Anda di halaman 1dari 10

Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 9 (2) 2016. Hal.

267-276
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas VI SD DalamPGSD
Menentukan Volume Bangun
FKIP Universitas Ruang
Bengkulu

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SD NEGERI 22


KEPAHIANG DALAM MENENTUKAN VOLUME BANGUN RUANG
MELALUI PENGGUNAAN ALAT PRAGA KUBUS SATUAN

Suwarno
E-mail : Suwarno22@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan rendahnya hasil belajar


siswa pada pokok bahasan menentukan volume bangun ruang di SDN 22
Kepahiang. Rendahnya hasil belajar ini terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa
yang hanya 5,6 dan 5,9. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 22
Kepahiang dalam menentukan volume bangun ruang (balok dan kubus) melalui
alat peraga kubus satuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (PTK), yang dilaksanakan dalam 3 siklus yang masing-
masing siklus meliputi tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga kubus satuan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan
menentukan volume bangun ruang (kubus dan balok) pada siswa kelas VI SD
Negeri 22 Kepahiang. Hal ini terbukti dari hasil belajar yang diperoleh siswa
meningkat. Pada siklus I rata-rata hasil belajar hanya 5,77, pada siklus II baru
mencapai 6,94 dan pada akhir siklus III rata-rata hasil belajar meningkat menjadi
8,55.

Kata kunci : Hasil Belajar, Alat Peraga, Kubus Satuan

PENDAHULUAN hingga Sekolah Menengah Atas. Jumlah jam


mata pelajaran matematika juga cukup
banyak dibandingkan dengan mata pelajaran
Kemampuan baca tulis dan berhitung
IPA dan IPS.
bagi siswa SD merupakan kemampuan dasar
Matematika merupakan mata pelajaran
yang menjadi acuan dalam peningkatan mutu
yang melatih anak untuk berpikir rasional,
pendidikan khususnya SD kelas III.
logis, cermat, jujur dan sistematis. Pola pikir
Persyaratan tersebut dipandang sebagai satu
yang demikian merupakan hal yang perlu
keharusan yang harus dikuasai siswa
dimiliki siswa sebagai bekal dalam
sebelum memasuki kelas tinggi (kelas IV-
kehidupan sehari-hari. Penerapan
VI). Akan tetapi mata pelajaran Matematika
matematika dalam kehidupan sehari-hari
di Sekolah Dasar dianggap sebagai mata
akan dapat membantu manusia dalam
pelajaran paling sulit oleh siswa sehingga
memecahkan masalah-masalah kehidupan
berakibat pada rendahnya hasil belajar mata
dalam berbagai kebutuhan kehidupan.
pelajaran tersebut. Padahal matematika
Karena kondisi yang demikian pentingnya,
merupakan mata pelajaran yang wajib
maka matematika diberikan sejak anak
diberikan bagi siswa sejak Sekolah Dasar

Hak Cipta@ 2016 Oleh PGSD FKIP Universitas Bengkulu 267


ISSN 1693 8577
Suwarno

memasuki bangku sekolah dasar (SD) hingga perubahan yang relatif konstan dan berbekas
sekolah menengah atas (SMA). Namun menyangkut pengetahuan, pemahaman,
demikian matematika masih kurang diminati keterampilan, dan sikap-sikap.
siswa baik di tingkat SD, SMP maupun Kata belajar itu sendiri berasal dari
SMA. Hal yang demikian perlu kata “ajar” mendapat awalan “ber” yang
mendapatkan perhatian bagi guru untuk kemudian menjadi kata jadian “belajar” dan
memperbaiki metode serta pendekatan mengandung makna proses belajar. Kata
dalam belajar mengajar sehingga siswa belajar menunjuk arti apa yang harus
merasa senang dan termotivasi untuk belajar dilakukan seseorang sebagai subyek yang
matematika. menerima pelajaran, bukan sekedar
Pengertian belajar dalam kehidupan menghapal, bukan pula sekedar mengingat
sehari-hari seringkali diartikan kurang tepat. (Sardiman,1998:34). Belajar pada dasarnya
Biasanya orang awam mengartikan belajar merupakan suatu proses yang ditandai
identik dengan membaca, menghafal dan dengan adanya perubahan pengetahuan,
mengerjakan soal-soal. Pengertian belajar pemahaman, dan sikapnya. Belajar adalah
seperti tersebut masih sempit. Crow dan proses yang aktif, yaitu mereaksi semua
Crow menyatakan bahwa belajar adalah situasi yang berada disekitar individu, yang
perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, mengarah pada suatu tujuan (Tim MKDK
ilmu pengetahuan dan berbagai sikap IKIP Semarang, 1995:25).
(Kasijan, 1984:16). Sumadi Suryabrata Keberhasilan belajar siswa dapat
(1984:249) menyatakan bahwa kegiatan dilihat dari segi pencapaian tujuan yang telah
belajar mencakup tiga hal yaitu: (a) ditetapkan. Untuk memudahkan guru dalam
membawa perubahan, (b) terjadi karena mengukur keberhasilan belajar maka guru
didapatkan kecakapan baru, dan (c) terjadi harus menentukan tujuan pembelajaran
karena ada upaya. khusus yang baik. Ada beberapa kriteria
Belajar pada dasarnya adalah berusaha dalam pembuatan TPK (Tujuan
mendapatkan sesuatu kepandaian Pembelajaran Khusus) yang baik yaitu
(Poerwadarminta, 1988:108). Sedangkan sebagai berikut: (a) Mengandung satu jenis
menurut istilah populer pengertian belajar perbuatan; (b) Dinyatakan dalam kualitas
adalah proses perubahan perilaku yang relatif dan kuantitas penguasaan siswa dan (c)
menetap sebagai bentuk pengalaman- Kondisi yang bagaimana yang diinginkan
pengalaman atau praktik (David R dalam guru (Tim MKDK IKIP Semarang,1995:28).
IKIP Semarang, 1996:2). Tercapai atau tidaknya tujuan dari
Menurut Winkel bahwa belajar belajar dapat dilihat dari hasil belajar. Hasil
diartikan sebagai suatu aktivitas belajar adalah gabungan dari dua kata yaitu
mental/psikis yang berlangsung dalam hasil dan belajar. Hasil belajar diartikan
interaksi aktif dengan lingkungan yang sebagai keberhasilan usaha yang dapat
menghasilkan perubahan-perubahan dalam dicapai (Winkel,1998:162). Winarno
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan Surachmad (1981:2) menyatakan bahwa
sikap-sikap. Perubahan itu relatif konstan hasil belajar merupakan nilai hasil belajar
dan berbekas (WS Winkel,198:36). Dengan yang menentukan berhasil tidaknya siswa
demikian belajar adalah perubahan- dalam belajar. Hal tersebut berarti hasil

268 Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 9 (2) 2016.
Hal. 267-276
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas VI SD Dalam Menentukan Volume Bangun Ruang

belajar merupakan hasil dari proses belajar. Menurut Mulyono Abdurrahman


Dalam hasil belajar meliputi kemampuan (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah
kognitif, afektif, dan psikomotor (Sunaryo, terjemahan dari learning disability.
1983:4). Terjemahan tersebut diartikan sebagai
Dari berbagai kajian definisi hasil ketidakmampuan belajar. Menurut Kuffman
belajar di atas maka yang dimaksud dalam dan Lloyd (1985:14) dikutip oleh Mulyono
penelitian ini adalah hasil belajar matematika Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan
yang berupa kemampuan akademis siswa belajar adalah gangguan dalam satu atau
dalam mencapai standar tujuan pembelajaran lebih dari proses psikologis dasar yang
yang telah ditetapkan sebelumnya dan harus mencakup pemahaman dan penggunaan
dimiliki siswa setelah mengikuti proses bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan
pembelajaran. tersebut memungkinkan menampakkan diri
Proses belajar dipengaruhi pula oleh dalam bentuk kesulitan mendengarkan,
berbagai faktor baik dari dalam maupun dari berpikir, berbicara, membaca, menulis,
luar. Menurut Rustiyah NK (1995:123), mengeja atau berhitung. Learner
faktor yang mempengaruhi hasil belajar berpendapat, ada beberapa karakteristik anak
antara lain dibagi menjadi dua kategori yaitu berkesulitan belajar, yaitu: (a) adanya
faktor internal dan eksternal. Faktor internal gangguan dalam hubungan keruangan; (b)
yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: (1) abnormalitas persepsi visual; (c) asosiasi
kesehatan anak, (2) rasa aman, (3) visual motorik; (d) perverasi; (e) kesulitan
kemampuan dan minat, dan (4) kebutuhan mengenal dan memahami simbol; (f)
diri anak akan sesuatu yang akan dipelajari. gangguan penghayatan tubuh; (g) kesulitan
Sedangkan faktor eksternal yang dalam bahasa dan membaca; dan (h)
mempengaruhi hasil belajar yaitu: (1) performansi IQ jauh lebih rendah daripada
lingkungan belajar, iklim, dan teman belajar; sektor verbal IQ (Abdurrahman, 1999:259).
(2) motivasi dari luar. Jadi kesulitan belajar matematika
Hasil belajar yang dicapai siswa disebabkan rendahnya kemampuan
berkaitan erat dengan kesulitan belajar dan intelegensi, banyaknya terkait dengan
keberhasilan belajar. Kesulitan belajar siswa kesulitan memahami konsep visual dan
dalam mata pelajaran matematika dapat adanya gangguan assosiasi visual motorik.
diketahui dari ciri-cirinya. Kesulitan belajar Gejala adanya kesulitan belajar meliputi: (a)
yaitu di mana anak didik atau siswa tidak hasil yang rendah di bawah rata-rata
mampu belajar sehingga hasil dibawah kelompok kelas; (b) hasil yang dicapai
potensi intelektualnya (Ross, 1974:103). dengan usaha tidak seimbang; (c) lambat
Menurut Lerner (1931:367) dalam buku dalam melakukan tugas belajar; (d)
pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, menunjukkan sikap kurang wajar seperti
(Abdurrahman, 1999:262) kesulitan belajar acuh tak acuh, berpura-pura dusta dan lain-
adalah kekurang pahaman tentang simbol, lain; dan (e) menunjukkan tingkah laku yang
nilai tempat, perhitungan dan penggunaan berlainan (Supriyono, 1991:89). Jenis
proses yang keliru dan tulisan yang tidak kesulitan belajar menurut Erman (1992:67)
terbaca. masalah belajar pada dasarnya digolongkan
atas: (a) sangat cepat dalam belajar, (b)

Hak Cipta@ 2016 Oleh PGSD FKIP Universitas Bengkulu 269


ISSN 1693 8577
Suwarno

keterlambatan akademik, (c) lambat belajar, pembelajaran yang ditetapkan dapat dicapai
(d) penempatan kelas, (e) kurang motivasi secara optimal; (c) guru sebagai sumber
dalam belajar, dan (f) sikap dan kebiasaan bersama dengan sumber lainnya dalam
yang buruk dalam belajar dan kehadiran di pembelajaran; dan (d) guru melakukan
sekolah sering tidak masuk. pembelajaran dari sumber bukan manusia
Dengan demikian bahwa anak yang (guru bermedia) ( UPI, 2001:200).
perlu mendapat bantuan dari guru dalam hal Oleh karena itu ada beberapa
ini adalah melalui layanan bimbingan pendekatan dalam pengajaran matematika di
belajar, agar siswa dapat melaksanakan SD, yaitu sebagai berikut: (a) urutan belajar
kegiatan belajar secara baik dan terarah. yang sesuai dengan tingkat perkembangan
Mata pelajaran matematika berkaitan dengan anak; (b) tidak akan ada manfaatnya
kemampuan-kemampuan siswa mengenai mengajarkan anak suatu konsep atau
pemahaman struktur dasar sistem bilangan keterampilan matematika sebelum mencapai
dari pada mempelajari keterampilan dan tahap perkembangan tersebut karena tidak
fakta-fakta hafalan. Pelajaran matematika akan berhasil; (c) belajar Tuntas; (d) strategi
lebih menekankan mengapa dan bagaimana belajar matematika memusatkan bagaimana
matematika melalui penemuan dan siswa belajar agar dapat mengembangkan
eksplorasi. Mata pelajaran matematika strategi belajar metakognitif yang
menerapkan prinsip-prinsip basic skill mengarahkan proses mereka dalam belajar
movement yang mencerminkan beberapa memecahkan masalah (Abdurrahman,
kemampuan dasar matematika bagi siswa SD 1999:255).
yang meliputi hal sebagai berikut: (a) Strategi belajar matematika dengan
menyiapkan anak untuk belajar matematika; pemecahan masalah untuk meningkatkan
(b) maju dari konkret ke abstrak; (c) kemampuan siswa dalam memecahkan
penyediaan kesempatan kepada anak untuk masalah kaitannya dengan soal-soal
berlatih dan mengulang; (d) generalisasi ke matematika. Keempat pendekatan dalam
dalam situasi baru; (e) bertolak dari kekuatan pembelajaran matematika di SD tersebut,
dan kelemahan siswa; (f) perlunya tentunya menuntut kemampuan guru dalam
membangun fondasi yang kuat tentang melaksanakan pembelajaran, juga dituntut
konsep atau keterampilan matematika; (g) lebih aktif dan cermat melakukan strategi
penyediaan program matematika yang pembelajaran agar siswa yang mengalami
seimbang (Abdurrahman, 1999:273). kesulitan belajar tidak merasa ditinggalkan
Ada empat pola guru dalam tetapi terlayani dengan baik dengan cara
pembelajaran yaitu sebagai berikut: (a) guru kemampuannya sendiri dan mampu
sebagai pengendali siswa, disini tugas guru mengikuti setahap demi setahap.
adalah melakukan manajemen kelas dan Evaluasi matematika di Sekolah Dasar
mengukur kemajuan balajar siswa secara merupakan salah satu cara atau kegiatan
bertahap dan berkelanjutan; (b) guru pembelajaran untuk mengetahui kemajuan
mengggunakan alat peraga dalam belajar siswa dan pencapaian tujuan yang
pembelajaran agar agar materi pelajaran telah ditetapkan. Dalam hal kegiatan evaluasi
yang disampaikan dapat dimengerti dan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran
mudah dicerna oleh siswa sehingga tujuan matematika menurut Learner, dilakukan

270 Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 9 (2) 2016.
Hal. 267-276
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas VI SD Dalam Menentukan Volume Bangun Ruang

dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) dalam memecahkan dan menyelesaikan soal
memutuskan apa yang akan diukur; (b) pokok bahasan volume bangun ruang, maka
memilih atau mengembangkan suatu herarki perlu dilakukan upaya peningkatan
keterampilan; (c) memutuskan di mana kemampuan.
memulai; (d) memilih atau mengembangkan Upaya peningkatan kemampuan siswa
instrumen; (e) melaksanakan tes; (f) terhadap pokok bahasan volume bangun
mengadministrasikan tes; (g) mencatat ruang antara lain melalui penggunaan alat
kekeliruan dan gaya kinerja; (h) peraga. Penggunaan alat peraga dalam
menganalisis temuan dan meringkaskan kegiatan pembelajaran diharapkan dapat
hasil; (i) memperkirakan alasan kekeliruan meningkatkan kemampuan pemahaman
dan menentukan bidang yang akan diperiksa; siswa terhadap konsep-konsep matematika
(j) memeriksa, melengkapi catatan dan sehingga siswa lebih mengerti dan
rumusan tujuan-tujuan pembelajaran khusus memahami materi yang dipelajarinya dengan
(Abdurrahman, 1999:266). mudah. Sifat alat peraga itu sendiri
Ranah yang diungkapkan dalam membantu memperjelas konsep-konsep
evaluasi pembelajaran matematika yaitu abstrak agar menjadi konkret. Pembelajaran
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga dengan alat peraga lebih mudah dicerna
ranah tersebut dievaluasi dengan tes hasil siswa dibandingkan dengan pembelajaran
belajar yang menggunakan berbagai ragam yang bersifat verbalistik. Alat peraga akan
bentuk soal tes sesuai dengan materi yang merangsang minat siswa sekaligus
akan diukur kemajuan dan keberhasilannya. mempercepat proses pemahaman siswa
Dari evaluasi inilah ditentukan hasil belajar ketika mendapati hal-hal yang abstrak dan
siswa apakah sudah berhasil atau belum yang sulit dimengerti anak. Kelebihan alat
tuntas. peraga yaitu juga membuat anak lebih
Sebagaimana yang terjadi di kelas VI bersemangat dalam pembelajaran karena
SD Negeri 22 Kepahiang, di mana hasil tidak merasakan kejenuhan.
belajar siswa pada mata pelajaran Menggunakan alat peraga dalam proses
matematika merupakan urutan yang pembelajaran akan membawa keuntungan
terbawah dari semua mata pelajaran yang antara lain sebagai berikut: (1) siswa dan
diajarkan di kelas VI. Dari hasil ulangan guru dalam kegiatan proses belajar mengajar
harian yang dilakukan sebanyak dua kali lebih termotivasi terhadap pelajaran yang
diketahui bahwa pada pokok bahasan sedang diajarkan; (2) konsep abstrak
Volume Bangun Ruang hasilnya hanya matematika tersajikan dalam bentuk konkret
mencapai rata-rata kelas 5,6. Melihat hal dan karena itu lebih dipahami dan
tersebut artinya masih sangat perlu dimengerti, dan dapat ditanamkan pada
diupayakan peningkatan. Menurut hasil tingkat-tingkat yang lebih rendah; (3)
analisis ulangan harian yang kedua, diketahui hubungan antara konsep abstrak matematika
bahwa hasil belajar siswa pada pokok dengan benda-benda di alam sekitar akan
bahasan menentukan volume bangun ruang lebih dapat dipahami.
baru mencapai rata-rata kelas 5,9. Hal Alat peraga dapat disebut pula alat
tersebut menunjukkan bahwa ada kesulitan bantu dalam pembelajaran. Dalam praktik
yang cukup berarti bagi siswa kelas VI kegiatan pendidikan, alat peraga sering pula

Hak Cipta@ 2016 Oleh PGSD FKIP Universitas Bengkulu 271


ISSN 1693 8577
Suwarno

disebut dengan media pembelajaran. Oleh masalah berdasarkan hasil analisa


karena itu dalam hal ini peneliti tidak akan permasalahan yang melatarbelakangi
mempersoalkan penggunaan istilah tersebut. penelitian PTK ini maka dapat dirumuskan
Secara harfiah kata media memiliki arti masalah sebagai berikut: Apakah
“perantara” atau “pengantar” atau peraga penggunaan alat peraga kubus satuan dapat
(Depag RI,2004:11). Alat peraga sebagai meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI
media pembelajaran dapat menjadikan materi SD 22 Kepahiang dalam menentukan volum
pelajaran yang disampaikan lebih konkret bangun ruang (balok dan kubus)? Tujuan
sehingga mudah dicerna siswa. Alat peraga penelitian ini adalah untuk meningkatkan
menambah konkretnya materi pelajaran yang hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 22
disampaikan guru sehingga pembelajaran Kepahiang dalam menentukan volume
yang dilaksanakan akan lebih bermakna bagi bangun ruang (balok dan kubus).
kehidupan siswa. Karena itulah guru
matematika perlu menggunakan alat peraga METODE
dalam pembelajarannya.
Beberapa media yang dikenal dalam Metode penelitian yang dilaksanakan
pembelajaran antara lain: (1) media adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
nonprojektif antara lain fotografi, diagram, Penelitian ini dilaksanakan tiga siklus dan
sajian dan model-model; (2) media projektif masing-masing siklus meliputi perencanaan,
antara lain slide, filmstrif, transparansi, dan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun
komputer proyektor; (3) media dengar subyek penelitian tindakan kelas ini adalah
seperti radio kaset; (4) media gerak seperti siswa kelas VI SDN 22 Kepahiang sebanyak
vidio dan film; (5) komputer, multimedia; 18 siswa yang terdiri dari 13 laki- laki dan 5
dan (6) serta media yang digunakan untuk perempuan, satu orang guru peneliti, dan
belajar jarak jauh (UPI, 2001:200). Alat satu orang guru pengamat.
peraga yang tepat untuk menerangkan materi Prosedur pelaksanaan penelitian secara
volume bangun ruang diantaranya kubus garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut.
satuan. Alat peraga tersebut menjadikan anak Perencanaan: (1) Dokumentasi kondisional
mampu memecahkan masalah melalui meliputi data hasil ulangan dan observasi
pengamatan, penganalisisan dan pembuktian guru terhadap pembelajaran matematika
secara terpadu sehingga konsep volume yang akan berlangsung. (2) Identifikasi
bangun ruang akan mudah diselesaikan siswa masalah mencakup semua masalah-masalah
pada saat mempelajari konsep volume yang dihadapi oleh siswa dan guru dalam
bangun ruang. kegiatan belajar mengajar dan (3) Merancang
Sejalan dengan latar belakang masalah rencana pembelajaran. Tindakan: (1) Guru
tersebut di atas maka penulis bermaksud menyiapkan rencana pengajaran. (2) Guru
mengadakan penelitian tindakan kelas memberikan soal-soal pada siswa. (3) Guru
dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil mengevaluasi tingkat daya serap siswa
Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri 22 terhadap proses pembelajaran. (4) Guru
Kepahiang Dalam Menentukan Volum merencanakan pembelajaran dengan
Bangun Ruang Melalui Penggunaan Alat menerangkan materi tentang pokok bahasan
Peraga Kubus Satuan”. Sedangkan rumusan volume kubus dilanjutkan dengan

272 Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 9 (2) 2016.
Hal. 267-276
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas VI SD Dalam Menentukan Volume Bangun Ruang

memberikan contoh-contoh soalnya. (5) diharapkan guru? (5) Sudahkah guru


Guru memberikan kesempatan pada siswa menerapkan struktur pengajaran matematika
untuk berperan aktif dalam proses yang baik? (6) Sudahkah guru mengadakan
pembelajaran seperti bertanya, pendekatan kepada siswa dengan baik dan
mengungkapkan pendapat, diskusi dan lain menggunakan alat peraga kubus satuan?
sebaginya. (6) Guru memberikan soal-soal
latihan setiap akhir pertemuan dan (7) Guru
memberikan soal-soal tes pada akhir siklus I. HASIL
Pengamatan: Kegiatan pengamatan
dilakukan untuk mengumpulkan data Berdasarkan penelitian yang
aktivitas pembelajaran, baik data dilaksanakan, pada siklus I kegiatan
pembelajaran guru maupun data pembelajaran melalui PTK ini dapat
pembelajaran siswa. Peneliti menyiapkan diketahui bahwa kurangnya perhatian dan
angket observasi yang digunakan sebagai kurangnya kemampuan siswa pada pokok
data pengukur. Refleksi: Data dikumpulkan bahasan volume bangun ruang dengan
kemudian direfleksi oleh peneliti. Refleksi menggunakan alat peraga kubus satuan. Hal
dilakukan dengan cara mengukur baik ini dapat dilihat dari hasil tes akhir siklus I
dengan cara kuantitatif maupun kualitatif. bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada
Dari data yang diperoleh kemudian pokok bahasan volume bangun ruang dengan
disimpulkan bagaimana hasil pembelajaran alat peraga kubus satuan baru mencapai 5,77
yang telah dilakukan oleh siswa dan guru. sehingga kegiatan pembelajaran perlu
Kemudian direfleksikan berupa hasil analisis direncanakan kembali dan dipertinggi
yang telah dikerjakan. (1) Apakah terjadi motivasi belajar siswa serta guru perlu
peningkatan kualitas belajar sebelum membuat variasi alat peraga kubus satuan
diterapkan pembelajaran dengan alat peraga? lebih banyak lagi. Adapun secara rinci
(2) Apakah alat peraga yang dilakukan dapat perolehan siswa yang memperoleh nilai
meningkatkan hasil belajar dan pemahaman keberhasilan dapat dirangkum pada tabel
siswa konsep bangun ruang? (3) Berapakah berikut ini Untuk mengetahui hasil belajar
jumlah siswa yang mengalami peningkatan siswa dari siklus I ke II dan ke III dapat
hasil belajar setelah dilakukan pembelajaran diketahui dengan gambaran pada tabel
dengan alat peraga? (4) Sudahkah mencapai dibawah ini.
target yang diinginkan sesuai dengan yang

Tabel 4: Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I, II, dan III

N Indikator Siklus I Siklus II Siklus III


o Keberhasila
n F % F % F %
1. < 70 13 72% 6 33% 2 1%

2. > 70 5 28% 12 67% 16 89%

Hak Cipta@ 2016 Oleh PGSD FKIP Universitas Bengkulu 273


ISSN 1693 8577
Suwarno

Jumlah 18 100% 18 100% 18 100%


Rata-rata 5,77 6,94 8,55
Keberhasilan Belum Belum Berhasil

Sumber: Hasil Pengolahan Data Kelas VI SDN 22 Kepahiang

Berdasarkan pada tabel diatas hasil tes pada saja.


siklus III dapat dikatakan memuaskan karena Pada siklus II siswa mulai lebih teliti
rata-rata hasil belajar mencapai 8,55 yang dan terampil dalam mengukur volume
berarti hasil belajar tersebut telah lebih baik bangun ruang dan mengaplikasikan rumus
dan mencapai standar minimal yang untuk mencari volum bangun ruang. Alat-
ditetapkan (tuntas). alat peraga yang dimanfaatkan siswa seperti
kotak kapur, penghapus kayu berbentuk
PEMBAHASAN balok, dan alat peraga yang disediakan guru
menambah motivasi siswa dalam
Dari hasil penelitian pada siklus I, II mengerjakan soal-soal latihan. Dengan
dan III diketahui bahwa siswa mengalami demikian maka kesulitan mencari volume
peningkatan dalam menyelesaikan soal. Pada bangun ruang tersebut di atasi menggunakan
siklus I penelitian tindakan kelas ini belum pembelajaran dengan bantuan alat peraga.
berhasil sesuai dengan yang diharapkan rata- Pada siklus II keberhasilan baru
rata hasil belajar baru mencapai 5,77, pada menunjukkan 68% dan yang kurang berhasil
siklus II baru mencapai 6,94 dan pada akhir mencapai 32%. Hal ini karena siswa masih
siklus III rata-rata hasil belajar meningkat terfokus pada kebiasaan lama yaitu gugup
menjadi 8,55. dan bingung pada operasi hitungnya, kurang
Pada siklus I, siswa belum dapat mengetahui apa sebenarnya yang
menyelesaikan seluruh soal karena masih dikehendaki soal, dan bagaimana seharusnya
kesulitan dalam mencari Volume bangun yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan
ruang, belum mampu mengaplikasikan soal tersebut.
rumus dan masih mengalami kebingungan Pada siklus III keberhasilan siswa
dalam menentukan volume suatu bangun mencapai 88%. Hal tersebut menunjukkan
yang berupa gambar pada lembar kerja bahwa kemampuan siswa lebih meningkat.
meskipun sudah ditentukan ukurannya. Kemampuan tersebut menunjukkan adanya
Penggunaan alat peraga berupa kubus satuan keberhasilan dalam siklus III. Siklus III
pada siklus I masih terbatas pada bangun menujukan hasil yang optimal karena
ruang yang sederhana. Kesalahan siswa prestasi belajar siswa mencapai 88% dan
dalam mencari volume karena terfokus dikatakan tuntas secara individual dan secara
dengan cara mencari luas bangun persegi klasikal.
panjang. Hal ini dibuktikan dari kemampuan Kemampuan siswa semakin
siswa menentukan volume menggunakan meningkat dari siklus I, II dan III karena
penggaris kemudian untuk mencari volume siswa pada saat pembelajaran menggunakan
dengan mengalikan panjang dan lebarnya alat peraga merasa terangsang untuk

274 Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 9 (2) 2016.
Hal. 267-276
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas VI SD Dalam Menentukan Volume Bangun Ruang

mempelajari, mengamati, dan mencoba serta materi yang diajarkan tepat sasaran,
menghitung apa yang dilihat dan mudah menuntut guru membuat alat peraga yang
untuk diketahuinya. Anak lebih terfokus dapat dilihat seluruh siswa, membutuhkan
karena siswa merasa apa yang dilihat itu biaya dan tenaga untuk mengemas alat
memudahkan untuk diikuti, mudah untuk peraga tersebut.
meniru dan melakukan sesuai dengan Dengan demikian, berdasarkan hasil
petunjuk guru. Hal ini menunjukkan bahwa observasi dan nilai rata-rata kelas pada siklus
alat peraga meningkatkan pemahaman siswa I, II, dan III dapat diketahui perkembangan
dalam memahami materi menentukan hasil belajar siswa dan apa yang diharapkan
volume bangun ruang. dalam penelitian ini tercapai
Hasil yang dicapai dari penelitian ini keberhasilannya. Hal ini berarti ”Melalui
sangat baik apabila dibandingkan dengan penggunaan alat peraga kubus satuan maka
keberhasilan yang dicapai tahun-tahun hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 22
sebelumnya baru mencapai 5,6 dan 5,9. Kepahiang dalam menentukan volume
Kenyataan yang demikian tersebut perlu bangun ruang dapat ditingkatkan” ternyata
mendapat perhatian dari guru untuk terbukti.
meningkatkan hasil belajar pokok bahasan
menentukan volume bangun ruang melalui SIMPULAN
penggunaan alat peraga secara maksimal
agar dapat mencapai hasil yang maksimal. Pembelajaran dengan menggunakan
Alat peraga dapat juga dipergunakan alat peraga kubus satuan dapat meningkatkan
hal-hal sebagai berikut: (a) pembentukan hasil belajar siswa pada pokok bahasan
konsep; (b) latihan dan penguatan; (c) menentukan volume bangun ruang (kubus
pelayanan terhadap pembedaan individual, dan balok) pada siswa kelas VI SD Negeri
termasuk pelayanan terhadap anak yang 22 Kepahiang. Hal ini terbukti dari hasil
lemah dan anak yang berbakat; (d) Alat belajar yang diperoleh siswa meningkat.
peraga dipakai sebagai alat ukur kemampuan Pada siklus I rata-rata hasil belajar hanya
siswa; (e) Pengamatan dan penemuan ide-ide 5,77, pada siklus II baru mencapai 6,94 dan
baru serta penyimpulannya; (f) mengundang pada akhir siklus III rata-rata hasil belajar
anak untuk berdiskusi dengan teman atau meningkat menjadi 8,55.
guru; (g) mengundang untuk berpikir Saran yang perlu disampaikan
analisis; dan (h) mengundang partisipasi berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah
aktif siswa dalam pembelajaran sehingga sebagai berikut: (1) guru kelas VI agar
materi mudah dicerna. sedapat mungkin menggunakan alat peraga
Namun demikian kesulitan yang kubus satuan dalam pembelajaran
dihadapi guru dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan menentukan
menggunakan alat peraga bangun ruang volume bangun ruang, karena dapat
antara lain guru harus menyiapkan alat mengingkatkan hasil belajar siswa; (2) siswa
peraga yang beraneka ragam, warna-warni kelas VI diharapkan berlatih dengan
agar menarik, menuntut keterampilan guru, menggunakan alat peraga kubus satuan untuk
menuntut guru agar kretif dalam mengerjakan soal-soal latihan pada materi
mengembangkan srtategi pembelajaran agar menentukan volume bangun ruang sehingga

Hak Cipta@ 2016 Oleh PGSD FKIP Universitas Bengkulu 275


ISSN 1693 8577
Suwarno

memudahkan dalam menyelesaikan soal Pustaka.


tersebut.
Rustiyah NK. 1995. Masalah-Masalah
DAFTAR PUSTAKA Keguruan. Jakarta: Bumi Aksara.

Abdurahman, Mulyono.___. Kesulitan Sardiman, 1998. Motivasi dan Interaksi


Belajar Matematika, Jakarta: Belajar. Jakarta: Rajawali Pres.
Gramedia.
Suyitno, Amin dkk. 2001. Matematika
Depdikbud.1994. GBPP Matematika SD, Sekolah 1. FMIPA UNNES. Semarang.
Jakarta: Depdikbud.
Tim MKPBM. 2001. Struktur Pengajaran
Depdikbud.1994. Kurikulum : Garis-Garis Matematika. Semarang.
Besar Pengajaran Matematika.
Jakarta. Tim MKDK IKIP Semarang. 1996. Belajar
dan Pembelajaran. Semarang: ILIP
Erman, Amti.1992. Diagnistik Kesulitan Pres.
Belajar Anak. Jakarta: Gramedia.
Hollands, Roy. 1991. Kamus Matematika. UPI. 2001. Common Text Book Strategi
Jakarta : Erlangga. Pembelajaran Matematika
kontemporer, Bandung: Jurusan MIPA
Kasijan.1984. Dasar-dasar Proses UPI.
Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Winarno, Surahmad. 1981. Metodologi
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Simanjutak, Lisnawati. 1999. Metode
Mengajar Matematika I. Jakarta: Winkel. 1998. Psikologi Pengajaran Jakarta:
Rineka Cipta. Gramedia

Poerwadarminta.1988. Kamus Umum Widodo, Supriyono. 1991. Psikologi Belajar.


Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Jakarta: Rineka Cipta

276 Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 9 (2) 2016.
Hal. 267-276

Anda mungkin juga menyukai