Anda di halaman 1dari 73

EFEK SHORT TERM PROPRIOCEPTIVE TRAINING TERHADAP

KESEIMBANGAN PEMAIN FUTSAL

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma IV Fisioterapi

Disusun Oleh :

Dinda Titania

P27226016168

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI


JURUSAN FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2020
EFEK SHORT TERM PROPRIOCEPTIVE TRAINING TERHADAP
KESEIMBANGAN PEMAIN FUTSAL

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma IV Fisioterapi

Disusun Oleh :

Dinda Titania

P 27226016168

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI


JURUSAN FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2020

ii
EFEK SHORT TERM PROPRIOCEPTIVE TRAINING TERHADAP
KESEIMBANGAN PEMAIN FUTSAL

Disusun oleh:
Dinda Titania
P 27226016168

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji


Pada tanggal: ………………………………

Penguji Tanda tangan

1. Heru Purbo Kuntono, Dipl.PT., M.Kes


NIP. 19590202 198603 1 005 …………………………

2. Afrianti Wahyu W, SKM., SST., Ftr., M.Kes


NIP. 19810408 200501 2 003 …………………………

3. Fendy Nugroho, SST.FT, M. Fis


NIP. 919910113201801101 …………………………

Surakarta, Juni 2020


Mengetahui,
Ketua Jurusan Fisioterapi Ketua Prodi D IV Fisioterapi

Dr. Bambang Trisnowiyanto, SKM, S.Pd, M.Or Saifudin Zuhri, SKM, Ftr, M.Kes
NIP. 19670904 199203 1 004 NIP. 19740427 200112 1 002

iii
MOTTO

“Man Jadda Wajadaa: Barang Siapa Yang Bersungguh-Sungguh Pasti Akan

Mendapatkan Hasil.”

“Barang siapa yang berbuat baik akan dibalaskan dengan yang baik, barang siapa

yang berbuat buruk akan dibalas dengan keburukan juga.”

“Tujuannya sama hanya waktunya yang berbeda-beda.”

iv
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Dinda Titania

NIM : P27226016168

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul EFEK SHORT

TERM PROPRIOCEPTIVE TRAINING TERHADAP KESEIMBANGAN

PEMAIN FUTSAL adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya

saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang

saya peroleh dari skripsi ini.

Surakarta, Juni 2020

Yang membuat pernyataan

Dinda Titania

v
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Allah SWT yang telah meberikan rahmat nikmat dan hidayahNya

2. Kedua orang tua saya yang selalu mendukung saya sampai kapanpun
3. Untuk abang dan kakakku. Terimasih atas dukungan dan doanya
4. Semua teman teman ku di D IV Fisioterapi angkatan 2016 yang saling

memberikan dukungan satu sama lain

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “EFEK SHORT TERM PROPRIOCEPTIVE TRAINING

TERHADAP KESEIMBANGAN PEMAIN FUTSAL” yang dilakukan di

kampus 2 politeknik kesehatan kemenkes RI jurusan fisioterapi pada bulan

februari 2020. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak-banyak

terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan arahan, dorongan

serta bantuan sejak dari persiapan sampai dengan selesainya skripsi ini. Oleh

karena itu penulis menyampaikan terima kasih dan hormat sedalam-dalamnya

kepada:

1. Bapak Bambang Trisnowiyanto selaku Ketua Jurusan Fisioterapi yang telah

memberikan ijin dalam menyusun skripsi.

2. Bapak Saifudin Zuhri selaku Ketua Prodi Fisioterapi yang telah memberikan

dorongan untuk melaksanakan skripsi ini sebaik mungkin.

3. Bapak Fendy Nugroho selaku pembimbing satu yang tidak pernah bosan

untuk membimbing dan memberikan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini

dengan baik dan benar.

4. Seluruh dosen dan karyawan jurusan fisioterapi yang telah banyak

memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.

5. Ayah, Mama, Abang dan Kakak saya yang senantiasa memberikan dukungan

baik moril dan imoril yang tidak dapat saya balas dengan apapun.

vii
6. Teman-teman saya Adam Arief, Pristy Hajati, Astri Apriyanti, Yashinta Nur

L, Pradewi Eka, Gemintang Septhi, Riris Defi, Alga Defarina, Chatarina

Ayu, Alya Huwaida, Sinta Ayu, Roid Lutfi dan seluruh teman-teman saya

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

7. Teman-teman saya Aulia Muthia, Fadiah Herman, Ahmad Fadillah dan M

Dwiky Anggara yang telah membantu saya dalam melakukan penelitian ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan

skripsi ini masih jauh dari sempurna. Sehingga penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun, sehingga dapat memberikan manfaat demi kesempurnaan

skripsi ini.

viii
DAFTAR ISI
Hal

Halaman Judul Luar......................................................................................... i

Halaman Judul Dalam...................................................................................... ii

Halaman Pengesahan........................................................................................ iii

Motto……........................................................................................................ iv

Pernyataan…………………………………………………………………… v

Persembahan………......................................................................................... vi

Kata Pengantar………………………………………………………………. vii

Daftar Isi........................................................................................................... ix

Daftar Gambar.................................................................................................. xii

Daftar Tabel………………………………………………………………….. xiii

Daftar Lampiran……………………………………………………………... xiii

Abstrak………………………………………………………………………. xiv

Abstract……………………………………………………………………… xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian...................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian.................................................................... 5

ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

A. Short Term Proprioceptive Training....................................... 6

B. Keseimbangan…………............................................................ 13

C. Alat Ukur Keseimbangan........................................................ 17

D. Penelitian yang Relevan........................................................... 19

E. Kerangka Teori......................................................................... 20

F. Kerangka Konsep..................................................................... 21

G. Hipotesis................................................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN 22

A. Rancangan Penelitian................................................................ 22

B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 23

C. Subjek Penelitian...................................................................... 24

D. Alat Ukur.................................................................................. 24

E. Variabel dan Definisi Operasional............................................ 28

F. Prosedur Penelitian................................................................... 29

G. Metode Pengolahan dan Analisis Data...................................... 30

x
BAB IV HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN 32

A. Hasil Penelitian……………………………………………. 32

B. Analisis Data………………………………………………... 36

C. Pembahasan…………………..…………………………….. 40

D. Hambatan dan Keterbatasan Penelitian…………………….. 42

E. Implikasi Klinis……………………...……………………… 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 44

A. Kesimpulan………………………………………………….. 44

B. Saran……………………………………………………......... 44

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 45

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar2. 1 Gerakan Exercise A..................................................................... 11

Gambar2. 2 Gerakan Exercise B..................................................................... 12

Gambar 2. 3 Gerakan Exercise C.................................................................... 12

Gambar 2. 4 Gerakan Exercise D.................................................................... 13

Gambar 2. 5 Gerakan Exercise E.................................................................... 13

Gambar 2. 8 Y Balance Test……………………........................................ 20

Gambar 2. 9 Kerangka Pikir........................................................................... 22

Gambar 2. 10 Kerangka Konsep.................................................................. 23

Gambar 3. 1 Rancangan Penelitian.............................................................. 23

xii
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 4. 1 Karakteristik Berdasarkan Usia................................................... 33

Tabel 4. 2 Karakteristik Berdasarkan Panjang Tungkai………………....... 34

Tabel 4. 3 Karakteristik Berdasarkan Tinggi Badan……………………….. 34

Tabel 4. 4 Karakteristik Berdasarkan Berat Badan………………………… 35

Tabel 4. 5 Karakteristik Berdasarkan Indeks Massa Tubuh………………. 36

Tabel 4. 6 Sebelum Perlakuan…………………………………………… 37

Tabel 4. 7 Sesudah Perlakuan Pada Kaki Kanan………………………….. 38

Tabel 4. 8 Sesudah Perlakuan Pada Kaki Kiri…………………………… 39

xiii
ABSTRAK

EFEK SHORT TERM PROPRIOCEPTIVE TRAINING TERHADAP


KESEIMBANGAN PEMAIN FUTSAL
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
(Dinda Titania, Fendy Nugroho, Saifudin Zuhri; 2020, 42 halaman)

Latar belakang: Kurangnya keseimbangan pada pemain futsal sering


mengakibatkan terjadinya cedera pada tungkai sehingga menimbulkan penurunan
performa dalam pertandingan. Diperlukan adanya latihan untuk mengatasi
permasalahan tersebut yaitu dengan pemberian proprioceptive training. Tujuan:
untuk mengetahui pengaruh short term proprioceptive training terhadap
keseimbangan terhadap pemain futsal. Metode: pre experimental, pre test-post
test design. Subjek: jumlah subjek sebanyak 20 orang berjenis kelamin laki-laki,
pemain futsal Jurusan Fisioterapi Politeknik Kesehatan Surakarta. Subjek
diberikan warm up selama 10 menit, lalu proprioceptive training menggunakan
bosu dengan 5 jenis latihan selama 25 menit. Kemudian dilakukan pengukuran y
balance test sesaat, 30 menit, 1 jam, 6 jam, 24 jam setelah perlakuan. Hasil:
analisis statistik menggunakan analisis parametrik dengan uji one way anova.
Diperoleh nilai p pada tungkai kanan sesaat (p=0,000), 30 menit (p=0,000), 1 jam
(p=0,000), 6 jam (p=0,002) dan 24 jam setelah perlakuan (p=0,001). Nilai p pada
tungkai kiri sesaat (p=0,000), 30 menit (p=0,000), 1 jam (p=0,000), 6 jam
(p=0,002) dan 24 jam setelah perlakuan (p=0,001). Hasil pada tungkai kiri dan
kanan tidak ada perbedaan. p<0,005 maka ada pengaruh signifikan. Kesimpulan:
ada pengaruh pemberian short term proprioceptive training terhadap peningkatan
keseimbangan pada pemain futsal.
Kata kunci: Pemain futsal, Keseimbangan, Short term proprioceptive training

xiv
THE EFFECT OF SHORT TERM PROPRIOCEPTIVE TRAINING ON
BALANCE IN FOOTBALL PLAYER
HEALTH POLYTECHNIC SURAKARTA
(Dinda Titania, Fendy Nugroho, Saifudin Zuhri; 2020, 42 page)

Background: Lack of balance in futsal players often results in injury to the legs
causing a decline in performance in the match. Training is needed to overcome
these problems by providing proprioceptive training. Objective: to determine the
effect of short-term proprioceptive training on the balance of futsal players.
Method: pre-experimental, pre-test-post test design. Subjects: 20 subjects were
male, futsal player at the Surakarta Health Polytechnic Physiotherapy Department.
Subjects were given warm ups for 10 minutes, then proprioceptive training using
bosu with 5 types of exercise for 25 minutes. Then the y balance test was
measured for a moment, 30 minutes, 1 hour, 6 hours, 24 hours after treatment.
Results: statistical analysis using parametric analysis with one way ANOVA test.
P values were obtained on the right leg for a moment (p = 0,000), 30 minutes (p =
0,000), 1 hour (p = 0,000), 6 hours (p = 0.002) and 24 hours after treatment (p =
0.001). The value of p in the left leg was momentarily (p = 0,000), 30 minutes (p
= 0,000), 1 hour (p = 0,000), 6 hours (p = 0.002) and 24 hours after treatment (p =
0.001). The results on the left and right limbs were no difference. p <0.005 then
there is a significant effect. Conclusion: there is an effect of providing short-term
proprioceptive training to improve balance in futsal players.
Keywords: Futsal players, Balance, Short term proprioceptive training

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi tingginya.

Pembangunan kesehatan ini dimulai dari upaya preventif atau pencegahan

sebelum sakit. Upaya preventif tersebut antara lain meningkatkan status gizi

masyarakat, meningkatkan promosi kesehatan dibidang pembangunan fisik

masyarakat melalui kegiatan aktifitas fisik seperti senam, olah taga dan aktifitas

fisik lainnya. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2018 menunjukkan

penurunan angka aktifitas fisik di masyarakat dimana pada tahun 2013 masih

mencapai angka 47,8 % dan pada tahun 2018 menurun menjadi 37,5 % (Riskesdas

RI, 2018).

Hal ini dapat kita lihat dari perubahan pola hidup remaja dan usia muda

dewasa ini dimana hampir semua kebutuhan hidup sehari hari dapat terpenuhi

melalui yang aplikasi online sehingga aktifitas fisik masyarakat menurun.

Salah satu cabang olah raga yang sedang digemari oleh usia muda selain

basket adalah futsal. Futsal adalah permainan bola kaki yang menggunakan

lapangan kecil, dimainkan oleh dua tim dengan jumlah pemain lima orang dengan

gawang yang kecil. Sebelum kata futsal diperkenalkan oleh Federation

1
2

Internationale de Football Association (FIFA) sering disebut juga dengan mini

soccer, five a sid game, dan indoor soccer. Futsal merupakan olahraga yang

dimainkan di seluruh dunia, baik oleh pemain amatir, semi profesional maupun

pemain tingkat profesional. Tujuan futsal adalah memasukan bola ke gawang

lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap

regu juga memiliki pemain cadangan. Secara umum, setiap pertandingan

dilaksanakan dalam waktu 2x20 menit dengan panjang lapangan 25-40 meter dan

lebar 15-25 meter. Bola yang digunakan juga lebih kecil dan berat (Prakoso et al.,

2013 dikutip oleh Erika, 2018).

Futsal hampir seluruhnya menggunakan kemahiran kaki, kecuali pada

penjaga gawang yang bebas menggunakan anggota badan manapun. Olahraga ini

sangat populer di dunia. Seorang pemain futsal tentu tidak terlepas dari resiko

terjadinya cedera. Menurut WHO (2013), resiko terjadinya cedera akibat bermain

futsal diperkirakan sebanyak 235 kasus dari 1.000 permainan.

Seperti halnya sepak bola, futsal juga masih didominasi oleh cedera akibat

benturan. Dalam publikasi berjudul Injuries and Illnesses of Football Players

During the 2010 FIFA World Cup disebutkan bahwa dalam tiga edisi Piala Dunia

terakhir (2002, 2006 dan 2010) masing-masing berturut-turut insidensi cedera

akibat benturan adalah 73%, 73% dan 64%, cedera pada kaki sebanyak 5 %,

sendim ankle 12 % dan pada lutut 15 % (Rahmadani, 2015).

Proprioceptive training merupakan hal mendasar dalam rehabilitasi dan

pencegahan cedera olahraga. Dengan hilangnya proprioception selama penuaan,

biomekanik sendi dan kontrol neuromuskuler anggota tubuh dapat berubah, yang
3

mengakibatkan gangguan keseimbangan dan kemungkinan jatuh yang lebih

tinggi.

Propioceptive merupakan kemampuan sensorik untuk merasakan gerak tubuh

dan berkontribusi dalam kontrol keseimbangan. Kemampuan propioceptive ini

memiliki sifat dapat beradaptasi dengan kebiasaan postural dan latihan gerak,

sehingga peningkatan kemampuan keseimbangan dapat dilakukan dengan

pelatihan fungsi proprioceptive (Batson, 2009).

Untuk membedakan sinyal-sinyal yang tepat dari reseptor mekanik dari sendi,

otot, tendon, dan kulit sangat penting untuk kontrol saraf motorik yang utuh.

Hilangnya aferen proprioseptif dapat mempengaruhi kontrol tonus otot,

mengganggu refleks postural (Aman, 2015).

Sinyal proprioseptif dari mekanoreseptor pada sendi, otot, tendon, dan kulit

sangat penting untuk kontrol saraf motorik yang utuh. Hilangnya aferen

proprioseptif dapat mempengaruhi kontrol tonus otot, mengganggu refleks

postural (Rossignol et al., 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Paterno et al., (2004) adalah contoh yang baik.

Mereka mengamati bahwa program proprioceptive training enam minggu dapat

meningkatkan tidak hanya pada sikap postur monopodal umum, tetapi juga center

of pressure pada saat berdiri, hal ini dapat mengurangi resiko cedera anterior

cruciate ligament (ACL) dalam jangka panjang. Beberapa penulis telah

menyatakan bahwa peningkatan stabilitas postural membuat atlet jauh lebih stabil,

dimana mereka dapat melakukan gerakan dengan cara yang lebih kuat dan lebih

tepat.
4

Penelitian yang dilakukan oleh Romero-Franco (2013) menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan signifikan pada stabilitas postural setelah enam minggu

dilakukan proprioceptive training. Pengukuran dilakukan secara langsung setelah

diberikan proprioceptive training, memperoleh hasil yaitu banyaknya atlet yang

memiliki stabilitas postur bipodal yang buruk.

Berdasarkan observasi awal peneliti melalui wawancara langsung terhadap

pemain futsal Jurusan Fisioterapi Politekkes Kemenkes Surakarta dilapangan

bahwa sering mengalami cedera otot pada sendi lutut dan sendi ankle. Namun

dalam observasi ini tidak disebutkan angka presentasi cedera dalam setiap

tahunnya, hanya menyebutkan terjadi cedera 3 atau 4 kejadian dalam satu

semester, hal ini sering terjadi diakibatkan kurangnya pemahaman para pemain

futsal tentang pentingnya stabilisasi, keseimbangan dan pentingnya stimulasi

propioseptif dalam meningkatkan keseimbangan pada tubuh pemain futsal

terutama pada tungkai bawah. Tingginya aktifitas tungkai saat berlari,

menendang, sliding dan saat merebut bola dari lawan menjadi alasan seringnya

terjadi cedera yang tak terduga. Hal ini terjadi karena kurangnya persiapan otot

otot tungkai baik itu stabilitas, kelenturan maupun teknik bermain yang masih

belum seluruhnya difahami oleh pemain futsal.

Berdasarkan jurnal dari Romero-Franco (2014) mengatakan bahwa short term

proprioceptive training dapat membantu mengatur tingkat stabilitas monopodal

pada atlet sehingga resiko cedera dapat diturunkan tingkat kejadiannya.


5

Berdasarkan Behm (2012) mengatakan bahwa pada awalnya latihan jangka

pendek akan meningkatkan stabilitas, jika dilanjutkan dalam jangka waktu lama

maka akan diperoleh power dan kecepatan yang lebih baik pada tungkai.

Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti ingin melakukan penelitian yang

sama apakah juga berpengaruh terhadap keseimbangan pemain futsal di Jurusan

Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Surakarta.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka peneliti mengangkat judul "Efek Short

Term Proprioceptive Training terhadap Keseimbangan Pemain Futsal".

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada efek short term

proprioceptive training terhadap keseimbangan pemain futsal?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada efek short term

proprioceptive training terhadap keseimbangan pemain futsal?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: (1) bagi peneliti, untuk

menambah pengetahuan mengenai efek short term proprioceptive training

terhadap keseimbangan pemain futsal, (2) bagi institusi pendidikan, sebagai

sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan fisioterapi mengenai efek short

term proprioceptive training terhadap keseimbangan pemain futsal, (3) bagi


6

teman sejawat, untuk dipergunakan sebagai informasi dan acuan untuk melakukan

penelitian selanjutnya, (4) bagi pembaca, diharapkan dapat memberikan informasi

dan manfaat mengenai efek short term proprioceptive training terhadap

keseimbangan pemain futsal, seperti yang pembaca harapkan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Short Term Proprioceptive Training

1. Definisi

Short term merupakan arti dari kata short yang berarti pendek dan term yang

berarti waktu. Proprioceptive training adalah latihan sederhana yang bisa

dilakukan dengan mata terbuka ataupun mata tertutup dengan tujuan untuk

meningkatkan input rasa dalam dan dapat menimbulkan stimulus pada

mekanoreseptor. Jadi yang dimaksud dalam short term proprioceptive training

adalah latihan sederhana yang bertujuan untuk meningkatkan input rasa dalam

atau sensasi dalam waktu yang pendek. Proprioceptive training berfungsi untuk

mempersiapkan atlet pemula menjadi lebih baik dan untuk atlet senior pelatihan

ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya cedera (Wahyuni et

al.,2014).

Proprioceptive training dapat meningkatkan keseimbangan. Kombinasi

propripceptive training dapat diberikan berupa single leg stance, single leg heel

raises dan single leg squat. Ketiga tersebut akan meningkatkan aktifitas

recruitmen motor unit sehingga golgi tendon dan muscle spindle juga akan

teraktifasi. Teraktifasinya golgi tendon dan muscle spindle maka akan

meningkatkan fungsi proprioceptive (Brachman, 2017).

7
8

2. Teori proprioceptive

Proprioceptive dapat diartikan sebagai modalitas sensoris yang mencakup

sensasi gerakan sendi, atau kinaesthesia, dan rasa posisi sendi. Proprioceptive

merupakan bagian yang paling penting dalam menjaga keseimbangan. Mekanisme

pusat dan perifer untuk sensing balance secara kolektif menyusun sistem

proprioceptive. Sistem sensoris mengantarkan informasi ke sistem saraf pusat

(SSP) tentang posisi anggota gerak tubuh. Sistem saraf pusat menerima pesan dari

proprioseptor persendian, otot, dan tendon serta mengirimkan pesan di sepanjang

jalur eferen kembali ke otot tungkai dan penyesuaian keseimbangan dilakukan

(Ergen et al., 2007).

Secara sederhana proprioceptive dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

mendeteksi stimulasi sensoris seperti nyeri, tekanan, sentuhan dan gerakan

(Hubbard TJ et al., 2002). Proprioceptive berkontribusi terhadap kemampuan

sensorik yang mendasari kontrol untuk menjaga keseimbangan. Sistem

proprioceptive terletak pada otak kecil dan bekerja erat dengan sistem vestibular

dan taktil. Kemampuan ini bersifat dapat beradaptasi dengan kebiasaan postural

dan gerak serta menjaga stabilitas dinamis sendi (Adani, 2017).

Proprioceptive akan memberikan informasi dari tubuh yaitu kekuatan otot,

posisi sendi dan informasi dari lingkungan seperti kondisi permukaan lantai dan

juga sistem saraf pusat tentang posisi tubuh terhadap kondisi lingkungan di

sekitarnya (eksternal) dan posisi antara segmen badan itu sendiri (internal) melalui

reseptor-reseptor yang ada pada sendi, tendon, otot, ligamen dan kulit. Seluruh

tubuh terutama yang ada pada kolumna vertebralis dan tungkai. Informasi itu
9

dapat berupa tekanan, posisi sendi, tegangan, panjang dan kontraksi otot

(Frontera, 2007).

Proprioceptive merupakan kemampuan tubuh untuk mengirim rasa posisi,

menganalisis informasi dan bereaksi (sadar atau tidak sadar) terhadap stimulasi

dengan gerakan yang tepat. Memperbaiki proprioceptive seseorang dapat

memperoleh keseimbangan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas dan dapat

dengan cepat mengubah arah bila diperlukan. Salah satu latihan untuk

meningkatkan keseimbangan adalah proprioceptive training. Proprioceptive

training juga mampu mengurangi resiko terjadinya cedera karena dapat bereaksi

dengan cepat terhadap perubahan lingkungan (Riemann et al., 2002).

Terdapat empat jenis mekanoreseptor yang berperan dalam memberikan

informasi proprioceptive yaitu reseptor ruffini, reseptor pacini, golgi tendon

organ (GTO), dan muscle spindle. Proprioceptive training, akan menstimulasi

mekanoreseptor melalui aktivasi golgi tendon organ dan muscle spindle sehingga

terjadi perbaikan pada informasi proprioceptive. Adanya perbaikan proprioceptive

maka informasi mengenai posisi tubuh terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya

(eksternal) dan posisi antara segmen tubuh (internal) yang diterima oleh

cerebellum akan lebih baik, informasi tersebut akan digunakan oleh tubuh untuk

mempertahankan keseimbangan (Tuthill et al.,2018).

Proprioceptive berhubungan dengan sensasi mekanoreseptor yang meliputi

posisi dan taktil. Proprioceptive dapat mengaktivasi proprioceptor yang


10

menghasilkan respon reaksi atrokinetik. Maka dapat terjadi keseimbangan yang

baik meliputi dua aspek posisi statis dan dinamis. Statis merupakan kemampuan

untuk mengontrol agar tetap tegak sedangkan dinamis adalah kemampuan untuk

mengontrol tubuh dalam bergerak. Proprioceptive juga memiliki dua tingkatan

yaitu secara sadar dan tidak sadar. Proprioceptive secara sadar memungkinkan

fungsi sendi dalam olahraga, aktivitas dan dalam melakukan pekerjaan.

Sedangkan secara tidak sadar seperti mengatur fungsi otot dan stabilisasi refleks

sendi melalui reseptor otot (Ergen et al., 2007).

Gerakan dan posisi tubuh adalah cerminan dari aktivitas neuron sensoris yang

beragam ragam. Contohnya seperti, retina yang dapat memonitor anggota tubuh

dalam berbagai ruang, kulit yang dapat memberikan penyesuaian terhadap suhu

tubuh, perubahan struktur kulit selama bergerak, dan titik kontak dengan suatu

objek. Proprioceptive menjelaskan bahwa neuron mekanosensoris berada pada

otot, tendon, dan sendi (Tuthill et al., 2018).

Informasi proprioceptive disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula

spinalis. Sebagian besar input proprioceptive menuju cerebellum, tetapi ada pula

yang menuju ke cortex cerebri melalui lemniskus medialis dan thalamus. Pada

otak, bagian yang berfungsi sebagai pusat pengatur keseimbangan adalah

cerebellum. Cerebellum adalah bagian otak yang seukuran bola kasti, serta

terletak di bawah lobus occipitalis cortex dan melekat ke punggung bagian atas

pada otak. Di cerebellum ditemukan lebih banyak neuron individual daripada di

bagian otak lainnya dan hal ini menunjukkan pentingnya struktur ini (Frontera,

2007).
11

Fungsi paling dasar dari proprioceptive adalah menstabilkan dan melindungi

tubuh. Seperti manusia terjebak di bus yang bergoyang harus memperbaiki

aktivitas otot untuk mempertahankan postur agar tetap tegak. Arah stabilitas yang

dicapai melalui direct feedback dari proprioceptor ke neuron motorik. Contoh lain

ketika paha diregangkan, aferen dari kelompok otot ini langsung merangsang

neuron motoris paha dan tidak langsung menghambat antagonis hamstring flexor

neuron motoris, fenomena ini yang disebut dengan penghambatan timbal balik

(Tuthill et al., 2018).

3. Indikasi proprioceptive training

Proprioceptive training dapat dilakukan pada beberapa gangguan seperti

gangguan keseimbangan, koordinasi, ketangkasan dan untuk mengurangi cidera

terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba (Tarrant, 2003).

4. Kontraindikasi proprioceptive training

Pada kondisi cidera yang akut dan pasca operasi tidak dapat dilakukan

proprioceptive training, karena dapat memperparah cidera yang dirasakan

(Tarrant, 2003).

5. Gerakan proprioceptive training

Meskipun banyak cara yang cukup kompleks untuk membantu meningkatkan

keseimbangan proprioceptive. Setiap gerakan yang dilakukan sebanyak 5 kali

repetisi dengan tahanan selama 10 detik untuk menstimulasi keseimbangan pada

subjek yang diteliti. Beberapa latihan ini dapat dilakukan dengan mata terbuka

maupun tertutup pada permukaan yang tidak rata. Berikut ini merupakan

proprioceptive training yang terdiri dari 6 gerakan:


12

a. Exercise A

Adapun pelaksanaanya seperti: (1) subjek berdiri diatas bosu (2) lutut fleksi

900, bersamaan dengan kedua tangan mengangkat bola menggunakan, (3) lakukan

pada kaki sebaliknya,

Gambar 2.1
Exercise A (Romero-franco et al., 2014)
b. Exercise B

Adapun pelaksanaanya seperti: (1) subjek berdiri diatas bosu, (2) kaki kanan

ditekuk dan kaki kiri fleksi 900, (3) bersamaan dengan kedua tangan mengangkat

bola, (4) lakukan pada kaki sebaliknya,

Gambar 2.2
Exercise B (Romero-franco et al., 2014)
13

c. Exercise C

Adapun pelaksanaannya seperti: (1) subjek berdiri diatas bosu, (2) kaki

ekstensi, (3) memegang bola pada kedua tangan, (4) bola diletakkan sejajar

dengan dada, (5) lakukan pada kaki sebaliknya,

Gambar 2.3
Exercise C (Romero-franco et al., 2014)
d. Exercise D

Adapun pelaksanaannya seperti: (1) subjek berdiri diatas bosu, (2) lutut fleksi

900, (3) kedua tangan memegang bola sejajar dengan dada, (4) melempar bola

kearah terapis. (5) lakukan pada kaki sebaliknya,

Gambar 2.4
Exercise D (Romero-Franco et al., 2014)
14

e. Exercise E

Adapun pelaksanaannya seperti: (1) subjek diminta berdiri diatas bosu, (2)

subjek diminta berjalan di atas bosu, (3) kedua tangan mengangkat bola, (4)

berjalan hingga melewati 5 buah bosu.

Gambar 2.5

Exercise E (Romero-Franco et al., 2014)

B. Keseimbangan

1. Teori keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh ketika

berada pada pusat gravitasi bidang tumpu terutama ketika posisi tegak. Selain itu

keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi

seimbang dalam keadaan statis maupun dinamis. Keseimbangan juga diartikan

sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass)

atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support).
15

Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di

dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu (Harawy, 2019).

Menurut Permana (2012) keseimbangan statis (static balance) yaitu

kemampuan menjaga tubuh pada ruang gerak yang biasanya sangat kecil,

misalnya berdiri di atas dasar yang sempit (balok keseimbangan, rel kereta api),

melakukan handstand, mempertahankan keseimbangan setelah berputar-putar di

tempat. Sedangkan keseimbangan dinamis (dynamic balance) yaitu kemampuan

orang untuk bergarak dari satu titik ke titik lain dengan mempertahankan

keseimbangan misalnya menari, berjalan, duduk ke berdiri, mengambil benda di

bawah dengan posisi berdiri dan sebagainya (Swandari, 2015).

Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi sistem

sensorik (visual, vestibular, dan somatosensoris termasuk proprioceptive) dan

muskuloskeletal (otot, sendi, dan jaringan lunak) yang diatur dalam otak (kontrol

motoris, sensoris, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon

terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor

lain seperti motivasi, kondisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat-obatan dan

pengalaman terdahulu (Frontera, 2007).


16

a. Visual

Sistem visual (penglihatan) mempunyai tugas memberi informasi kepada otak

tentang posisi tubuh terhadap lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan

objek sekitarnya. Dengan input visual, maka tubuh manusia dapat beradaptasi

terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan dan dapat mempertahankan tubuh

untuk tetap seimbang (Watson and Black, 2008).

b. Vestibular

Sistem vestibular berperan dalam keseimbangan, gerakan kepala, dan gerakan

bola mata. Sistem ini meliputi organ-organ di dalam telinga bagian dalam.

Berhubungan dengan sistem visual dan pendengaran untuk merasakan arah dan

gerakan kepala. Sistem vertibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu

mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural

(Watson and Black, 2008).

c. Somatosensoris (tactile & propioceptive)

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil dan propioseptif serta persepsi

kognitif. Informasi propioseptif disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis

medula spinalis. Sistem somatosensoris bereaksi pada kesadaran akan posisi tubuh

dalam ruang (Willis, 2007).


17

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan: (1) pusat gravitasi (centre

of gravity) yaitu titik utama pada tubuh yang mendistribusikan massa pada seluruh

tubuh secara merata, (2) Garis gravitasi (line of gravity)yaitu garis vertikal yang

berada dari pusat gravitasi menuju pusat bumi, (3) Titik tumpu (base of support)

adalah bagian tubuh yang langsug berhubungan dengan tumpuan, (4) Usia

mempengaruhi letak titik berat tubuh berkaitan dengan pertambahan usia, (5)

Jenis kelamin mempengaruhi perbedaan keseimbangan tubuh disebabkan adanya

perbedaan letak titik berat, (6) Kekuatan otot mempengaruhi kemampuan

menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis

maupun statis, (7) Indeks Massa Tubuh (IMT) mempengaruhi cara sederhana

untuk memantau status gizi orang dewasa, (8) Aktivitas fisik merupakan suatu

gerakan yang dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot (Septianingtyas,

2018).

Secara fisiologis, Badriah (2011) mengatakan bahwa keseimbangan

dipengaruhi oleh kemampuan integrasi antara indera penglihatan, kanalis sirkulasi

pada pendengaran di telinga, dan reseptor pada otot (muscle spindle, aparatus

golgi).

Oleh karena itu, untuk mempunyai keseimbangan yang bagus dibutuhkan

latihan yang rutin dan maksimal. Latihan di dalam olahraga mempunyai berbagai
18

macam jenis. Peneliti berusaha memilih latihan yang sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai. Oleh karena itu peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam

meningkatkan beberapa komponen kondisi fisik perlu adanya latihan, dan latihan

yang ada sudah cukup banyak (Firdauza, 2017).

2. Keseimbangan pada pemain futsal

Dalam permainan futsal, keseimbangan merupakan faktor yang penting bagi

pemainnya. Pemain dituntut mampu menjaga keseimbangan badannya.

Keseimbangan pada pemain futsal sama halnya dengan pemain bola yang

membutuhkan kontrol satu tungkai kaki berfungsi untuk menendang bola,

melompat, mendarat, berlari, menjegal dan menghindar. Keseimbangan dinamis

meliputi kombinasi dari kedua kaki, lutut, dan core stability untuk

mempertahankan postur dalam keadaan tegak. Keseimbangan juga meliputi

visual, vestibular, dan somatosensoris termasuk proprioceptive (Matsuda et al.,

2008).

Pada permainan futsal arah bola yang berpindah secara cepat dan gerakan

yang berubah secara cepat pula menuntut pemain untuk memiliki kelincahan dan

keseimbangan yang baik. Kelincahan memerlukan standar tertentu dari kualitas

keseimbangan dinamis. Tanpa keseimbangan, pergerakan yang cepat akan

membuat ketidakmampuan pemain untuk mengontrol gerakan (Nazzala, 2016).

Keseimbangan yang buruk dapat menyebabkan seorang pemain futsal

mengalami cedera yang serius seperti keseleo, patah atau retak tulang, memar,
19

kram, robek otot, putus tendon dapat menimbulkan trauma yang menyebabkan

atlet tidak bisa bermain futsal kembali (Sudijandoko, 2010).

3. Mekanisme short term proprioceptive training terhadap keseimbangan

Menurut Batson (2009), propioceptor yang terdapat pada otot, tendon, dan

sendi, yang berupa sensoris akan menangkap rangsangan yang datang dari

gerakan berupa tekanan, regangan, pemanjangan otot, dan ketegangan otot.

Rangsangan sensoris tersebut nantinya akan digabungkan dengan interaksi visual

serta vestibular, sehingga membentuk suatu input sensoris. Input sensoris yang

diterima dalam serabut intra dan ekstrafusal yang menghasilkan tegangan dengan

berkontraksi akan menambah aktivitas gamma motor, menyebabkan kenaikan

sensitifitas dari muscle spindle, sehingga akan meningkatkan ”readiness” atau

kesiapan otot, selain itu input propioceptive juga akan meningkatkan representasi

dari sendi sebagai bentuk dari “sense of joint” untuk merespon perubahan tubuh

pada setiap gerakan yang diberikan. Sistem proprioceptive terutama pada bagian

otak kecil dan sangat erat berkaitan dengan sistem vertibular dan taktil.

C. Alat Ukur Keseimbangan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur y balance test yang

merupakan metode sederhana dari pengukuran star excursion balance test

(SEBT). Y balance test adalah alat ukur gerak fungsional yang biasanya

digunakan untuk memprediksi resiko cedera pada atlet, alat ukur ini juga

berfungsi untuk mengukur performa sebelum dan sesudah rehabilitasi setelah

melakukan latihan latihan keseimbangan dalam rangka untuk menilai kesiapan

atlet dalam kompetensi olahraga yang akan dilakukannya.


20

Teknik y balance test ini memiliki 3 tanda dengan arah yang berbeda diukur

dengan centimeter, pengujian anggota gerak bawah dikatakan lengkap jika

mampu meraih 3 arah yaitu anterior, posteromedial dan posterolateral.

Gambar 2.6
Teknik y balance test (Feger et al., 2014)
Instruksi yang diberikan kepada subjek penelitian adalah (1) jelaskan kepada

subjek penelitian prosedur y balance test dan demonstrasikan didepan subjek

penelitian, (2) subjek penelitian harus melakukan satu kali percobaaan lengkap

secara stabil tanpa meletakkan kaki diatas tanah, (3) izinkan dua kali uji coba

praktek sebelum mencatat hasil pengukuran yang sebenarnya untuk setiap anggota

gerak, (4) dua uji coba yang berhasil untuk setiap anggota tubuh, (5) lakukan

dengan atau tanpa alas kaki.

Cara mengambil data pengujian pada anggota gerak bawah (1) tempatkan jari

jari kaki tepat dibelakang garis merah, (2) tangan letakkan di pinggul selama

pengujian, (3) tumit selalu kontak dengan lantai, (4) dorong indikator jangkauan

terus menerus dalam 3 arah anterior, posterior lateral dan posteromedial, (5)

kembali ke posisi semula terkendali tanpa menyentuh tanah selama test, (6)

jangkauan kaki harus selalu menjaga kontak dengan indikator target merah saja,

(7) batasi penempatan kaki diatas indikator jangkauan untuk mendapat dukungan,
21

(8) seluruh percobaan dapat dilakukan 3 kali jika ada kesalahan dalam jangkauan,

ulangi proses ini dengan kaki lainnya.

Percobaan ini dianggap berhasil jika subjek penelitian mampu

mempertahankan keseimbangan selama percobaan, subjek penelitian mampu

meraih jangkauan secara maksimal tanpa mengangkat kaki atau meletakkan

tangan ke lantai.

(Anterior+Posteromedial+Posterolateral)
Lower quarter = x 100
3 × Limb Length

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian oleh Romero-Franco et al., (2014) di Spanyol, tentang Short-Term

Effects of Proprioceptive Training with Unstable Platform on Athletes dengan

subjek 37 atlet. Subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok

proprioceptive training (20 orang) dan kelompok kontrol (17 orang). Kedua

kelompok diberikan pemanasan, dan ditambahkan modalitas pada kelompok

proprioceptive training setelah dilakukan pemanasan. Pengukuran dilakukan 6

kali dalam 24 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang

signifikan terhadap keseimbangan atlet setelah diberikan proprioceptive training.

Penelitian oleh Yoo et al.,(2018) tentang Comparison of Proprioceptive

Training and Muscular Strength Training to Improve Balance Ability of

Taekwondo Poomsae Athletes: A Randomized Controlled Trials dengan subjek 30

atlet. Subjek dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok proprioceptive

training, kelompok penguatan otot lower-extremity, dan kelompok kontrol.

Penelitian dilakukan selama 6 minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


22

baik proprioceptive training maupun latihan kekuatan otot lower-extremity

menghasilkan terjadinya peningkatan kinerja atletik seperti keseimbangan dan

stabilitas dalam memindahkan CoP setelah diberikan latihan.

E. Kerangka Teori

Faktor Internal:
-Visual Faktor Eksternal :
-Vestibular -Pusat gravitasi
Keseimbangan
-Somatosensoris -Garis gravitasi
-Usia -Titik tumpu
-Jenis kelamin
-Kekuatan otot
Short Term Proprioceptive
-Indeks massa tubuh Training

-Aktivitas fisik

Peningkatan Keseimbangan

Gambar 2.7
Kerangka teori
Keterangan:

Faktor yang mempengaruhi keseimbangan seperti usia, jenis kelamin, indeks

massa tubuh, aktivitas fisik, pusat gravitasi, garis gravitasi maupun titik tumpu.

Kondisi tersebut dapat menimbulkan gangguan pada keseimbangan. Untuk

mengurangi terjadinya gangguan keseimbangan salah satu upaya yang dilakukan

dengan pemberian short term proprioceptive training sehingga diharapkan dengan

pemberian latihan tersebut akan terjadi peningkatan keseimbangan pemain futsal.


23

F. Kerangka Konsep

Aktivitas fisik

Short term Keseimbangan pemain


Pemain futsal
proprioceptive training futsal meningkat

Dosis latihan

Gambar 2.8
Kerangka konsep
Keterangan:
Subjek dengan keseimbangan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

serta bersedia menjadi subjek penelitian. Subjek ini akan diberikan perlakuan

berupa short term proprioceptive training. Dosis dan keterampilan fisioterapis

dapat dikendalikan sedangkan faktor yang tidak dapat dikendalikan adalah

aktivitas sehari-hari subjek. Kemudian hasil dari perlakuan tersebut diharapkan

terjadinya peningkatan keseimbangan pemain futsal. Terhadap keseimbangan

pemain futsal

G. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah ada efek short term proprioceptive

training terhadap keseimbangan pemain futsal.


24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode pre-

experimental study, dengan one group pre test and post test design, bertujuan

untuk mengetahui perubahan skor keseimbangan pemain futsal sebelum dan

setelah diberikan short term proprioceptive training. Rancangan ini menggunakan

satu kelompok perlakuan dengan pre test dan post test serta tidak ada kelompok

kontrol.

Pada subjek dilakukan pengukuran sebanyak 6 kali. Pengukuran yang

pertama dilakukan sebelum diberikan short term proprioceptive training.

Pengukuran kedua dilakukan setelah diberikan short term proprioceptive training.

Pengukuran ketiga dilakukan setelah 30 menit diberikan short term proprioceptive

training. Pengukuran keempat dilakukan setelah 1 jam diberikan short term

proprioceptive training. Pengukuran kelima dilakukan setelah 6 jam diberikan

short term proprioceptive training. Dan pengukuran terakhir dilakukan setelah 24

jam diberikan short term proprioceptive training. Rancangan penelitian

ditunjukkan seperti gambar di bawah ini.

S – O1 – X1 – O2 – O3 – O4 – O5 – O6

Gambar 3.1
Rancangan Penelitian
25

Keterangan:
S= Subjek
O1= Keadaan sebelum diberi perlakuan dalam hal ini akan dites dengan alat ukur
y balance test
X1= Perlakuan dalam hal ini diberikan proprioceptive training
O2= Keadaan sesaat sesudah diberi perlakuan dalam hal ini akan dites dengan alat
ukur y balance test
O3= Keadaan 30 menit sesudah diberi perlakuan dalam hal ini dites dengan alat
ukur y balance test
O4= Keadaan 1 jam sesudah diberi perlakuan dalam hal ini dites dengan alat ukur
y balance test
O5= Keadaan 6 jam sesudah diberi perlakuan dalam hal ini dites dengan alat ukur
y balance test
O6= Keadaan 24 jam sesudah diberi perlakuan dalam hal ini dites dengan alat
ukur y balance test

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilakukan pada bulan Februari 2020. Perlakuan berupa

pemberian short term proprioceptive training di kampus Jurusan Fisioterapi yang

berada di Desa Tohudan – Colomadu. Tempat tersebut dipilih karena subjek

penelitian merupakan pemain futsal Jurusan Fisioterapi Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan yang dianggap dapat mewakili usia produktif dengan

aktivitas yang sama.


26

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau responden adalah orang yang diminta memberikan

keterangan suatu fakta atau pendapat (Arikunto, 2006 yang dikutip oleh Saputra,

2016), subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti. Subjek penelitian

dalam penelitian ini diambil dari pemain futsal jurusan fisioterapi dengan

menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara teknik purposive sampling.

Teknik ini adalah salah satu teknik pengambilan sampel dimana peneliti

menentukan pengambilan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang

telah ditentukan oleh peneliti. Jumlah subjek penelitian yang bersedia sebanyak 20

orang.

Subjek penelitian merupakan pemain futsal Jurusan Fisioterapi Politeknik

Kesehatan Surakarta di Jl. Kapten Adi Sumarmo, Tohudan, Colomadu,

Karanganyar 57173, Jawa Tengah. Subjek penelitian yang digunakan adalah

setiap pemain yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi yang harus dipenuhi adalah (1) pemain futsal Jurusan

Fisioterapi Politeknik Kesehatan Surakarta, (2) berjenis kelamin laki-laki, (3) usia

18-25 tahun, (4) menyetujui menjadi subjek penelitian dengan menandatangani

informed consent.

Kriteria eksklusi adalah (1) adanya nyeri pada anggota gerak bawah, (2)

adanya cedera pada saat dilakukan penelitian.

Kriteria drop-out adalah (1) subjek tidak hadir saat program latihan dan tidak

mengikuti pengukuran sebanyak 1 kali, (2) sakit atau cedera sehingga

menghentikan program latihan.


27

D. Alat Ukur

Peneliti memberikan alat ukur berupa y balance test yang merupakan metode

sederhana dari pengukuran star excursion balance test (SEBT). Y balance test

adalah alat ukur gerak fungsional yang biasanya digunakan untuk memprediksi

resiko cedera pada atlet, alat ukur ini juga berfungsi untuk mengukur performa

sebelum dan sesudah rehabilitasi setelah melakukan latihan latihan keseimbangan

dalam rangka untuk menilai kesiapan atlet dalam kompetensi olah raga yang akan

dilakukannya.

Teknik y balance test ini memiliki 3 tanda dengan arah yang berbeda diukur

dengan menggunakan alat ukur midline dengan nilai satuan ukur centimeter,

pengujian anggota gerak bawah dikatakan lengkap jika mampu meraih 3 arah

yaitu anterior, posteromedial dan posterolateral.

Nilai keseimbangan normal pada anterior kiri 0,69 pada anterior kanan 0,71.

Pada posteromedial kiri 0,68 dan pada posteromedial kanan 0,78. Pada

posterolateral kiri 0,73 dan pada posterolateral 0,85. Sehingga komposit

jangkauan pada tungkai kiri 3,31 dan kanan 2,08.

Pada penelitian ini diketahui ICC untuk reliabilitas intrarater berkisar antara

0,85 hingga 0,91 dan untuk reliabilitas antar penilai berkisar antara 0,99 hingga

1,00. Reliabilitas skor jangkauan komposit adalah 0,91 untuk intrarater dan 0,99

untuk reliabilitas antar penilai.


28

E. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) variabel bebas,

short term proprioceptive training, (2) variabel terikat, keseimbangan pemain

futsal.

2. Definisi Operasional

a. Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh ketika

ditempatkan di berbagai posisi yang diukur dengan y balance test berupa nilai

jangkauan paling jauh dalam satuan centimeter. Subjek dikatakan seimbang jika

jumlah total pencapaian jangkauan tungkai kiri 3,31 dan tungkai kanan 2,08.

Ada 3 sistem penilaian y balanced test antara lain :

1. Jarak jangkauan absolut = jangkauan 1 + jangkauan 2 + jangkauan 3

dibagi 3

2. Jarak jangkauan relative = jarak jangkauan absolut dibagi panjang tungkai

dikali 100

3. Jangkauan total = jumlah dari jarak absolut dibagi 3 kali panjang tungkai

dikali 100

b. Short term proprioceptive training

Short term proprioceptive training adalah latihan sederhana yang bisa

dilakukan dengan mata terbuka ataupun mata tertutup dengan tujuan untuk

meningkatkan input rasa dalam. Dosis short term proprioceptive training yaitu:

(1) Subjek diberikan pemanasan selama 25 menit yang terdiri dari 10 menit
29

jogging, 5 menit dynamic stretching, 10 menit running exercise. Lalu diberikan

proprioceptive training, (2) latihan 1 dilakukan dengan ditahan selama 30

detik/repetisi dengan istirahat selama 2 menit, (3) latihan 2 dilakukan sebanyak 10

kali/repetisi dengan istirahat selama 2 menit, (4) latihan 3 dilakukan 10

kali/repetisi dengan istirahat selama 2 menit, (5) Latihan 4 dilakukan sebanyak 10

kali/repetisi dengan istirahat selama 2 menit, (6) Latihan 5 dilakukan sebanyak 10

kali/dua repetisi dengan istirahat selama 2 menit, (7) Latihan 6 dilakukan dua kali

repetisi dengan istirahat selama 2 menit.

c. Pemain futsal

Pemain futsal adalah pemain olahraga futsal dari Jurusan Fisioterapi

Politeknik Kesehatan Surakarta.

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan penelitian

Pada tahap persiapan penelitian ini meliputi: (1) pengurusan ijin penelitian

pada ketua Jurusan Fisioterapi Poltekkes Surakarta, sehubungan dengan

penggunaan mahasiswa sebagai subjek penelitian, (2) perekrutan subjek penelitian

sebanyak 20 orang dari jumlah mahasiswa Jurusan Fisioterapi Poltekkes

Surakarta, (3) memberikan penjelasan kepada tim assisten peneliti tentang proses

penelitian, (4) memberikan penjelasan kepada subjek penelitian tentang manfaat,

dan proses penelitian.


30

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi: (1) setelah mndapatkan ijin

dilanjutkan dengan perkenalan, (2) subjek menyutujui informed consent, (3)

memberikan penjelasan kepada subjek penelitian mengenai hal-hal yang boleh

atau yang tidak boleh dilakukan selama penelitian dilaksanakan, (4) pengukuran

keseimbangan dengan y balance test awal sebelum diberikan perlakuan short term

proprioceptive training, (5) subjek diberikan short term proprioceptive training

selama 25 menit, (6) pemberian short term proprioceptive training dengan dosis

yang ditentukan oleh peneliti, (7) setelah itu dilakukan pengukuran pada sesaat

sesudah diberikan latihan, (8) 30 menit sesudah diberikan latihan, (9) 1 jam

sesudah diberikan latihan, (10) 6 jam sesudah diberikan latihan, (11) dan

pengukuran terakhir dilakukan setelah 24 jam diberikan latihan.

G. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data penelitian ini didapatkan dari pengukuran keseimbangan dengan

menggunakan Y Balance Test, sehingga data yang didapatkan adalah data

numerik. Software yang digunakan dalam mengolah data adalah SPSS.

1. Uji normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui data yang akan dianalisa

berdistribusi normal atau tidak. Apabila sampel > 50 menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov dan apabila sampel < 50 maka menggunakan uji Shapiro-

Wilk. Dasar pengambilan probabilitas adalah p>0,05 maka distribusi data

dikatakan normal.
31

2. Uji homogenitas

Uji homogenitas data digunakan untuk mengetahui variasi dari dua buah data

yang akan dianalisa memiliki rerata yang sama atau tidak dari variable yang sama.

Dasar pengambilan probabilitas adalah p>0,05 maka distribusi data dikatakan

homogen.

3. Uji beda sebelum dan sesudah perlakuan

Uji beda sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok short term

proprioceptive training menggunakan anova untuk mengetahui adanya

peningkatan keseimbangan jika data dikatakan normal. Jika nilai p<0,05 terdapat

perbedaan yang signifikan pada sebelum dan sesudah pemberian short term

proprioceptive training.
32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampus 2 Poltekkes Kemenkes Surakarta,

Colomadu pada bulan Februari 2020. Subjek penelitian adalah pemain futsal yang

berjenis kelamin laki-laki untuk meningkatkan keseimbangan statis. Terdapat 20

pemain futsal yang berjenis kelamin laki laki, berusia 18-20 tahun dan bersedia

menjadi subjek penelitian. 20 orang tersebut akan dijadikan kedalam 1 kelompok

perlakuan dan diukur sebanyak 6 kali pada tungkai kiri dan kanan.

Setiap subjek penelitian diukur menggunakan Y Balance Test pada sebelum

latihan, sesaat setelah latihan, 30 menit setelah latihan, 1 jam setelah latihan, 6

jam setelah latihan dan 24 jam setelah latihan . Subjek penelitian diberikan latihan

berupa short term propioceptive training sebanyak 1 kali dalam 1 hari dengan

waktu pemanasan 10 menit ditambah 25 menit proprioceptive training dengan

menggunakan BOSU dan nilai keseimbangannya diukur dengan y balance test,

sesaat setelah latihan, 30 menit setelah latihan, 1 jam setelah latihan, 6 jam setelah

latihan dan 24 jam setelah latihan.

Selama pengambilan data, seluruh subjek penelitian mengikuti program

penelitian sesuai dengan yang telah direncanakan. Sehingga total subjek penelitian

sampai akhir penatalaksanaan penelitian berjumlah 20 orang. Hasil penelitian

yang diperoleh adalah sebagai berikut di bawah ini:


33

1. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia

Pada penelitian ini didapatkan hasil penelitian berdasarkan usia adalah subjek

penelitian paling banyak berusia 18 tahun sebanyak 8 orang dengan persentasi

40%, berusia 19 tahun sebanyak 7 orang dengan persentasi 35%, dan paling

sedikit berusia 20 tahun sebanyak 5 orang dengan persentasi 25% dengan nilai

mean 18,85 dan SD 0,813.

TABEL 4.1
DISTRIBUSI DATA SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN USIA
Usia (tahun) Jumlah Presentasi
18 8 40
19 7 35
20 5 25
Total 20 100%
Mean 18,85
Standar deviasi 0,813
(Data Primer, 2020)

2. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan panjang tungkai

Hasil penelitian berdasarkan panjang tungkai kiri dan kanan adalah sebanyak

11 orang subjek memiliki panjang tungkai 76-80 cm dengan presentasi 55 %.

Sebanyak 5 orang subjek memiliki panjang tungkai 71-75 cm dengan presentasi

25 %. Sedangkan yang paling sedikit sebanyak 4 orang subjek memiliki panjang

tungkai 65-70 cm dengan presentasi 20 % dengan nilai mean 73,55 dan SD 4,774

Tidak terdapat perbedaan selisih panjang kedua tungkai.


34

TABEL 4.2
DISTRIBUSI DATA SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN PANJANG
TUNGKAI
Tungkai Panjang Jumlah Tungkai Panjang Jumlah
Tungkai tungkai
Kiri 65-70 4 Kanan 65-70 4
71-75 5 71-75 5
76-80 11 76-80 11
Total 20 20
Mean 73,55 73,55
Standar deviasi 4,774 4,774
(Data Primer, 2020)
3. Karakteristik berdasarkan tinggi badan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tinggi badan maksimal 171-175 cm

sebanyak 14 subjek dengan presentasi 70% dan minimal 165-170 cm sebanyak 6

subjek dengan presentasi 30 % dengan nilai mean 170,25 dan SD 0,47.

TABEL 4.3
DISTRIBUSI DATA SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN
TINGGI BADAN
Tinggi badan Jumlah Persentasi
(cm)
165-170 6 30
171-175 14 70
Total 20 100
Mean 170,25
Standar deviasi 2,673
(Data Primer, 2020)
35

4. Karakteristik berdasarkan berat badan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh berat badan maksimal 50-55 kg

sebanyak 10 orang dengan persentasi 50% dan minimal dengan berat badan 61-65

kg sebanyak 10 orang dengan persentasi 50% dengan nilai mean 55,65 dan SD

2,059.

TABEL 4.4
DISTRIBUSI DATA SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN BERAT
BADAN
Berat badan Jumlah Persentasi
(Kg)
50-55 10 50
56-60 10 50
Total 20 100
Mean 55,65
Standar deviasi 2,059
(Data Primer, 2020)
5. Karakteristik berdasarkan indeks massa tubuh

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh indeks massa tubuh yang maksimal

kriteria <20 sebanyak 14 orang dengan presentasi 70% dan minimal kriteria 20-25

sebanyak 6 orang dengan persentasi 30%, dengan nlai mean 19,1 dan SD 0,968.
36

TABEL 4.5
DISTRIBUSI DATA SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN INDEKS
MASSA TUBUH

IMT Jumlah Presentase


<20 14 70
20-25 6 30
>25 - -
Total 20 100
Mean 19,1
Standar Deviasi 0,968
(Data Primer, 2020)
B. UJI ANALISIS DATA

1. Uji normalitas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data yang dimiliki mempunyai

sebaran data berdistribusi normal atau tidak.

Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro-wilk pada

semua data. Maka diperoleh hasil bahwa data berdistribusi normal karena p>0,005

pada tungkai kiri dan kanan. Data ini termasuk data yang berdistribusi normal dan

signifikan.

2. Uji homogenitas

Dilanjutkan uji homogenitas dengan menggunakan uji lavene test maka

diperoleh hasil p>0,005 sehingga data bersifat homogen.

3. Uji Beda Sebelum dan Sesudah

Dengan demikian uji analisis data diteruskan dengan menguji pengaruh

perlakuan terhadap subjek penelitian dengan menggunakan uji parametrik one


37

way anova. Berdasarkan hasil uji one way anova maka diperoleh hasil sebagai

berikut :

1. Nilai Y Balance Test sebelum perlakuan pada tungkai kiri dan kanan

Nilai peningkatan keseimbangan diukur menggunakan Y Balance Test

sebelum perlakuan berupa latihan propioceptive training sebagai pre test.

Berdasarkan hasil uji y balance test yang dilakukan terhadap 20 subjek

penelitian diperoleh hasil kaki kiri dan kanan nilai mean 76,85 dengan SD 1,565

dan nilai p=0,455. Maka dapat disimpulkan hasil tes sebelum perlakuan pada kaki

kanan dan kiri subjek penelitian bernilai sama.

TABEL 4.6
HASIL PENGUKURAN Y BALANCE TEST SEBELUM PERLAKUAN
Kiri Kanan
Mean 76,85 76,85
Standar deviasi 1,565 1,565
P 0,455 0,455
(Data primer, 2020)
2. Nilai Y Balance Test sesudah perlakuan pada tungkai kanan
Berdasarkan hasil penelitian setelah perlakuan pada tungkai kanan maka

diperoleh hasil yang berbeda pada setiap sesi pengujian dimana pada sesaat

setelah perlakuan diperoleh hasil dengan nilai mean 76,85 standar deviasi 2,351

dan nilai probabilitas p=0,000. Pada 30 menit setelah perlakuan diperoleh hasil

dengan nilai mean 77,05, standar deviasi 2,038 dan nilai probabilitas p=0,000.

Pada 1 jam setelah perlakuan diperoleh hasil dengan nilai mean 77,70, standar

deviasi 2,408 dan nilai probabilitas p=0,000. Pada 6 jam setelah perlakuan

diperoleh hasil dengan nilai mean 77,80, standar deviasi 2,238 dan nilai
38

probabilitas p=0,002. Pada 24 jam setelah perlakuan diperoleh hasil dengan nilai

mean 77,95, standar deviasi 2,544 dan nilai probabilitas p=0,001. Maka dapat

disimpulkan bahwa pengaruh short term propioceptive training memberikan

pengaruh pada keseimbangan subjek penelitian pada sesaat setelah perlakuan, 30

menit setelah perlakuan, 1 jam setelah perlakuan, 6 jam setelah perlakuan, dan 24

jam setelah perlakuan.

TABEL 4.7
HASIL DISTRIBUSI DATA SESUDAH PERLAKUAN Y BALANCE TEST
PADA KAKI KANAN
Kaki kanan Mean Standar deviasi P
Sesaat sesudah 76,85 2,351 0,000
30 menit 77,05 2,038 0,000
1 jam 77,70 2,408 0,000
6 jam 77,80 2,238 0,002
24 jam 77,95 2,544 0,001
(Data primer, 2020)
Berdasarkan hasil penelitian pemberian setelah perlakuan pada tungkai kiri

maka diperoleh hasil yang berbeda pada setiap sesi pengujian dimana pada sesaat

setelah perlakuan diperoleh hasil dengan nilai mean 76,50, standar deviasi 2,351

dan nilai probabilitas p=0,000. Pada 30 menit setelah perlakuan diperoleh hasil

dengan nilai mean 76,05, standar deviasi 2,038 dan nilai probabilitas p=0,000.

Pada 1 jam setelah perlakuan diperoleh hasil dengan nilai mean 76,70, standar

deviasi 2,408 dan nilai probabilitas p=0,000. Pada 6 jam setelah perlakuan

diperoleh hasil dengan nilai mean 76,80, standar deviasi 2,238 dan nilai

probabilitas p=0,002. Pada 24 jam setelah perlakuan diperoleh hasil dengan nilai
39

mean 76,95, standar deviasi 2,544 dan nilai probabilitas p=0,001. Maka dapat

disimpulkan bahwa pengaruh short term propioceptive training memberikan

pengaruh pada keseimbangan subjek penelitian pada sesaat setelah perlakuan, 30

menit setelah perlakuan, 1 jam setelah perlakuan, 6 jam setelah perlakuan, dan 24

jam setelah perlakuan.

TABEL 4.8
HASIL DISTRIBUSI DATA SESUDAH PERLAKUAN Y BALANCE TEST
PADA KAKI KIRI
Kaki kiri Mean Standar deviasi P

Sesaat sesudah 76,50 2,351 0,000

30 menit 76,05 2,038 0,000

1 jam 76.70 2,408 0,000

6 jam 76,80 2,238 0,002

24 jam 76,95 2,544 0,001

(Data Primer, 2020)

Setelah diberikan perlakuan berupa short term proprioceptive training pada

subjek penelitian ternyata hasil y balance test pada tungkai kiri dan kanan

memiliki sedikit perbedaan.dalam penelitian ini peneliti hanya menguji pengaruh

short term proprioceptive training terhadap keseimbangan subjek, tidak menguji

perbedaan keseimbangan antara tungkai kiri dan kanan.


40

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil uji data pada penelitian ini diperoleh data bahwa subjek

penelitian secara keseluruhan adalah laki laki dan memiliki indeks massa tubuh

lebih banyak normal dengan panjang tungkai rata rata 78 cm, dan memiliki

panjang tungkai yang sama antara tungkai kanan dan tungkai kiri. Proprioceptive

training dapat mengaktivasi proprioceptor yang menghasilkan respon reaksi

atrokinematik maka terjadi keseimbangan yang baik.

Hasil uji one way anova yang dilakukan pada 20 subjek penelitian dengan

melakukan 6 kali pengukuran dalam satu hari maka dapat diperoleh hasil bahwa

nilai uji pre test dan post test dimasing-masing pengujian diperoleh nilai

signifikan p=0,000 (p<0,005) pada tungkai kiri dan kanan pada pengujian sesaat

sesudah perlakuan, 30 menit sesudah perlakuan p=0,000 dan 1 jam sesudah

perlakuan p= 0,000, namun pada 6 jam sesudah perlakuan nilai signifikan p=0,002

(p<0,005) dan pada 24 jam diperoleh nilai signifikan p=0,001 (p<0,005), dengan

demikian short term proprioceptive training memberikan pengaruh keseimbangan

terhadap pemain futsal di Kampus 2 Poltekkes Kemenkes Surakarta jurusan

fisioterapi.

Menurut penelitian Swandari et al., (2015) di Bali mengatakan pemberian

pelatihan proprioseptif akan melatih kemampuan mekanoreseptor sehingga terjadi

perbaikan mekanoresptor. Perbaikan mekanoreseptor akan berdampak terhadap

perbaikan pada fungsi proprioseptif, sehingga meningkatkan stabilitas ankle dan

keseimbangan dinamis, namun penelitian ini di lakukan dalam jangka satu

minggu dan pemberian latihan proprioseptif dilakuakan selama 6 hari.


41

Hasil penelitian ini didukung oleh peneliti Franco et al., (2013) mengatakan

tidak ada perubahan signifikan pada keseimbangan monopodal pada tungkai

subjek, karena pengaruh short term proprioceptive training hanya untuk

meningkatkan stabilitas pada tungkai, tapi tidak untuk keseimbangan jangka

panjang , sehinga masih memerlukan long term proprioceptive training.

Hal ini juga didukung oleh penelitian Nala (2011) dimana latihan di lakukan

berulang kali untuk meningkatkan stabilisasi dinamik antara sistem

muskuloskeletal dengan reseptor dari lingkungan semakin baik. Hal tersebut juga

akan meningkatkan kemampuan otak untuk merekam perubahan perubahan yang

ada sehingga respon sensorik motor yang dikirim ke efektor lebih efisien.

Latihan proprioseptif dapat digunakan untuk penanganan cedera, pencegahan

cidera, dan pencegahan cidera berulang. Didasarkan pada hipotesis bahwa

ketidakstabilan ankle maupun fungsional kemungkinan disebabkan karena

kerusakan pada serabut saraf aferen dalam kapsul dan ligamen yang

mengendalikan refleks, membantu dalam stabilisasi ankle. Latihan-latihan ini

sering menggunakan alat seperti papan goyang, cakram pergelangan kaki, dan

sejenisnya, yang menuntut aktivitas otot-otot yang melibatkan gerakan pronator

dan supinator kaki (Prakash dan Singh, 2014).

Short term propioceptive training yang diberikan pada subjek setelah

dilakukan pengujian yang singkat dan tidak melakukan pengulangan latihan disela

sela waktu setelah pengujian sehingga kurang dalam meningkatkan kemampuan

otak untuk merekam perubahan perubahan yang ada sehingga respon sensorik

motor yang dikirim ke efektor kurang efisien. Dengan demikian dapat dibuktikan
42

efek short term propioceptive training masih berpengaruh pada keseimbangan

subjek pada menit ke 30 sampai 1 jam sesudah perlakuan, namun di menit

berikutnya otot sudah mengalami kelelahan dan terjadi penurunan keseimbangan

dilihat dari penurunan nilai y balance test di 6 jam dan 24 jam sesudah perlakuan.

Dapat disimpulkan metode latihan ini hanya mencapai keseimbangan sesaat tidak

bersifat permanen, masih diperlukan latihan yang lebih lama dengan intensitas

yang lebih tinggi.

D. Hambatan dan Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini tidak terlepas dari beberapa kekurangan ataupun

hambatan yang datang dari internal maupun eksternal. Hambatan internal adalah

adanya perubahan jadwal yang mengharuskan peneliti untuk menyesuaikan

kembali waktu pengujian dengan waktu yang dimiliki oleh subjek penelitian.

Dimana seharusnya penelitian dilakukan pengujiannya pada tgl 19 Oktober 2019,

menjadi tanggal 12 Februari 2020 berhubung karena subjek penelitian

berhalangan hadir secara bersamaan. Sedangkan keterbatasan penelitian adalah (1)

peneliti tidak dapat mengontrol aktivitas diselang waktu penelitian, (2) waktu

penelitian yang sangat singkat, (3) kurangnya sarana atau alat yang digunakan saat

penelitian, sehingga waktu penelitian terbatas dan hasil penelitian kurang

maksimal.

E. Implikasi Klinis

Pemberian short term proprioceptive training berpengaruh terhadap

keseimbangan dan stabilitas pada pemain futsal, namun keseimbangan yang

diperoleh hanya bersifat sesaat sehingga untuk digunakan dalam persiapan


43

kompetisi atau pertandingan teknik ini tidak dianjurkan. Maka, short term

proprioceptive training ini dapat diberikan kepada atlet atau pemain futsal untuk

meningkatkan keseimbangan pada CoP (control of pressure) dalam jangka waktu

yang singkat, masih harus dilanjutkan dengan pemberian proprioceptive training

jangka panjang sehingga keseimbangan pada tungkai dapat bersifat permanen.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilaksanakan penelitian tersebut didapatkan kesimpulan sebagai

berikut: (1) terdapat pengaruh pada pemberian short term proprioceptive training

terhadap keseimbangan pemain futsal (2) pemberian short term proptioceptive

training pada sesaat, 30 menit dan 1 jam setelah perlakuan nilai y balance test

yang diperoleh lebih tinggi , sedangkan pada 6 jam dan 24 jam setelah perlakuan

nilai y balance test sebahagian subjek menurun tetapi masih seimbang, pada

semua waktu pengukuran nilai p < 0,005 yang berarti short term proprioceptive

training berpengaruh signifikan terhadap keseimbangan.

B. Saran

Adapun saran peneliti didalam penyempurnaan hasil penelitian sebaiknya: (1)

subjek penelitian selalu dalam pemantauan peneliti atau participant sehingga

dapat terpantau jumlah makanan yang diasup diselang waktu pengujian dan

aktifitas yang dilakukan subjek penelitian sehingga tidak menimbulkan bias dalam

hasil penelitian, (2) menambah waktu penelitian dan menambah alat alat yang

akan digunakan pada saat penelitian, (3) untuk penelitian selanjutnya waktu dan

subjek penelitian ditambah demi kesempurnaan hasil selanjutnya.

44
DAFTAR PUSTAKA

Badriah, Laelatul D., 2011; Fisiologi Olahraga Edisi II. Bandung. Multazam.

Brachman, A., Kamieniarz, A., Michalska, J., Pawłowski, M., Słomka, K.,
Juras,G., 2017; Balance Training Programs in Athletes – A Systematic
Review, Journal of Human Kinetics, Volume 58.

Ergen, E., Ulkar, B., 2007; Proprioception and coordination. Clinical sports
medicine. Elsevier, Saunders.

Feger, M., Hertel, J., 2014; Effects of targeted exercise on chronic ankle
instability, Lower Extremity Review.

Firdauza, N. W. R., Setijonob, H., Muhammad., 2017; The Effect of Core


Stability Dynamic and Medicine Ball Training to Enhancement Leg
Muscle Strength, Abdominal Muscle Strength, and Balance, Journal Of
Sport Science And Education (Jossae), Volume 2.

Frontera, Walter R., Michelli, Lyle J., Herring Stanley A., Silver, Julie K., 2007;
Clinical Sport Medicine: Medical Management and Rehabitation;
Saundres, hal. 238-245.

Grigg, P., 1994; Peripheral neural mechanism in proprioception, J Sport


Rehabilitation, Volume 3.

IOF, 2015; Informasi Pertandiangan Olahraga Futsal Indonesia. Diakses di


http://www.futsalin.com/2015/12/turnamen-futsal-2016.html

Lephart, S., Pincivero, D., Giraido, J., Fu, F., 1997; The Role of Proprioception in
the Management and Rehabilitation of Athletic Injuries, The American
Journal of Sports Medicine.

Marom, H., 2014; Kondisi psikologis pemain futsal yang pernah mengalami
cedera dalam kejuaraan futsal Se-Kabupaten Tuban. Jurnal: Universitas
Negeri Surabaya.

Matsuda, S., Demura, S., Uchiyama, M., 2008; Centre of Pressure Sway
Characteristics During Static One-Legged Stance of Athletes from
Different Sports, Journal of Sports Sciences, Volume 26.

Mekayanti, A., Indrayani., Dewi, K., 2015; Optimalisasi Kelenturan (Flexibelity),


Keseimbangan (Balance), dan Kekuatan (Strength) Tubuh Manusia
Secara Instan dengan Menggunakan “Secret Method”. Jurnal Virgin,
Jilid 1.

Nala, I. G. N., 2011; Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga, Denpasar, Bali.


Plisky, Phillip J., Gorman, Paul P., Butler, Robert J., Kiesel, Kyle B., Underwood,
Frank B., Elkins, B., 2009; The reliability of an instrumented device for
measuring components of the Star Excursion Balance Test, North
American Journal Sports Physio Therapy.

Riemann, B et al., 2002; The Sensorimotor System, Part I: The Physiologic Basis
of Functional Joint Stability, University of Pittsburgh, Pittsburgh.

Romero-Franco, N., Martinez-Amat, A., Hita-Contreras, F., Martinez-Lopez, E.,


2014; Short-term Effects of a Proprioceptive Training Session with
Unstable Platforms on the Monopodal Stabilometry of Athletes, Journal
of Physical Therapy Science, Spain.

Septianingtyas, F., 2018; Core Stability Training Terhadap Keseimbangan


Dinamis Pada Pemain Futsal Di Klub Pemuda Rotan Dan Ukm Futsal
Stikes ‘Aisyiyah Surakarta, STIKES 'Aisyiyah Surakarta, Surakarta.

Setia, 2013; Deskripsi Faktor Resiko dan Ketepatan Penanganan Cedera Tungkai
Kaki pada Olahraga Sepakbola di Klub “Bigreds” Yogyakarta,
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Sudijandoko, A., 2010; Perawatan dan Pencegahan cedera, Departemen


Pendidikan Nasional, Jakarta.

Sumandi, D., 2018; Analisis Faktor Risiko Injury pada Atlet Futsal di Champion
Futsal Tlogomas Malang, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang,
Malang.

Swandari, N. M. L., 2015; Pelatihan Proprioseptif Efektif dalam Meningkatkan


Keseimbangan Dinamis pada Pemain Sepak Bola dengan Functional
Ankle Instability Di Ssb Pegol, Universitas Udayana, Bali.

Tarrant, M L., 2003; "How to improve proprioception: focus on the lower body to
train balance." IDEA Health & Fitness Source, vol. 21, no. 5, May 2003

Tuthill, John C., Azim, Eiman., 2018; Proprioception, Current Biology 28, hal.
R194-R203.

Wahyuni, N., Winaya, N., 2014; Pelatihan Propioseptif Multistation Lebih Efektif
Dibandingkan Dengan Pelatihan Propioseptif Konvensional Dalam
Meningkatkan Kemampuan Melompat Vertical Jump Atlet Basket Pria
Di Denpasar, Universitas Udayana, Majalah Ilmiah Fisioterapi
Indonesia, Volume 2, Nomor 1, Bali.

WHO., 2013; Kasus Cidera Olahraga Bola Kaki.

Yoo, S., Park, Sang-Kyoon., Yoon, S., Lim, H., Ryu, J., 2018; Comparison of
Proprioceptive Training and Muscular Strength Training to Improve
Balance Ability of Taekwondo Poomsae Athletes: A Randomized
Controlled Trials, Journal of Sports Science and Medicine, Korea
National Sport University, Seoul, Republic of Korea.
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Saya, yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : ......................................................................
Umur : ................................ Jenis Kelamin : L / P
Alamat : ......................................................................

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang maksud dan tujuan


penelitian, dan cara pelaksanaan dan konsekuensi-konsekuensinya, demi manfaat
yang sebesar-besarnya bagi pemeliharaan kesehatan saya dan bagi kemajuan
upaya kesehatan pada umumnya serta pelayanan fisioterapi khususnya dengan ini
menyatakan:
1. Memahami sepenuhnya maksud dan tujuan penelitian, cara pelaksanaan
dan konsekuensi-konsekuensinya
2. Bersedia untuk mengikuti dan menjalankan petunjuk penelitian yang
diberikan secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab
3. Bersedia menghubungi peneliti bila ada hal-hal yang berkembang selama
penelitian
4. Bersedia untuk sewaktu-waktu dihubungi atau dikunjungi oleh peneliti
guna penyempurnaan penelitian ini
5. Tidak akan membebani peneliti berkaitan dengan biaya fisioterapi,
tindakan atas keluhan yang saya derita dan penyelenggaraan penelitian ini.
Demikian surat pernyataan kesediaan mengikuti program penelitian ini saya
setujui dengan tanpa pakssaan darti pihak manapun, untuk kiranya menjadi
pegangan bagi peneliti dan pihak yang berkepentingan / terkait dalam penelitian
ini.
Surakarta,…………………
Subjek penelitian

(……………………………)
Lampiran 2
SURAT PERSETUJUAN MENJADI TENAGA PEMBANTU

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : ............................................

Umur : ............................................

Pekerjaan : ............................................

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian dengan judul


“Efek Short Term Proprioceptive Training terhadap Keseimbangan Pemain
Futsal” yang dilakukan oleh Dinda Titania dan petunjuk pelaksanaan penelitian,
maka dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Bersedia menjadi tenaga pembantu (terapis) pada saat pengambilan data

ini.

2. Bersedia mematuhi peraturan yang telah disepakati antara pengukur

dengan peneliti.

3. Bersedia bertanya kepada peneliti apabila ada hal-hal yang belum

dimengerti tentang pelaksanaan pengukuran.

4. Bersedia melakukan pengukuran sesuai dengan waktu yang telah

disepakati.

Demikian pernyataan ini saya buat tanpa paksaan atau tekanan dari pihak

manapun.

Surakarta, ...........................

Peneliti Pengukur

( Dinda Titania ) (..............................)


Lampiran 3
Y BALANCE TEST SCORE

Right limb length in centimeters:


(Measure from right ASIS to right medial malleolus in supine after performing
bilateral bridge)

RIGHT LEFT
A
A

PM PL PL PM

Greatest Successful Reach


Right Left Difference

Anterior (A)

Posteromedial (PM)

Posterolateral (PL)

Composite Score

Right (Anterior + Posteromedial + Posterolateral) x 100


3 x Right Limb Length
Left
Lampiran 4
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Prosedur proprioceptive training

1. Persiapan alat dan subjek


a. Siapkan bosu atau unstable board
b. Siapkan y balance test untuk mengukur keseimbangan subjek
c. Siapkan subjek
2. Pelaksanaan terapi
a. Terapis memberikan warm up selama 10 menit
b. Terapis mengukur keseimbangan subjek sebelum diberikan
proprioceptive training menggunakan y balance test
c. Terapis memberikan proprioceptive training selama 25 menit
d. Terapis mengukur sesaat setelah, 30 menit, 1 jam, 6 jam dan 24 jam
setelah diberikan proprioceptive training
e. Latihan diberikan 1 kali selama 24 jam
Lampiran 5
Karanganyar, 24 Agustus 2019
Hal : Surat Permohonan Izin Penelitian
Yth. Ketua Jurusan Fisioterapi
Poltekkes Kemenkes Surakarta

Bersama ini saya sampaikan bahwa saya:


Nama : Dinda Titania
NIM : P27226016168
Mahasiswa : Prodi DIV Fisioterapi Jurusan
Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Surakarta
Akan melakukan penelitian untuk skripsi dengan judul :
“EFEK SHORT TERM PROPRIOCEPTIVE TRAINING TERHADAP
KESEIMBANGAN PEMAIN FUTSAL”
Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon Ketua Jurusan Fisioterapi
Poltekkes Kemenkes Surakarta berkenan memberikan ijin untuk melakukan
penelitian di Kampus 2 Poltekkes Kemenkes Surakarta pada bulan
Februari 2020.

Demikian permohonan ini disampaikan, atas bantuan dan ijin yang diberikan
kami ucapkan terimakasih.

Hormat saya,

Dinda Titania
NIM.P27226016168
Lampiran 6

UJI ANALISIS DATA


umur subjek penelitian
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 18 8 40,0 40,0 40,0
19 7 35,0 35,0 75,0
20 5 25,0 25,0 100,0
Total 20 100,0 100,0

jenis kelamin subjek


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid laki laki 20 100,0 100,0 100,0

berat badan responden


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 50-55 10 50,0 50,0 50,0
56-60 10 50,0 50,0 100,0
Total 20 100,0 100,0

tinggi badan subjek


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 165-170 6 30,0 30,0 30,0
171-175 14 70,0 70,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Indeks massa tubuh
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid <20 14 70,0 70,0 70,0
20-25 6 30,0 30,0 100,0
Total 20 100,0 100,0

Panjang tungkai kanan


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 65-70 4 20,0 20,0 20,0
71-75 5 25,0 25,0 45,0
76-80 11 55,0 55,0 100,0
Total 20 100,0 100,0

Panjang tungkai kiri


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 65-70 4 20,0 20,0 20,0
71-75 5 25,0 25,0 45,0
76-80 11 55,0 55,0 100,0
Total 20 100,0 100,0

Descriptive Statistics
N Min Max Mean Std. Deviation
umur subjek penelitian 20 18 20 18,85 ,813
jenis kelamin subjek 20 1 1 1,00 ,000
berat badan responden 20 53 60 55,65 2,059
tinggi badan subjek 20 165 173 170,25 2,673
indeksmassa tubuh 20 1 2 1,60 ,503
panjang tungkai kana 20 65 78 73,55 4,774
panjang tungkai kiri 20 65 78 73,55 4,774
Valid N (listwise) 20
Descriptive Statistics
N Min Max Mean Std. Deviation
sebelum perlakuan 20 74 78 76,85 1,565
sesaat sesudah perlakuan 20 73 80 77,50 2,351
30 mnt ssdh perlakuan 20 74 80 77,15 2,038
1 jammnt sesdh perlakuan 20 74 80 77,70 2,408
6 jam ssdh perlakuan 20 73 80 76,95 2,238
24 jam ssdh perlakuan 20 75 81 77,80 2,544
sblm perlakuan kaki kiri 20 73 77 75,85 1,565
sesaat ssdh perlakuan kaki kiri 20 72 79 76,50 2,351
30 mnt ssdh perlakuan kaki kiri 20 73 80 76,95 2,308
1 jam ssdh perlakuak kaki kiri 20 73 79 76,70 2,408
6jam ssdh perlakuan 20 74 80 76,80 2,238
24 jam ssdh perlakuan 20 75 81 77,80 2,544
Valid N (listwise) 20

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
sebelum perlakuan ,178 20 ,096 ,879 20 ,017
sesaat sesudah perlakuan ,206 20 ,026 ,880 20 ,018
30 mnt ssdh perlakuan ,180 20 ,088 ,930 20 ,157
1 jammnt sesdh perlakuan ,217 20 ,015 ,862 20 ,009
6 jam ssdh perlakuan ,185 20 ,072 ,872 20 ,013
24 jam ssdh perlakuan ,154 20 ,200* ,882 20 ,019

Test of Homogeneity of Variances


Levene Statistic df1 df2 Sig.
sesaat sesudah perlakuan 1,857a 3 15 ,180
b
30 mnt ssdh perlakuan 4,100 3 15 ,026
c
1 jammnt sesdh perlakuan 5,719 3 15 ,008
d
6 jam ssdh perlakuan 2,405 3 15 ,108
e
24 jam ssdh perlakuan 1,584 3 15 ,235
ANOVA
sebelum perlakuan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 14,883 6 2,481 1,018 ,455
Within Groups 31,667 13 2,436
Total 46,550 19

ANOVA
Mean
Sum of Squares df Square F Sig.
sesaat ssdh Between Groups 94,152 4 23,538 32,545 ,000
perlakuan Within Groups 10,848 15 ,723
kaki kanan Total 105,000 19
30 mnt ssdh Between Groups 85,602 4 21,400 8,595 ,000
perlakuan Within Groups 37,348 15 2,490
kaki kanan Total 122,950 19
1 jam ssdh Between Groups 102,988 4 25,747 53,549 ,000
perlakuak Within Groups 7,212 15 ,481
kaki kanan Total 110,200 19
6jam ssdh Between Groups 61,852 4 15,463 6,955 ,002
perlakuan Within Groups 33,348 15 2,223
kaki kanan Total 95,200 19
24 jam ssdh Between Groups 61,852 4 15,463 6,955 ,001
perlakuan Within Groups 33,348 15 2,223
kaki kanan Total 95,200 19
ANOVA
Mean
Sum of Squares df Square F Sig.
sesaat ssdh Between Groups 94,152 4 23,538 32,545 ,000
perlakuan Within Groups 10,848 15 ,723
kaki kiri Total 105,000 19
30 mnt ssdh Between Groups 61,852 4 15,463 6,955 ,000
perlakuan Within Groups 33,348 15 2,223
kaki kiri Total 95,200 19
1 jam ssdh Between Groups 102,988 4 25,747 53,549 ,000
perlakuak Within Groups 7,212 15 ,481
kaki kiri Total 110,200 19
6jam ssdh Between Groups 85,602 4 21,400 8,595 ,002
perlakuan Within Groups 37,348 15 2,490
Total 122,950 19
24 jam ssdh Between Groups 61,852 4 15,463 6,955 ,001
perlakuan Within Groups 33,348 15 2,223
Total 95,200 19
Lampiran 7
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai