satu-satunya bahan yang
sangat baik digunakan untuk menjahit bagian dalam karena bisa diserap oleh tubuh, dan
mencegah untuk dilakukan operasi kedua untuk menghilangkan jahitan tersebut.
Ia menemukan banyak alat yang diperlukan untuk operasi modern. Dia adalah orang pertama
yang menggunakan foreceps saat melahirkan, yang sangat membantu dalam mengurangi angka
kematian bayi dan ibu saat proses melahirkan. Dia melakukan tonsilektomi (Wikipedia: operasi
pengangkatan tonsil/mandel/amandel) dengan penjepit lidah, kait, dan gunting yang sama dengan
dokter di era modern saat ini.

Untuk mengurangi ketakutan dan kekhawatiran pasiennya saat akan dioperasi, al-Zahrawi
menggunakan sebuah pisau tertentu yang membuat sang pasien nyaman secara psikis. Adapun
cara untuk menghilangkan sakit secara fisik, ia menganastesi (bius) pasiennya baik di tubuh yang
akan dioperasi juga bius oral (minum penenang). Mansektomi (pengangkatan payudara) pada
penderita kanker payudara yang dilakukan oleh al-Zahrawi juga sama dengan yang dilakukan
oleh dokter saat ini.

Al-Tasrif

Al-Tasrif berisi berbagai topik mengenai kedokteran, termasuk di antaranya tentang gigi dan
kelahiran anak. Buku ini diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerardo dari Cremona pada abad
ke-12, dan selama lima abad Eropa Pertengahan, buku ini menjadi sumber utama dalam
pengetahuan bidang kedokteran di Eropa.

Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rinci dan lugas
mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran
secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa
dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika seperti deodoran, hand lotion, pewarna
rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil karya Al-Zahrawi.

Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar hingga ke seantero Eropa.
Tak heran, bila kemudian pasien dan anak muda yang ingin belajar ilmu kedokteran dari
Abulcasis berdatangan dari berbagai penjuru Eropa. Menurut Will Durant, pada masa itu
Cordoba menjadi tempat favorit bagi orang-orang Eropa yang ingin menjalani operasi bedah. Di
puncak kejayaannya, Cordoba memiliki tak kurang 50 rumah sakit yang menawarkan pelayanan
yang prima.

Meskipun memiliki pengetahuan dan kemampuan yang mumpuni dalam ilmu bedah, al-Zahrawi
selalu menolak untuk melakukan operasi berisiko atau tidak ia diketahui yang akan menjadi stres
fisik dan emosional bagi pasien. Ia percaya akan pentingnya kehidupan manusia dan berusaha
untuk memperpanjangnya selama mungkin.

Dalam menjalankan praktik kedokterannya, Al-Zahrawi menankan pentingnya observasi tertutup


dalam kasus-kasus individual. Hal itu dilakukan untuk tercapainya diagnosis yang akurat serta
kemungkinan pelayanan yang terbaik. Al-Zahrawi pun selalu mengingatkan agar para dokter
untuk berpegang pada norma dan kode etik kedokteran, yakni tak menggunakan profesi dokter
hanya untuk meraup keuntungan materi.

Menurut Al-Zahrawi profesi dokter bedah tak bisa dilakukan sembarang orang. Pada masa itu,
dia kerap mengingatkan agar masyarakat tak melakukan operasi bedah kepada dokter atau dukun
yang mengaku-ngaku memiliki keahlian operasi bedah. Hanya dokter yang memiliki keahlian
dan bersertifikat saja yang boleh melakukan operasi bedah. Mungkin karena itulah di era modern
ini muncul istilah dokter spesialis bedah (surgeon).

Penghargaan

Kehebatan dan profesionalitas Al- Zahrawi sebagai seorang ahli bedah diakui para dokter di
Eropa. ‘’Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah kepala dari seluruh ahli bedah,’‘ ucap Pietro
Argallata. Kitab Al- Tasrif yang ditulisnya lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard
of Cremona pada abad ke-12 M. Kitab itu juga dilengkapi dengan ilustrasi. Kitab itu menjadi
rujukan dan buku resmi sekolah kedokteran dan para dokter sera ahli bedah Eropa selama lima
abad lamanya pada periode abad pertengahan.

Sosok dan pemikiran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter serta mahasiswa kedokteran di
Eropa. Pada abad ke-14 M, seorang ahli bedah Prancis bernama Guy de Chauliac mengutip Al-
Tasrif hampir lebih dari 200 kali. Kitab Al-Tasrif terus menjadi pegangan para dokter di Eropa
hingga terciptanya era Renaissance. Hingga abad ke- 16 M, ahli bedah berkebangsaan Prancis ,
Jaques Delechamps (1513 M – 1588 M) masih menjadikan Al-Tasrif sebagai rujukan.

Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada tahun 1013 M – dua tahun setelah tanah
kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Meski Corboba kini bukan lagi menjadi kota bagi umat
Islam, namun namanya masih diabadikan menjadi nama jalan kehormatan yakni ‘Calle
Albucasis’. Di jalan itu terdapat rumah nomor 6 yakni rumah tempat Al-Zahrawi tinggal. Kini
rumah itu menjadi cagar budaya yang dilindungi Badan Kepariwisataan Spanyol.

Anda mungkin juga menyukai