Anda di halaman 1dari 24

BAB III Luas Wilayah Ketinggian (ha) Jumlah

KARAKTERISTIK WILAYAH PERENCANAAN


Kelurahan 0 - 50 50 - 100 100 - 200 200 - 300 300 - 400
mdpl mdpl mdpl mdpl mdpl

Layana 119,58 152,43 386,58 53,44 -  712,03


3.1 KAWASAN PERENCANAAN RDTR KAWASAN TENGAH BAGIAN UTARA KOTA
PALU Mamboro 467,79 313,39 436,67 222,11 33,82 1473,77
Kawasan perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Tengah Bagian Utara
Kota Palu seluas ± 3.807,66 Ha, secara administrasi terletak di 4 (empat) kelurahan yakni Tondo, Taipa 53,48 42,61 -  -  -  96,09
Layana, Mamboro dan sebagian Kelurahan Taipa. Kelurahan Tondo dan Layana termasuk dalam Tondo 352,23 490,31 601,81 81,28 0,14 1525,77
wilayah administrasi Kecamatan Mantikulore, sedangkan Kelurahan Mamboro dan sebagian Kelurahan
Taipa terletak di Kecamatan Palu Utara, Kota Palu. Total 993,08 998,72 1425,06 356,83 33,96 3807,66
Sumber: RTRW Kota Palu
3.2 KONDISI FISIK DASAR
3.2.1 Letak Astronomis, Geografis, dan Administratif
Kawasan perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Tengah Bagian Utara
Kota Palu secara astronomis terletak antara 0° 46' 39.995" - 0° 51' 54.881" LS dan 119° 52' 15.483" -
119° 55' 30.235" BT. Sementara itu, secara administratif, kawasan perencanaan terletak dalam lingkup
wilayah administrasi kelurahan Tondo, Layana, Mamboro, dan sebagian Kelurahan Taipa secara
geografis terletak ± 7-15 Km utara pusat Kota Palu. Kelurahan pertama dicapai jika dari pusat Kota
Palu adalah Kelurahan Tondo, kedua Kelurahan Layana, kemudian ketiga adalah Kelurahan Mamboro
dan sebagian Kelurahan Taipa.
Kawasan perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Tengah Bagian Utara
Kota Palu berbatasan :
a. Sebelah utara : Kelurahan Kayumalue Pajeko dan Kelurahan Kayumalue
Ngapa, Kecamatan Palu Utara.
b. Sebelah Timur : Kabupaten Parigi Moutong
c. Sebelah Selatan : Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore
d. Sebelah Barat : Kelurahan Mamboro Barat dan Teluk Palu

Peta Orientasi Wilayah Kawasan Perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Tengah Bagian Utara Kota Palu terhadap Kota Palu dapat dilihat pada gambar 3.1
3.2.2 Ketinggian dan Kelerengan
Ketinggian Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu cukup beragam berkisar antara 0-400
meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah tersebut berada pada ketinggian 100-200 meter di
atas permukaan laut, yaitu seluas 1425,06 Ha (37,45%) dari total luas Kawasan Perencanaan. Kondisi
tersebut termasuk dalam kawasan berbukit. Selanjutnya, ketinggian 50-100 mdpl seluas 998,72 Ha,
ketinggian 50-100 mpdl seluas 993,08 Ha, ketinggian 200-300 mdpl seluas 356,83 Ha, dan paling kecil
ketinggian 300-400 mpdl seluas 33,96 Ha. Rincian ketinggian Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu adalah sebagai berikut: Gambar 3.1
Tabel III.1 Peta Orientasi Kawasan Perencanaan
Ketinggian Kawasan Perencanaan

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 1
Gambar 3.2
Peta Administrasi Kawasan Perencanaan

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 2
Gambar 3.4
Persentase Luas Kawasan Perencanaan Berdasarkan Kelerengan
Sumber: Hasil Sumber: Hasil Olahan Penyusun, 2015
9.37 0.89 26.07
Olahan Penyusun, 2015
Jika dirinci per kelurahan, maka rincian kelas lereng di Kawasan Perencanaan (Kelurahan
Layana, Mamboro, Taipa, dan Tondo) dapat dilihat pada Tabel III.2. Berdasarkan tabel tersebut terlihat
bahwa Kelurahan Layana didominasi oleh kelerengan 2-15%. Begitu pula dengan Kelurahan Mamboro
yang memiliki dominasi kelerengan 2-15%. Sedangkan, Kelurahan Taipa didominasi oleh kelerengan
37.45
0 - 50 mdpl 0-2%.Selanjutnya, Kelurahan Tondo didominasi oleh kerengan 2-15% yang berkategori sedang.
100 - 200 mdpl
Rincian kelerengan per kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
26.22 200 - 300 mdpl
300 - 400 mdpl
50 - 100 mdpl Gambar 3.3
Luas Kawasan
Perencanaan berdasarkan Ketinggian
Sumber: Hasil Olahan Penyusun, 2015

Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu memiliki kelerengan beragam, mulai dari 0-2%
hingga >40%. Berdasarkan kelas lereng, mayoritas Kawasan Perencanaan berada pada kelerengan 2-
15% atau datar dengan luas 2.252,19 Ha atau 59,12% dari total luas. Selanjutnya, kelerengan 0-2%
merupakan kelas kelerengan yang mendominasi kedua dengan persentase 29,99% dari total luas
wilayah dan kelerengan > 40% hanya terdapat di 0,06% dari total luas Kawasan Perencanaan. Tabel III.2
Persentase pembagian Kawasan Perencanaan berdasarkan kondisi kelerengan dapat dilihat Kelerengan Kawasan Perencanan
pada gambar berikut ini.
Luas Wilayah (ha)
Kelerengan Jumlah
0-2% 2-15% 15-25% 25-40% >40%

Layana 247,10 389,32 66,09 9,80 0,21 712,51

Mamboro 535,2 677,85 217,17 41,89 1,73 1473,97

Taipa 84,90 11,18 -  -  -  96,08

Tondo 274.,6 1172,59 67,99 9,65 0,31 1525,10

Total 1141,88 2252.19 351,25 61,34 2,27 3807,66


Sumber: RTRW Kota Palu
9.22 1.61 0.06 29.99
3.2.3 Jenis Tanah dan Litologi
Jenis tanah di Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu adalah sedimen. Luasan jenis tanah
sedimen di Kawasan Perencanaan adalah sebagai berikut:
Tabel III.3
0 - 2%
R
59.12 ENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
2 - 15%
15 -
Palu 25%
25 - III - 3
40%
> 40%
Jenis Tanah di Kawasan Perencanaan

Jenis Tanah Sedimen


Kelurahan
(Ha)

Layana 712,54

Mamboro 1472,69
Taipa 96,08
Tondo 1526,27
Total 3807,66
Sumber: RTRW Kota Palu
Selain itu, kondisi litologi kawasan perencanaan, yaitu Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu terdiri atas dua jenis, yaitu alluvium dan molosa celebes serasin dan sarasi. Dari kedua jenis
litologi tersebut, molosa celebes sangat mendominasi yaitu 2.459,41 Ha atau 64,56% dari total luas
Kawasan Perencanaan. Sedangkan, 35,44% dari total Kawasan Perencanaan memiliki jenis litologi
alluvium. Rincian jenis litologi per kelurahan di wilayah studi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel III.4
Litologi Kawasan Perencanaan

Luas Wilayah (Ha)


Litologi /
Molosa Celebes Serasin Jumlah
Kelurahan Alluvium
dan Sarasi
Layana 234,69 477,85 712,54
Mamboro 636,66 837,43 1474,09
Gambar 3.5
Peta Ketinggian Kawasan Perencanaan
Taipa 96,09 - 96,09
Tondo 382,15 1142,79 1524,94
Total 1349,58 2459,41 3807,66
Sumber: RTRW Kota Palu

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 4
Gambar 3.6
Peta Kelerengan Kawasan Perencanaan

35.44

64.59
ALUVIUM

MOLOSA CELEBES
SARASIN DAN
SARASI

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 5
Sumber: Hasil Olahan Penyusun, 2015
Penyinaran Kecepatan
Gambar 3.7 Suhu Tekanan Kelembaban Curah
Persentase Luas Kawasan Perencanaan Berdasarkan Litologi Bulan Matahari Angin
Udara (0C) Udara (mb) Udara (%) Hujan (mm)
(%) (knots)
Berdasarkan Tabel III.4 dapat terlihat bahwa Kelurahan Layana, Kelurahan Mamboro, dan
Januari 27,7 1010,4 76,8 56,1 51,0 4,0
Kelurahan Tondo memiliki 2 jenis litologi, yaitu alluvium dan molosa celebes serasin dan sarasi.
Februari 27,7 1009,7 75,7 51,6 28,0 3,9
Sedangkan, wilayah Kelurahan Taipa hanya memiliki 1 jenis litologi, yaitu alluvium. Rincian luas
wilayah kelurahan berdasarkan jenis litologi adalah sebagai berikut. Maret 28,5 1010,8 73,1 69,1 35,0 3,9
1200.00 1142.79 April 28,2 1010,0 76,6 62,7 58,5 3,9
Mei 28,0 1010,3 77,4 55,2 49,8 3,0
1000.00
Juni 28,0 1009,4 74,3 69,0 97,0 3,0
837.43
800.00
Juli 26,6 1010,2 80,8 46,2 130,0 3,0

636.66 Agustus 26,8 1011,0 78,2 55,2 79,8 3,0


600.00 September 26,6 1011,2 76,7 45,7 98,4 3,0
477.85
382.15 Oktober 27,9 1011,0 74,5 66,2 57,2 4,0
400.00
November 28,0 1009,6 77,2 61,0 152,0 4,0
234.69
200.00 Desember 27,8 1009,5 75,8 50,6 69,0 3,9
96.09 MOLOSA CELEBES
SARASIN DAN SARASI Rata-Rata 27,7 1010,2 76,4 57,7 62,3 3,6
0.00 Sumber: Hasil Sumber: Kecamatan Mantikulore dalam Angka tahun 2014
ALUVIUM
Layana Mamboro Taipa Tondo Olahan
Penyusun, 3.2.5 Hidrologi
2015
Kondisi hidrologi di Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu terbagi atas beberaoa akuifer
Gambar 3.8
Luas Wilayah Kelurahan berdasarkan Persebaran Litologi (Ha) tanah, yang terdiri atas akuifer produktif kecil setempat, akuifer produktif tinggi, dan akuifer produktif
rendah setempat. Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa Kawasan Perencanaan didominasi oleh akuifer
3.2.4 Klimatologi produktif tinggi, yaitu seluas 1621,95 Ha atau kurang lebih 42,58%. Selanjutnya, akuifer produktif
Sama halnya daerah lain di Indonesia, iklim Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu rendah, setempat dengan luas 1206,85 Ha dan akuifer kecil setempat dengan luas 980,42 Ha. Rincian
termasuk ke dalam iklim tropis yang memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. kondisi hidrologi Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu adalah sebagai berikut.
Dalam jangka waktu setahun terakhir terlihat curah hujan bervariasi. Dari data yang
tercatat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahwa sepanjang tahun
2013, curah hujan di Kota Palu dan sekitarnya mempunyai puncak pada bulan November yang
mencapai 152,0 mm, kemudian pada bulan-bulan berikutnya curah hujan lebih rendah hingga pada
bulan Maret yang hanya mencapai 35,0 mm.Suhu udara ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat
tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2013 keadaan suhu udara rata-
rata berkisar antara 26,4oC sampai 28,8oC. Suhu udara terendah terjadi pada bulan Juli dan bulan
September, sedangkan tertinggi pada bulan Maret.
Secara lebih rinci, Kelurahan Tondo dan Layana yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Tabel III.6
Mantikulore tercatat memiliki suhu udara rata-rata 27,70C, tekanan udara 1010,2 mb, serta kelembabab Hidrologi Kawasan Perencanaan
udara sebesar 76,4%. Lebih lanjut, curah hujan rata-rata pada tahun 2013 adalah 62,3 mm dengan
Luas (Ha)
kecepatan angin rata-rata 3,6 knots. Rincian kondisi klimatologi di Kecamatan Mantikulore adalah Hidrologi /
Akuifer produktif Akuifer Akuifer produktif Jumlah
sebagai berikut. Kelurahan
kecil setempat produktif tinggi rendah setempat
Tabel III.5
Layana 181,78 282,23 248,54 712,54
Rata- rata Parameter Cuaca di Kecamatan Mantikulore Tahun 2013
Mamboro 458,51 1000,05 15,76 1474,32

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 6
Taipa - 96,09 - 96,09
Tondo 340,13 243,59 941,00 1524,71
Total 980,42 1621,95 1206,85 3807,66
Sumber: RTRW Kota Palu

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 7
3.2.6 Rawan Bencana
Berdasarkan kondisi wilayahnya, sebagian kecil Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu
tergolong pada kawasan rawan bencana, yaitu rawan bencana longsor dan rawan bencana tsunami.
Total luas wilayah rawan bencana di Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu adalah 17,49 Ha atau
sekitar 0,45% dari total luas Kawasan Perencanaan. Jika dilihat lebih rinci, Kelurahan Mamboro 3.3.2. Kepadatan Penduduk
memiliki luas kawasan rawan bencana terbesar seluas 14,68 Ha (bencana tsunami). Rincian luas Kepadatan penduduk adalah banyaknya jumlah penduduk dibagi dengan luas wilayah yang
wilayah rawan bencana di Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu adalah: didiaminya. Berdasarkan data yang ada, kepadatan penduduk tertinggi di kawasan perencanaan
Rencana Detail Tata Ruang (RTDR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu berada di Kelurahan
Tabel III.7
Tondo yakni mencapai angka 4,77 jiwa/Ha, sementara itu untuk kawasan yang angka kepadatan
Kondisi Rawan Bencana di Kawasan Perencanaan
terendah dapat ditemui Kelurahan Layana yakni 0,45 jiwa/Ha.
Jenis Bencana /
Rawan Longsor Rawan Tsunami Jumlah Lebih jelasnya kondisi kepadatan penduduk kawasan perencanaan Rencana Detail Tata Ruang
Kelurahan (RTDR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Paludapat dilihat pada tabel berikut:
Layana - 2,13 2,13 Tabel III.9
Kepadatan Penduduk 2009-2013 Di Kawasan Perencanaan Rencana Detail Tata Ruang
Mamboro - 14,68 14,68
(RDTR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu
Tondo 0,13 0,54 0,67

Total 0,13 17,35 17,49


Sumber: RTRW Kota Palu

3.3 KARAKTERISTIK KEPENDUDUKAN


3.3.1. Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Salah satu aspek penting dalam pengembangan wilayah adalah aspek kependudukan.
Kecenderungan pertumbuhan penduduk akan berimplikasi terhadap penyediaan ruang. Pada tahun
2009, jumlah total penduduk yang ada di kawasan perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RTDR)
Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu sebesar 78.737 jiwa sementara penduduk yang tinggal di
kawasan perkotaan sebesar 8.764 jiwa yang tersebar di empat wilayah keluruhan, kemudian pada tahun
2013 meningkat menjadi 10.062 jiwa dengan tingkat pertumbuhan 3.51 %.
Kondisi kependudukan di kawasan perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RTDR) Kawasan
Tengah Bagian Utara Kota Palu selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel III.8
Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk 2009-2013 Di Kawasan Perencanaan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 8
Gambar 3.10
Peta Kondisi Kependudukan Kawasan Perencanaan

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 9
Selain sub sektor tanaman pangan, sub sektor perkebunan juga ternyata juga merupakan salah
satu yang mampu menggerakan perekonomian di kawasan perencanaan, setidaknya terdapat 4 jenis
tanaman yang sampai saat ini masih produktif dan memberikan kontribusi untuk sektor pertanian di
kawasan perencanaan. Untuk lebih jelasnya mengenai luasan lahan dan produktivitas tanaman
perkebunan dikawasan perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel III.11
Luas dan Jumlah Produksi Tanaman Perkebunan di Kawasan Perencanaan
No Jenis Komoditi Luas (Ha) Jumlah Produksi (Ton)

1 Kelapa 77 40,9
3.4 KARAKTERISTIK PEREKONOMIAN
Kondisi perekonomian di kawasan perencanaan sampai dengan tahun 2014 sangat menggeliat,
2 Kemiri 252 -
hal tersebut tidak lepas dari potensi ekonomi yang begitu besar dari sektor pertanian yang disebabkan
oleh beberapa dari hasil pertanian yang ada seperti komoditas bawang merah menjadi salah satu 3 Coklat 29 2,8
komoditas yang pemasarannya mencapai skala nasional. 4 Jambu Mete 6 1,3
Pertanian merupakan salah satu potensi ekonomi yang dimiliki oleh kawasan perencanaan, Sumber: Kecamatan Mantikulore dan Kecamatan Palu Utara Dalam Angka Tahun 2014
berdasarkan data yang bersumber dari BPS mencatat bahwa sektor pertanian yang sering dihasilkan
Dengan memperhatikan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada kawasan perencanaan
dari lahan masyarakat di kawasan perencanaan terdiri dari sub sektor tanaman pangan, perkebunan dan
tanaman perkebunan kemiri merupakan jenis komoditi yang memiliki lahan cukup luas yaitu sebesar
peternakan. Sektor pertanian dengan komoditas pada masing-masing sub sektor tersebut terus
252 Ha, kemudian terdapat tanaman kelapa dengan luasan 77 Ha, tanaman coklat memiliki luas lahan
berkontribusi dalam menggerakkan roda perekonomian masyarakat di kawasan perencanaan. Untuk
sebesar 29 Ha serta tanaman jambu mete memiliki luas lahan paling sedikit di kawasan perencanaan
lahan dan jumlah produksi dari sub sektor tanaman pangan dapat dilihat pada tabel berikut
yaitu seluas 6 Ha.
Tabel III.10
Luas dan Jumlah Produksi Tanaman Pangan di Kawasan Perencanaan Jika dilihat dari jumlah produksi dari masing-masing komoditi maka dapat diketahui bahwa
tanaman kelapa merupakan jenis komoditi yang memiliki tingkat produktivitas yang paling besar yaitu
No Jenis Komoditi Luas (Ha) Jumlah Produksi (Ton) sebanyak 40,9 ton. Kemudian untuk tanaman yang paling sedikit jumlah produktivitasnya yakni
1 Padi 53 286,94 tanaman jambu mete sebanyak 1,3 ton.
2 Jagung 202 855,98 Sub sektor peternakan juga merupakan salah satu sub sektor yang memiliki peranan penting
3 Ubi Kayu 45 937,27 dan memiliki potensi yang memadai dalam mendukung kegiatan ekonomi masyarakat di kawasan
perencanaan dari sektor pertanian. Berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik Kota Palu
4 Ubi Jalar 18 233
menjelaskan bahwa terdapat tujuh jenis ternak yang ada dikawasan perencanaan. Untuk lebih jelasnya
5 Kacang Tanah 67 136,86 mengenai banyaknya ternak dikawasan perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut:
6 Kacang Hijau 2 1,64 Tabel III.12
Sumber: Kecamatan Mantikulore dan Kecamatan Palu Utara Dalam Angka Tahun 2014 Banyaknya Ternak Berdasarkan Klasifikasi dan Jenisnya di Kawasan Perencanaan

Pada tabel di atas terlihat jelas bahwa tanaman jagung memiliki luas lahan yang dominan No Klasifikasi Ternak Jenis Ternak Banyaknya
untuk sektor pertanian dikawasan perencanaan memiliki luas sebesar 202 Ha, kemudian terdapat Ternak (Ekor)
tanaman kacang tanah dengan luas 67 Ha, tanaman padi seluas 53 Ha, ubi kayu 45 Ha, ubi jalar 18 Ha 1 Ternak Besar Sapi 2.872
serta tanaman kacang hijau yang luasan lahannya paling kecil di kawasan perencanaan yaitu seluas 2
Kuda 256
Ha.
Kemudian jika dilihat dari sisi produksi dari masing-masing komoditas, tanaman ubi kayu 2 Ternak Kecil Kambing 38.807
merupakan komoditi yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi yaitu mencapai 937,27 ton, Domba 4.005
kemudian terdapat pula tanaman jagung dengan jumlah produktivitas sebesar 855,98 ton, tanaman padi
3 Ternak Unggas Ayam Buras 266.550
286,94 ton, tanaman ubi jalar 233 ton serta tanaman kacang hijau yang produktivitasnya paling rendah
dibanding dengan tanaman pangan lainnya yakni sebesar 1,64 ton. Ayam Ras 215.606

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 10
Itik 513 Luas Wilayah Persentase Luas
Penggunaan Lahan
(Ha) Wilayah (%)
Sumber: Kecamatan Mantikulore dan Kecamatan Palu Utara Dalam Angka Tahun 2014

Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa di kawasan perencanaan untuk
klasifikasi dan jenis ternak yang paling dominan yaitu ternak unggas yang terdiri dari ayama buras Total 3807,65 100,00
sebanyak 266.550 ekor, ayam ras 215.606 ekor dan itik sebanyak 513 ekor. Sedangkan ternak dengan Sumber: RTRW Kota Palu
klasifikasi sebagai ternak besar dengan jenis ternak berupa ternak sapi dan kuda memiliki jumlah yang
paling kecil, dimana untuk jenis ternak sapi hanya berjumlah 2.872 ekor serta ternak kuda berjumlah Hutan
256 ekor. Sawah/Tegalan
9.57 22.96 Semak Belukar
3.5 KONDISI PENGGUNAAN LAHAN RTH

Secara umum, penggunaan lahan di kawasan perencanaan terbagi menjadi 2, yaitu kawasan Lahan Kosong

terbangun dan kawasan tak terbangun. Kawasan tak terbangun, berupa hutan, RTH, sawah/tegalan, pendidikan
Perdagangan dan jasa
serta lahan kosong. Sedangkan, kawasan terbangun adalah kawasan pendidikan, perkantora,
peribadatan
perdagangan dan jasa, permukiman, dan beberapa fungsi lainnya. Total luas kawasan perencanaan
perkantoran
adalah 3807,66 Ha. Jenis penggunaan lahan kawasan perencanaan didominasi oleh semak belukar Perumahan
19.22
seluas 1314,66 Ha atau 34,53%. Hal ini menunjukkan bahwa lahan yang masih dapat termanfaatkan di peternakan
kawasan perencanaan masih sangat luas. 34.53 Gambar 3.11
Industri dan Pergudangan

Selain itu, luas kawasan hutan di kawasan perencanaan ini juga luas, yaitu 874,16 Ha Keamanan Persentase Luas
(22,96%) dimana terdapat di Kelurahan Layana Indah dan Kelurahan Mamboro. Rincian jenis Kesehatan Penggunaan Lahan
penggunaan lahan di kawasan perencanaan adalah sebagai berikut. Fasilitas Olahraga di Kawasan
Perencaanaan
Tabel III.13
Penggunaan Lahan Kawasan Perencanaan Berdasarkan Gambar 3.9 terlihat bahwa persentase penggunaan lahan terluas adalah semak
Luas Wilayah Persentase Luas belukar (634,53%). Selanjutnya adalah kawasan hutan (22,968%). Persentase luas lahan terbesar ketiga
Penggunaan Lahan adalah sawah sawah/tegalan (19,22%). Sawah terluas berada di Kelurahan Layana Indah dan Kelurahan
(Ha) Wilayah (%)
Tondo. Selanjutnya, lahan untuk permukiman/perumahan hanya 9,57% dari total kawasan perencanaan.
Hutan 874,16 22,96
Rincian penggunaan lahan per kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Sawah/Tegalan 731,99 19,22 Tabel III.14
Semak Belukar 1314,66 34,53 Penggunaan Lahan per Kelurahan
RTH 4,72 0,12 Jumlah
Jenis Penggunaan Luas Penggunaan Lahan per Kelurahan (Ha)
Lahan Kosong 172,52 4,53 (Ha)
Lahan
Pendidikan 207,45 5,45 Layana Indah Mamboro Taipa Tondo
Perdagangan dan jasa 85,57 2,25 Hutan 2.15 872.01     874.16
Peribadatan 2,35 0,06 Sawah/Tegalan 471.84 82.02 76.68 101.45 731.99
Perkantoran 10,19 0,27 Semak Belukar 155.70 299.10   859.86 1314.66
Perumahan 364,47 9,57 RTH 1.21 0.62   2.90 4.72
Peternakan 3,24 0,09 Lahan Kosong 14.79 83.23   74.50 172.52
Industri dan Pergudangan 29,13 0,77 Pendidikan 3.08 2.56   201.81 207.45
Keamanan 3,93 0,10 Perdagangan dan jasa 11.70 18.69 3.67 51.51 85.57
Kesehatan 0,18 0,00 Peribadatan 0.25 0.27   1.83 2.35
Fasilitas Olahraga 3,06 0,08 Perkantoran 0.88 4.68   4.62 10.19

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 11
Jumlah
Jenis Penggunaan Luas Penggunaan Lahan per Kelurahan (Ha)
(Ha)
Lahan
Layana Indah Mamboro Taipa Tondo
Perumahan 51.89 77.92 14.88 219.78 364.47
Peternakan 1.56 1.21   0.48 3.24 RTH Makam Lahan Kosong
Industri dan
4.75 22.06   2.32 29.13
Pergudangan
Keamanan       3.93 3.93
Kesehatan   0.18     0.18
Fasilitas Olahraga   1.44 1.63   3.06
Total 719.80 1465.99 96.86 1525.00 3807.65
Sumber: RTRW Kota Palu
Pendidikan Peribadatan
Berdasarkan Tabel tersebut terlihat bahwa jenis penggunaan lahan di Kelurahan Layana Indah.
Dari beberapa jenis penggunaan lahan tersebut, penggunaan lahan terbesar masih didominasi oleh
sawah tegalan, seluas 471,84 Ha (65,55%). Selanjutnya, semak belukar dan lahan perumahan sebesar
21,63% dan 7,21%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak lahan yang dapat digunakan untuk
pengembangan kawasan di Kelurahan Layana Indah.
Jenis penggunaan lahan di Kelurahan Mamboro didominasi oleh kawasan hutan, yaitu seluas
872,01 Ha dan semak belukar seluas 299,10 Ha. Selanjutnya, penggunaan lahan didominasi oleh di
Kelurahan Taipa didominasi oleh sawah/tegalan dan perumahan. Sedangkan, Kelurahan Tondo Perumahan Pergudangan
Gambar 3.12
didominasi oleh semak belukar dan perumahan pula dengan luas 859,86 Ha dan 219,78 Ha. Berikut
Penggunaan Lahan Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu
akan disajikan beberapa visualisasi dari guna lahan yang ada di kawasan perencanaan.

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 12
Keadaan jalan di Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu berdasarkan kondisi eksisting,
dapat diketahui bahwa hampir seluruh kawasan perencanaan telah didukung oleh jaringan jalan dengan
hirarki jalan kolektor primer, kolektor sekunder dan jalan lokal dengan gambaran sebagai berikut:
1. Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer yang ada di Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu yakni jalan
Soekarno Hatta. Jalan tersebut merupakan ruas jalan yang melewati Kelurahan Tondo dan
Kelurahan Layana yang menghubungkan Kelurahan Mamboro – Kelurahan Tondo – Kelurahan
Layana – Pusat Kota Palu. Lebar jalan eksisting untuk jalan kolektor primer di wilayah
Gambar 3.13 perencanaan relatif bervariasi antara 6 – 15 meter. Untuk lebih jelasnya mengenai jalan kolektor
primer di kawasan perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut:
Peta Penggunaan Lahan Kawasan Perencanaan
Tabel III.15
Jalan Kolektor Primer Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu Tahun 2015

Nama Ruas Jalan Fungsi Jalan Panjang Jalan Lebar Jalan (m)
(m)

Jl. Soekarno Hatta Kolektor Primer 5903 12

Jl. L. Gadi Kolektor Primer 625,9 15

Jl. Trans Dupa Kolektor Primer 333,38 7

Sumber: Survey Primer, Tahun 2015


3.6 JARINGAN PERGERAKAN
Gambar 3.14
Untuk mendukung terjadinya arus pergerakan barang dan manusia di kawasan perencanaan Jalan Soekarno Hatta dengan Fungsi Kolektor Primer
tentunya akan didukung oleh ketersediaan jaringan jalan dan jenis angkutan yang memadai.
3.6.1 Jaringan Jalan 2. Jalan Kolektor Sekunder

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 13
Jalan kolektor sekunder, merupakan ruas jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua –
kawasan sekunder ketiga. Di Kawasan Tengah Bagian Utara Jalan Beringin di Kelurahan Jl. Lasitumua Lokal 161,02 3
Mamboro merupakan jalan dengan fungsi Kolektor Sekunder dengan lebar jalan 4,5 meter dan
panjang 450, 31 meter. Jl. LIK Layana Indah Lokal 833,03 4,8
3. Jalan Lokal
Jaringan jalan lokal yang terdapat di kawasan perencanaan menjadi penghubung antara pusat Jl. LIK Roviga Lokal 590,92 4
perkotaan dengan pusat lingkungan/pusat permukiman. Dari beberapa jaringan jalan lokal yang
ada, sebagian besar kondisinya masih perkerasan lapen dan jalan yang sudah teraspal masih
banyak yang berlubang. Jl. Mantilayo Lokal 477,76 4,5

Jaringan jalan lokal yang terletak pada kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu dapat
diuraikan sebagai berikut. Jl. Nusantara Lokal 157,29 4

Jl. Pue Mbala Lokal 2149,59 2,5

Jl. Untad I Lokal 2655,99 4


Tabel III.16
Jalan Lokal Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu Tahun 2015

Nama Ruas Jalan Fungsi Jalan Panjang Jalan Lebar Jalan (m)
(m)

Jl. LIK Roviga Lokal 547,93 4,5

Jl. Alkhaerat Lokal 243,02 3,2

Jl. Bahasa Lokal 210,11 3.8

Jl. Biologi Lokal 829,75 4,2

Jl. Dupa Indah Lokal 520,68 4

Jl. Fisika Lokal 933,71 4,2

Jl. Kampus untad Lokal 690,08 6 Jl. Dupa Indah Jl. Untad I Jl. Karana
Sumber: Survey Primer, Tahun 2015
Gambar 3.15
Jalan Lokal di Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu
Jl. Karana Lokal 1126,58 3
3.6.2 Sarana Transportasi
Sarana transportasi merupakan salah satu komponen penting dalam mendistribusikan
Jl. Kayu Nun Lokal 279,71 3
pergerakan barang dan manusia dalam suatu kota. Pada kawasan perencanaan yakni Kawasan

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 14
Tengah Bagian Utara Kota Palu terdapat beberapa sarana transportasi yang menjadi simpul
pergerakan barang dan manusia yaitu adanya terminal mamboro dan halte.
1. Terminal Mamboro
Terminal induk Mamboro merupakan satu - satunya terminal Tipe A di Kota Palu, dengan Sumber: Survey Primer, Tahun 2015
waktu operasi terminal eksisting adalah pada pukul 06.00 - 22.00 WITA. Untuk trayek Gambar 3.17
AKDP terdapat 19 rute dan untuk AKAP terdapat 4 rute. Kondisi terminal yang sampai Halte di Jalan R.E Martadinata
saat ini masih belum optimal dan maksimal hal ini dikarenakan beberapa fasilitas terminal
3.7 KONDISI JARINGAN PRASARANA
yang kurang terawat dan kurang terpelihara sehingga banyak hal yang harus dilakukan
3.7.1 Jaringan Energi Listrik
untuk mengoptimalkan terminal Mamboro sebagaimana mestinya fungsi terminal tipe A.
Kebutuhan akan energi listrik makin hari makin bertambah seiring makin meningkat jumlah
Terminal Mamboro sendiri berdasarkan data yang bersumber dari Tatralok Kota Palu
penduduk. Makin banyak jumlah penduduk maka makin meningkat pula kebutuhan daya listrik.
diresmikan sejak tahun 2000 dengan luasan 5 Ha dengan fasilitas pendukung yang
Kebutuhan daya listrik di perkotaan sudah menjadi bagian dari ekosistem kota, karena hampir semua
tersedia berupa kantor, menara kontrol, ruang informasi, ruang tunggu, bangunan agen
sisi kegiatan perkotaan membutuhkan daya listrik, dimulai dari skala rumah tangga, fasilitas perkotaan,
bus, area parkir motor dan mobil, pos keamanan, musholla serta toilet.
dan sampai dengan kegiatan industri selalu membutuhkan pasokan listrik.
Jaringan energi listrik di Kota Palu, khususnya di kawasan perencanaan Rencana Detail Tata
Ruang (RTDR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu dilayani oleh Perusahaan Listrik Negara
(PLN) yang menjangkau seluruh kawasan. Sumberdaya energi listrik di Kota Palu saat ini dipenuhi
oleh Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Silae dan Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Layana, serta
interkoneksi dengan Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) dari Sulewana Poso. Daya listrik umumnya
dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga, disamping itu juga dimanfaatkan kebutuhan perkantoran,
Sumber: Survey Primer, Tahun 2015 pendidikan, kesehatan, sosial, perdagangan, dan untuk kegiatan lainnya.
Gambar 3.16 Sistem jaringan energi listrik dari segi kuantitas dan kuantitas di kawasan perencanaan
Terminal Mamboro
Rencana Detail Tata Ruang (RTDR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu masih terus harus
2. Halte ditingkatkan, sehingga kebutuhan daya listrik dapat terpenuhi secara baik. Jelasnya jaringan listrik di
Pada prinsipnya halte berfungsi sebagai tempat naik dan turunnya penumpang atau Kawasan Perencanaan di kawasan perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RTDR) Kawasan Tengah
menunggu angkutan umum. Selain itu keberadaan halte dapat meminimalkan gangguan Bagian Utara Kota Palu dapat dilihat pada Gambar berikut:
dan kelancaran lalu lintas. Keberadaan halte sangat penting dalam pengaturan sistem
operasi dan layanan angkutan umum, yaitu memberi kepastian bagi pengemudi angkutan
umum dalam mencari tempat calon penumpang dan bagi penumpang merupakan tempat
menunggu serta mencari jurusan angkutan yang sesuai dengan tujuannya.Pada Kawasan
Tengah Bagian Utara Kota palu, berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan terdapat
satu titik halte yang berada di Jalan R.E Martadinata Kelurahan Tondo yang jarang
digunakan untuk menunggu angkutan umum.

Sumber: Survey Primer, Tahun 2015


Gambar 3.17
Jaringan Listrik Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu

3.7.2 Jaringan Telekomunikasi

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 15
Sistem jaringan telekomunikasi Kota Palu bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas Kualitas air bersih yang berasal dari bor milik penduduk sampai saat ini relatif cukup baik dan
masyarakat dan dunia usaha terhadap layanan telekomunikasi. Jaringan telekomunikasi yang telah tidak menjadi permasalahan bagi masyarakat namun biasanya masyarakat mengalami kendala terkait
berkembang saat ini meliputi jaringan telepon kabel, jaringan telepon nir kabel (telepon seluler) serta dengan volume air yang tersedia pada saat musim kemarau dimana pada saat itu ketersediaan air
jaringan internet. menurun. Jelasnya jaringan air bersih di Kawasan Perencanaan di kawasan perencanaan Rencana Detail
Pengembangan jaringan telepon kabel dilakukan melalui penyediaan dan pengembangan kabel Tata Ruang (RTDR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu dapat dilihat pada gambar berikut:
telepon dan jaringan internet sedangkan untuk mendukung pengembangan jaringan telepon seluler
maka yang dilakukan adalah pengembangan menara telekomunikasi atau tower BTS (Base Transceiver
Station). Pada di kawasan perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RTDR) Kawasan Tengah Bagian
Utara Kota Palu saat ini sudah terlayani jaringan telepon kabel yang dikelola dan diusahakan oleh PT.
Telkom. Sementara itu, untuk prasarana telepon seluler yang berupa BTS. Keberadaan jaringan
telekomunikasi yang relatif memadai ini menunjang aktivitas penduduk yang ada di kawasan
perencanaan ini. Jelasnya jaringan Telekomunikasi di Kawasan Perencanaan di kawasan perencanaan
Rencana Detail Tata Ruang (RTDR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu dapat dilihat pada
gambar berikut: Sumber: Survey Primer, Tahun 2015
Gambar 3.19
Instalasi Pengolahan Air Bersih PDAM di Kelurahan Tondo

3.7.4 Jaringan Drainase


Jaringan drainase merupakan jaringan infrastruktur perkotaan untuk mengalirkan air yang
berasal dari sisa aktivitas rumah tangga, limpasan air hujan ataupun buangan limbah/air kotor dari unit
bangunan fungsional lainnya. Ketersediaan saluran drainase ini cukup penting dalam menjaga
kesehatan dan kebersihan lingkungan permukiman serta untuk menghindari terjadinya genangan air
Sumber: Survey Primer, Tahun 2015
ataupun potensi banjir.
Gambar 3.18 Jaringan drainase yang terdapat di kawasan perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RTDR)
Jaringan Telekomunikasi Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu berupa jaringan primer, sekunder, dan tersier.
a. Jaringan primer berupa sungai atau jaringan yang menampung air dari jaringan sekunder.
3.7.3 Jaringan Air Bersih b. Jaringan sekunder berupa jaringan drainase yang terdapat dan mengikuti pola jalan raya di kanan
Kegiatan penyediaan dan pengelolaan air bersih bertujuan memenuhi kebutuhan akan air atau kirinya yang menampung air hujan dan air limbah (buangan) rumah tangga dialirkan secara
bersih penduduk dalam mencapai ruang hidup yang sehat dan produktif.Air bersih merupakan salah gravitasi ke tempat yang lebih rendah menuju saluran pembuangan (sungai).
satu elemen yang cukup diperlukan oleh manusia dan keberadaannya dibutuhkan untuk mendukung c. Jaringan tersier berupa jaringan drainase yang terdapat di dalam lokasi jalan dalam permukiman
aktivitas masyarakat. Ketersediaan sumber air bersih yang memadai juga menjadi elemen yang penting penduduk.
dalam mendukung perkembangan kota atau kawasan. Berdasarkan tipenya, sistem drainase ini di kawasan perencanaan Rencana Detail Tata Ruang
Pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat yang tinggal di kawasan perencanaan Rencana (RTDR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu memiliki sistem drainase alami berupa sungai-
Detail Tata Ruang (RTDR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu sebagian dilayani oleh PDAM sungai. Keberadaan sungai-sungai ini berperan sebagai drainase alami yang menampung air limpasan
Kota Palu dan PDAM Donggala. Selain itu, terdapat juga penduduk memanfaatkan air tanah dengan dari daerah di sekitarnya. Selain sistem drainase alami, terdapat pula sistem drainase buatan yang
cara membuat sumur bor. Jaringan perpipaan air bersih oleh PDAM pada di kawasan perencanaan berupa saluran di tepi-tepi jalan maupun di area permukiman. Sistem ini memanfaatkan topografi
Rencana Detail Tata Ruang (RTDR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu sebagian besar terletak wilayah yang beragam, sehingga aliran air mengikuti topografi kawasan.
kawasan permukiman formal yang dikembangkan oleh pengembang, seperti Perumahan UNTAD, Berdasarkan data pada masterplan dan DED Drainase Kota Palu, terdapat beebrapa
Perumahan Teluk Palu. Perumahan Nokilalaki. Sebaran unit pengguna jaringan air bersih yang tidak permasalahan terkait dengan jaringan drainase di Kawasan Tengah Bagian Utara antara lain:
merata tersebut disebabkan karena ketersediaan jaringan distribusi air bersih yang saat ini belum a. Sebagian kecil drainase di Kelurahan Taipa dan Mamboro mengalami pendangkalan dan
menjangkau sebagain lingkungan permukiman yang ada, khusus permukiman non formal. tertutup oleh tumbuhan liar

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 16
b. Hanya terdapat satu sisi drainase saja di Kelurahan Layana tepatnya di Jl. Dupa I dan Jl. Sebagian besar sistem drainase di kawasan perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RTDR)
Dupa II sehingga bila hujan maka terjadi genangan di sebagian jalan Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu berupa sistem terbuka. Untuk sistem saluran terbuka
c. Belum semua jalan mempunyai saluran drainase, misalnya di Kelurahan Layana, di Jl. biasanya dirancang untuk menampung dan mengalirkan air hujan sekaligus pembuangan. Saluran
Soekarno Hatta ada segmen yang belum memiliki drainase sehingga bila hujan akan drainase terbuka banyak terdapat di sekitar permukiman penduduk dan tepi jalan utama. Saluran
terjadi genangan. terbuka ini dibangun dengan perkerasan hanya pada sisi kanan kiri saluran dengan tujuan untuk
meresapkan sebagai air ke dalam tanah dan untuk meminimalisir penyumbatan dengan mengacu pada
Sedangkan untuk gambaran mengenai dimensi saluran di Sub Sistem Drainase Kawasan
Tengah Bagian Utara dapat dilihat pada tabel berikut: jalan kemudian dialirkan ke sungai dengan kemiringan saluran minimal 2% agar air dapat mengalir.
Jelasnya jaringan drainase di Kawasan Perencanaan di kawasan perencanaan Rencana Detail Tata
Tabel III.17
Dimensi Saluran di Sub Sitem Drainase Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu Ruang (RTDR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu dapat dilihat pada gambar berikut

Dimensi saluran
Panjang Elevasi Elevasi
N Luas DAS Lebar Lebar
Segmen Saluran Saluran Hulu Hilir Kedalam-
o (m2) atas dasar
(m) (m) (m) an (m)
(m) (m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (10) (11) (12)
Jl. Tandame-Jl. Lentora
1 2,252.30 439,962.80 50.00 1.65 1.20 1.20 1.20
Lr. - Teluk Palu
Jl. Trans LIK Dupa
2 Indah - Jl.LIK Layana 1,507.19 256,838.73 50.00 1.40 1.00 1.00 1.00
Indah - Teluk Palu
Jl. Untad I - Jl. Fisika -
3 2,670.36 142,193.72 215.00 80.00 1.00 1.00 0.90
Sungai watutela
Jl. Untad I Pertigaan
Fisika - Perempatan Jl.
4 1,651.22 127,826.28 100.00 60.00 1.00 1.00 0.90
Soekarno hatta - Sungai
Watutela
Perempatan
Jl.Soekarno hatta - Jl.
5 1,321.32 164,407.37 60.00 1.32 1.20 1.20 1.00
Untad I - Jl. Uwe
Mpoguru - Teluk Palu
Sumber: Masterplan dan DED Drainase Kota Palu

Sumber: Survey Primer, Tahun 2015


Gambar 3.21
Jaringan Drainase di Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu

3.7.5 Jaringan Limbah


Sistem jaringan limbah di kawasan perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RTDR) Kawasan
Tengah Bagian Utara Kota Palusecara umum masih bercampur menjadi satu dengan jaringan drainase,
Gambar 3.20 terutama pada pembuangan air limbah domestik (rumah tangga) dilakukan melalui saluran pembuangan
Sungai Watutela Sebagai Jaringan Drainase Primer ke drainase kota, sedangkan untuk pembuangan air limbah (tinja) secara umum penduduk
Di Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu menggunakan septik tank pada setiap rumah tangga.

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 17
sumber daya manusia yang ada di kawasan perencanaan ini. Sarana pendidikan yang tersedia di
3.7.6 Jaringan Persampahan Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu yang dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut:
Berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang tata cara pengelolaan sampah perkotaan, dapat Tabel III.18
Fasilitas Pendidikan di Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu
dijelaskan proses dari operasional sampah yang meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan,
pengangkutan, lingkup program peningkatan pengelolaan sampah adalah peningkatan manajemen,
peningkatan pengelolaan sampah (3 R: Reduce, Reuse, Recycle) dan peningkatan kualitas Tempat
Pemprosesan Akhir (TPA). Sumber sampah yang ditimbulkan di kawasan perencanaan Rencana Detail
Tata Ruang (RTDR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu masih dominan bersumber dari
permukiman/ perumahan dengan jenis sampah basah maupun sampah kering, sedangkan untuk kegiatan
kegiatan komersil dan fasilitas umum yang mencakup pasar, pertokoan, rumah makan/ restoran, kantor,
bengkel, fasilitas kesehatan, institusi dan lain-lain, dengan jenis sampah basah, sampah kering dan
kadang berbahaya relatif masih kecil volumenya.

Sumber: Survey Primer, Tahun 2015


Gambar 3.22
Timbulan Sampah di Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu
Operasionalisasi kegiatan persampaha ndi kawasan perencanaan Rencana Detail Tata Ruang
(RTDR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu ini belum dilaksanakan secara maksimal atau
optimal, yang mana sistem pengelolaan merupakan bagian dari pengelolaan persampahan Kota Palu,
dalam hal ini yakni Dinas Kebersihan dan Pertamanan.
Pelayanan pengangkutan dan pengelolaan sampah hanya dilakukan pada beberapa lokasi
sehingga sebagian besar penduduk lebih memilih untuk membakar atau menimbun sampah di
lingkungan pekarangan atau halaman rumahnya.

3.8 KONDISI FASILITAS


3.8.1 Fasilitas Pendidikan
Keberadaan fasilitas pendidikan menjadi hal yang sangat penting dalam upaya untuk
menunjang perkembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Jenis fasilitas pendidikan
yang perlu disediakan pada umumnya berjenjang mulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA sampai
Sumber: Survey Primer, Tahun 2015
dengan Perguruan Tinggi. Ketersediaan fasilitas pendidikan di kawasan perencanana Rencana Detail
Tata Ruang (RTDR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu juga diperlukan, dimana sampai saat ini Gambar 3.23
fasilitas yang tersedia pada kawasan perencanaan ini berupa TK, SD, SMP, SMA, dan perguruan Fasilitas Pendidikan di Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu
tinggi. Keberadaan fasilitas pendidikan yang memadai ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas 3.8.2 Fasilitas Peribadatan

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 18
Jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi setempat, khususnya komposisi
penduduk menurut agama, serta tata cara atau pola masyarakat setempat dalam menjalankan ibadah.
Fasilitas peribadatan diperlukan sebagai lokasi masyarakat untuk beribadah terutama secara bersama-
sama. Di kawasan perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RTDR) Kawasan Tengah Bagian Utara
Kota Palu, masyarakatnya sebagian besar merupakan pemeluk agama islam atau muslim dan hal
tersebut sesuai dengan hasil survei dimana fasilitas peribadatan yang tersedia hampir seluruhnya
merupakan masjid dan mushola. Fasilitas peribadatan tersebut tersebar hampir di setiap wilayah yang
ada Persebaran fasilitas peribadatan yang ada Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu dapat dilihat
pada tabel dan gambar berikut.
Sumber: Survey Primer, Tahun 2015
Tabel III.19
Fasilitas Peribadatan di Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu Gambar 3.24
Fasilitas Pendidikan di Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu
3.8.3 Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan merupakan salah satu sarana yang sangat dibutuhkan didalam satu wilayah,
dan secara langsung maupun tidak akan mempengaruhi perkembangan suatu wilayah. Fasilitas
kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang memiliki peran
strategis dalam rangka mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Keberadaan fasilitas kesehatan cukup beragam/bervariasi tergantung pada kondisi, cakupan
dan jenis pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan tersebut seperti rumah sakit dan
puskemas dengan cakupan pelayanan untuk kota sampai klinik dokter serta posyandu dengan cakupan
pelayanan tingkat lingkungan permukiman penduduk. Fasilitas kesehatan sudah tersedia di Kawasan
Perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu sebagai
mana yang terinci pada tabel dan gambar berikut
Tabel III.20
Fasilitas Kesehatan di Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 19
Gambar 3.26
Sumber: Survey Primer, Tahun 2015
Fasilitas Pemasaran di Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu

Gambar 3.25 3.8.5 KONDISI TATA BANGUNAN


Fasilitas Kesehatan di Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu 3.5.1 Koefisien Dasar Bangunan
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah luas lahan tapak tertutup dibanding luas lahan
3.8.4 Fasilitas Pemasaran
keseluruhan. KDB meninjau jenis-jenis penggunaan lahan terbangun di Kawasan Perencanaan yaitu
Fasilitas pemasaran merupakan salah satu komponen untuk memacu peningkatan dan
permukiman, fasilitas komersil dan fasilitas perkantoran serta fasilitas umum dan sosial. Koefisien
perkembangan ekonomi kawasan. Keberadaan fasilitas ini juga diperlukan untuk memenuhi berbagai
Dasar Bangunan diidentifikasi dari luas lahan terbangun dibandingkan dengan jumlah keseluruhan luas
kebutuhan ekonomi dan sosial penduduk. Tersedia.Di Kawasan Perencanaan Rencana Detail Tata
dari suatu petak yang memiliki guna lahan tertentu. Secara umum, mayoritas nilai KDB di Kawasan
Ruang (RDTR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu, fasilitas pemasaran yang tersedia cukup
Perencanaan berkisar antara 70-80%. Nilai KDB tersebut didominasi oleh permukiman. Rincian KDB
beragam yang menunjukkan berkembangnya aktivitas perdagangan yang ada di kawasan ini mulai dari
pada Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu adalah sebagai berikut:
toko kecil atau warung sampai dengan pertokoan. Fasilitas perdagangan dan jasa ini sebagian besar
terletak di pinggir koridor utama kawasan perencanaan dan tersebar secara merata di wilayah 4 (tiga) Tabel III.22
keluruhan. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) di Kelurahan Layana Indah
Persebaran fasilitas pemasaran yang ada di kawasan perencanana Rencana Detail Tata Ruang KDB (%) / Jumlah Persil (unit) Total
(RTDR) Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu gging dapat dilihat pada tabel serta gambar berikut Peruntukan Lahan
30 40 60 70 80 90 100

Tabel III.21 Industri 13 13


FasilitasPemasaran Di Kawasan Perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perdagangan dan jasa 7 0 4 5 29 1 14 60
Tengah Bagian Utara Kota Palu
Kesehatan 2 2
Pendidikan 8 2 18 28
Peribadatan 3 1 1 5
Perkantoran 0 0 1 8 0 0 0 9
Permukiman 1 8 418 463 117 0 0 1007
Peternakan 1 2 3
Total 16 26 445 478 146 1 15 1127
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2015
Berdasarkan hasil survei lapangan dapat terlihat bahwa Koefisien Dasar Bangunan sangat
beragam, mulai dari 20% hingga 100% KDB. Mayoritas KDB di Kelurahan Layana Indah adalah 70%
dengan jumlah persil bangunan 478 unit atau 42,41% dari total persi. Selanjutnya, KDB 60% dan 80%
mendominasi sekitar 39,48% dan 12,95% dari jumlah persil yang ada. Jika dilihat per peruntukan
lahan, KDB bernilai 60-70% didominasi oleh permukiman.
Hampir sama dengan KDB mayoritas di Kelurahan Layana Indah, mayoritas KDB di
Kelurahan Mamboro adalah 80% dengan jumlah persil bangunan 1242 unit bangunan. Persentase persil
bangunan dengan KDB 80% adalah 53,83%. Nilai KDB tersebut didominasi oleh permukiman. Selain
itu, nilai KDB yang cukup mendominasi kedua dan ketiga adalah KDB 60% sebanyak 648 unit

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 20
bangunan dan KDB 70% sebanyak 335 unit bangunan. Rincian nilai KDB per peruntukan lahan di
Kelurahan Mamboro adalah sebagai berikut.
Tabel III.23
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) di Kelurahan Mamboro Tabel III.25
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) di Kelurahan Tondo
KDB (%) / Jumlah Persil (unit) Total
Peruntukan Lahan
20 40 60 70 80 90 100 Jumla
KDB (%) / Jumlah Persil (unit)
Peruntukan Lahan h
Industri 12 3 15
30 40 50 60 70 80 85 90 100
Perdagangan dan Jasa 0 13 29 40 29 11 18 140
Pergudangan 1 1
Kesehatan 4 2 6
Industri 5 7 1 13
Pendidikan 7 35 3 45
Perdagangan dan jasa 4 9 1 51 21 123 0 20 166 395
Peribadatan 2 1 1 1 5
Bangunan Prasarana Air 4 4
Perkantoran 1 76 77
Keamanan 5 5
Perkebunan 6 6
Kesehatan 2 2
Permukiman 0 12 583 256 1136 0 1 1988
Pendidikan 57 345 9 34 1 446
Peternakan 0 5 20 0 0 0 0 25
Peribadatan 1 2 4 3 2 12
Total 6 42 648 335 1242 11 23 2307
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2015
Perkantoran 6 12 9 27
Sesuai dengan tabel dapat ditunjukkan bahwa mayoritas bangunan di Kelurahan Taipa Permukiman 4 50 0 307 799 1888 2 70 593 3713
memiliki nilai KDB 50%, yang didominasi oleh permukiman. Jumlah persil bangunan dengan nilai Peternakan 11 10 1 22
KDB 50% adalah 121 unit bangunan 70,85% dari total bangunan yang ada. Selanjutnya, nilai KDB
Total 77 434 1 395 866 2014 2 91 760 4640
yang mendominasi kedua bernilai 60%. Rincian nilai KDB per peruntukan lahan di Kelurahan Taipa Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2015
dapat ditunjukkan pada tabel berikut.
3.5.2 Koefisien Lantai Bangunan
Tabel III.24 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) merupakan perbandingan antara total luas lantai bangunan
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) di Kelurahan Taipa dengan luas persil pada tiap kavling lahan. Ketentuan koefisien lantai bangunan (KLB) ini diperlukan
KDB (%) / Jumlah Persil (unit) Total untuk mendukung pengaturan intensitas bangunan yang ada pada suatu kawasan atau lingkungan.
Peruntukan Lahan Rincian KLB pada Kawasan Tengah Bagian Utara Kota Palu dapat dilihat pada Tabel III.12-Tabel
50 60 70 80 100
III.15. Rata-rata nilai KLB di Kelurahan Mamboro, Layana Indah, dan Tondo ini berkisar antara 0,7-
Perdagangan dan jasa 0 13 0 0 0 13
0,8, kecuali Kelurahan Taipa yang didominasi oleh nilai KLB 0,5.
Perkantoran 1 1 Sesuai dengan data pada Tabel III.17 dapat dilihat bahwa nilai KLB tertinggi di Kelurahan
Permukiman 121 26 8 2 4 161 Layana Indah adalah 1,80, sedangkan nilai KLB terendah adalah 0,3. Mayoritas nilai KLB di Kawasan
Total 121 39 8 3 4 175 Perencanaan tersebut adalah 0,7 dengan jumlah persil bangunan sebanyak 478 unit. Persentase jumlah
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2015
persil dengan nilai KLB 0,7 adalah 42,42%. Selanjutnya, nilai KLB terbanyak kedua dan ketiga adalah
0,6 dan 0,8. Persentase jumlah persil bangunan dengan nilai KLB 0,6 dan 0,8 adalah 39,39% dan
Berdasarkan hasil survei lapangan dapat terlihat bahwa Koefisien Dasar Bangunan di 12,24%. Peruntukan lahan dengan nilai KLB 0,6-0,8 tersebut didominasi oleh permukiman penduduk.
Kelurahan Tondo sangat beragam, mulai dari 30% hinga 100%. Mayoritas KDB di Kelurahan Tondo Rincian nilai KDB Kelurahan Layana Indah per peruntukan lahan adalah sebagai berikut.
adalah 80% dengan jumlah persil bangunan 2.014 unit atau 43,40% dari total persil yang ada.
Peruntukan laahan yang mendominasi pada nilai KDB 80% adalah permukiman. Selanjutnya, KDB Tabel III.26
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) di Kelurahan Layana Indah
70% dan 100% mendominasi sekitar 18,66% dan 16,37% dari jumlah persil yang ada. Jika dilihat per
peruntukan lahan, KDB bernilai 70% dan 100% tersebut juga didominasi oleh permukiman. Peruntukan Lahan KLB / Jumlah Persil (unit) Jumlah

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 21
0,30 0,40 0,60 0,70 0,80 1,00 1,20 1,60 1,80
Industri 13 13
Tabel III.28
Perdagangan dan jasa 7 0 4 5 29 14 0 0 1 60 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) di Kelurahan Taipa
Kesehatan 2 2
KLB / Jumlah Persil (unit)
Pendidikan 8 2 18 28 Peruntukan Lahan Jumlah
0,50 0,60 0,70 0,80 1,00
Peribadatan 3 1 1 5 Perdagangan dan jasa 0 13 0 0 0 13
Perkantoran 0 0 1 8 0 0 0 0 0 9 Perkantoran 1 1
Permukiman 1 8 417 463 109 0 1 8 0 1007 Permukiman 116 26 8 2 9 161
Peternakan 1 2 3 Total 116 39 8 3 9 175
Total 16 26 444 478 138 15 1 8 1 1127 Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2015
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2015
3.5.3 Ketinggian Bangunan
Berdasarkan Tabel 18. ditunjukkan bahwa nilai KLB di Kelurahan Mamboro sangat Berdasarkan ketinggian bangunan, mayoritas bangunan di Kawasan Tengah Bagian Utara
berrvariasi, mulai dari 0,2 hingga 2,0. Namun, nilai KLB di kelurahan ini masih didominasi oleh KLB Kota Palu memiliki ketinggian 1 lantai. Jika dirinci per kelurahan, bangunan di Kelurahan Layana
0,8 dengan jumlah persil bangunan 1.261 unit (54,65%) dengan dominasi peruntukan lahan adalah Indah sangat didominasi oleh bangunan berlantai 1, yang terlihat pada peruntukan lahan untuk
permukiman dan perdagangan dan jasa. Selanjutnya, nilai KLB yang mendominasi lainnya adalah nilai permukiman. Persentase persil bangunan berlantai 1 adalah 99,20%. Rincian lantai bangunan di
0,6 dan 0,7. Rincian nilai KLB di Kelurahan Mamboro adalah sebagai berikut: Kelurahan Layana Indah dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel III.27 Tabel III.29
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) di Kelurahan Mamboro Jumlah Lantai Bangunan di Kelurahan Layana Indah
Jumla Jumlah Lantai
Peruntukan KLB / Jumlah Persil (unit)
h Peruntukan Lahan Bangunan Jumlah
Lahan
0,20 0,40 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 1,20 1,40 1,50 1,60 2,00 1 2
Industri 12 3 15
Industri 13 13
Perdagangan dan
0 13 29 38 28 11 13 0 2 0 1 5 140
Jasa Perdagangan dan jasa 59 59
Kesehatan 4 2 6
Kesehatan 2 2
Pendidikan 7 32 3 3 45
Peribadatan 2 1 1 1 5 Pendidikan 28 28
Perkantoran 1 76 77 Peribadatan 5 5
Perkebunan 6 6
Perkantoran 9 0 9
Permukiman 0 12 583 256 1124 0 1 0 0 0 12 0 1988
Peternakan 0 5 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 Permukiman 998 9 1007
Total 6 42 641 305 1261 11 15 3 2 3 13 5 2307 Peternakan 4 4
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2015
Total 1118 9 1127
Selanjutnya, mayoritas nilai KLB di Kelurahan Taipa adalah 0,5 dengan jumlah persil 116 unit Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2015
bangunan. Persentase jumlah persil bangunan dengan nilai KLB 0,5 adalah 66,28%. Hal ini Sama halnya dengan Kelurahan Layana Indah, mayoritas bangunan di Kelurahan Mamboro
menandakan bahwa setengah dari jumlah bangunan di Kelurahan Taipa bernilai KLB 0,5 yang juga berlantai 1. Persentase persil bangunan berlantai 1 berkisar antara 99,30%. Hampir semua
mayoritas didominasi oleh permukiman. Sedangkan, kawasan perdagangan dan jasa memiliki nilai peruntukan lahan yang ada di kelurahan ini hanya berlantai 1, khususnya untuk permukiman dan
KLB sebesar 0,6. Rincian nilai KLB Kelurahan Taipa dapat dilihat pada tabel berikut. perdagangan dan jasa. Rincian jumlah lantai bangunan Kelurahan Mamboro dilihat pada Tabel 21.
Begitu pula dengan bangunan di Kelurahan Taipa yang didominasi oleh bangunan berlantai 1 terutama

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 22
untuk permukiman. Persentase persil bangunan dengan lantai 1 bahkan hampir mencapai 100%.
Rincian jumlah lantai bangunan Kelurahan Taipa dilihat pada tabel berikut
Tabel III.30 Tabel III.32
Jumlah Lantai Bangunan di Kelurahan Mamboro Jumlah Lantai Bangunan di Kelurahan Tondo
Jumlah Lantai
Peruntukan Lahan Bangunan Jumlah Jumlah Lantai Bangunan
1 2 Peruntukan Lahan
Industri 15 15 1 2 3 4 5 Jumlah
Perdagangan dan Jasa 140 140 Pergudangan 1 1
Kesehatan 6 6 Industri 13 13
Pendidikan 42 3 45
Perdagangan dan jasa 381 7 1 0 0 389
Peribadatan 5 5
Perkantoran 77 77 Bangunan Prasarana Air 6 6
Perkebunan 6 6 Keamanan 4 5 9
Permukiman 1975 13 1988
Peternakan 25 0 25 Kesehatan 2 2
Total 2291 16 2307 Pendidikan 120 325 0 445
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2015
Peribadatan 12 12
Tabel III.31
Jumlah Lantai Bangunan di Kelurahan Taipa Perkantoran 25 1 26

Jumlah Lantai Permukiman 3503 168 0 3 0 3674


Peruntukan Lahan Bangunan Jumlah Peternakan 22 40 1 63
1 2 Total 4089 541 2 3 5 4640
Perdagangan dan jasa 13 0 13 Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2015

Perkantoran 1 0 1 3.5.4 Garis Sempadan Bangunan


Permukiman 156 5 161 Garis Sempadan Bangunan adalah garis yang berada di batas bangunan terhadap batas bahu
Total 170 5 175 jalan atau jarak yang diukur dari pagar ke bangunan. Nilai GSB bermanfaat untuk mengendalikan tata
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2015
letak bangunan terhadap jalan, sehingga menciptakan keteraturan dan memberikan pandangan yang
sangat luas terhadap pemakai jalan.
Pada tabel III.23 terlihat bahwa jumlah lantai bangunan di Kelurahan Tondo bervariasi, mulai Garis sempadan bangunan di Kelurahan Layana Indah berkisar antara 0 meter hingga
dari 1 lantai dengan 5 lantai. Namun, masih sama dengan bangunan di ketiga kelurahan lainnya, mencapai 200 meter. Mayoritas garis sempadan bangunan berjarak 0 meter, khususnya untuk
mayoritas bangunan di kelurahan ini didominasi oleh bangunan berlantai 1, khususnya pada peruntukan permukiman, pendudukan, serta perdagangan dan jasa. GSB dengan jarak 0 meter, artinya bangunan
lahan permukiman dan perdagangan dan jasa. Persentase bangunan dengan 1 lantai di Kelurahan Tondo tersebut berada di pinggir jalan. Persentase persil bangunan dengan jarak 0 meter sebesar 70,63%. Jarak
adalah 88,12%. Selanjutnya, bangunan 2 lantai juga cukup mendominasi dengan jumlah bangunan 541 GSB terbesar terletak pada kawasan industri dengan jarak 200 meter.
unit yang didominasi oleh peruntukan lahan pendidikan. Rincian jumlah lantai per peruntukan lahan Sama halnya dengan Kelurahan Layana Indah, mayoritas GSB di Kelurahan Mamboro adalah
Kelurahan Tondo adalah sebagai berikut. 0 meter, khususnya pada peruntukan lahan permukiman, perdagangan dan jasa, pendidikan, serta
perkantoran. Selain itu, GSB yang cukup mendominasi lainnya berjarak 4-5 meter. Jarak GSB terjauh
terdapat di peruntukan lahan industri, yaitu antara 73-75 meter.
Garis Sempadan Bangunan di Kelurahan Taipa mayoritas berjarak 5 meter dari bangunan.
Jarak GSB ini berbeda dengan kedua kelurahan lainnya, seperti Kelurahan Layana Indah dan Kelurahan
Mamboro. Jumlah persil bangunan dengan nilai GSB 5 meter adalah 128 unit bangunan yang
didominasi oleh permukiman. Khusus untuk peruntukan lahan perdagangan dan jasa, nilai GSB adalah
0 meter, artinya kawasan perdagangan dan jasa tersebut berada persis di pinggir jalan.

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 23
Mayoritas GSB di Kelurahan Tondo adalah 0 meter, khususnya pada peruntukan lahan
permukiman, perdagangan dan jasa, serta pendidikan. Selain itu, GSB yang cukup mendominasi
lainnya berjarak 3-4 meter.

RENCANA DETAIL TATA RUANG& PERATURAN ZONASI Kawasan Tengah Bagian Utara Kota
Palu
III - 24

Anda mungkin juga menyukai