SKRIPSI
Disusun Oleh :
Dinda Titania
P27226016168
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Dinda Titania
P 27226016168
ii
EFEK SHORT TERM PROPRIOCEPTIVE TRAINING TERHADAP
KESEIMBANGAN PEMAIN FUTSAL
Disusun oleh:
Dinda Titania
P 27226016168
Dr. Bambang Trisnowiyanto, SKM, S.Pd, M.Or Saifudin Zuhri, SKM, Ftr, M.Kes
NIP. 19670904 199203 1 004 NIP. 19740427 200112 1 002
iii
MOTTO
Mendapatkan Hasil.”
“Barang siapa yang berbuat baik akan dibalaskan dengan yang baik, barang siapa
iv
PERNYATAAN
NIM : P27226016168
PEMAIN FUTSAL adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya
saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang
Dinda Titania
v
PERSEMBAHAN
2. Kedua orang tua saya yang selalu mendukung saya sampai kapanpun
3. Untuk abang dan kakakku. Terimasih atas dukungan dan doanya
4. Semua teman teman ku di D IV Fisioterapi angkatan 2016 yang saling
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan arahan, dorongan
serta bantuan sejak dari persiapan sampai dengan selesainya skripsi ini. Oleh
kepada:
2. Bapak Saifudin Zuhri selaku Ketua Prodi Fisioterapi yang telah memberikan
3. Bapak Fendy Nugroho selaku pembimbing satu yang tidak pernah bosan
5. Ayah, Mama, Abang dan Kakak saya yang senantiasa memberikan dukungan
baik moril dan imoril yang tidak dapat saya balas dengan apapun.
vii
6. Teman-teman saya Adam Arief, Pristy Hajati, Astri Apriyanti, Yashinta Nur
Ayu, Alya Huwaida, Sinta Ayu, Roid Lutfi dan seluruh teman-teman saya
Dwiky Anggara yang telah membantu saya dalam melakukan penelitian ini.
skripsi ini masih jauh dari sempurna. Sehingga penulis mengharapkan kritik dan
skripsi ini.
viii
DAFTAR ISI
Hal
Motto……........................................................................................................ iv
Pernyataan…………………………………………………………………… v
Persembahan………......................................................................................... vi
Daftar Isi........................................................................................................... ix
Abstrak………………………………………………………………………. xiv
Abstract……………………………………………………………………… xv
BAB I PENDAHULUAN 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 5
ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
B. Keseimbangan…………............................................................ 13
E. Kerangka Teori......................................................................... 20
F. Kerangka Konsep..................................................................... 21
G. Hipotesis................................................................................... 21
A. Rancangan Penelitian................................................................ 22
C. Subjek Penelitian...................................................................... 24
D. Alat Ukur.................................................................................. 24
F. Prosedur Penelitian................................................................... 29
x
BAB IV HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN 32
A. Hasil Penelitian……………………………………………. 32
B. Analisis Data………………………………………………... 36
C. Pembahasan…………………..…………………………….. 40
E. Implikasi Klinis……………………...……………………… 43
A. Kesimpulan………………………………………………….. 44
B. Saran……………………………………………………......... 44
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 45
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Hal
xii
DAFTAR TABEL
Hal
xiii
ABSTRAK
xiv
THE EFFECT OF SHORT TERM PROPRIOCEPTIVE TRAINING ON
BALANCE IN FOOTBALL PLAYER
HEALTH POLYTECHNIC SURAKARTA
(Dinda Titania, Fendy Nugroho, Saifudin Zuhri; 2020, 42 page)
Background: Lack of balance in futsal players often results in injury to the legs
causing a decline in performance in the match. Training is needed to overcome
these problems by providing proprioceptive training. Objective: to determine the
effect of short-term proprioceptive training on the balance of futsal players.
Method: pre-experimental, pre-test-post test design. Subjects: 20 subjects were
male, futsal player at the Surakarta Health Polytechnic Physiotherapy Department.
Subjects were given warm ups for 10 minutes, then proprioceptive training using
bosu with 5 types of exercise for 25 minutes. Then the y balance test was
measured for a moment, 30 minutes, 1 hour, 6 hours, 24 hours after treatment.
Results: statistical analysis using parametric analysis with one way ANOVA test.
P values were obtained on the right leg for a moment (p = 0,000), 30 minutes (p =
0,000), 1 hour (p = 0,000), 6 hours (p = 0.002) and 24 hours after treatment (p =
0.001). The value of p in the left leg was momentarily (p = 0,000), 30 minutes (p
= 0,000), 1 hour (p = 0,000), 6 hours (p = 0.002) and 24 hours after treatment (p =
0.001). The results on the left and right limbs were no difference. p <0.005 then
there is a significant effect. Conclusion: there is an effect of providing short-term
proprioceptive training to improve balance in futsal players.
Keywords: Futsal players, Balance, Short term proprioceptive training
xv
BAB I
PENDAHULUAN
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi tingginya.
sebelum sakit. Upaya preventif tersebut antara lain meningkatkan status gizi
masyarakat melalui kegiatan aktifitas fisik seperti senam, olah taga dan aktifitas
fisik lainnya. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2018 menunjukkan
penurunan angka aktifitas fisik di masyarakat dimana pada tahun 2013 masih
mencapai angka 47,8 % dan pada tahun 2018 menurun menjadi 37,5 % (Riskesdas
RI, 2018).
Hal ini dapat kita lihat dari perubahan pola hidup remaja dan usia muda
dewasa ini dimana hampir semua kebutuhan hidup sehari hari dapat terpenuhi
Salah satu cabang olah raga yang sedang digemari oleh usia muda selain
basket adalah futsal. Futsal adalah permainan bola kaki yang menggunakan
lapangan kecil, dimainkan oleh dua tim dengan jumlah pemain lima orang dengan
1
2
soccer, five a sid game, dan indoor soccer. Futsal merupakan olahraga yang
dimainkan di seluruh dunia, baik oleh pemain amatir, semi profesional maupun
lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap
dilaksanakan dalam waktu 2x20 menit dengan panjang lapangan 25-40 meter dan
lebar 15-25 meter. Bola yang digunakan juga lebih kecil dan berat (Prakoso et al.,
penjaga gawang yang bebas menggunakan anggota badan manapun. Olahraga ini
sangat populer di dunia. Seorang pemain futsal tentu tidak terlepas dari resiko
terjadinya cedera. Menurut WHO (2013), resiko terjadinya cedera akibat bermain
Seperti halnya sepak bola, futsal juga masih didominasi oleh cedera akibat
During the 2010 FIFA World Cup disebutkan bahwa dalam tiga edisi Piala Dunia
akibat benturan adalah 73%, 73% dan 64%, cedera pada kaki sebanyak 5 %,
biomekanik sendi dan kontrol neuromuskuler anggota tubuh dapat berubah, yang
3
tinggi.
memiliki sifat dapat beradaptasi dengan kebiasaan postural dan latihan gerak,
Untuk membedakan sinyal-sinyal yang tepat dari reseptor mekanik dari sendi,
otot, tendon, dan kulit sangat penting untuk kontrol saraf motorik yang utuh.
Sinyal proprioseptif dari mekanoreseptor pada sendi, otot, tendon, dan kulit
sangat penting untuk kontrol saraf motorik yang utuh. Hilangnya aferen
Penelitian yang dilakukan oleh Paterno et al., (2004) adalah contoh yang baik.
meningkatkan tidak hanya pada sikap postur monopodal umum, tetapi juga center
of pressure pada saat berdiri, hal ini dapat mengurangi resiko cedera anterior
menyatakan bahwa peningkatan stabilitas postural membuat atlet jauh lebih stabil,
dimana mereka dapat melakukan gerakan dengan cara yang lebih kuat dan lebih
tepat.
4
bahwa sering mengalami cedera otot pada sendi lutut dan sendi ankle. Namun
dalam observasi ini tidak disebutkan angka presentasi cedera dalam setiap
semester, hal ini sering terjadi diakibatkan kurangnya pemahaman para pemain
menendang, sliding dan saat merebut bola dari lawan menjadi alasan seringnya
terjadi cedera yang tak terduga. Hal ini terjadi karena kurangnya persiapan otot
otot tungkai baik itu stabilitas, kelenturan maupun teknik bermain yang masih
pendek akan meningkatkan stabilitas, jika dilanjutkan dalam jangka waktu lama
maka akan diperoleh power dan kecepatan yang lebih baik pada tungkai.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada efek short term
C. Tujuan Penelitian
Tujuan pada penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada efek short term
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: (1) bagi peneliti, untuk
teman sejawat, untuk dipergunakan sebagai informasi dan acuan untuk melakukan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Short term merupakan arti dari kata short yang berarti pendek dan term yang
dilakukan dengan mata terbuka ataupun mata tertutup dengan tujuan untuk
adalah latihan sederhana yang bertujuan untuk meningkatkan input rasa dalam
atau sensasi dalam waktu yang pendek. Proprioceptive training berfungsi untuk
mempersiapkan atlet pemula menjadi lebih baik dan untuk atlet senior pelatihan
al.,2014).
propripceptive training dapat diberikan berupa single leg stance, single leg heel
raises dan single leg squat. Ketiga tersebut akan meningkatkan aktifitas
recruitmen motor unit sehingga golgi tendon dan muscle spindle juga akan
7
8
2. Teori proprioceptive
sensasi gerakan sendi, atau kinaesthesia, dan rasa posisi sendi. Proprioceptive
pusat dan perifer untuk sensing balance secara kolektif menyusun sistem
(SSP) tentang posisi anggota gerak tubuh. Sistem saraf pusat menerima pesan dari
proprioceptive terletak pada otak kecil dan bekerja erat dengan sistem vestibular
dan taktil. Kemampuan ini bersifat dapat beradaptasi dengan kebiasaan postural
posisi sendi dan informasi dari lingkungan seperti kondisi permukaan lantai dan
juga sistem saraf pusat tentang posisi tubuh terhadap kondisi lingkungan di
sekitarnya (eksternal) dan posisi antara segmen badan itu sendiri (internal) melalui
reseptor-reseptor yang ada pada sendi, tendon, otot, ligamen dan kulit. Seluruh
tubuh terutama yang ada pada kolumna vertebralis dan tungkai. Informasi itu
9
dapat berupa tekanan, posisi sendi, tegangan, panjang dan kontraksi otot
(Frontera, 2007).
menganalisis informasi dan bereaksi (sadar atau tidak sadar) terhadap stimulasi
dengan cepat mengubah arah bila diperlukan. Salah satu latihan untuk
training juga mampu mengurangi resiko terjadinya cedera karena dapat bereaksi
mekanoreseptor melalui aktivasi golgi tendon organ dan muscle spindle sehingga
(eksternal) dan posisi antara segmen tubuh (internal) yang diterima oleh
cerebellum akan lebih baik, informasi tersebut akan digunakan oleh tubuh untuk
baik meliputi dua aspek posisi statis dan dinamis. Statis merupakan kemampuan
untuk mengontrol agar tetap tegak sedangkan dinamis adalah kemampuan untuk
yaitu secara sadar dan tidak sadar. Proprioceptive secara sadar memungkinkan
Sedangkan secara tidak sadar seperti mengatur fungsi otot dan stabilisasi refleks
Gerakan dan posisi tubuh adalah cerminan dari aktivitas neuron sensoris yang
beragam ragam. Contohnya seperti, retina yang dapat memonitor anggota tubuh
dalam berbagai ruang, kulit yang dapat memberikan penyesuaian terhadap suhu
tubuh, perubahan struktur kulit selama bergerak, dan titik kontak dengan suatu
spinalis. Sebagian besar input proprioceptive menuju cerebellum, tetapi ada pula
yang menuju ke cortex cerebri melalui lemniskus medialis dan thalamus. Pada
cerebellum. Cerebellum adalah bagian otak yang seukuran bola kasti, serta
terletak di bawah lobus occipitalis cortex dan melekat ke punggung bagian atas
bagian otak lainnya dan hal ini menunjukkan pentingnya struktur ini (Frontera,
2007).
11
aktivitas otot untuk mempertahankan postur agar tetap tegak. Arah stabilitas yang
dicapai melalui direct feedback dari proprioceptor ke neuron motorik. Contoh lain
ketika paha diregangkan, aferen dari kelompok otot ini langsung merangsang
neuron motoris paha dan tidak langsung menghambat antagonis hamstring flexor
neuron motoris, fenomena ini yang disebut dengan penghambatan timbal balik
Pada kondisi cidera yang akut dan pasca operasi tidak dapat dilakukan
(Tarrant, 2003).
subjek yang diteliti. Beberapa latihan ini dapat dilakukan dengan mata terbuka
maupun tertutup pada permukaan yang tidak rata. Berikut ini merupakan
a. Exercise A
Adapun pelaksanaanya seperti: (1) subjek berdiri diatas bosu (2) lutut fleksi
900, bersamaan dengan kedua tangan mengangkat bola menggunakan, (3) lakukan
Gambar 2.1
Exercise A (Romero-franco et al., 2014)
b. Exercise B
Adapun pelaksanaanya seperti: (1) subjek berdiri diatas bosu, (2) kaki kanan
ditekuk dan kaki kiri fleksi 900, (3) bersamaan dengan kedua tangan mengangkat
Gambar 2.2
Exercise B (Romero-franco et al., 2014)
13
c. Exercise C
Adapun pelaksanaannya seperti: (1) subjek berdiri diatas bosu, (2) kaki
ekstensi, (3) memegang bola pada kedua tangan, (4) bola diletakkan sejajar
Gambar 2.3
Exercise C (Romero-franco et al., 2014)
d. Exercise D
Adapun pelaksanaannya seperti: (1) subjek berdiri diatas bosu, (2) lutut fleksi
900, (3) kedua tangan memegang bola sejajar dengan dada, (4) melempar bola
Gambar 2.4
Exercise D (Romero-Franco et al., 2014)
14
e. Exercise E
Adapun pelaksanaannya seperti: (1) subjek diminta berdiri diatas bosu, (2)
subjek diminta berjalan di atas bosu, (3) kedua tangan mengangkat bola, (4)
Gambar 2.5
B. Keseimbangan
1. Teori keseimbangan
berada pada pusat gravitasi bidang tumpu terutama ketika posisi tegak. Selain itu
sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass)
atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support).
15
kemampuan menjaga tubuh pada ruang gerak yang biasanya sangat kecil,
misalnya berdiri di atas dasar yang sempit (balok keseimbangan, rel kereta api),
orang untuk bergarak dari satu titik ke titik lain dengan mempertahankan
muskuloskeletal (otot, sendi, dan jaringan lunak) yang diatur dalam otak (kontrol
terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor
a. Visual
tentang posisi tubuh terhadap lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan
objek sekitarnya. Dengan input visual, maka tubuh manusia dapat beradaptasi
b. Vestibular
bola mata. Sistem ini meliputi organ-organ di dalam telinga bagian dalam.
Berhubungan dengan sistem visual dan pendengaran untuk merasakan arah dan
medula spinalis. Sistem somatosensoris bereaksi pada kesadaran akan posisi tubuh
of gravity) yaitu titik utama pada tubuh yang mendistribusikan massa pada seluruh
tubuh secara merata, (2) Garis gravitasi (line of gravity)yaitu garis vertikal yang
berada dari pusat gravitasi menuju pusat bumi, (3) Titik tumpu (base of support)
adalah bagian tubuh yang langsug berhubungan dengan tumpuan, (4) Usia
mempengaruhi letak titik berat tubuh berkaitan dengan pertambahan usia, (5)
menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis
maupun statis, (7) Indeks Massa Tubuh (IMT) mempengaruhi cara sederhana
untuk memantau status gizi orang dewasa, (8) Aktivitas fisik merupakan suatu
2018).
pada pendengaran di telinga, dan reseptor pada otot (muscle spindle, aparatus
golgi).
latihan yang rutin dan maksimal. Latihan di dalam olahraga mempunyai berbagai
18
macam jenis. Peneliti berusaha memilih latihan yang sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Oleh karena itu peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam
meningkatkan beberapa komponen kondisi fisik perlu adanya latihan, dan latihan
Keseimbangan pada pemain futsal sama halnya dengan pemain bola yang
meliputi kombinasi dari kedua kaki, lutut, dan core stability untuk
2008).
Pada permainan futsal arah bola yang berpindah secara cepat dan gerakan
yang berubah secara cepat pula menuntut pemain untuk memiliki kelincahan dan
mengalami cedera yang serius seperti keseleo, patah atau retak tulang, memar,
19
kram, robek otot, putus tendon dapat menimbulkan trauma yang menyebabkan
Menurut Batson (2009), propioceptor yang terdapat pada otot, tendon, dan
sendi, yang berupa sensoris akan menangkap rangsangan yang datang dari
serta vestibular, sehingga membentuk suatu input sensoris. Input sensoris yang
diterima dalam serabut intra dan ekstrafusal yang menghasilkan tegangan dengan
kesiapan otot, selain itu input propioceptive juga akan meningkatkan representasi
dari sendi sebagai bentuk dari “sense of joint” untuk merespon perubahan tubuh
pada setiap gerakan yang diberikan. Sistem proprioceptive terutama pada bagian
otak kecil dan sangat erat berkaitan dengan sistem vertibular dan taktil.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur y balance test yang
(SEBT). Y balance test adalah alat ukur gerak fungsional yang biasanya
digunakan untuk memprediksi resiko cedera pada atlet, alat ukur ini juga
Teknik y balance test ini memiliki 3 tanda dengan arah yang berbeda diukur
Gambar 2.6
Teknik y balance test (Feger et al., 2014)
Instruksi yang diberikan kepada subjek penelitian adalah (1) jelaskan kepada
penelitian, (2) subjek penelitian harus melakukan satu kali percobaaan lengkap
secara stabil tanpa meletakkan kaki diatas tanah, (3) izinkan dua kali uji coba
praktek sebelum mencatat hasil pengukuran yang sebenarnya untuk setiap anggota
gerak, (4) dua uji coba yang berhasil untuk setiap anggota tubuh, (5) lakukan
Cara mengambil data pengujian pada anggota gerak bawah (1) tempatkan jari
jari kaki tepat dibelakang garis merah, (2) tangan letakkan di pinggul selama
pengujian, (3) tumit selalu kontak dengan lantai, (4) dorong indikator jangkauan
terus menerus dalam 3 arah anterior, posterior lateral dan posteromedial, (5)
kembali ke posisi semula terkendali tanpa menyentuh tanah selama test, (6)
jangkauan kaki harus selalu menjaga kontak dengan indikator target merah saja,
(7) batasi penempatan kaki diatas indikator jangkauan untuk mendapat dukungan,
21
(8) seluruh percobaan dapat dilakukan 3 kali jika ada kesalahan dalam jangkauan,
tangan ke lantai.
(Anterior+Posteromedial+Posterolateral)
Lower quarter = x 100
3 × Limb Length
proprioceptive training (20 orang) dan kelompok kontrol (17 orang). Kedua
kali dalam 24 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
E. Kerangka Teori
Faktor Internal:
-Visual Faktor Eksternal :
-Vestibular -Pusat gravitasi
Keseimbangan
-Somatosensoris -Garis gravitasi
-Usia -Titik tumpu
-Jenis kelamin
-Kekuatan otot
Short Term Proprioceptive
-Indeks massa tubuh Training
-Aktivitas fisik
Peningkatan Keseimbangan
Gambar 2.7
Kerangka teori
Keterangan:
massa tubuh, aktivitas fisik, pusat gravitasi, garis gravitasi maupun titik tumpu.
F. Kerangka Konsep
Aktivitas fisik
Dosis latihan
Gambar 2.8
Kerangka konsep
Keterangan:
Subjek dengan keseimbangan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
serta bersedia menjadi subjek penelitian. Subjek ini akan diberikan perlakuan
pemain futsal
G. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah ada efek short term proprioceptive
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
experimental study, dengan one group pre test and post test design, bertujuan
satu kelompok perlakuan dengan pre test dan post test serta tidak ada kelompok
kontrol.
S – O1 – X1 – O2 – O3 – O4 – O5 – O6
Gambar 3.1
Rancangan Penelitian
25
Keterangan:
S= Subjek
O1= Keadaan sebelum diberi perlakuan dalam hal ini akan dites dengan alat ukur
y balance test
X1= Perlakuan dalam hal ini diberikan proprioceptive training
O2= Keadaan sesaat sesudah diberi perlakuan dalam hal ini akan dites dengan alat
ukur y balance test
O3= Keadaan 30 menit sesudah diberi perlakuan dalam hal ini dites dengan alat
ukur y balance test
O4= Keadaan 1 jam sesudah diberi perlakuan dalam hal ini dites dengan alat ukur
y balance test
O5= Keadaan 6 jam sesudah diberi perlakuan dalam hal ini dites dengan alat ukur
y balance test
O6= Keadaan 24 jam sesudah diberi perlakuan dalam hal ini dites dengan alat
ukur y balance test
C. Subjek Penelitian
keterangan suatu fakta atau pendapat (Arikunto, 2006 yang dikutip oleh Saputra,
2016), subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti. Subjek penelitian
dalam penelitian ini diambil dari pemain futsal jurusan fisioterapi dengan
Teknik ini adalah salah satu teknik pengambilan sampel dimana peneliti
menentukan pengambilan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang
telah ditentukan oleh peneliti. Jumlah subjek penelitian yang bersedia sebanyak 20
orang.
Kriteria inklusi yang harus dipenuhi adalah (1) pemain futsal Jurusan
Fisioterapi Politeknik Kesehatan Surakarta, (2) berjenis kelamin laki-laki, (3) usia
informed consent.
Kriteria eksklusi adalah (1) adanya nyeri pada anggota gerak bawah, (2)
Kriteria drop-out adalah (1) subjek tidak hadir saat program latihan dan tidak
D. Alat Ukur
Peneliti memberikan alat ukur berupa y balance test yang merupakan metode
sederhana dari pengukuran star excursion balance test (SEBT). Y balance test
adalah alat ukur gerak fungsional yang biasanya digunakan untuk memprediksi
resiko cedera pada atlet, alat ukur ini juga berfungsi untuk mengukur performa
dalam rangka untuk menilai kesiapan atlet dalam kompetensi olah raga yang akan
dilakukannya.
Teknik y balance test ini memiliki 3 tanda dengan arah yang berbeda diukur
dengan menggunakan alat ukur midline dengan nilai satuan ukur centimeter,
pengujian anggota gerak bawah dikatakan lengkap jika mampu meraih 3 arah
Nilai keseimbangan normal pada anterior kiri 0,69 pada anterior kanan 0,71.
Pada posteromedial kiri 0,68 dan pada posteromedial kanan 0,78. Pada
Pada penelitian ini diketahui ICC untuk reliabilitas intrarater berkisar antara
0,85 hingga 0,91 dan untuk reliabilitas antar penilai berkisar antara 0,99 hingga
1,00. Reliabilitas skor jangkauan komposit adalah 0,91 untuk intrarater dan 0,99
1. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) variabel bebas,
futsal.
2. Definisi Operasional
a. Keseimbangan
ditempatkan di berbagai posisi yang diukur dengan y balance test berupa nilai
jangkauan paling jauh dalam satuan centimeter. Subjek dikatakan seimbang jika
jumlah total pencapaian jangkauan tungkai kiri 3,31 dan tungkai kanan 2,08.
dibagi 3
dikali 100
3. Jangkauan total = jumlah dari jarak absolut dibagi 3 kali panjang tungkai
dikali 100
dilakukan dengan mata terbuka ataupun mata tertutup dengan tujuan untuk
meningkatkan input rasa dalam. Dosis short term proprioceptive training yaitu:
(1) Subjek diberikan pemanasan selama 25 menit yang terdiri dari 10 menit
29
kali/dua repetisi dengan istirahat selama 2 menit, (7) Latihan 6 dilakukan dua kali
c. Pemain futsal
F. Prosedur Penelitian
Pada tahap persiapan penelitian ini meliputi: (1) pengurusan ijin penelitian
Surakarta, (3) memberikan penjelasan kepada tim assisten peneliti tentang proses
atau yang tidak boleh dilakukan selama penelitian dilaksanakan, (4) pengukuran
keseimbangan dengan y balance test awal sebelum diberikan perlakuan short term
selama 25 menit, (6) pemberian short term proprioceptive training dengan dosis
yang ditentukan oleh peneliti, (7) setelah itu dilakukan pengukuran pada sesaat
sesudah diberikan latihan, (8) 30 menit sesudah diberikan latihan, (9) 1 jam
sesudah diberikan latihan, (10) 6 jam sesudah diberikan latihan, (11) dan
1. Uji normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui data yang akan dianalisa
dikatakan normal.
31
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas data digunakan untuk mengetahui variasi dari dua buah data
yang akan dianalisa memiliki rerata yang sama atau tidak dari variable yang sama.
homogen.
Uji beda sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok short term
peningkatan keseimbangan jika data dikatakan normal. Jika nilai p<0,05 terdapat
perbedaan yang signifikan pada sebelum dan sesudah pemberian short term
proprioceptive training.
32
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Colomadu pada bulan Februari 2020. Subjek penelitian adalah pemain futsal yang
pemain futsal yang berjenis kelamin laki laki, berusia 18-20 tahun dan bersedia
perlakuan dan diukur sebanyak 6 kali pada tungkai kiri dan kanan.
latihan, sesaat setelah latihan, 30 menit setelah latihan, 1 jam setelah latihan, 6
jam setelah latihan dan 24 jam setelah latihan . Subjek penelitian diberikan latihan
berupa short term propioceptive training sebanyak 1 kali dalam 1 hari dengan
sesaat setelah latihan, 30 menit setelah latihan, 1 jam setelah latihan, 6 jam setelah
penelitian sesuai dengan yang telah direncanakan. Sehingga total subjek penelitian
Pada penelitian ini didapatkan hasil penelitian berdasarkan usia adalah subjek
40%, berusia 19 tahun sebanyak 7 orang dengan persentasi 35%, dan paling
sedikit berusia 20 tahun sebanyak 5 orang dengan persentasi 25% dengan nilai
TABEL 4.1
DISTRIBUSI DATA SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN USIA
Usia (tahun) Jumlah Presentasi
18 8 40
19 7 35
20 5 25
Total 20 100%
Mean 18,85
Standar deviasi 0,813
(Data Primer, 2020)
Hasil penelitian berdasarkan panjang tungkai kiri dan kanan adalah sebanyak
tungkai 65-70 cm dengan presentasi 20 % dengan nilai mean 73,55 dan SD 4,774
TABEL 4.2
DISTRIBUSI DATA SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN PANJANG
TUNGKAI
Tungkai Panjang Jumlah Tungkai Panjang Jumlah
Tungkai tungkai
Kiri 65-70 4 Kanan 65-70 4
71-75 5 71-75 5
76-80 11 76-80 11
Total 20 20
Mean 73,55 73,55
Standar deviasi 4,774 4,774
(Data Primer, 2020)
3. Karakteristik berdasarkan tinggi badan
TABEL 4.3
DISTRIBUSI DATA SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN
TINGGI BADAN
Tinggi badan Jumlah Persentasi
(cm)
165-170 6 30
171-175 14 70
Total 20 100
Mean 170,25
Standar deviasi 2,673
(Data Primer, 2020)
35
sebanyak 10 orang dengan persentasi 50% dan minimal dengan berat badan 61-65
kg sebanyak 10 orang dengan persentasi 50% dengan nilai mean 55,65 dan SD
2,059.
TABEL 4.4
DISTRIBUSI DATA SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN BERAT
BADAN
Berat badan Jumlah Persentasi
(Kg)
50-55 10 50
56-60 10 50
Total 20 100
Mean 55,65
Standar deviasi 2,059
(Data Primer, 2020)
5. Karakteristik berdasarkan indeks massa tubuh
kriteria <20 sebanyak 14 orang dengan presentasi 70% dan minimal kriteria 20-25
sebanyak 6 orang dengan persentasi 30%, dengan nlai mean 19,1 dan SD 0,968.
36
TABEL 4.5
DISTRIBUSI DATA SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN INDEKS
MASSA TUBUH
1. Uji normalitas
Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro-wilk pada
semua data. Maka diperoleh hasil bahwa data berdistribusi normal karena p>0,005
pada tungkai kiri dan kanan. Data ini termasuk data yang berdistribusi normal dan
signifikan.
2. Uji homogenitas
way anova. Berdasarkan hasil uji one way anova maka diperoleh hasil sebagai
berikut :
1. Nilai Y Balance Test sebelum perlakuan pada tungkai kiri dan kanan
penelitian diperoleh hasil kaki kiri dan kanan nilai mean 76,85 dengan SD 1,565
dan nilai p=0,455. Maka dapat disimpulkan hasil tes sebelum perlakuan pada kaki
TABEL 4.6
HASIL PENGUKURAN Y BALANCE TEST SEBELUM PERLAKUAN
Kiri Kanan
Mean 76,85 76,85
Standar deviasi 1,565 1,565
P 0,455 0,455
(Data primer, 2020)
2. Nilai Y Balance Test sesudah perlakuan pada tungkai kanan
Berdasarkan hasil penelitian setelah perlakuan pada tungkai kanan maka
diperoleh hasil yang berbeda pada setiap sesi pengujian dimana pada sesaat
setelah perlakuan diperoleh hasil dengan nilai mean 76,85 standar deviasi 2,351
dan nilai probabilitas p=0,000. Pada 30 menit setelah perlakuan diperoleh hasil
dengan nilai mean 77,05, standar deviasi 2,038 dan nilai probabilitas p=0,000.
Pada 1 jam setelah perlakuan diperoleh hasil dengan nilai mean 77,70, standar
deviasi 2,408 dan nilai probabilitas p=0,000. Pada 6 jam setelah perlakuan
diperoleh hasil dengan nilai mean 77,80, standar deviasi 2,238 dan nilai
38
probabilitas p=0,002. Pada 24 jam setelah perlakuan diperoleh hasil dengan nilai
mean 77,95, standar deviasi 2,544 dan nilai probabilitas p=0,001. Maka dapat
menit setelah perlakuan, 1 jam setelah perlakuan, 6 jam setelah perlakuan, dan 24
TABEL 4.7
HASIL DISTRIBUSI DATA SESUDAH PERLAKUAN Y BALANCE TEST
PADA KAKI KANAN
Kaki kanan Mean Standar deviasi P
Sesaat sesudah 76,85 2,351 0,000
30 menit 77,05 2,038 0,000
1 jam 77,70 2,408 0,000
6 jam 77,80 2,238 0,002
24 jam 77,95 2,544 0,001
(Data primer, 2020)
Berdasarkan hasil penelitian pemberian setelah perlakuan pada tungkai kiri
maka diperoleh hasil yang berbeda pada setiap sesi pengujian dimana pada sesaat
setelah perlakuan diperoleh hasil dengan nilai mean 76,50, standar deviasi 2,351
dan nilai probabilitas p=0,000. Pada 30 menit setelah perlakuan diperoleh hasil
dengan nilai mean 76,05, standar deviasi 2,038 dan nilai probabilitas p=0,000.
Pada 1 jam setelah perlakuan diperoleh hasil dengan nilai mean 76,70, standar
deviasi 2,408 dan nilai probabilitas p=0,000. Pada 6 jam setelah perlakuan
diperoleh hasil dengan nilai mean 76,80, standar deviasi 2,238 dan nilai
probabilitas p=0,002. Pada 24 jam setelah perlakuan diperoleh hasil dengan nilai
39
mean 76,95, standar deviasi 2,544 dan nilai probabilitas p=0,001. Maka dapat
menit setelah perlakuan, 1 jam setelah perlakuan, 6 jam setelah perlakuan, dan 24
TABEL 4.8
HASIL DISTRIBUSI DATA SESUDAH PERLAKUAN Y BALANCE TEST
PADA KAKI KIRI
Kaki kiri Mean Standar deviasi P
subjek penelitian ternyata hasil y balance test pada tungkai kiri dan kanan
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji data pada penelitian ini diperoleh data bahwa subjek
penelitian secara keseluruhan adalah laki laki dan memiliki indeks massa tubuh
lebih banyak normal dengan panjang tungkai rata rata 78 cm, dan memiliki
panjang tungkai yang sama antara tungkai kanan dan tungkai kiri. Proprioceptive
Hasil uji one way anova yang dilakukan pada 20 subjek penelitian dengan
melakukan 6 kali pengukuran dalam satu hari maka dapat diperoleh hasil bahwa
nilai uji pre test dan post test dimasing-masing pengujian diperoleh nilai
signifikan p=0,000 (p<0,005) pada tungkai kiri dan kanan pada pengujian sesaat
perlakuan p= 0,000, namun pada 6 jam sesudah perlakuan nilai signifikan p=0,002
(p<0,005) dan pada 24 jam diperoleh nilai signifikan p=0,001 (p<0,005), dengan
fisioterapi.
Hasil penelitian ini didukung oleh peneliti Franco et al., (2013) mengatakan
Hal ini juga didukung oleh penelitian Nala (2011) dimana latihan di lakukan
muskuloskeletal dengan reseptor dari lingkungan semakin baik. Hal tersebut juga
ada sehingga respon sensorik motor yang dikirim ke efektor lebih efisien.
kerusakan pada serabut saraf aferen dalam kapsul dan ligamen yang
sering menggunakan alat seperti papan goyang, cakram pergelangan kaki, dan
dilakukan pengujian yang singkat dan tidak melakukan pengulangan latihan disela
otak untuk merekam perubahan perubahan yang ada sehingga respon sensorik
motor yang dikirim ke efektor kurang efisien. Dengan demikian dapat dibuktikan
42
dilihat dari penurunan nilai y balance test di 6 jam dan 24 jam sesudah perlakuan.
Dapat disimpulkan metode latihan ini hanya mencapai keseimbangan sesaat tidak
bersifat permanen, masih diperlukan latihan yang lebih lama dengan intensitas
hambatan yang datang dari internal maupun eksternal. Hambatan internal adalah
kembali waktu pengujian dengan waktu yang dimiliki oleh subjek penelitian.
peneliti tidak dapat mengontrol aktivitas diselang waktu penelitian, (2) waktu
penelitian yang sangat singkat, (3) kurangnya sarana atau alat yang digunakan saat
maksimal.
E. Implikasi Klinis
kompetisi atau pertandingan teknik ini tidak dianjurkan. Maka, short term
proprioceptive training ini dapat diberikan kepada atlet atau pemain futsal untuk
A. Kesimpulan
berikut: (1) terdapat pengaruh pada pemberian short term proprioceptive training
training pada sesaat, 30 menit dan 1 jam setelah perlakuan nilai y balance test
yang diperoleh lebih tinggi , sedangkan pada 6 jam dan 24 jam setelah perlakuan
nilai y balance test sebahagian subjek menurun tetapi masih seimbang, pada
semua waktu pengukuran nilai p < 0,005 yang berarti short term proprioceptive
B. Saran
dapat terpantau jumlah makanan yang diasup diselang waktu pengujian dan
aktifitas yang dilakukan subjek penelitian sehingga tidak menimbulkan bias dalam
hasil penelitian, (2) menambah waktu penelitian dan menambah alat alat yang
akan digunakan pada saat penelitian, (3) untuk penelitian selanjutnya waktu dan
44
DAFTAR PUSTAKA
Badriah, Laelatul D., 2011; Fisiologi Olahraga Edisi II. Bandung. Multazam.
Brachman, A., Kamieniarz, A., Michalska, J., Pawłowski, M., Słomka, K.,
Juras,G., 2017; Balance Training Programs in Athletes – A Systematic
Review, Journal of Human Kinetics, Volume 58.
Ergen, E., Ulkar, B., 2007; Proprioception and coordination. Clinical sports
medicine. Elsevier, Saunders.
Feger, M., Hertel, J., 2014; Effects of targeted exercise on chronic ankle
instability, Lower Extremity Review.
Frontera, Walter R., Michelli, Lyle J., Herring Stanley A., Silver, Julie K., 2007;
Clinical Sport Medicine: Medical Management and Rehabitation;
Saundres, hal. 238-245.
Lephart, S., Pincivero, D., Giraido, J., Fu, F., 1997; The Role of Proprioception in
the Management and Rehabilitation of Athletic Injuries, The American
Journal of Sports Medicine.
Marom, H., 2014; Kondisi psikologis pemain futsal yang pernah mengalami
cedera dalam kejuaraan futsal Se-Kabupaten Tuban. Jurnal: Universitas
Negeri Surabaya.
Matsuda, S., Demura, S., Uchiyama, M., 2008; Centre of Pressure Sway
Characteristics During Static One-Legged Stance of Athletes from
Different Sports, Journal of Sports Sciences, Volume 26.
Riemann, B et al., 2002; The Sensorimotor System, Part I: The Physiologic Basis
of Functional Joint Stability, University of Pittsburgh, Pittsburgh.
Setia, 2013; Deskripsi Faktor Resiko dan Ketepatan Penanganan Cedera Tungkai
Kaki pada Olahraga Sepakbola di Klub “Bigreds” Yogyakarta,
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Sumandi, D., 2018; Analisis Faktor Risiko Injury pada Atlet Futsal di Champion
Futsal Tlogomas Malang, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang,
Malang.
Tarrant, M L., 2003; "How to improve proprioception: focus on the lower body to
train balance." IDEA Health & Fitness Source, vol. 21, no. 5, May 2003
Tuthill, John C., Azim, Eiman., 2018; Proprioception, Current Biology 28, hal.
R194-R203.
Wahyuni, N., Winaya, N., 2014; Pelatihan Propioseptif Multistation Lebih Efektif
Dibandingkan Dengan Pelatihan Propioseptif Konvensional Dalam
Meningkatkan Kemampuan Melompat Vertical Jump Atlet Basket Pria
Di Denpasar, Universitas Udayana, Majalah Ilmiah Fisioterapi
Indonesia, Volume 2, Nomor 1, Bali.
Yoo, S., Park, Sang-Kyoon., Yoon, S., Lim, H., Ryu, J., 2018; Comparison of
Proprioceptive Training and Muscular Strength Training to Improve
Balance Ability of Taekwondo Poomsae Athletes: A Randomized
Controlled Trials, Journal of Sports Science and Medicine, Korea
National Sport University, Seoul, Republic of Korea.
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
(……………………………)
Lampiran 2
SURAT PERSETUJUAN MENJADI TENAGA PEMBANTU
Nama : ............................................
Umur : ............................................
Pekerjaan : ............................................
ini.
dengan peneliti.
disepakati.
Demikian pernyataan ini saya buat tanpa paksaan atau tekanan dari pihak
manapun.
Surakarta, ...........................
Peneliti Pengukur
RIGHT LEFT
A
A
PM PL PL PM
Anterior (A)
Posteromedial (PM)
Posterolateral (PL)
Composite Score
Demikian permohonan ini disampaikan, atas bantuan dan ijin yang diberikan
kami ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Dinda Titania
NIM.P27226016168
Lampiran 6
Descriptive Statistics
N Min Max Mean Std. Deviation
umur subjek penelitian 20 18 20 18,85 ,813
jenis kelamin subjek 20 1 1 1,00 ,000
berat badan responden 20 53 60 55,65 2,059
tinggi badan subjek 20 165 173 170,25 2,673
indeksmassa tubuh 20 1 2 1,60 ,503
panjang tungkai kana 20 65 78 73,55 4,774
panjang tungkai kiri 20 65 78 73,55 4,774
Valid N (listwise) 20
Descriptive Statistics
N Min Max Mean Std. Deviation
sebelum perlakuan 20 74 78 76,85 1,565
sesaat sesudah perlakuan 20 73 80 77,50 2,351
30 mnt ssdh perlakuan 20 74 80 77,15 2,038
1 jammnt sesdh perlakuan 20 74 80 77,70 2,408
6 jam ssdh perlakuan 20 73 80 76,95 2,238
24 jam ssdh perlakuan 20 75 81 77,80 2,544
sblm perlakuan kaki kiri 20 73 77 75,85 1,565
sesaat ssdh perlakuan kaki kiri 20 72 79 76,50 2,351
30 mnt ssdh perlakuan kaki kiri 20 73 80 76,95 2,308
1 jam ssdh perlakuak kaki kiri 20 73 79 76,70 2,408
6jam ssdh perlakuan 20 74 80 76,80 2,238
24 jam ssdh perlakuan 20 75 81 77,80 2,544
Valid N (listwise) 20
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
sebelum perlakuan ,178 20 ,096 ,879 20 ,017
sesaat sesudah perlakuan ,206 20 ,026 ,880 20 ,018
30 mnt ssdh perlakuan ,180 20 ,088 ,930 20 ,157
1 jammnt sesdh perlakuan ,217 20 ,015 ,862 20 ,009
6 jam ssdh perlakuan ,185 20 ,072 ,872 20 ,013
24 jam ssdh perlakuan ,154 20 ,200* ,882 20 ,019
ANOVA
Mean
Sum of Squares df Square F Sig.
sesaat ssdh Between Groups 94,152 4 23,538 32,545 ,000
perlakuan Within Groups 10,848 15 ,723
kaki kanan Total 105,000 19
30 mnt ssdh Between Groups 85,602 4 21,400 8,595 ,000
perlakuan Within Groups 37,348 15 2,490
kaki kanan Total 122,950 19
1 jam ssdh Between Groups 102,988 4 25,747 53,549 ,000
perlakuak Within Groups 7,212 15 ,481
kaki kanan Total 110,200 19
6jam ssdh Between Groups 61,852 4 15,463 6,955 ,002
perlakuan Within Groups 33,348 15 2,223
kaki kanan Total 95,200 19
24 jam ssdh Between Groups 61,852 4 15,463 6,955 ,001
perlakuan Within Groups 33,348 15 2,223
kaki kanan Total 95,200 19
ANOVA
Mean
Sum of Squares df Square F Sig.
sesaat ssdh Between Groups 94,152 4 23,538 32,545 ,000
perlakuan Within Groups 10,848 15 ,723
kaki kiri Total 105,000 19
30 mnt ssdh Between Groups 61,852 4 15,463 6,955 ,000
perlakuan Within Groups 33,348 15 2,223
kaki kiri Total 95,200 19
1 jam ssdh Between Groups 102,988 4 25,747 53,549 ,000
perlakuak Within Groups 7,212 15 ,481
kaki kiri Total 110,200 19
6jam ssdh Between Groups 85,602 4 21,400 8,595 ,002
perlakuan Within Groups 37,348 15 2,490
Total 122,950 19
24 jam ssdh Between Groups 61,852 4 15,463 6,955 ,001
perlakuan Within Groups 33,348 15 2,223
Total 95,200 19
Lampiran 7
Dokumentasi