TA Kamila DitaPutri
TA Kamila DitaPutri
Disusun
O
L
E
H
KAMILA DITAPUTRI
MENTOR
MELDHI AGUNG TRI PRASTIO
i
ASSESSMENT DAN TREATMENT PLAN
Oleh :
Kamila DitaPutri
Mengetahui,
Ketua Umum
Yayasan Karunia Insani
ii
ASSESSMENT DAN TREATMENT PLAN
Oleh :
Kamila DitaPutri
Mengetahui,
Ketua Umum
Yayasan Karunia Insani
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Menyatakan bahwa apa yang tertulis dalam tugas akhir ini adalah benar apa adanya dan
merupakan hasil karya saya sendiri. Segala kutipan karya pihak lain telah saya tulis dengan
menyebutkan sumbernya. Apabila kemudian hari ditemukan adanya plagiat maka saya
bersedia menerima segala konsekuensi dan sanksi.
Kamila DitaPutri
iv
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-NYA. Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir saya
yang berjudul “ASSESSMENT & TREATMENT PLAN“ yang dilaksanakan di Yayasan
Cahaya Putra Selatan.
Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
On Job Training angkatan ke-17 tahun 2022 yang diselenggarakan oleh Karunia Insani.
Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini penulis banyak mengalami hambatan dan
kesulitan, namun berkat dukungan dan bantuan serta bimbingan pengarahan dari berbagai
pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu pada kesempatan
ini penulis akan mengucapkan terimakasih kepada:
2. Meldhi Agung Tri Prastio selaku mentor sekaligus pemateri yang telah mendidik dan
memberi dukungan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Rahman Risaldy selaku pembimbing yang telah membantu saya dalam mengerjakan
Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Tugas Akhir ini,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan agar Tugas Akhir ini
dapat selesai dengan maksimal.Seoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
maupun para pembaca.
Kamila DitaPutri
v
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN DIPERIKSA .............................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN DIPERTAHANKAN ...............................................iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................v
DAFTAR ISI............................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................3
A. Pengertian Asessment ..................................................................................3
B. Cara Melakukan Asessment.........................................................................3
C. Langkah – Langkah Assesment ...................................................................5
D. Pengertian Treatment Plan ...........................................................................6
E. Langkah - Langkah Treatment Plan.............................................................7
F. Karakteristik Penyusunan Treatment Plan ...................................................9
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................12
A. Deskripsi Lapangan .....................................................................................11
B. Pembahasan Kasus .......................................................................................11
BAB IV PENUTUP ................................................................................................15
A. Kesimpulan ..................................................................................................15
B. Saran ............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................16
LAMPIRAN ...........................................................................................................17
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Assessment
Secara umum asessment dapat digambarkan sebagai suatu proses mendapatkan
informasi tentang klien secara komprehensif, baik pada saat klien memulai program,
selama menjalani program, hingga selesai mengikuti program. Informasi tentang klien
pada umumnya dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu observasi, wawancara, serta
pemeriksaan medis. Dalam menentukan diagnosis gangguan penggunaan narkotika ada
dua langkah yang bisa dilakukan, yang pertama adalah skrining dengan menggunakan
instrumen tertentu. Untuk menentukan besar masalah yang ada pada individu, diperlukan
suatu assesment klinis secara lengkap, dimana hasil assesment ini merupakan dasar untuk
menentukan diagnosis serta intervensi atau rencana terapi yang sesuai untuk individu
yang bersangkutan (BNN, 24 Feb, 2020)
Di lansir dari laman Badan Besar Rehabilitasi Lido tahun 2020, tujuan skrining
ini hanya untuk mendapatkan informasi adakah suatu faktor resiko dan atau masalah yang
terkait dengan penggunaan narkotika. Berbagai instrumen skrining dan assesment yang
dapat digunakan dalam menggali permasalahan terkait gangguan penggunaan narkotika
telah dikembangkan secara global, baik yang diinisiasi oleh lembaga-lembaga penelitian
di negara maju, maupun badan-badan dunia khususnya WHO.
2.1.1 Cara Melakukan Asessment
Penyakit kecanduan (adiksi) adalah suatu penyakit otak, dimana zat aktif
mempengaruhi area pengaturan prilaku. Sebagai akibatnya, gejala dan tanda utama
dari penyakit adiksi adalah prilaku. Berbeda dengan kebanyakan penyakit lainnya,
pada adiksi, aspek yang terpengaruh karena kondisi adiksi memiliki rentang yang
luas, mulai dari citra diri, hubungan interpersonal, kondisi finansial, aspek hukum,
sekolah/pekerjaan, sampai dengan kesehatan fisik. Melihat kompleksitas yang
dihasilkan dari kondisi adiksi, itu sebabnya mengapa proses assesment merupakan
aspek penting dari pendekatan penyakit adiksi. Assesment yang berkualitas
menghubungkan diagnosis dengan penatalaksanaan awal, memastikan akurasi
diagnosis awal, dan mengidentifikasi jenis terapi dan rehabilitasi yang paling efisien
dan efektif. Untuk mendapatkan gambaran klinis dan masalah yang lebih mendalam
3
dilakukanlah assesment klinis (Putri, 2019).
Menurut Rianda Prima Putri di dalam jurnal “Assesment sebagai salah
satu bentuk rehabilitasi bagi pencandu narkoba” di tahun 2019, ada beberapa alat
yang umumnya digunakan untuk dapat mengenali keterlibatan seseorang pada
narkotika :
1. Instrumen skrining seperti ASSIST dan ASI
2. Urin analisis
3. Kajian resep / obat-obatan yang diminum klien sebelumnya
Hal yang harus diperhatikan adalah penemuan kasus melalui alat skrining
di atas perlu dilanjutkan dengan proses assesment sehingga diperoleh gambaran klinis
yang komperhensif. Urin analisis merupakan alat skrining yang paling sering
digunakan, tidak saja oleh petugas kesehatan tetapi terutama oleh penegak hukum.
Terjadi pemahaman yang keliru pada banyak petugas, khususnya penegak hukum
bahwa urinanalisis dapat menjadi alat penegak diagnosis. Urin analisis yang
dilakukan tanpa disertai wawancara/instrumen skrining tentang riwayat penggunaan
narkotika termasuk obat-obatan resep dokter, dapat menimbulkan salah diagnosis.
Urin analisis hanya merupakan skrining awal yang penting untuk mendeteksi
penggunaan natkotika dalam kondisi akut. Hasil urinan alisis dapat sulit di
interpretasikan karena sering hanya mendeteksi penggunaan yang baru saja dan tidak
mudah untuk membedakan antara penggunaan legal atau tidak legal (Putri, 2019)
Yang perlu diperhatikan dalam tes skrining narkotika secara biologi :
1. Tes skrining cara biologi mempunyai jangka waktu skrining yang
berbeda-beda. Sebagai contoh:
a. Suatu tes skrining urin atau air liur yang positif untuk kokain dan
atau heroin cendrung untuk mengindikasikan penggunaan yang baru-
baru saja terjadi (beberapa hari atau satu minggu ke belakang),
sedangkan hasil yang positif untuk marijuana (ganja) dapat
mendeteksi penggunaan marijuana pada satu bulan sampai beberapa
bulan ke belakang.
b. Hampir tidak mungkin untuk menentukan waktu penggunaan bila
sampel didapat dari rambut.
4
2. Tidak ada satu tes skrining narkotika secara biologi dapat mendeteksi
semua obat-obatan yang sering disalahgunakan, contohnya MDMA, metadon,
pentanil, dan opoid sintetik lainnya tidak termasuk ke dalam banyak tes skrining
narkotika, dan tes-tes ini harus diminta secara terpisah.
3. Tes skrining narkotika secara biologi memeriksa konsentrasi obat pada
nilai ambang spesifik dari suatu sampel. Demikian, suatu hasil negatif tidak selalu
berarti tidak terjadi penyalahgunaan obat, dan suatu hasil positif dapat mencerminkan
penggunaan zat yang lain;
4. Bila dikhawatirkan terjadi usaha pengelabuhan hasil, sampel harus
dimonitor untuk temperatur atau bahan-bahan campuran serta program harus
diterapkan dan diikuti prosedur pendokumentasian secara kronologi yang akurat.
5
2.2 Pengertian Treatment Plan
Treatment plan adalah proses di dalam terapi rehabilitasi di mana
konselor dan klien secara bersama sama mengidentifikasi permasalahan klien
yang dapat diprioritaskan untuk diberikan bantuan, menetapkan tujuan terapi
jangka pendek dan jangka panjang, serta memutuskan metode treatment yang
akan digunakan untuk mencapai tujuan terapi.
Ada pula prinsip – prinsip dasar dalam melakukan treatment plan:
1. Treatment plan yang tertulis dalam kontrak dibuat atas dasar
asesmen yang telah dilakukan sebelumnya dan merupakan hasil
negosiasi antara klien dan konselor untuk menjamin bahwa
treatment plan disusun sesuai dengan kebutuhan individual klien.
2. Perumusan masalah, tujuan treatment plan dan strategi yang
hendak ditempuh dituliskan secara spesifik, mudah dipahami
oleh klien dan dinyatakan dalam kata kerja yang konkrit ataupun
dapat diukur.
3. Perumusan masalah mencakup semua hal yang dibutuhkan klien,
seperti yang sudah diidentifikasikan sebelumnya.
4. Penetapan tujuan terapi harus merujuk pada masalah yang sudah
di identifikasi sebelumnya; bisa meliputri satu atau beberapa
tujuan (eg., tujuan jangka pendek) yang secara khusus ditetapkan
untuk mengatasi/mengurangi masalah klien.
5. Tujuan harus dinyatakan dalam kata kerja agar klien dan konselor
dapat mengamati progress treatment
6. Strategi dalam treatment planning secara spesifik
menghubungkan antara masalah dengan tujuan. Perlu disebutkan
secara jelas metode pelayanan yang akan diberikan, siapa yang
akan memberikan, dimana pelayanan dapat diperoleh dan
frekuensi pelayanan yang diberikan.
7. Treatment planning merupakan proses yang dinamis, kontrak
yang telah dibuat pada awal treatment perlu di evaluasi secara
berkala jika perlu dimodifikasi.
6
2.2.1 Langkah Langkah Treatment Planning
Lewis et, Al., (1988) mengatakan bahwa penentuan treatment plan adalah
sebuah pondasi untuk kelangsungan dan kesuksesan dalam proses treatment klien. Di
dalam melakukan treatment planning, adapula beberapa hal yang perlu diperhatikan
seperti, (a) uraian singkat yang menjelaskan bagaimana klien sampai klien
membutuhkan treatment, (b) memberikan gambaran singkat terhadap status Kesehatan
fisik dan emosi klien saat ini, (c) menyertakan keinginan klien secara pribadi,
mengenal apa yang diinginkan dari proses treatment, (d) mengidentifikasi secara
spesifik tujuan jangka pendek, (e) kriteria untuk discharge program yang berisi daftar
daftar Langkah yang harus dipenuhi untuk melakukan terminasi treatment, dan (f)
mencakup uraian singkat mengenal Langkah Langkah yang harus dilakukan klien
untuk program after care. Treatment planning meliputi perumusan masalah, tujuan
jangka Panjang, tujuan jangka pendek, tolak ukur, dan perkiraan waktu pencapaian.
Dalam melakukan treatment planning, tentunya ada Langkah – Langkah
yang harus diterapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adapun Langkah
– Langkah tersebut ialah:
1. Melakukan assessment selengkap mungkin.
a. Treatment planning diformulasikan atas dasar informasi yang
diperoleh dari assessment awal (initial assessment).
b. Treatment planning untuk masalah fisik, perilaku, dan situasi
emosi klien harus diselesaikan dalam jangka waktu 72 jam
pertama sejak klien datang.
2. Treatment planning harus bersifat spesifik bagi klien yang bersangkutan
mengacu pada masalah dan kebutuhan yang dirasakan klien.
a. Mencakup kelebihan dan kelemahan klien
b. Sedapat mungkin melibatkan keluarga
3. Klien dan konselor membuat daftar masalah yang signifikan bagi klien
dan menyusunnya berdasarkan skala prioritas
a. Kecanduan alcohol
b. Kecanduan narkoba lain
c. Riwayat putus obat
7
d. Pelecehan seksual
e. Kesulitan perkawinan
f. Pengangguran/drop out
g. Orang tua pecandu
h. Kesulitan mencari teman
i. Kematian orang terdekat
4. Setelah masalah diidentifikasi, klien dan konselor mendiskusikan tujuan
jangka Panjang dan jangka pendek.
5. Tujuan yang ditentukan harus diformulasikan secara jelas dan konkrit,
meliputi perkiraan tanggal pencapaian tujuan.
a. Treatment plan bisa mencakup 5 sampai dengan 6 area
permasalahan.
b. Setiap tujuan bisa dimodifikasi sejalan dengan progress
treatment dan masing masing tujuan perlu ada tolak ukurnya.
6. Mengidentifikasi kebutuhan untuk mendapatkan pelayanan konseling
khusus, meliputi siapa yang akan melakukan konseling, dan seberapa
sering (perlu dipertimbangkan jika terjadi rujukan ke konselor/terapis di
luar Lembaga)
7. Untuk setiap permasalahan harus ada catatan kemajuan klien yang
digunakan untuk merefleksikan bahwa area tersebut telaj cukup
mendapatkan perhatian. Selain itu, semua hambatan dalam pencapaian
tujuan pada semua are permasalahan juga harus di catat.
8. Resolusi dari permasalahan klien di dalam treatment planning harus di
dokumentasikan di dalam catatan progress dan/atau di dalam treatment
plan itu sendiri.
9. Treatment plan harus ditelaah secara teratur (yang biasa dilakukan setiap
7-10 hari) oleh klien dan konselor dan oleh clinical supervisor atau
treatment team.
10. Treatment plan harus bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan
terutama dalam perumusan permasalahan, identifikasi kebutuhan dan
dalam menetapkan tujuan treatment.
8
2.2.2 Karakteristik Penyusunan Treatment Plan
Untuk memperoleh hasil treatment yang optimal, tentunya diperlukan treatment
planning yang sesuai, berikut adalah beberapa karakteristik yang penting dalam
penyusunan treatment planning:
a. Komprehensif
i. Mencakup seluruh kebutuhan utama klien
ii. Holistic
iii. Mengintegrasikan sumber daya dari semua disiplin ilmu dan
memanfaatkan pusat pelayanan lain untuk bekerja sama
iv. Berfungsi sebagai pedoman sentral bagi semua pihak yang terkait
dengan rehabilitasi klien
b. Positif
i. Harus dikemas dalam kalimat kalimat yang positif; berfokus pada
kekuatan klien dan solusi atas masalahnya, bukan pada
keterbatasan atau hambatan klien
ii. Harus tetap menghargai martabat klien, menghindari hal hal yang
berhubungan dengan stigmatisasi dan merendahkan harga diri
iii. Mementingkan perolehan periilaku baru (gaya hidup, fungsi
keluarga, hubungan interpersonal, serta pencapaian lainnya yang
akan dibentuk melalui treatment yang sukses)
c. Realistis
i. Menetapkan tujuan yang dapat diraih oleh klien secara realistis.
ii. Tujuan yang realistis adalah yang mempunyai probabilitas tinggi
untuk berhasil (sumber daya tersedia, kondisi lingkungan
menunjang, dalam kendali klien, memiliki resiko yang minimal)
iii. Menurut Locke dan Latham (1984), tujuan yang realistis dapat
membantu klien untuk berfokus pada klien; orientasi pada
Tindakan; memberikan wawasan dan arah bagi klien, memotivasi
usaha dan tenaga klien, meningkatkan persistensi, memotivasi
klien untuk mencari strategi baru untuk mencapai sasaran
9
d. Spesifik dan berurutan
i. Menyatakan tahapan treatment plan harus dengan jelas
memperlihatkan urutan kejadian yang paling logis terjadi untuk
mencapai perilaku atau tujuan yang diinginkan.
ii. Setiap aktivitas klien harus jelas tujuan dan manfaatnya dan
memperkuat tahapan pemulihan
iii. Memberi peluang kepada klien untuk mengembangkan “sense of
mastery”
iv. Harus ada jadwal yang berfungsi sebagai checkpoints untuk
mengevaluasi kemajuan klien
e. Terukur
i. Progress dan hasil treatment harus bisa di ukur
ii. Setiap pencapaian tujuan harus bisa ditandai dalam perilaku yang
dapat diamati, dan setiap perubahan perilaku harus bisa di evaluasi
iii. Kemajuan dalam pengukuran merupakan intensif
iv. Menunjukan bahwa konselor dapat dipercaya
v. Sedapat mungkin menggunakan tolak ukur kuantitatif atau
setidaknya menggunakan kriteria pengukuran yang objektif dan
jelas
10
BAB III
PEMBAHASAN
1.2 Deskripsi Lapangan
Pada tanggal 09 Desember 2022, penulis diberikan kepercayaan untuk melakukan
assesment terhadap klien. Penulis menggunakan dua pendekatan yang berupa pendekatan
secara observasi dan wawancara yang menggunakan instrumen ASSIST dan ASI guna
menentukan diagnosis gangguan penggunaan narkotika. Hasil dari assesment tersebut akan
digunakan sebagai dasar untuk menentukan diagnosis serta intervensi atau rencana terapi
yang sesuai untuk klien. Adapula tahap assesment yang dilakukan penulis yaitu berada di
tahap assesment awal selama 40 – 90 menit.
11
rehabilitasi.
Klien pernah menggunakan alkohol dengan cara oral sebulan sekali selama seumur
hidup yang dilakukan terakhir di tahun 2021. Klien tidak pernah menggunakan alkohol
dalam jumlah banyak, klien membatasi diri dalam menggunakan alkohol, yang dimana sejak
tahun 2021 klien sudah tidak pernah menggunakan alkohol lagi. Selain dari itu, klien juga
pernah menggunakan shabu dengan cara guna merokok tiga bulan sekali yang dilakukan
terakhir di tahu 2021 yang menurutnya tidak menimbulkan masalah. Klien tidak pernah
membeli shabu sendiri melainkan selalu diberikan oleh teman. Klien juga pernah
menggunakan ganja dengan cara guna merokok seminggu sekali yang berakhir di tahun
1995. Klien pernah total abstinen selama 12 bulan di tahun 2021. Klien mengatakan bahwa
zat dominan yang digunakan klien adalah alkohol, tetapi klien tidak pernah menjalani
rehabilitasi sebelumya, dan juga tidak pernah mengalami overdosis.
Klien mengatakan bahwa klien pernah ditangkap di Polsek Pasar Kamis karena kasus
NAPZA yang ditimbulkan karena klien di ajak adiknya untuk menjemput barang berjenis
shabu, tapi ternyata mereka dijebak, pada saat itu klien tidak memiliki barang bukti dan
menghasilkan test urine negatif. Klien di tangkap di Polsek Pasar Kamis dan di tahan selama
2 hari, setelah itu klien di referral ke Fit 127 selama 10 hari, dan dilakukan referral lagi ke
Yayasan Graha Suar Indonesia. Klien mengatakan bawa klien sangat terganggu dan sangan
penting untuk menerima bantuan dari konselor terkait masalah hukum ini karena masalah ini
mengakibatkan klien putus pekerjaan dan klien merasa kebingungan kemana klien harus
mencari kerja setelah selesai program rehabilitasi.
Klien mengatakan dalam 3 tahun terakhir klien tinggal bersama keluarga yaitu anak
dan istri dari tahun 2019-2021, lalu dilanjutkan tinggal dengan adik dari tahun 2020-2022.
Klien merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Klien memiliki 1 orang mantan istri yang
sudah bercerai dan 4 orang anak, dimana anak pertama sudah menikah dan akan melahirkan
cucu pertama klien, anak kedua sudah bekerja, sementara anak ketiga dan keempat masih
bersekolah. Klien tinggal bersama penyalahguna NAPZA yaitu adiknya, maka dari itu klien
memiliki keinginan untuk pisah rumah dari adiknya dan hidup sendiri setelah menyelesaikan
program rehabilitasi. Walaupun klien tinggal bersama adiknya, klien dominan menghabiskan
waktu sendiri kare klien jaarang bertemu dengan adik karena sibuk bekerja. Klien memiliki
3 orang teman terdekat yang bukan merupakan penyalahguna NAPZA. Klien sempat
12
memiliki konflik dengan istri yang mengakibatkan perceraian dengan masalah yang
diperdebatkan yaitu masalah ekonomi klien yang terlilit hutang sehingga istri klien meminta
cerai di tahun 2020 setelah menjalankan pernikahan dari tahun 1997. Klien tidak memiliki
masalah dengan psikologis dan emosional nya.
Dari data yang didapatkan melalui assessment, penulis dapat membuat treatment
planning untuk bulan pertama klien di dalam program. Dari hasil assessment, klien memiliki
masalah dominan di pekerjaan dimana klien merasa tidak memiliki skill yang mapan untuk
melanjutkan ataupun mencari pekerjaan baru setelah menyelesaikan program, maka dari itu,
penulis memilih domain pekerjaan/dukungan untuk menjadi prioritas di bulan pertama klien.
Klien mengatakan bahwa klien sudah terberhenti dari pekerjaanya sebelumnya yaitu
sebagai kurir J&T, klien ingin menjadi ojek online ketika sudah keluar dari rehabilitasi
jikalau motor klien masih ada. Klien merasa terganggu akan masalah hukum yang terkait
sehingga membuat diri klien terberhenti dari pekerjaan. Klien bersedia untuk menerima
bantuan guna meningkatkan skill vocational untuk mempersiapkan dirinya bekerja setelah
masa rehabilitasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kemampuan
dan keterampilan klien serta menggali lebih dalam tentang diri klien. Selain tujuan, treatment
plan ini juga memiliki sasaran yaitu klien diharapkan telah dapat mengetahui keterampilan
diri nya dengan di adakannya edukasi yang berkaitan dengan kepribadian klien serta minat
dan bakat klien.
Adapula beberapa intervensi yang akan dilakukan penulis terhadap klien, seperti; (a)
konselor akan memberikan edukasi tentang S.W.O.T (Strength Weakness Opportunities
13
Threats) selama satu kali dalam seminggu dengan durasi 60 menit serta akan memberikan
theme writing berjudul S.W.O.T sejumlah 250 kata yang dilakukan di tanggal 19 Desember
2022, (b) Konselor akan memberikan kegiatan berupa edukasi dan kegiatan dengan
pembuatan tes Johari Windows untuk melihat minat dan bakat klien yang dilakukan tanggal
22 Desember 2022, (c) Klien akan diberikan tugas ataupun tanggung jawab yang sesuai
dengan keterampilan serta minat dan bakat klien di tanggal 26 Desember 2022, dan (d) Klien
akan di observasi perihal tugas ataupun tanggung jawab yang diberikan di tanggal 02 Januari
2023.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Assessment merupakan dasar suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang
klien secara komprehensif yang dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu observasi,
wawancara, dan pemeriksaan medis. Setelah dilakukannya assessment, seorang konselor
dapat mengetahui prioritas domain dari klien dan dapat membuat treatment planning
dimana konselor dan klien secara bersamaan menetapkan tujuan terapi, dan memutuskan
metode treatment yang akan digunakan untuk mencapai tujuan terapi.
Assessment dan treatment plan memiliki peranan yang sangat penting dalam
pengaplikasian terapi di Rehabilitas Narkoba Yayasan Cahaya Putra Selatan (Graha Suar
Indonesia dan Rumah Hijrah Khodijah), dikarenakan penentuan treatment plan adalah
pondasi untuk kelangsungan dan kesuksesan dalam proses treatment klien.
4.2 Saran
Dengan dua materi di atas penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat
memahami setiap topik dan tema, agar memang benar dapat menjadi sebuah pengetahuan
baru yang mana akan dijadikan sebuah pembelajaran atau bekal dan contoh bagi pembaca
apabila mengalami hal yang serupa. Dan juga penulis menyadari dalam membuat Tugas
Akhir ini masih banyak kekeliruan dan kesalahan, sehingga penulis membutuhkan
masukan dan saran dari rekan-rekan agar kedepanya penulis dapat lebih baik lagi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Badan Narkotika Naional. “Petunjuk Teknis Rehabilitasi Non Komunitas Teraputik Komponen
Masyarakat.” (2012)
BNN, Humas. “Tahapan Rehabilitasi : Assesment Awal dan Diagnosis.” Balai Besar Rehabilitasi
Lido, https://babeslido.bnn.go.id/tahapan-rehabilitasi-assesment-awal-dan-diagnosis/
Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementrian Kesehatan. “Modul Assesment Dan Rencana Terapi
National Institute on Drug Abuse. “Screening For Drug Use in General Medical Setting
Putri, R. P. (2019). Assesment Sebagai Salah Satu Bentuk Rehabilitasi Bagi Pencandu
16
LAMPIRAN
17