Bantuan Hidup Dasar
Bantuan Hidup Dasar
AULIA RAMADHANI
45.105.029.434
DIKLAT DASAR XXIX
i
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah dengan judul
“Bantuan Hidup Dasar” telah diperiksa dan disetujui pada ujian makalah :
Fakultas : PSIKOLOGI
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
Pengurus, Koordinator
KSR-PMI UNIT 105 Pendidikan dan
Universitas Bosowa Lanjutan XIX
Ketua Umum
ii
BERITA ACARA
dihadapan para tim penguji yang merupakan salah satu syarat untuk mengikuti pendidikan
lanjutan XIX KSR – PMI Unit 105 Universitas Bosowa, seperti yang tersebut di bawah ini
Tim Penguji
Mengetahui :
Pengurus, Koordinator
KSR-PMI UNIT 105 Pendidikan dan
Universitas Bosowa Lanjutan XIX
Ketua
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Pendidikan lanjutan ini
Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
lanjutan yang diselenggarakan oleh Pengurus Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR
PMI) Unit 105 Universitas Bosowa dan juga sebagai awal dari pemahaman materi-materi
yang telah di dapat pada pendidikan dasar KSR PMI Unit 105 Universitas Bosowa.
Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak, baik moril maupun materi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Senior Andi Ardiansyah SE., dan St. Miftahurrizqa, selaku Pembimbing I dan
Pembimbing II.
2. Mayang Yustika selaku Ketua Umum KSR PMI Unit 105 Universitas Bosowa.
3. Rekan – rekan diklat XXVII secara khusus dan anggota KSR PMI Unit 105
Universitas Bosowa pada umumnya yang telah banyak membantu baik secara
4. Semua pihak yang telah banyak membantu, dimana penulis tidak dapat
menyebutkan satu persatu yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuannya
iv
Akhirnya, Kepada Tuhan Yang Maha Esa jualah kita memohon. Penulis pun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena penulis
mengharapkan kritik dan sarannya dalam membangun kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi penambah wawasan bagi kita.
Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa saja
yang membacanya dan semoga aktifitas kita dirahmati oleh Tuhan Yang Maha Esa, Amin.
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
vi
3.2.1 Definisi Resusitasi Jantung Paru...................................... 11
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................ 29
DAFTAR GAMBAR
vii
Nomor Halaman
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang
teguh pada tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit
Palang Merah Internasional pada tahun 1950. Secara nasional keberadaan PMI
disahkan dengan Keputusan Presiden (Keppres) No.25 tahun 1950 dan kemudian
Indonesia merupakan Negara Republik yang merupakan salah satu negara yang
paling rawan bencana di dunia. Peristiwa bencana alam maupun bencana akibat
ulah manusia merupakan gejala yang tidak pernah dapat diperhitungkan oleh
keselamatan jiwanya. Oleh karena itu, tak lepas dari tugas dan tanggungjawab
seorang anggota Korps Sukarela Palang Merah Indonesia Unit 105 Universitas
1
lanjutan untuk lebih menambah wawasan dalam pengetahuan mengenai
Dari latar belakang yang telah di uraikan diatas maka rumusan masalah makalah
ini adalah;
b. Bagaimana prosedur dalam melakukan bantuan hidup dasar pada korban dengan
Untuk mendeskripsikan bantuan hidup dasar dan prosedur yang dilakukan dalam
melakukan bantuan hidup dasar pada korban dengan cepat dan tepat.
a. Tujuan Umum
korban dan Sebagai salah satu cara untuk mengikuti pendidikan lanjutan
(DIKJUT) Korps Sukarela Palang Merah Indonesia Unit 105 Universitas Bosowa
Makassar.
b. Tujuan Khusus
2
BAB II
dasar adalah tindakan penolongan berdasarkan ilmu kedokteran yang dimiliki oleh
awam atau awam yang terlatih secara khusus. Batasannya adalah sesuai dengan
b. Mencegah cacat.
bagian dari suatu sistem yang dikenal dengan istilah sistem Penanggulangan Gawat
penolong yakni:
pertolongan pertama.
2) Penolong Pertama yakni, Kualifikasi ini yang dicapai oleh anggota KSR PMI
3
4) Transportasi yakni, Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi.
a. Memberikan Pertolongan
Pasal 531 K U H P “Barang Siapa Menyaksikan Sendiri ada orang dalam keadaan
dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena
banyaknya Rp. 4.500,- Jika orang yang perlu ditolong itu mati diancam dengan
b. Kerahasiaan
Pasal 322 K U H P
2) Jika kejahatan itu dilakukan yang tertentu, maka perbuatan itu hanya
4
2.5. Persetujuan Pertolongan
Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada korban
terlebih dahulu atau kepada keluarga, orang disekitar bila korban tidak sadar. Ada
Keamanan penolong merupakan hal yang penting, oleh karena itu sebaiknya
dilengkapi dengan peralatan yang dikenal sebagai Alat Perlindungan Diri antara
lain;
menularkan penyakit.
5
2.6.2 Kaca mata pelindung
Kacamata
pelindung untuk
melindungi mata
tahan benturan
Berfungsi untuk
melalui pakaian.
Berfungsi untuk
melindungi pernafasan
6
sekaligus bagian percernaan sekaligus mencegah penularan penyakit
melalui udara .
bantuan nafas.
7
Seiring resiko adanya benturan pada kepala meningkat. Helm safety
pemindahan penderita.
penderita.
pemberian PP.
Pertama
b. Bersikap professional.
8
d. Mampu bersosialisasi.
1) Alat tulis.
2) Oksigen.
4) Kartu penderita.
1) Penutup luka.
2) Kasa steril.
3) Bantalan kasa.
8) Gunting pembalut.
9) Pinset.
10) Kapas.
9
11) Senter.
1) Bidai
BAB III
PEMBAHASAN
Bantuan Hidup Dasar adalah serangkaian usaha awal untuk mengembalikan fungsi
pernafasan atau sirkulasi pada seseorang yang mengalami henti napas dan henti
mengalami henti jantung atau henti napas melalui resusitasi jantung paru
(RJP).
10
3.2.1. Defenisi Resusitasi Jantung Paru
tersebut mengalami kegagalan total oleh sesuatu sebab yang datangnya tiba-
tiba, dan pada orang dengan kondisi tubuh yang memungkinkan untuk hidup
Dalam arti luas resusitasi merupakan segala bentuk usaha yang dilakukan
terhadap korban yang berada dalam keadaan gawat atau kritis, untuk
1. Henti napas
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran
udara pernapasan dari korban / pasien. Henti napas dapat terjadi sebagai
atau trauma.
11
Henti napas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan
a. Tenggelam
b. Stroke
d. Epiglotitis
e. Overdosis obat-obatan
f. Tersengat listrik
g. Infark miokard
h. Tersambar petir
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah
otak dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas
akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti
jantung.
2. Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti
sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ
12
Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat
orang.
survei primer.
13
3.2.4. Prinsip-prinsip Resusitasi Jantung Paru
c. Meminta pertolongan.
melakukan tindakan :
14
2. Breathing (Bantuan napas)
Terdiri dari 2 tahap :
Beberapa hal yang bisa menyebabkan henti jantung dan henti nafas
15
diantaranya yaitu : Hipoksia, asidosis, karena adanya gagal jantung atau
terjadi 45 detik setelah aliran darah ke otak terhenti dan dilatasi maksimal
terjadi dalam waktu 1 menit 45 detik. Bila telah terjadi dilatasi pupil
irreversibel.
1. Sumbatan jalan nafas oleh karena adanya benda asing, aspirasi, lidah
perdarahan).
1. Tanyakan Kondisi
16
Langkah pertama yang dilakukan apabila menemukan klien dalam
17
2. Memanggil Pertolongan
18
Jika klien tidak sadar jalan nafas harus dibersihkan. Jika klien tidur
telentang aliran udara sebagia atau secara total dapat tertutup sebab
diangkat ke atas dan mulut ditutup. Dalam posisii ini, aliran nafas dapat
jalan nafas dapa dilihat pada gambar . salah satu tangan mengangkat
Pegangkatan dagu akan menarik rahang bawah kedepan, dan pada saaat
yang sama kepala hiperekstensi dan mulut terbuka oleh tangan yang lain.
Teknik mengangkat dagu dan tekan kepala, salah satu tangan mengangkat dagu
sedangkan tangan yang lain diletakkan pada garis rambut. Pegangkan dagu akan
menarik rahang bawah ke depan, dan pada saat yang sama kepala hiperekstensi
19
dan mulut terbuka oleh tangan yang lain. Perhatikan apakah ada hembusan napas
yang keluar dan mulut dan hidung mengenai pipi sambil memerhatikan adanya
pergerakan pernapasan.
Pembersihan jalan nafas ini juga dilakukan untuk mencegah apirasi benda asing
(bolus) , obstruksi karena bolus dapat terjadi tiba-tiba pada saat makan. Aspiksia
segera timbul yang diikuti oleh gangguan kesadaran dan akan disertai henti
Jila jalan nafas mengalami obstruksi total, klien ini akan megap-megap dan
menggenggam lehernya dalam keadaan penik dan tak dapat bernafas atau
hipofaring dibawah laring. Benda asing yang masuk dalam sisttem trakheobronhial
Jika klien masih sadara, ia akan usaha batukuntuk mengeluarkan benda asing
tersebut dari tubuhnnya, jika ini tidak berhasil maka cara menuverheimlich
(penekanan perut). Dapat dilakukan, yang dapat diulang sampai bolus tersebut
misalnya dapt menimbulkan regurgitasi, bahkan ruplut lambung , hepar dan aorta.
Manverheimlich tidak boleh dilakukan pada wanita hamil trimester ke 3, klien yang
terlalu gemuk, atau bayi yang usianya kurang dari 1 tahun. Penekanan pada dada
(kompresi jantung) dan pengukulan diantara kedua bahu dapat dilakuka pada kasus
ini.
dilakukan upaya untuk mengambil benda asing dan melakukan pernafasan buatan.
dapat didorong masuk ke paru-paru perlahan-lahan. Cara ini dapat diulanng 6-10
kali , bila bantuan nafas tidak mungkin diberrikan. Untuk kklien yang berdiri atau
20
duduk, penolong meletakkan kedua tangannya pada epigatrium diantara pusat dan
rusuk dari belakang dan dilakukan penekana perut secaara kuat. Bila klien dalam
napas penolong yang dapat diberikan pada semua keadaan tanpa alat-alat
tambahan. Cara mulut kehidung lebih disukai dari pada cara mulut ke
mulut sebab :
21
b. Lebih mudah dan aman bagi penolong untuk menempatkan mulutnya
dan mulut tertutup, pada klien tidak sadar posisi antara bibir bawah dan
menutupi kedua lubang hidung klien dan bibir penolong atau secara pasti
22
6. Ventilasi Mulut ke Mulut
sumbatan jalan napas dihidung, posisi ibu jari tidak terletak antara bibir
bawah dan dagu tetapi langsung pada puncak dagu, mulut dibuka selebar
jari dan tangan yang lain diletakkan pada batas rambut, ibu jari serta jari
melakukan ventilasi.
dan masker memiliki prinsip yang sama dengan metode ventilasi mulut ke
23
orofaringeal dipasang bila ada. Berikan bantuan napas 12 kali per menit
lebih banyak darah selama masase buatan. Kompresi jantung yang efektif
hanya terjadi bila titik penekanan pada terletak antara sternum dan
24
tulang belakang, volume curah jantung selama kompresi jantung luar
hanya kurang lebih 20-40% dari nilai volume curah jantung saat istirahat
25
Kompresi jantung eksterna merupakan satu teknik sederhana yang dilakukan
dengan cara berdiri pada salah satu sisi klien, menempatkan tumit salah
bawah sternum, dan tumit tangan yang lain diatas tangan yang pertama.
tiba. Irama ini dipertahankan pada frekuensi 80-100 kali per menit. Agar
efektif, teknik ini harus dipelajari dengan benar dan diterapkan secara
terampil.
c. Tentukan titik kompresi pada pertengahan bawah sternum yaitu dua jari
e. Tangan yang satu menumpuk pada tangan lain sedang jari jemari tidak
26
8. Metode Satu Penolong
Metode dua penolong, dimulai dengan dua kali tiupan oleh penolong
100x/menit ) jika denyut karotis tidak teraba, pada saat akhir dari
1,5 detik. Kompresi dada luar segera dimulai lagi pada saat akhir dari
diintubasi,
Keberhasilan RJP dapat dievaluasi dengan cara yang sama seperti ketika
27
a. Pengecilan pupil
c. Pulsasi karotis terjadi pada setiap kompresi dada yang efektif. Tetapi
pulsasi yang kuat tidak dapat disimpulkan sebagai kompresi dada yang
miokardial.
Bila denyut karotis tidak teraba dan tanda-tanda perfusi adekuat tidak
ada, maka titik kompresi pada dada harus diperiksa, apakah berada pada
titik yang benar atau tidak, dan kemudian kekuatan penekanan dinaikkan.
jantung. Demikian pula, jika tekanan terlalu kuat dari seharusnya, tidak
diperpanjang.
28
d. Telah terjadi kematian otak, dilihat dari bilatasi pupil selama 10-20
29
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti
jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri atas 2
komponen utama yakni : bantuan hidup dasar / BHD dan Bantuan hidup lanjut / BHL
Usaha Bantuan Hidup Dasar bertujuan dengan cepat mempertahankan pasok oksigen
ke otak, jantung dan alat-alat vital lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan.
listrik”, serangan Adams-Stokes, Hipoksia akut, keracunan dan kelebihan dosis obat-
obatan, sengatan listrik, refleks vagal, serta kecelakaan lain yang masih memberikan
peluang untuk hidup. Resusitasi tidak dilakukan pada : kematian normal stadium
itu perlu pengetahuan RJP yang tepat dan benar dalam pelaksanaannya
30
4.2. SARAN
bagaimana saja teknik yang baik dan benar dalam melakukan tindakan resusitasi
pada pasien yang mengalami penghentian napas. Agar kita sebagai tenaga kesehatan
31
DAFTAR PUSTAKA
http://nursemedia.blogspot.com/2015/02/bantuan-hidup-dasar-basic-life-
http://ksrpmiunit108.blogspot.co.id/2013/04/dasar-pertolongan-pertama.html.
http://www.inaheart.or.id/bantuan-hidup-dasar/</a></body></html> (Waktu
32