PERTANIAN
Daftar Isi
Propinsi Sulawesi Selatan dikenal sebagai salah satu lumbung pangan terpenting di
Indonesia. Secara khusus, Propinsi Sulawesi Selatan memasok padi dan tanaman
pangan lainnya untuk propinsi lain di Sulawesi. Selain itu, wilayah Mamminasata
memainkan peranan penting sebagai pintu gerbang bagi produk-produk pertanian dan
perikanan ke wilayah-wilayah lain dan negara-negara asing.
Tabel 1-1 Sumbangan Sektor Pertanian pada PDRB menurut Kabupaten/Kota (2003)
Pendapatan Asli Persentase PDRB menurut
Daerah dari Sektor terhadap Kabupaten/Kota
Pertanian (Juta Rp.) PDRB (Juta Rp.)
Makassar 74.408 2,2 3.442.520
Maros 183.471 44,2 415.111
Gowa 260.494 45,0 579.436
Takalar 112.659 43,5 259.115
Total 631.032 13,4 4.696.182
Sumber: BPS, Makassar, Gowa, Takalar dan Maros dalam Angka, 2003
1
Data tentang struktur PDRB menurut sub-sektor tahun 2003 tidak tersedia pada dokumen sumber.
4-1
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
tangga yang memiliki kurang dari 0,5 ha adalah sekitar 29% dari total kepemilikan
lahan2.
Tata guna lahan di Mamminasata saat ini diperkirakan seperti pada Tabel 1-3.
Sejumlah besar lahan di Maros, Takalar, dan Makassar, digunakan sebagai tambak
dimana budidaya tambak dikembangkan secara intensif. Kawasan hijau (padang
rumput, semak-semak, dan hutan) terhampar luas di Maros, dimana produk-produk
kayu dan madu diproduksi.
2
Studi Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Wilayah Sungai Jeneberang, JICA Maret 2004.
4-2
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
3) Produksi Pertanian
Tanaman pangan utama di Sulawesi Selatan adalah padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu,
kedelai, kacang hijau dan kacang tanah. Dari tanaman-tanaman pangan tersebut,
Sulawesi Selatan menyumbang sekitar 40% pada stok padi nasional. 3 Daerah
penghasil padi utama adalah kabupaten Bone, Wajo, dan Pinrang yang menyumbang
lebih dari 30% dari total volume produksi di tingkat propinsi.
Seperti terlihat pada Tabel 1-4 di atas, Mamminasata menyumbang sekitar 14,4%
pada produksi padi propinsi yang jumlahnya relatif kecil. Meskipun demikian, unit
produksinya mencapai 5,17 ton/ha, melebihi angka rata-rata propinsi yang berada
pada kisaran 4,72 ton/ha pada tahun 2003. Budidaya padi dengan irigasi
menyumbang sekitar 89%, dan sisanya (11%) adalah budidaya padi pada sawah
tadah hujan.
Produksi jagung dalam lima tahun terakhir sangat populer terutama di Gowa dan
Takalar, karena peningkatan permintaan untuk penggilingan pakan ternak. Pada
tahun 2003, lebih dari 90% (150.000 ton) jagung diproduksi di Gowa dan Takalar.
Kabupaten Gowa merupakan salah satu produsen ubi kayu terbesar yang
menyumbang lebih dari 33% untuk produksi tingkat propinsi, dan 46% untuk tingkat
Mamminasata. (lihat juga Lampiran-I).
3
Direktori Sulawesi Selatan, Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan, 2004.
4-3
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
700 20
600 Paddy
Sweet
(Wet&Dry) 15
500 Potato
1,000 Ton
1,000 Ton
400 M ungbean
10
Cassava Cowpea
300
200 Groundnuts
M aize 5
100 Soybean
0 0
2000 2001 2002 2003 2000 2001 2002 2003
Year Year
Sumber : BPS, Sulawesi Selatan, Makassar, Gowa, Takalar dan Maros dalam Angka, 2001, 2002, 2003
Gambar 1-1 menunjukkan tren produksi tanaman pangan utama selama periode
2000-2003. Padi, jagung dan ubi kayu telah mencapai produksi yang relatif stabil,
sedangkan produksi kedelai dan kacang tanah mengalami penurunan.
Tanaman perkebunan telah dibudidayakan secara luas, misalnya kopi di Gowa, tebu,
kelapa, jambu mete dan kapok di Gowa dan Takalar. Namun demikian, sebagian
besar produksi tanaman perkebunan tersebut dikelola pada lahan perkebunan skala
kecil, dan sebagaimana yang diamati, perkebunan berskala besar hanya budidaya
tebu di Takalar.
Salah satu komoditas andalan di Sulawesi Selatan adalah kakao, meski skala
produksinya di Mamminasata relatif kecil bila dibandingkan dengan daerah-daerah di
utara Sulawesi Selatan (misalnya, Mamuju, Luwu Utara, Polmas dan Bone).
Gambar 1-2 menunjukkan tren produksi tanaman perkebunan utama. Produksi kelapa,
kopi, jambu mete dan kakao sedikit meningkat sejak tahun 1999, sedang tebu
merosot di tahun 2000-2002.
3,000 80
Coconuts 70
2,500
60
2,000 Coffee
50
1,000 Ton
40
Ton
1,500 Cashew
30 Sugarcane
1,000
20
500
Cacao
10
0 0
1999 2000 2001 2002 2003 1999 2000 2001 2002 2003
Year Year
Sumber: BPS, Sulawesi Selatan, Makassar, Gowa, Takalar dan Maros dalam Angka, 2001, 2002, 2003
4-4
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
Produksi sapi potong, kerbau, babi dan ayam petelur terkonsentrasi di Makassar,
sedangkan ayam potong, itik potong dan itik petelur diproduksi secara intensif di Maros
dan Gowa. Kambing, ayam, itik dan telur dipasarkan secara lokal untuk konsumsi
rumah tangga.
4-5
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
Produk ikan laut sangat beragam, misalnya ikan terbang, tuna, cakalang, cumi-cumi,
kepiting dan lain sebagainya. Ada peraturan do Kota Makassar yang membatasi
penangkapan ikan laut dalam rangka konservasi sumberdaya kelautan melalui
penetapan berbagai aturan dan program pendukung, meskipun penerapannya tidak
efektif. Budidaya tambak air payau dilakukan secara sangat intensif di Maros dan
Takalar. Produksi ikan mujair (mozambique tilapia) adalah yang paling populer,
menyumbang sekitar 33,8% dari produksi tingkat propinsi.
4-6
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
Budidaya udang berkembang sangat baik di sepanjang pantai barat Sulawesi Selatan,
dengan kabupaten Pinrang sebagai pusatnya. Budidaya udang windu cukup aktif di
Maros. Belakangan ini, produksi udang mengalami penurunan akibat adanya
serangan penyakit. Pemerintah propinsi telah meluncurkan beberapa program
pendukung budidaya udang dengan menyiapkan buku petunjuk mengenai
pengelolaan budidaya ikan yang baik.4
Tabel 1-10 Produksi Budidaya Krustacea (Udang, Kepiting) di Air Payau (2003)
Wilayah Udang Udang Udang Udang Kepiting Total
Administratif Windu Jerbung Dogol Rebon Lumpur (ton)
Sulsel 14.840 1.184 3.185 129 2.092 21.430
Makassar 134 7 0 0 30 170
Maros 1.830 0 503 0 0 2.332
Gowa 15 0 0 0 4 19
Takalar 98 79 56 0 0 233
Total 4 Kab/Kota 2.077 86 559 0 33 2.755
Persentase
14,0% 7,2% 17,6% 0,0% 1,6% 12,9%
terhadap Propinsi
Sumber: Laporan Statistik Perikanan, Sulawesi Selatan, 2003.
Produksi rumput laut meningkat secara signifikan dalam lima tahun terakhir. Takalar
memproduksi hampir 5.000 ton pada tahun 2003. Budidaya rumput laut juga terlihat
jelas di Maros. Daerah-daerah di luar Mamminasata, seperti Bantaeng, Selayar, Sinjai,
dan Mamuju memproduksi 30.000 ton rumput laut pada tahun yang sama. Budidaya
rumput laut semakin meningkat, rumput laut tersebut diekspor terutama untuk
keperluan bahan baku agar-agar dan bahan campuran kosmetik.
4
Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya (Udang Windu), Dinas Perikanan & Kelautan, Prop. Sul-Sel,
2003.
4-7
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
Tercatat hampir seperempat dari hutan produksi biasa terkonsentrasi di Maros dan
Gowa, dimana produk-produk hutan seperti kayu, damar, rotan dan budidaya lebah
madu5 dikembangkan.
Lokasi proyek irigasi Bili-Bili terbentang di daerah hilir Sungai Jeneberang, sebagian
besar di Takalar dan Gowa, dan sebagian kecil di Makassar. Luas kotor daerah
layanan irigasi tersebut adalah 45.500 ha, sedangkan luas bersihnya adalah 23.602
ha,7 seperti ditunjukkan pada Tabel 1-12.
5
Kegiatan budidaya lebah-madu merupakan wewenang Dinas Kehutanan dan produk-produk olahan madu di Maros dipilih
sebagai salah satu komoditas unggulan untuk Gerakan Pembangunan Ekonomi Masyarakat (Gerbang Emas), yang
disponsori bersama oleh sektor swasta dan pemerintah propinsi.
6
Studi Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Wilayah Sungai Jeneberang, JICA 2004
7
Menurut kantor proyek irigasi Bili-bili, luas sebenarnya sedikit lebih luas dari itu karena adanya irigasi pompa pada
blok-blok tersier.
4-8
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
Gambar 1-3 Sistem Irigasi Teknis yang Ada (Proyek Irigasi Bili-Bili) di Mamminasata
Luas bersih rata-rata lahan pertanian yang ada di wilayah proyek irigasi Bili-Bili
berkisar 0,3~0,5 ha, meskipun 50% petani hanya memiliki lahan kurang dari 0,45
ha.8 Sebagian besar lahan pertanian dimiliki oleh petani. Rasio rata-rata petani yang
memiliki lahan berkisar 88% (1993), bervariasi dari 91% di Gowa sampai 73 % di
Makassar.
Pola tanam yang diterapkan di wilayah proyek irigasi Bili-Bili adalah tiga kali
tanaman beririgasi setahun, yakni dua kali tanaman padi rendeng dan gadu (200%)
dan sebagian tanaman palawija (40%). Palawija yang ditanam terdiri atas kedelai
(15%), kacang hijau (10%), kacang tanah (8%) dan jagung (7%). Perkiraan hasil
panen padi berkisar 5,5 tons/ha pada musim padi rendeng dan 6,0 ton/ha pada musim
padi gadu. Keuntungan kotor dan bersih (diluar biaya tenaga kerja keluarga)
diperkirakan sekitar Rp. 13,2 juta/ha (setara dengan US$ 1.833/ha) sesuai dengan
hasil studi kelayakan (1999).
8
Berdasarkan hasil dengar pendapat di Kantor Proyek Irigasi Bili-Bili di bulan Juni 2005.
4-9
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
Gambar 2-1 dan 2-2 menunjukkan konsumsi kalori harian per kapita di daerah
perkotaan Propinsi Sulawesi Selatan selama periode 1993-2002.
2,500 250
200
2,000
150
1,500 Average Daily Per Capita Calorie
KCal.
KCal.
100
1,000
0
1993 1996 1999 2002 Year
0
1993 1996 1999 2002 Year Fish Meat
Eggs and Milk Vegetables
Legumes/Tubers Fruits
National Average South Sulawesi Average Oil and Fats Beverage Stuffs
Prepared Food and Beverages
Gambar 2-1 Konsumsi Kalori Harian Per kapita untuk Gambar 2-2 Konsumsi Kalori Harian Per kapita untuk
Sereal (Daerah Perkotaan) di Indonesia dan Sulawesi Sumber Makanan Lainnya (Daerah Perkotaan) di
Selatan Sulawesi Selatan
Sumber: Konsumsi Kalori dan Protein Indonesia dan Propinsi (Susenas), 1999 dan 2002, BPS.
Dari kedua grafik di atas diketahui bahwa konsumsi kalori untuk sereal (nasi)
menurun, sedangkan total konsumsi kalori rata-rata harian per kapita meningkat.
Kedua grafik di atas menunjukkan bahwa kebutuhan pangan per kapita cenderung
meningkat, kecuali untuk sereal, dan tren ini bisa diterapkan di Mamminasata.
Konsumsi pangan di Mamminasata akan bervariasi, beralih ke pola konsumsi sedikit
nasi dan lebih banyak konsumsi daging, sayuran, buah-buahan, minyak dan makanan
olahan siap saji. Tabel 2-1 menunjukkan kecenderungan umum kebutuhan pangan di
Sulawesi Selatan dan Mamminasata.
4-10
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
1) Tanaman Pangan
Beras merupakan makanan pokok paling penting di Indonesia. Padi hasil panen
biasanya dikeringkan dan digiling di penggilingan padi dimana pedagang kota datang
membelinya untuk dijual ke konsumen. Kulit padi yang dihasilkan selama proses
penggilingan digunakan untuk makanan ternak. Sebagai produk yang siap konsumsi,
beras juga diolah menjadi mie dan makanan ringan. Beberapa perusahaan mie yang
bahan dasarnya terbuat dari beras sudah beroperasi di Makassar dan Maros.
Jagung ditanam untuk konsumsi manusia dan makanan ternak. Sekitar 50% dari
produksi jagung propinsi diolah menjadi makanan unggas. Di Mamminasata, ada dua
pabrik pengolahan makanan ternak (Investasi AS - Japfa Comfeed dan Cargill).
Baru-baru ini, Lembaga Keuangan Internasional (IFC) memprakarsai Program Mata
Rantai Agribisnis (ALP) untuk jagung/unggas dan kakao bekerjasama dengan
PENSA (Program Bantuan untuk UKM di Indonesia Timur). Program tersebut
bertujuan untuk memperkuat rantai nilai agribisnis melalui pemberian bantuan teknis
kepada para petani jagung dan industri ternak unggas berskala kecil. IFC melaporkan
bahwa kerugian pemasaran relatif tinggi akibat proses pengeringan yang tidak tepat
serta kehilangan selama proses pengangkutan.
Ubi Kayu dimanfaatkan untuk berbagai jenis produk olahan, misalnya tapioka,
keripik, kanji untuk obat nyamuk bakar, ubi kering untuk makan ternak, glukosa,
sirup maltose, alkohol dan aseton. Permintaan ubi kayu sebagai komoditas pangan
dan bahan kimia sangat tinggi.
Kedelai dikenal luas sebagai bahan baku tahu, tempe, susu kedelai dan minyak
goreng. Jerami dan polongnya juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan
makanan ternak. Di Mamminasata, terdapat pabrik pengolahan tahu/tempe dan saus
kedelai, sedang pabrik pengolahan minyak kedelai belum ada.
Kakao (coklat) umumnya diekspor dalam bentuk biji kakao. Di Sulawesi Selatan,
terdapat sekitar 20 perusahaan eksportir. Beberapa perusahaan mengolah biji kakao
9
Pada tahun 2003, Dinas Pertanian Propinsi Sulawesi Selatan meluncurkan Program Pembangunan Agri-bisnis Hortikultura
untuk sejumlah tanaman pilihan. Rincian kegiatan dan kondisi perkembangannya belum terindentifikasi.
4-11
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
menjadi mentega kakao berbentuk bubuk. Secara umum, kualitas kakao Sulawesi
Selatan dianggap rendah dalam hal cita rasa akibat buruknya penanganan
pasca-panen (fermentasi) terhadap varietas asli Malaysia ini di tingkat petani, serta
pada proses pengangkutan. Tidak adanya perbedaan harga antara biji kakao hasil
fermentasi dan tanpa fermentasi yang ditawarkan oleh para pedagang menyebabkan
para petani menjadi tidak termotivasi dalam mengupayakan perbaikan mutu.
Pemerintah pusat belum lama ini menetapkan standar nasional untuk para produsen
kakao, dan tenaga-tenaga sosialisasi ditugaskan untuk memberikan penyuluhan
tentang standar tersebut di tingkat propinsi.
Budidaya Kelapa dan industri kelapa terpadu direkomendasikan dalam studi yang
dilaksanakan oleh Universitas Hasanuddin. 10 Studi tersebut merekomendasikan
pengembangan industri kelapa untuk minyak kelapa mentah (crude coconut oil),
serat kelapa, sirup kelapa, tempurung kelapa, nata de coco, papan dan berbagai
produk sampingan lainnya, secara khusus, di Polewali, Mamuju, Luwu Utara dan
Selayar. Studi tersebut juga menyarankan agar membangun industri hilir di Pare-Pare
dan Makassar untuk mengolah produk-produk yang diperuntukkan bagi konsumen di
perkotaan, seperti asam bebas lemak, jok mobil, karbon aktif, santan beku, tepung,
kerajinan tangan dan aneka produk kelapa siap pakai.
Tebu: Pabrik gula (3.000 ton/hari) terletak di Takalar. Pabrik Gula Takalar hanya
beroperasi selama 70 hari atau bahkan 50 hari dalam setahun karena kurangnya
pasokan tebu. Dari 6.000 ha lahan perkebunan tebu yang dimiliki, hanya 4.000 ha
saja yang ditanami. Tanaman tebu yang mendapatkan air irigasi hanya sekitar 400 ha.
Berbagai masalah berakar dari manajemen pabrik gula tersebut. Sebagian petani
kontrak ingin beralih menanam jagung karena keuntungan yang diperoleh dari
penanaman tebu yang tidak beririgasi tersebut sedikit.
Jambu Mete merupakan salah satu produk bernilai tinggi jika diolah secara tepat.
Pemanfaatan produk berbahan jambu mete bermacam-macam, antara lain kacang
mete, minyak industri yang digiling dari kulit jambu mete, buah jambu mete (cashew
10
Rancangan Laporan Akhir Cetak Biru Rencana Pengembangan Agroindustri Komoditas Unggulan di Sulawesi Selatan,
Juli 2004. Pusat Penelitian Universitas Hasanuddin. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdaganan Propinsi,
perusahaan-perusahaan minyak kelapa terdapat di Bulukumba, Luwu, Polmas, Soppeng, Majene, dan Selayar.
4-12
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
apple) sebagai makanan ternak dan pupuk organik. Sampai saat ini, sudah ada enam
perusahaan pengolahan kacang mete yang beroperasi di Makassar. Meskipun
demikian, hanya dua diantaranya yang betul-betul aktif beroperasi. Salah satu alasan
mengapa kedua perusahaan tersebut mampu bertahan adalah karena
perusahaan-perusahaan tersebut bekerjasama dengan produsen jambu mete sehingga
keduanya dapat membeli kacang mete yang belum dikupas dari para produsen
tersebut, sehingga biaya pengolahan dapat dikurangi. Kualitas produk kacang mete
dalam bentuk produk siap konsumsi umumnya rendah, sementara itu kulit jambu
mete dibuang atau digunakan sebagai pupuk organik. Selain itu, beberapa pedagang
mengumpulkan jambu mete tanpa kulit dan mengekspornya ke India untuk digiling
menjadi minyak industri dan kacang mete yang diolah dengan baik sehingga semakin
meningkatkan andil pasar global India.
3) Produk Peternakan
Lahan penggembalaan ternak intensif terdapat di Bone, Gowa dan Polmas. Hewan
ternak dibawa ke Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan melalui Pelabuhan
Pare-Pare. Kambing dapat menghasilkan berbagai macam produk (kulit dan susu).
Ayam dan itik hewan ternak kecil yang dapat menghasilkan daging segar/beku,
daging cincang, makanan instan, rempah-rempah, makanan pembuka, dan bulunya
dapat dibuat pakaian. Secara khusus, konsumsi daging ternak dan ayam di daerah
perkotaan tergolong tinggi, sekitar 8 ton daging per hari dibutuhkan oleh warga
Makassar. Namun, pasokan daging baru mencapai 3-4 ton per hari. 11 Ini
menunjukkan rendahnya kapasitas produksi di dan sekitar daerah perkotaan, unit
produksi berskala kecil, atau sistem pemasaran yang tidak tepat.
4) Produk Perikanan
Ikan laut/darat juga bisa diolah menjadi berbagai jenis produk seperti bakso ikan,
tepung ikan, ikan asin dan sebagainya. Sebagian kecil produk ikan dan udang
laut/darat dialihkan untuk pemeliharaan bibit ikan dan udang dalam bentuk budidaya
tambak. Sebenarnya, usaha pembiakan udang dan ikan bandeng terdapat di daerah
11
Pembangunan Daerah Makassar 2002-2003.
4-13
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
pesisir pantai Takalar. Meski demikian, aktivitasnya tidak terlalu luas karena
lemahnya manajemen dan kurangnya jaringan bisnis. Oleh karena itu, fleksibilitas
produksi dan keragaman industri pengolahan di Mamminasata masih tetap rendah.
Tidak ada pabrik pengalengan yang memproduksi barang-barang siap konsumsi.
Ada dua perusahaan pengolahan rumput laut di Mamminasata; satu di Maros dan
satunya lagi di Takalar. Karena sebagian besar permintaan ekspor adalah bahan baku
untuk agar-agar (gelatin) dan bahan campuran kosmetik, maka metode
pengolahannya sangat sederhana (hanya berupa serpihan atau tepung). Dengan
demikian, peluang untuk memproduksi barang-barang jadi yang bernilai tambah
lebih untuk ekspor sangat terbuka. Usaha rumput laut memberikan hasil yang lebih
tinggi (Rp. 300-500.000/kapita/bulan tergantung musim) bagi petani atau nelayan,
dan untuk masuk ke bisnis ini cukup mudah. Beberapa produsen mangga di sekitar
pesisir pantai Takalar beralih ke bisnis ini, sambil tetap memelihara pohon mangga,
meski tidak secara sungguh-sungguh.
Tahun 2001, Penaksiran Stok Ikan Laut Nasional12 dilakukan di Selat Makassar dan
Laut Flores. Survei tersebut mengungkapkan bahwa 72% dari potensi sumberdaya
ikan telah terekspolitasi pada tahun 2001, meningkat dari 67% pada tahun 1997.
Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa beberapa jenis ikan telah tereksploitasi
melebihi perkiraan daya produksinya.
Hasil hutan sangat beragam, misalnya damar dari pohon cemara untuk keperluan
12
Penaksiran stok ikan di perairan Indonesia, Badan Penelitian Perikanan dan Kelautan di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi LIPI, Kementerian Perikanan dan Kelautan Indonesia, 2001.
4-14
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
industri kimia, perabot bambu/rotan, kerajinan tangan dari kayu, produk dari madu
seperti suplemen nutrisi (propolis, royal jely). Meski demikian, kualitas produk dari
kayu relatif rendah jika dibandingkan produk dari pulau Kalimantan karena
perbedaan jenis tanah dan rendahnya kualitas bibit. Pusat penelitian diharapkan dapat
menetapkan sertifikasi yang ilmiah terhadap bibit-bibit yang potensial.
Perkembangan industri perabot dari kayu/rotan di Sulawesi Selatan agak lambat
karena rendahnya mutu desain dan kualitas, hal ini terutama diakibatkan oleh
kurangnya keterampilan dan buruknya peralatan.
(a) Kebutuhan atas sereal, khususnya padi, menunjukkan tren yang menurun
selama dekade yang lalu dan akan terus turun pada dekade selanjutnya.
(b) Sumber konsumsi protein kelihatannya akan beralih dari sereal ke daging
(sapi, dan unggas), ikan, dan susu.
(c) Kebutuhan atas sayuran, makanan dan minuman olahan meningkat, dan
akan terus berlanjut pada dekade selanjutnya.
(b) Tidak ada sistem pemasaran yang teratur untuk hasil-hasil panen . Sebagian
besar produsen menjual hasil panennya kepada para pedagang pengumpul
(off-gate) dengan harga yang lebih rendah. (Insentif harga bagi produsen
rendah).
(c) Informasi pasar ke produsen kurang dan harga ditentukan oleh perantara.
(d) Para petani tidak peduli dengan kualitas buah-buahan, sayuran, dan
tanaman perkebunan dan sepertinya puas dengan pendapatan yang
biasa-biasa saja.
4-15
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
(e) Mutu varitas bibit rendah, memandekkan perkembangan unit produksi dan
kualitas produk.
(f) Tidak ada sistem pengembangbiakan ternak yang teratur, dan skala
produksi terlalu kecil.
(f) Perikanan laut bisa diintensifkan hanya jika penangkapan ikan yang
berlebihan diatur secara tepat untuk menjaga daya produksi.
(g) Perikanan darat juga bisa diintensifkan hanya jika budidaya tambak di
kelola dengan baik untuk mencegah serangan penyakit yang merusak, dan
menjaga pasokan bibit ikan yang cukup dan tepat waktu.
(a) Pasokan bahan baku tidak cukup. Kualitas bahan baku yang homogen
sangat penting, dengan tingkat kontrol mutu yang tinggi dan pengelolaan
biaya tenaga kerja yang baik.
(b) Teknologi pengolahan mandek atau berjalan di tempat, dan sebagian besar
produk diolah di tingkat primer. Para pengolah daging skalanya kecil
dengan pengelolaan yang kurang higenis. Kurangnya teknologi tepat guna
merupakan hambatan utama dalam mengembangkan pertanian dan
aquakultur berorientasi ekspor.
(c) Kurangnya cold chain (sistem pemasaran dengan fasilitas cold storage)
merupakan salah satu rintangan dalam pengolahan dan pemasaran ikan dan
daging.
4-16
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
4-17
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
Pada sistem irigasi teknis Bili-Bili, luas lahan yang harus dikurangi adalah 960 ha.
Daerah irigasi semi-teknis, non-teknis dan tadah hujan juga akan dikurangi hingga
1.290 ha. Secara keseluruhan, sekitar 2.250 ha lahan pertanian akan dikonversi
menjadi daerah urbanisasi dan industri.
4-18
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
Dry Paddy 10,547 17,777 Dry Paddy 10,547 20,915 Dry Paddy 10,447 20,716 -198
Kampili Area Wet Paddy 10,547 12,847 Kampili Area Wet Paddy 10,547 15,114 Kampili Area Wet Paddy 10,447 14,971 -143
(10,547ha) Palawija 10,547 7,459 (10,547ha) Palawija 10,547 7,459 (10,447ha) Palawija 10,447 7,389 -71
Subtotal 31,641 38,084 Subtotal 31,641 43,488 Subtotal 31,341 43,076 -412
Dry Paddy 10,686 18,012 Dry Paddy 10,686 21,190 Dry Paddy 10,676 21,171 -20
Bissua Area Wet Paddy 10,686 13,016 Bissua Area Wet Paddy 10,686 15,313 Bissua Area Wet Paddy 10,676 15,299 -14
(10,686ha) Palawija 10,686 7,558 (10,686ha) Palawija 10,686 7,558 (10,676ha) Palawija 10,676 7,551 -7
Subtotal 32,058 38,585 Subtotal 32,058 44,061 Subtotal 32,028 44,020 -41
13
Kalkulasi detil menyangkut bagian ini dapat dilihat pada Apendiks-III.
14
Keuntungan bersih per hektar berdasarkan anggaran tanaman terbaru sejak studi kelayakan. Karena sumber data berbeda,
maka nilai produksi pada tabel juga berbeda dari nilai PDRB yang ditunjukkan pada statistic BPS.
4-19
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
15,000
12,000
1,000 Rp
9,000
6,000
3,000
0
Paddy (Dry) Paddy Maize Soybean Groundnuts Mungbean Cabbage Carrot Chili Watermelon Sugarcane
(Wet)
Gambar 3-2 Keuntungan Bersih Panen per Hektar untuk Tanaman-Tanaman Pilihan dengan
Kondisi Lahan Beririgasi
Meski diketahui bahwa padi masih merupakan tanaman penting bagi para petani,
namun sedikit perubahan pada pola tanam perlu dipromosikan secara bertahap untuk
mencapai keuntungan maksimum dari lahan mereka. Tabel 3-3 menunjukkan hasil
simulasi intensitas tanam dengan kondisi lahan beririgasi di Bili-Bili.
Tabel 3-3 menunjukkan intensitas tanam di masa yang akan datang untuk menjaga
kestabilan unit produksi pada tingkat yang diharapkan sesuai dengan studi kelayakan
terhadap Proyek Irigasi Bili-Bili. Perubahan pada pola tanam tersebut akan menjaga
tingkat keuntungan yang sama seperti perkiraan sebelumnya pada Proyek Irigasi
Bili-Bili.
Selanjutnya diketahui bahwa dengan kombinasi pola tanam, budidaya tambak ikan di
dalam area sawah akan menyumbang banyak bagi peningkatan pendapatan atau
keuntungan petani pada lahan beririgasi.
4-20
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
Berkaitan dengan kebutuhan air irigasi yang berkurang karena intensitas penanaman
padi, maka air irigasi yang berkurang tersebut akan dialihkan untuk meningkatkan
produksi tebu di Takalar. Saat ini, Pabik Gula Takalar mengalami kekurangan air
irigasi meskipun ia memainkan peranan penting dalam menyediakan kesempatan
kerja bagi lebih dari 5.000 orang. Jika air irigasi bisa terjamin dan manajemennya
dibenahi, maka Pabrik Gula Takalar akan bisa bangkit kembali.
Intensitas tanam saat ini diperkirakan rata-rata sekitar 130%,15 dan intensitas tanam
ke depan akan ditingkatkan sebesar 10% pada aneka lahan pertanian perkotaan tidak
beririgasi. Ini akan tercapai dengan menggunakan air pompa dari sumber air terdekat
seperti sungai, danau dan kolam, atau pembangunan fasilitas air bawah tanah untuk
menutupi kebutuhan air.
4-21
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
Namun demikian, biaya proyek diperkirakan lebih dari US$11.000 per hektar
termasuk konstruksi bendungan dan prasarana irigasi Pamukkulu. Biaya tersebut
terlalu mahal. Pemanfaatan alternatif untuk lahan ini harus diperuntukan untuk kebun
buah-buahan, peternakan dan fungsi lainnya.
4-22
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
Nilai produksi bersih dari usulan zonasi tersebut diharapkan sekitar Rp. 345 milyar,
1,5 kali lebih besar dari produksi bersih Rp. 225 milyar pada tahun 2005.
4-23
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
Produksi perikanan laut akan menjadi yang terbesar, diikuti oleh tambak air payau.
Tapi ternyata, ikan laut lebih populer dari pada ikan darat di Mamminasata. Oleh
karena itu, pengembangan perikanan akan memberikan perhatian utama pada
perikanan laut.
Di lain pihak, produktivitas perikanan darat di Maros dan Gowa cukup tinggi seperti
terlihat pada Tabel 3-7.
4-24
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
4-25
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
Unorganized / Unclustered
Group of Products
Vegetables
Honey Shrimp
Milk Fish
By-Products
Cacao
Chicken
Fruits
Vanilla
Cattle Coconut
Seaweed
Sugar
Cashew Coffee
Groundnut
Soybean
Maize Goat
Clustering
Ice Cream Chocolate Bar/Candy Chicken Production Soy Milk, Tofu, Tempe Various Juice/Beverage
Melalui pengembangan klaster, akan dikombinasikan lebih dari satu produk atau
sekelompok individu untuk memproduksi barang-barang bernilai tambah lebih.
Contohnya, produksi susu, gula, vanili, coklat (untuk perencah coklat) dan banyak
lagi jenis buah-buahan dan kacang-kacangan yang akan dikombinasikan untuk
membangun klaster es krim untuk meransang permintaan positif terhadap
bahan-bahan baku komiditas tersebut. Jenis klaster lain adalah sebuah pertalian
dengan mekanisasi seperti mesin penabur benih, pemanen dan peralatan lain yang
akan menggantikan pekerjaan tenaga kerja terampil. Pengembangan klaster dengan
4-26
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
Klaster-klaster seperti itu tidak tidak mesti terbatas hanya di wilayah Mamminasata
dan Sulawesi Selatan saja. Melainkan, klaster-klaster ini dapat dikembangkan secara
lebih luas hingga mencakup seluruh Sulawesi sehingga membentuk klaster Pulau
Sulawesi. Upaya-upaya pengembangan jaringan dalam klaster-klaster ini perlu
dijabarkan lebih jauh, namun difasilitasi melalui pengembangan jaringan transportasi
darat, laut, dan udara. Jika usulan pemindahan fungsi-fungsi pusat pengolahan dari
Surabaya ke Mamminasata bisa terwujud, secara bertahap tapi pasti, maka
perpindahan tersebut pada gilirannya akan beralih ke Sulawesi Selatan dan Pulau
Sulawesi dalam jangka menengah dan jangka panjang.
4-27
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
Present
Marketed as Raw Materials
Step 1: Effort for Producing the Value- Step 2: Learning Process in Domestic Step 3: Going into International
Added Markets Markets by Full Use of Lessons
Learned in Domestic Markets
Harvested Commodities
Value-Added
Future
Increase Competitiveness
Processed into Ready-to- Domestic Markets International Markets
Consume Products
Advance into Foreign Countries
Value-Added
Packaging
Harvest in West
kondisi iklim pertanian yang bervariasi di Harvest in East
Note: Harvesting period in the west is based on cropping pattern in Bili Bili
pantai barat dan timur, dan untuk Irrigation Project, while in the east on cropping pattern in Salomekko Irrigation
Source: Feasibility Study Report on Bili Bili Irrigation Project, and Data from
DISIMP (Decentralized Irrigation System Improvement Project) Office.
memproduksi tanaman- tanaman yang Gambar. 3-9 Pola Curah Hujan dan Masa
sama pada musim-musim yang berbeda. Panen Tanaman Musiman (Beririgasi) di
Sulawesi Selatan
Jika ini dapat dikelola dengan baik, maka
pasokan bahan baku yang konstan atau berkelanjutan akan terwujud. Gambar 3-9
menunjukkan pola curah hujan tahunan dan masa panen pada sawah beririgasi di
pantai barat dan timur Sulawesi Selatan. Mengingat masa panen tersebut, maka
4-28
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
pasokan bahan baku pertanian yang lebih konstan dan stabil akan terwujud di
Mamminasata.
Keuntungan ini dapat diterapkan tidak hanya untuk tanaman-tanaman musiman (mis.
padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, semangka) tetapi juga
tanaman-tanaman pohon (mis. coklat, jambu mete, lada, mangga). Untuk pengolahan
berbasis perikanan, pengembangan usaha penetasan dan cold storage (penyimpanan
beku) juga akan menjamin pasokan bahan baku yang stabil. Pada tahap ini,
penguatan pengangkutan laut atau darat antar pulau juga harus dipromosikan untuk
mendukung rantai pasokan dan pengembangan klaster.
1,400
1,300 BAPPEDA 5% Growth Case
3% Moderate Growth Case
1,200
1,100
Billion Rp.
1,000
900
800
700
600
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
Year
Produksi pertanian seperti diusulkan pada bagian sebelumnya untuk produk pangan/
non-pangan, ternak, hasil hutan dan perikanan secara keseluruhan akan meningkat
lebih dari 1,5 kali menjelang tahun 2020 dari angka tersebut pada tahun 2005.
Pencapaian ini setara dengan tingkat pertumbuhan PDRB sebesar 3% per tahun
untuk sektor pertanian, produktivitas, dan pemanfaatan lahan tidur menjadi produktif.
Proyeksi PDRB dapat di lihat pada Tabel 3-8.
4-29
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
4-30
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
4-31
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
(M5) Pengembangan Dan Industri kemasan/pengepakan perlu diperkuat agar bisa Pabrikan Pemerintah
Promosi Industri bersaing secara sehat dengan industri yang sama di luar
Kemasan/Pengepakan pulau Sulawesi, terutama di tingkat pedagang pengecer.
Khususnya teknologi pengepakan hampa udara untuk
produk-produk beku, teknik desain kemasannya
merupakan hal yang paling penting. Dengan demikian,
diharapkan dapat merangang industri sekitar seperti
industri bahan dan kimia yang juga memerlukan bantuan
teknis dari sektor swasta, baik perusahaan dalam negeri
maupun asing.
(M6) Program Usaha penetasan aneka jenis hasil laut perlu Pemerintah Institusi
Pengembangan Usaha dikembangkan di sepanjang pesisir pantai Mamminasata, Akademik
Penetasan Ikan antara lain udang windu, ikan bandeng, ikan kerapu, ikan
tuna, ikan terbang, kuda laut dan lain-lain. Pada saat yang
sama, penggunaan keramba jaring ikan perlu
dipromosikan kepada para nelayan darat dalam rangka
memperkenalkan praktek budidaya yang tepat.
(M7) Studi Pembangunan Studi mengenai pembangunan TPI perlu dilaksanakan Pemerintah --
TPI di Wilayah untuk menaksir skala optimal TPI di Makassar dan
Mamminasata Takalar. Untuk prospek jangka panjang, promosi
perikanan lepas pantai perlu dipertimbangkan dalam hal
kapasitas TPI terhadap kebutuhan di masa yang akan
datang.
4-32
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (4)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PERTANIAN
(a) Pembongkaran saluran irigasi harus dihindari atau dikurangi dalam tata guna
lahan di Mamminasata ke depan.
(c) Pembangunan irigasi teknis pada lahan-lahan baru yang dapat diairi perlu dikaji
ulang secara cermat, dengan membandingkan biaya investasi dan laba, dengan
memperhatikan bahwa kebutuhan terhadap padi akan menurun.
(f) Mendatangkan lebih banyak investasi swasta dalam usaha pengolahan dan
pemasaran pertanian dan perikanan, dengan tetap memberikan perhatian khusus
pada perlindungan lingkungan di Mamminasata.
4-33
Lampiran 1
Luas Produksi Tanaman di Mamminasata
Food Crops
Area and Production Trend of Wetland Paddy
1999 2000 2001 2002 2003
Harvested Production Harvested Production Harvested Production Harvested Production Harvested Production Yield
Regency
Area (ha) (ton) Area (ha) (ton) Area (ha) (ton) Area (ha) (ton) Area (ha) (ton) (ton/ha)
Makassar 4,139 19,458 2,779 15,962 2,763 14,116 2,172 11,033 2,269 11,468 5.1
Maros 39,534 217,973 41,191 226,960 41,377 226,127 41,123 223,325 38,458 212,676 5.5
Gowa N/A N/A 45,323 204,681 45,728 206,912 44,724 229,993 48,445 230,209 4.8
Takalar 22,620 120,449 23,117 120,449 22,760 119,992 20,466 115,975 20,547 116,198 5.7
Total 66,293 357,880 112,410 568,051 112,628 567,147 108,485 580,326 109,719 570,551 5.2
Harvested Production Harvested Production Harvested Production Harvested Production Harvested Production Yield
Regency
Area (ha) (ton) Area (ha) (ton) Area (ha) (ton) Area (ha) (ton) Area (ha) (ton) (ton/ha)
Gowa 2,354 1,501 2,512 1,750 2,639 1,926 2,423 1,916 4,410 1,803 0.4
Takalar 6 3 6 3 6 3 6 4 6 4 0.7
Total 2,360 1,504 2,518 1,753 2,645 1,929 2,429 1,920 4,416 1,807 0.4
Harvested Production Harvested Production Harvested Production Harvested Production Harvested Production Yield
Regency
Area (ha) (ton) Area (ha) (ton) Area (ha) (ton) Area (ha) (ton) Area (ha) (ton) (ton/ha)
- Coconut essence
- Coconut wine
- Coconut sauce
- Drink
- Pharmacy industry
Coffee Berry - Coffee beans for export
- Instant coffee
- Caffeine
Fruit Residues
Coffee
Organic fertilizer
Leaf Compost industrial
materials
Cashew nut
Cashew Shell
Jam / Jelly
Markissa
Alcohol
Rice Alcohol
Cake / snack /
Residue Rice flour noodle industries
Paddy
Bran Animal feed
- Corn
- Maize flour
- Animal feed
Grain - Corn oil
Soybean
Leaf - Vegetable
- Organic fertilizer
Food industry
Dried seaweed
Pharmacy industry
Bamboo Handcraft materials - Tooth pick, chopsticks, fan, lamp cap, etc.
Perkiraan Biaya Tanaman, Nilai Produksi, Keuntungan Bersih dan Peruntukan Lahan
Dry Paddy 10,547 17,777 Dry Paddy 10,547 20,915 Dry Paddy 10,447 20,716 -198
Kampili Area Wet Paddy 10,547 12,847 Kampili Area Wet Paddy 10,547 15,114 Kampili Area Wet Paddy 10,447 14,971 -143
(10,547ha) Palawija 10,547 7,459 (10,547ha) Palawija 10,547 7,459 (10,447ha) Palawija 10,447 7,389 -71
Subtotal 31,641 38,084 Subtotal 31,641 43,488 Subtotal 31,341 43,076 -412
Dry Paddy 10,686 18,012 Dry Paddy 10,686 21,190 Dry Paddy 10,676 21,171 -20
Bissua Area Wet Paddy 10,686 13,016 Bissua Area Wet Paddy 10,686 15,313 Bissua Area Wet Paddy 10,676 15,299 -14
(10,686ha) Palawija 10,686 7,558 (10,686ha) Palawija 10,686 7,558 (10,676ha) Palawija 10,676 7,551 -7
Subtotal 32,058 38,585 Subtotal 32,058 44,061 Subtotal 32,028 44,020 -41
Tabel A3-6 Perkiraan Keuntungan Bersih Per Hektar di Lahan Irigasi Teknis
(Perbandingan 2005 dan 2020)
Tabel A3-7 Perkiraan Keuntungan Bersih Per Hektar di Lahan Semi-Irigasi, Irigasi Non-Teknis
(Perbandingan 2005 dan 2020)
Semi/Non-Technical Irrigation
Present Condition (130%) Future Condition in 2020 Urban Agriculture (140%) Other Area (130%) Dryland Area (70%)
Area/Rainfed Area
Net Return Net Return
Yield Net Return per Net Return Net Return Net Return
Crops Intensity Yield (ton/ha) per crop Intensity Intensity Intensity from 1ha
(ton/ha) crop (Rp./ha) from 1ha Plot from 1ha Plot from 1ha Plot
(Rp./ha) Plot
Wet Paddy 5.5 1,689,500 100% 1,689,500 5.8 2,019,500 89% 1,797,355 70% 1,413,650 0% 0
Dry Paddy 3.4 405,500 0% 0 4.0 1,065,500 0% 0 0% 0 0% 0
Maize 3.3 1,740,000 7% 121,800 3.6 2,040,000 10% 204,000 15% 306,000 10% 174,000
Soybean 1.4 1,323,625 5% 66,181 1.5 1,553,625 7% 108,754 7% 108,754 0% 0
Groundnuts 1.5 2,390,250 10% 239,025 1.6 2,740,250 15% 411,038 15% 411,038 12% 286,830
Mungbean 0.8 730,000 5% 36,500 1.0 1,190,000 3% 35,700 8% 95,200 0% 0
Cassava 18.0 641,250 3% 19,238 20.0 1,241,250 5% 62,063 10% 124,125 15% 96,188
Tabel A3-9 Tata Guna Lahan Pertanian dan Perkiraan Nila Produksi Bersih pada Tahun 2020
PENGEMBANGAN INDUSTRI
Daftar Isi
1) Kontribusi PDRB
Kontribusi PDRB dari sektor manufaktur di Mamminasata1 (20% pada tahun 2003)
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata Sulawesi Selatan (12%), tapi relatif masih
rendah terhadap Indonesia (31%).
Electricity,
Gas, Water
Mining,
Financial Consturction 2%
7% Quarrying
Service Trade, Hotel,
1%
8% Restaurant
Transport, 21%
Communi-
cation
11%
Agriculture, Manufacturing
Livestock, Service Industry
Forestry, 15% 20%
Fishery
15%
Sumber: Produk Domestik Regional Bruto (2003) Makassar, Maros, Gowa, dan Takalar
Gambar 1- 1 Kontribusi PDRB dalam Area Studi (2003)
Konsentrasi sektor manufaktur yang relatif tinggi ini kebanyakan berasal dari
Makassar karena kontribusi tiga kabupaten lainnya hanya 16% dari kontribusi
Makassar.
3,000 30%
2,500 25%
2,000 20%
Million Rp.
GRDP Breakdown
1,500 15%
GRDP Share
1,000 10%
500 5%
0 0%
Makassar Maros Gowa Takalar
Sumber: Produk Domestik Regional Bruto (2003) Makassar, Maros, Gowa, dan Takalar
Gambar 1- 2 Kontribusi PDRB Sektor Manufaktur (2003)
2) Kontribusi Sektor
Meski 71% dari tenaga kerja bekerja pada UKM, namun kontribusi UKM terhadap
PDRB di sektor manufaktur hanya 12%. Dua sektor utama, makanan/minuman dan
produk kayu/furnitur yang dihasilkan oleh usaha besar dan menengah mendominasi
1
"Mamminasata" dalam laporan ini merujuk pada Kota Makassar, Kabupaten Maros, Gowa, dan Takalar secara
keseluruhan.
5-1
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
PDRB sektor manufaktur sebesar 83% di tahun 2003. Sektor-sektor lain dari usaha
besar dan menengah hanya menyumbang 4% dari total PDRB.
food,
non-metalic other beverages wood products,
mineral (L&M) furniture (L&M)
(L&M)
products 15% 7%
1% small and micro
fertilizers, (L&M) mineral
12%
chemical, 1% products (L&M)
food, beverages
rubber 2%
equipment, (L&M)
(L&M) equipment,
machinery, 41%
1% machinery,
apparatus
apparatus
(L&M)
(L&M)
2% other (L&M) 2%
small and micro
wood products, 3%
71%
furniture
(L&M)
42%
Gambar 1- 3 Bagian PDRB dalam Area Studi (2003) Gambar 1- 4 Distribusi Tenaga dalam Area
Studi (2003)
Di samping itu, kecuali dua sektor dominan (makanan/minuman dan produk
kayu/furnitur), produktivitas tenaga kerja pada sektor manufaktur di Mamminasata
jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata produktivitas tenaga kerja nasional. (Lihat
Gambar 1-5).
Million Rp.
300
250
200
150
100
50
0
pa
In d
eq rin
iro
pe
Ma one
fe asic iner
ui
fo
n
no
rt
r,
pm ing
mm sia
od
wo
&
iliz
p
te
n-
ot
ina
en
,b
od
b
xt
er
sa
he
t,
ev
t
ile
s,
et s
ta
pr
r
m
er
,l
a
ch
od
ac
l
m
ic
ea
ag
em
et , ap
uc
h
t
e
he
al
ts
ica
in
,f
r,
er
y
l,
ur
fo
al
ru
nit t s
ot
pr
bb
pa
wa
ur
od
er
ra
re
uc
tu
s
Gambar 1- 5 Nilai Tambah per Pekerja Usaha Besar dan Menengah (2003)
3) Kecenderungan
Ditandai dengan berdirinya PT. Semen Bosowa Maros, sebuah perusahaan semen
berskala besar, PDRB sektor manufaktur meningkat hingga 13% di tahun 1999;
namun, tingkat pertumbuhannya cenderung menurun sejak itu. Tingkat pertumbuhan
rata-rata sektor manufaktur dari tahun 2000 hingga 2003 kurang dari 5% baik di
tingkat nasional maupun lokal. Di tengah-tengah persaingan global yang semakin
meningkat, kecenderungan masa depan kelihatannya tidak begitu menjanjikan,
kecuali jika ada langkah-langkah antisipasi yang tepat diambil.
5-2
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
15.0%
10.0%
p p ( )
(RCA: 10.1-100.0)
250,000,000
Cocoa Nickel ores and
concentrates
200,000,000
Value of Exports (USD)
150,000,000
Crude animal
materials, N.E.S
100,000,000
0
10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00
Revealed Comparative Advantage (More competitive→)
5-3
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
p p
(RCA: 3.1-10.0)
70,000,000
Crustanceans
moluscs and
60,000,000 aquaticinvertebrates
Value of Exports (USD)
50,000,000
Sugar, molasses and
honey
40,000,000
Feeding stuff
30,000,000 for animals Rice
Crude vegetable
materials, N.E.S
20,000,000 Fish, dried salted or
in brine; smoked fish
10,000,000
0
3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50 8.00
Revealed Comparative Advantage (More competitive→)
(RCA: 1.0-3.0)
14,000,000
Wood Fish, fresh,
manufactures, chilled or frozen
N.E.S
12,000,000
Coffee and
Value of Exports (USD)
8,000,000
Fruit and nut,
fresh or dried
6,000,000
Measuring, checking, Stone, sand
and controlling instr. and gravel Wood in the
4,000,000 rough or roughly
squared
2,000,000
0
1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50
Revealed Comparative Advantage
(More competitive→)
1) Produk Makanan
Oleh karena produk pertanian dan kelautan merupakan sumber daya utama yang ada
di Sulawesi Selatan, sektor makanan/minuman memperoleh prioritas kebijakan
tertinggi. Berikut adalah status terkini produk utama pertanian dan kelautan yang
5-4
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
diolah di Mamminasata.
Kakao
Biji dan produk kakao merupakan komoditi ekspor terbesar kedua Sulawesi Selatan
setelah nikel. Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga setelah Pantai
Gading dan Ghana, sementara 70% kakao ekspor Indonesia diproduksi di Sulawesi
Selatan. Namun demikian, kualitas kakao Indonesia di anggap berbeda dari biji
kakao Afrika. Kakao Indonesia bercita rasa rendah, sementara kakao Afrika unggul
dalam hal cita rasa dan aroma. Kakao dari Sulawesi Selatan saat ini dicirikan sebagai
berikut: biji kecil, mentega berkadar lemak rendah, dan berkadar ampas tinggi.
Reputasi tersebut menjadikan harga biji kakao fermentasi tidak didasarkan atas
kualitas, meski biji kakao hasil fermentasi memiliki aroma yang lebih baik bila
dibandingkan dengan biji yang tidak difermentasi.2 Hal ini membuat para petani
enggan untuk melakukan fermentasi. Dengan demikian, pasaran biji kakao Sulawesi
Selatan masih didominasi oleh kakao yang tidak difermentasi.
Pasar terbesar kakao Indonesia adalah Amerika Serikat, di mana biji-biji kakao dari
Indonesia dicampur dengan kakao berkualitas lebih tinggi agar cita rasanya lebih
baik. Dengan demikian, perusahaan pengelola kakao terbesar di Mamminasata, PT
Effem Indonesia, berasal dari AS. Namun, hanya 10% kakao yang diproses di
Sulawesi Selatan, sementara sebagian besar lainnya diekspor dalam bentuk biji
kakao.
Ancaman terbesar terhadap industri ini adalah tingkat produksi kakao. Masalah yang
timbul adalah serangga perusak kakao (Cacao Pod Borer), ngengat yang bertelur di
polong kakao. Serangga perusak ini telah mempengaruhi produksi biji kakao hingga
lebih dari 50%. Masalah lain adalah pohon kakao yang terlalu tua. Produksi biji
kakao mencapai puncaknya pada umur sekitar 8 - 10 tahun sementara kebanyakan
pohon kakao di Sulawesi Selatan sudah berumur lebih dari 20 tahun.
2
Harga kakao non fermentasi di Sulawesi Selatan adalah Rp. 10.300, semi fermentasi Rp. 10.800, dan cokelat
hasil fermentasi Rp 11.300 per kilogram pada tgl 10 November. Harga didasarkan pada transaksi bursa New
York.
5-5
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
Gula
Masalah menyangkut industri gula tidak hanya disebabkan Pabrik Gula Takalar
oleh faktor lokal. Produksi gula sudah tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan nasional sejak 1967. Kira-kira setengah konsumsi nasional
mengandalkan impor. Pemerintah telah mencoba untuk meningkatkan produksi tebu
dengan mempertahankan ketertarikan para petani pada tanaman tebu. Ini telah
dilakukan dengan mengontrol harga melalui BULOG (Badan Urusan Logistik) dan
menerapkan batas perdagangan dalam hal ini impor gula. Namun, tak ada insentif
yang diberikan kepada petani penanam tebu. Ladang tebu di Mamminasata juga telah
berubah dan ditanami tanaman lain seperti jagung.
Produktivitas tebu yang rendah (rata-rata 35 ton/ha) sebagai akibat dari kurangnya air
irrigáis dan varitas yang kurang memadai untuk pengolahan irigasi, serta aplikasi dan
peralatan yang tidak memadai.
Untuk mengubah situasi tersebut di atas, maka perlu menciptakan persaingan industri
gula dengan mengundang investor swasta. Sebenarnya, pemerintah telah
meliberalisasi produksi gula dan mempromosikan investasi publik. Namun, lebih
mudah menarik investor swasta di mana kesempatan besar terbuka, seperti misalnya
di Lampung.
Cara lain untuk meningkatkan dinamika industri gula adalah menciptakan kegiatan
komersial melalui produk sampingan tanaman tebu seperti sirup/tetes gula dan
ethanol. Sementara gula tak mampu memenuhi permintaan daerah dan diimpor dari
negara-negara tetangga seperti, Taiwan, Malaysia, dan Hong Kong; maka sirup/tetes
gula diekspor ke Korea Selatan dan Taiwan. Produk bernilai tambah tersebut dapat
menciptakan kesempatan pasar jika ditunjang terus oleh pasokan tebu dan cara
pengolahan yang baik. Selain itu, ethanol dapat diproduksi dari biomass, bahan sisa
setelah memeras jus gula. Dengan teknologi moderen, biomass dapat memperoleh
nilai komersial dan ekologis.
Udang Beku
Udang beku merupakan salah satu produk ekspor yang cukup pupoler dari
Mamminasata, dan Jepang merupakan negara importir terbesar untuk komoditi udang
windu. Udang windu Sulawesi Selatan saat ini menghadapi persaingan ketat dengan
udang windu Kalimantan. Udang di Kalimantan dibudidayakan secara alami dalam
5-6
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
Rumput Laut
5-7
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
Tripleks
Furnitur
Sebagain besar furnitur diproduksi untuk pasar domestik, sementara terdapat sebuah
perusahaan Jepang yang secara khusus memproduksi furnitur dengan memanfaatkan
seni ukir artistik Bali dan Jepara.
3
Kapasitas produksinya 1,5 juta/ton semen dan 0,1 juta/ton marmer di Maros. Diperkirakan terdapat kapasitas
2,6 milyar cadangan marmer di Maros (Direktori Sulawesi Selatan 2004 pp.90-91).
5-8
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
Semen Bosowa Maros Tambang Bosowa Produk semen lainnya Produk semen
(semen) (ubin marmer) 1 (trotoar) lainnya
(tiang listrik)
Bahan galian merupakan sumber pendapatan yang cukup bagus, bukan hanya untuk
usaha menengah dan besar tapi juga untuk usaha kecil dan mikro. Terdapat sebuah
“sentra” keramik berskala besar 4 di Takalar dan Gowa. Baik JICA dan CIDA
(Canadian International Development Agency) telah membantu peningkatan nilai
produk dan pasar bagi para pembuat keramik. Selain itu, terdapat pula sentra batu
bata yang memiliki 1.072 unit sedang beroperasi di Gowa.
Produk keramik Produk keramik kecil Produk keramik hias Batu tanah liat
tradisional bantuan CIDA bantuan JICA tradisional di Gowa
4
"Sentra" artinya secara geografis menjadi pusat usaha produksi dan penjualan barang-barang serupa. "Sentra"
biasanya terdiri dari banyak usaha berskala mikro.
5-9
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
pembuat logam. Ada lagi beberapa usaha yang memanfaatkan botol yang dapat di
daur ulang untuk produk kecap dan saus tomat.
BPTTL
UPT di Indonesia memiliki reputasi rendah dalam hal pemeliharaan mesin dan hanya
memiliki alat dasar yang hanya dapat digunakan untuk mendirikan usaha-usaha
mikro. Tak terkecuali juga kerajinan logam di Makassar. Mesin yang digunakan
untuk kerajinan logam di UPT yang terdapat di Makassar tidak dipelihara dengan
baik, dan sampah berserakan di lantai.
P3ED (Pusat Promosi Perdagangan dan Ekspor Daerah) Makassar didirikan pada
tahun 2004 di bawah kerjasama JICA. Institusi ini bertujuan mengembangkan produk
bernilai tambah guna promosi ekspor. Staffnya bekerja sama dengan Disperindag
5-10
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
Ada dua hal utama yang dapat mempengaruhi kinerja P3ED. Pertama, P3ED di
Makassar kemungkinan berafiliasi dengan Dinas Perdagangan setelah adanya
pemisahan Dinas Industri dan Dinas Perdagangan. Pemisahan ini dapat
mengakibatkan P3ED mengurangi perhatiannya pada pengembangan produk bernilai
tambah dan berkonsentrasi pada perdagangan. Kedua, tiga staf yang di kirim dari
NAFED (National Agency for Export Development) dijadualkan kembali ke Jakarta
tahun ini, dan manajemen akan diserahkan ke Dinas Perdagangan. Belum bisa
dipastikan, apakah pegawai lokal siap mengemban tugas besar tersebut atau tidak.
BDI
LPT-Indak
BPSMB
BPSMB (Balai Pengujian & Sertifikasi Mutu Barang) melakukan pengujian terhadap
produk-produk fakultatif dan wajib guna menerbitkan sertifikat Standar Nasional
Indonesia (SNI). Produk fakultatif meliputi kakao, kopi, pala dan bunga pala. Produk
wajib meliputi kacang mente, biji mete, teh hitam, karet biasa, merica, cengkeh,
vanila, beras, pupuk, garam dan air mineral. BPSMB melakukan pengujian terbatas
yang tidak memenuhi keseluruhan pengujian ISO. Terdapat dua perusahaan swasta di
Mamminasata yang melakukan pengujian ISO.
5-11
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
Balai Metrologi
BLKI telah menerima kerja sama teknis dari JICA. Efek dari kerja sama tersebut
dilihat berdasarkan tingkat penerapan 5S.5 Peralatan dan mesin terawat dengan baik
dan 5S dipraktekkan dengan baik pula.
Satu upaya pemerintah yang terlihat adalah sebuah program yang di sebut Gerbang
Emas (Gerakan Pembangunan Ekonomi Masyarakat). Sebelas produk, utamanya
produk pertanian dan kelautan, telah dipromosikan. Tujuan dari program ini adalah
untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk pilihan melalui pemberdayaan
masyarakat lokal dan memperkuat ikatan di antara institusi lokal. Dalam Gerbang
Emas, pemerintah berperan sebagai fasilitator sementara bank diharapkan berperan
sebagai penyandang dana.
5
5S merupakan prinsip dasar menciptakan lingkungan kerja produktif , berasal dari istilah Jepang Sort (seiri),
Set in Order (Seiton), Shine (seiso), Standardize (Seiketsu), dan Sustain (Shitsuke)
5-12
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
Area
Produk Kegiatan Utama
Produksi
Kelapa Pinrang • Pelatihan pasca
panen
• Pemasaran
Sutera Wajo, • Pengembang-
Enrekang, biakkan
Soppeng • Pemintalan
benang
Rumput Takalar, • Produksi
lauit Maros • Pengadaan
Garam Jeneponto • Produksi
Madu Maros, • Pengembang-
Makassar biakkan
• Pelatihan
produksi madu
Jagung Bantaeng, • Pembudidayaan
Makassar • Pengadaan
• Pengolahan
Beras Pinrang, • Pembudidayaan
Pare-pare • Pengadaan
Susu Sinjai, • Pengembang-
Gowa biakan
• Pengolahan
Kerajinan Gowa, • Pengolahan
tangan Makassar
(souvenir)
Kopi Toraja, • Pembudidayaan
Enrekang • Pengadaan
Kakao Luwu • Budidaya kakao
• Perdagangan
• Pengolahan
5-13
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
5-14
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
5-15
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
5-16
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
5-17
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
Secara umum, ada dua jenis pilihan untuk lokasi industri; berbasis sumber daya dan
berbasis konsumen. Usaha yang beroperasi dekat dengan konsumen mudah untuk
dipelajari konteks permintaannya. Jika permintaan pasar lokal untuk produk
berkualitas tinggi, maka ini memberikan insentif ke usaha tersebut dalam
mengembangkan industri berbasis konsumen yang kompetitif. Namun, pasar-pasar di
Sulawesi Selatan umumnya menghargai produk bukan dari kualitasnya tapi dari
harganya. Ini menjadi sebuah kondisi lemah bagi suatu usaha yang menargetkan nilai
lebih tinggi kecuali jika usaha tersebut di bawah industri berbasis sumber daya, yang
menargetkan pasar di luar.
Kondisi faktor meliputi ketersediaan material dan SDM dan kesiapan prasarana.
Meskipun Mamminasata mempunyai keunggulan dalam ketersediaan material
sebagaimana yang dijelaskan di bagian sebelumnya, namun ada banyak isu yang
muncul dalam pengembangan SDM dan prasarana.
6
Teori klaster Michael Porter diambil dalam bukunya yang berjudul The Competitive Advantage of Nations
tahun 1990. Dia berkata bahwa klaster yang sukses adalah klaster di mana keempat faktor penentu paling
terkait secara dinamis seperti dalam Gambar 1.8.
5-18
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
2) Prasarana
Pengembangan prasarana merupakan prasyarat untuk menarik investor ke
Mamminasata. Namun, tingkat prasarana masih rendah.
Jalan
Makassar merupakan lokasi strategis untuk mengirim berbagai produk dari Sulawesi
Selatan. Oleh karena itu, kondisi jalan sangat vital untuk menghubungkan kawasan
produksi dan Makassar. Khususnya, lokasi produk-produk pertanian dan laut segar
yang akan dipadukan ke dalam perekonomian Mamminasata sangat bergantung pada
waktu pengangkutan. Selain itu, semua kawasan industri baru yang direncanakan di
Mamminasata harus dilengkapi dengan jalan akses yang layak ke pelabuhan laut dan
udara.
5-19
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
Listrik
Mamminasata sering mengalami pemadaman listrik. Meskipun pengendalian
pemakaian listrik sangat penting untuk kelestarian lingkungan, namun pemadaman
listrik yang lama dan/atau tiba-tiba tentu saja bukan pertanda yang baik bagi
perkembangan industri. Sebagai persyaratan dasar, pemadaman tiba-tiba harus
dicegah karena dapat mengganggu proses pengolahan dan menghalangi pelaksanaan
rencana produksi perusahaan.
Air
Banyak lokasi di Mamminasata juga tidak mendapat pasokan air yang cukup. Banyak
perusahaan mengatasi masalah ini dengan menggunakan air sumur.
Kekurangan lain dari industri di Mamminasata adalah lemahnya industri terkait dan
penunjang. Meskipun sektor makanan dan minuman merupakan sektor yang
difokuskan untuk promosi, namun kelemahan industri terkait dan pendukung tersebut
menjadi penghalang bagi pertumbuhannya.
1) Pemasok
Dalam rangka Mamminasata menargetkan promosi industri berbasis sumber daya,
maka penguatan ikatan vertikal di antara para pemasok bahan mentah, pabrik, dan
pedagang sangat diperlukan. Meskipun demikian, komunikasi vertikal antar pihak
terkait tersebut masih terlihat sangat lemah di Mamminasata. Ini disebabkan para
produsen beroperasi dalam skala kecil, makelar dan pedagang tingkat tiga hingga
empat berada di antara para produsen dan pabrik (Lihat Gambar 1-9). Pohon vertikal
yang kompleks ini menyulitkan pihak pabrik dalam menyampaikan permintaan
kepada produsen untuk membenahi kualitas bahan mentah. Akibatnya, komoditas
diperjualbelikan berdasarkan kuantitas di sepanjang rantai tersebut. Terlebih lagi,
pihak pabrik hampir tidak membedakan harga menurut kualitas dan melakukan
pemeriksaan setelah membeli.
exporter /
glinder
penadah
di kota ・・・・・
penadah
di desa x 5 penadah
penadah
komunitas x 6~8 penadah
petani
(70-80 rumah
tangga)
Sumber: PENSA (2003) Program Ikatan Agribisnis: Laporan Program Kakao, IFC
Gambar 2-2 Rantai Perdagangan (Studi Kasus tentang Kakao)
5-20
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
2) Industri Terkait
Selain itu, sub-sektor makanan dan minuman tidak mempunyai industri terkait yang
kompetitif. Gambar 1-10 menggambarkan klaster makanan. Hanya sejumlah kecil
usaha yang bergerak dalam bidang permesinan, termasuk sektor percetakan dan
pengepakan. Pada akhir tahun 90-an, GTZ telah memberikan bantuan pelatihan
pembuatan prototipe mesin pertanian di UPT. Kursus pelatihan tersebut dirancang
untuk mengembangkan industri penunjang bagi sektor pertanian. UPT saat ini masih
memberikan kursus pelatihan serupa tiga kali dalam setahun. Pelatihan serupa juga
diperlukan untuk sektor percetakan dan pengepakan.
perusahaan perusahaan
pupuk pembuat mesin
perusahaan
petani nelayan Kertas & tinta
pedagang
Agen cetak &
pengepakan
perusahaan
makanan
pedagang
Retailer
konsumen
3) Penyedia BDS
Satu gejala yang menunjukkan rendahnya perkembangan industri adalah kurangnya
penyedia BDS (Business Development Service) aktif yang bergerak dalam
pengembangan bisnis dengan basis komersial, termasuk pelayanan konsultasi dan
pelatihan. Berdasarkan rekomendasi dari Committee of Donor Agencies (Komite
Agen Donor), pemerintah pusat mencoba untuk mempromosikan pasar kepada
penyedia BDS tersebut. Namun, arahan kebijaksanaan ini tak banyak dipraktekkan di
Mamminasata, dan pemerintah daerah masih mempertimbangkan bahwa para PNS
merupakan pelaku utama dalam penyediaan BDS bagi UKM. Di lain pihak, di Jawa
Timur Disperindak memegang daftar penyedia BDS termasuk pekerja-pekerja di
usaha besar, dan mengirim penyedia BDS yang tepat guna memberikan pelayanan
5-21
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
Rantai nilai menunjukkan garis kegiatan manufaktur, dimulai dari hulu (Penelitian &
Pengembangan dan pengembangan produk), pengolahan, hingga ke hilir (penjualan
dan pemasaran). Smile curve 7 memperlihatkan bahwa di sepanjang garis proses
produksi, titik arus tengah menghasilkan nilai tambah yang lebih rendah
dibandingkan dengan titik hulu dan hilir.
N ila i ta m bah
Penjualan &
R&D Pengembangan Manufaktur
produk pemasaran
Hulu Hilir
Gambar 2-4 Smile Curve (Kurva Tersenyum)
7
Ide "smile curve" diusulkan oleh Pimpinan Acer Co. Ltd di Taiwan.
5-22
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
pabrik di pasar akhir. Ini merupakan tantangan bagi sektor industri di Mamminasata
untuk bergerak ke arah hulu maupun hilir.
Tabel 2-1 memperlihatkan analisis SWOT (strength=kekuatan, weakness=kelemahan,
opportunity=peluang, dan threats=ancaman) untuk industri makanan Mamminasata.8
Strategi jitu,
Kondisi kebutuhan Industri terkait
Kondisi faktor struktur, dan
rumah tangga dan penunjang
persaingan
Kekuatan Bahan baku Kegiatan
berlimpah penunjang oleh
Gerbang Emas,
P3ED, dll.
Kelemahan • Prasarana tidak Kualitas terbaik Kurangnya Tidak mengarah
memadai hanya untuk ekspor industri ke produk
• Lahan datar penunjang bernilai tambah
yang tersedia lebih tinggi
untuk investor
baru terbatas
Rencana Peningkatan taraf
Peluang
pengembangan hidup
Mamminasata
Persaingan pasar
Ancaman
dengan barang
impor
Sumber: Tim Studi JICA
8
Praktek ini paling baik diterapkan dalam sebuah workshop oleh anggota pimpinan industri bersangkutan.
5-23
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
1) Pelaku
Hanya ada 180 usaha menengah dan besar yang menghasilkan Rp 2,5 milyar nilai
tambah bagi Mamminasata. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bukan hanya
jumlah pasti usaha tapi juga keragaman sektor terbatas. Membantu usaha yang ada
saja tidak akan cukup untuk pembangunan industri di Mamminasata. Selain
membantu usaha yang ada, dua arahan harus secara simultan dicari untuk
meningkatkan jumlah pelaku dalam sektor manufaktur; yaitu, (i) mengundang
investor baru dari luar Sulawesi, dan (ii) membantu perkembangan
pengusaha-pengusaha baru dari daerah untuk ikut berkiprah. Hingga kondisi
investasi membaik, maka akan lebih realistis untuk menargetkan investor yang
sedang beroperasi di Indonesia dan mau memperluas kegiatannya di Mamminasata.
Investor baru secara bertahap akan diundang sejalan dengan membaiknya kondisi
investasi.
2) Pasar Target
Sementara permintaan lokal tidak melihat produk berkualitas tinggi, maka akan lebih
masuk akal jika pihak industri menargetkan pasar di luar Mamminasata dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia di Indonesia Timur. Namun demikian,
lokasi terpencil semakin menambah biaya transportasi dan waktu pengangkutan yang
diperlukan lebih lama. Tiga syarat berikut harus dipenuhi untuk mengatasi
faktor-faktor yang tidak menguntungkan tersebut.
a) Produksi padat karya
b) Stabilitas mutu terhadap waktu dan suhu
c) Nilai tambah melebihi nilai investasi dan biaya operasi
Melihat kondisi di atas, maka dapat dipahami bahwa industri kayu seperti tripleks
pernah menjadi sektor yang populer untuk investasi. Di lain pihak, beberapa produk
makanan tidak memenuhi syarat di atas. Sebagai contoh, es krim, produk ini sangat
memerlukan pengendalian temperatur, sehingga tidak cocok untuk menargetkan
pasar di luar sebab prasarana yang diperlukan belum sepenuhnya dikembangkan.
Udang beku, yang pernah menjadi produk ekspor populer bagi produsen-produsen
Jepang, saat ini telah kehilangan daya saingnya karena sektor ini menyerap biaya
tenaga kerja, listrik, dan pajak yang tinggi sementara nilai tambahnya tetap rendah.
Sebaliknya, makanan kaleng atau diawetkan dapat memenuhi syarat stabilitas mutu
5-24
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
Industri makanan juga memerlukan biaya investasi tinggi guna memenuhi syarat
kesehatan bila menargetkan pasar internasional. Bahan yang sama seperti minyak
kelapa dan bubuk rumput laut dapat digunakan untuk makanan maupun kosmetik.
Dilihat dari sisi investasi dan biaya operasi, maka target pada industri kosmetik akan
membutuhkan biaya yang lebih kecil dan cukup berpotensi untuk menghasilkan
nilai tambah yang lebih tinggi jika perusahaan bersangkutan memiliki teknologi,
desain pengepakan, dan strategi pemasaran yang tepat.
Namun karena perusahaan lokal tidak memiliki kemampuan teknologi yang cukup,
maka pasar target awalnya adalah pasal lokal. Setelah memiliki cukup modal,
pengetahuan tentang pasar dan teknologi, maka baru sedikit demi sedikit merambah
ke pasar tingkat nasional dan internasional.
Fakultas Teknik
Fakultas teknik atau lembaga pendidikan teknik mempunyai dua mandat berkaitan
dengan pengembangan SDM: mengembangkan SDM yang mampu melakukan
kegiatan penelitian dan pengembangan dan mengembangkan para praktisi yang
secara efektif bekerja atau membantu industri. Saat ini, Fakultas atau lembaga
pendidikan teknik di Mamminasata belum mampu memenuhi kedua target di atas.
Dilihat dari kebutuhan mendesak industri di Mamminasata, maka dibutuhkan lebih
banyak lagi praktisi untuk dikembangkan melalui pendidikan perguruan tinggi
dengan memberi perhatian lebih pada pendidikan kewiraswastaan dan pengetahuan
praktis mengenai manufaktur.
UPT
Pada beberapa tahap pengembangan industri, kapasitas swasta dapat melampaui apa
yang ditawarkan oleh sektor publik. Mungkin benar bahwa fungsi UPT menjadi
kurang efektif dikarenakan sektor swasta memiliki konpetensi lebih dibandingkan
apa yang ditawarkan oleh sektor publik di kawasan yang lebih maju di Indonesia.
Namun demikian, fungsi UPT masih vital di kawasan Mamminasata di mana pemain
industri begitu terbatas. Kapasitas UPT harus ditingkatkan dan mengajarkan
pengetahuan kepada UKM tidak hanya dalam produksi produk prototipe tapi juga
dalam produksi dan pengendalian kualias. UPT sendiri harus betul-betul
mempraktekkan 5S dan proses produksi. (walaupun belum mampu memproduksi
5-25
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
secara massal). Lebih dari itu, UPT harus bekerja sama dengan perguruan tinggi guna
menghasilkan lulusan baru untuk memanfaatkan fasilitas dan melahirkan bisnis baru.
Untuk ini, UPT harus menjadi tempat yang menarik bagi lulusan baru tersebut dalam
hal kebersihan, disiplin dan kualitas pelayanan konsultasi.
BDI
Saat ini, BDI di Mamminasata hanya dimanfaatkan oleh pegawai Disperindag. Oleh
karena beberapa BDI telah melaksanakan uji coba, maka kesempatan pelatihan di
BDI harus pula diperluas ke UKM dan penyedia BDS.
4) Kemitraan Pemerintah-Swasta
Untuk melahirkan industri yang dinamis, sektor swasta harus menjadi pelaku utama
bagi pengembangan industri sementara sektor pemerintah sebagai fasilitator atau
penunjang kegiatan. Berdasarkan kebijaksanaan ini, maka ada dua prinsip yang harus
dipenuhi.
5-26
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
6) Promosi Klaster
Promosi klaster memperkuat ikatan antar stakeholder. Ini merupakan pendekatan
yang efektif untuk menciptakan persaingan dalam industri. Gerbang Emas
merupakan prakarsa yang sedang berlangsung sesuai dengan arahan ini. Untuk
suksesnya kegiatan dalam promosi klaster ini, ada lima hal yang perlu dipelajari dan
diingat dari Studi JICA guna meningkatkan kemampuan UKM di Indonesia
(2001-2004).
Kegiatan promosi klaster harus menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka
panjang yang dapat memberikan keuntungan pada para peserta. Tujuan jangka
pendek harus dapat dicapai dalam periode yang terukur karena minat peserta
kemungkinan besar akan hilang jika mereka tidak memperoleh keuntungan dalam
jangka waktu yang telah disepakati sebelumnya.
Fasilitator Klaster
Partisipasi Terbuka
Keanggotaan dalam kegiatan promosi klaster harus bersifat terbuka karena para
stakeholder berubah sesuai dengan topik. Apabila masa keanggotaannya habis, maka
para anggota akan kembali mengurus urusan mereka masing-masing yang mungkin
dapat menciptakan konflik dengan mereka yang bukan anggota. Para peserta harus
ikut berpartisipasi dalam kegiatan secara sukarela. Kelompok kecil yang aktif lebih
baik dari pada kelompok besar yang pasif.
5-27
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
Salah satu kegiatan promosi klaster yang paling efektif adalah kegiatan dimana para
peserta dapat mengetahui keinginan pembeli secara langsung. Pihak DINAS harus
membantu mengatur pertemuan dengan para pembeli. Dalam beberapa pengalaman
kegiatan klaster yang sukses di dunia, para pembeli terlibat secara aktif sebab mereka
memberikan masukan menyangkut teknologi dan pelatihan.
Kegiatan efektif lainnya adalah belajar dari praktek terbaik. Satu cara untuk
melakukannya adalah mengatur pelaksanaan studi tur ke sebuah contoh kasus yang
memperlihatkan kinerja yang tinggi dengan level terukur. Kerjasama dari DINAS
diperlukan guna mengatur pertemuan dalam studi tur tersebut.
5-28
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
9) Pengendalian Anggaran
Kondisi industri biasanya berubah seiring dengan perkembangan industri. Dengan
demikian, konteks lembaga pemerintah juga harus disesuaikan. Namun, pemanfaatan
lembaga yang sudah ada akan lebih baik dibandingkan dengan pembentukan lembaga
baru karena ini dapat menambah belanja pemerintah. Yang tidak kalah pentingnya
adalah mengubah kegiatan/lembaga tertentu bila misi mereka tidak lagi dibutuhkan
oleh sektor industri. Sebagai contoh, saat ini telah banyak diketahui bahwa
pemerintah tidak harus secara langsung membiayai UKM-UKM. Pada waktu
mengubah kegiatan-kegiatan yang tidak perlu, anggaran semacam itu harus dialihkan
pada restrukturisasi bantuan yang lebih penting seperti rehabilitasi UPT.
2015
Pengembangan industri
melalui pendekatan klaster
2010
Membangun dasar
Sektor manufaktur di
Mamminasata
5-29
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
2) Target Pertumbuhan
Departemen Perindustrian sedang mempersiapkan rencana pengembangan nasional
jangka menengah, dimana ditargetkan 8,6% pertumbuhan tiap tahun dalam sektor
manufaktur non BBM dari tahun 2004 sampai 2009. Kemudian, ditargetkan
pencapaian pertumbuhan 10% tiap tahun dari 2010 hingga 2025. Demikian juga,
BAPPEDA Sulawesi Selatan memperkirakan tingkat pertumbuhan tahunan dalam
sektor manufaktur di Sulawesi Selatan adalah 9,3% dari tahun1994 hingga 2020.
5-30
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
4,000,000
food, beverages (L&M)
3,500,000
3,000,000
2,500,000
Million Rp.
wood products, furniture
2,000,000 (L&M)
1,500,000
small and micro
enterprises
1,000,000
equipment, machinery,
500,000 apparatus (L&M)
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
120,000 1,400
Laborers 1,200
100,000
Industrial Area (ha)
No. of Laborers
1,000
80,000
800
60,000
Land 600
40,000
400
20,000 200
0 0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Saat ini, tim pengelola KIMA sedang menyelidiki beberapa tempat yang dicalonkan
sebagai lokasi dari kawasan industri yang baru. KIMA berencana memperluas 200 ha
di sekitar lokasi kawasan industri saat ini sambil mencari kawasan tambahan lainnya.
Pemerintah Kabupaten Maros, Gowa, dan Takalar masing-masing mengusulkan
lokasi yang memungkinkan di setiap kabupaten. Gambar 3-4 dan Tabel 3-2
merangkum berbagai ciri dan fungsi dari masing-masing lokasi.
5-31
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
Zona Industri
Sub Sektor Menjanjikan
Industri perumahan,
barang-barang higienis,
batu bata, perabot
Pengolahan produk
pertanian, perabot, barang
elektronik
Di antara KIMA2 (Kawasan Industri Makassar 2), KIWA (Kawasan Industri Gowa),
dan KITA (Kawasan Industri Takalar), hanya lokasi KIWA yang telah dimiliki
pemerintah karena lahan tersebut dimanfaatkan untuk perkebunan tebu. Lokasi
KIWA dekat dengan Sungguminasa dimana terdapat pemusatan Usaha kecil &
5-32
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
Menengah (UKM). Lokasi KIMA2 dan KITA belum dipastikan, tapi pemerintah
Maros saat ini sedang mempertimbangkan untuk memilih lokasi yang dekat dengan
perbatasan Makassar.
Kriteria
Dalam memilih lokasi, ada dua kriteria penting. Pertama, lokasi industri tersebut
harus memperhatikan aspek daya tarik bagi investor yang lebih mengutamakan
aspek-aspek menyangkut kondisi prasarana. Akses yang baik ke pelabuhan udara dan
laut merupakan prasyarat tidak hanya untuk ekspor tapi juga untuk impor. Lebih
penting lagi, ketersediaan listrik dan air harus dapat dijamin. Pemadaman listrik
jangan sampai terjadi. Kedua, biaya investasi harus dikaitkan dengan pembangunan
jalan, listrik, air dan jaringan telekomunikasi. Memperhitungkan sisi baik diperlukan
jika akan mengembangkan sebuah kawasan industri di daerah terpencil.
Fungsi
Namun di sisi lain, tidak seperti kawasan industri usulan lainnya, lokasi KIWA
berada di tengah permukiman. Oleh karena itu, kecil kemungkinan kawasan ini dapat
menghasilkan input dan output dengan volume lebih besar. Namun demikian,
keunikan KIWA adalah lokasinya yang dekat dengan Fakultas Teknik UNHAS,
rencana kampus baru di Gowa. Departemen Pendidikan Nasional sedang berencana
untuk memulai sebuah proyek baru yang disebut Hi-Link, dimana kegiatan Penelitian
dan Pengembangan di perguruan tinggi diarahkan kontribusinya ke industri lokal.
KIWA dapat menjadi lokasi bagus bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan
proyek Hi-link. Apabila proyek tersebut sukses, maka ini dapat membuat
perusahaan-perusahaan tersebut tertarik menjalankan kegiatan software & Penelitian
dan Pengembangan.
5-33
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
menjadi kosmetik dan buah-buahan bergizi, pembuatan peti-peti kayu dan industri
penunjang lainnya serta pengolahan produk sampingan dari pabrik gula tersebut.
(Produk Samping)
Produk Molase
Produk Vagan
Makanan Ternak
Makanan Ikan
5-34
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
4. RENCANA AKSI
5-35
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
5-36
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
5-37
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
5-38
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
5-39
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
5-40
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
5-41
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
5-42
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
5-43
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
5-44
STUDI IMPLEMENTASI
RENCANA TATA RUANG TERPADU Studi Sektoral (5)
WILAYAH METROPOLITAN MAMMINASATA PENGEMBANGAN INDUSTRI
5-45