MAMUJU UTARA
DOSEN PENGAMPUH :
DISUSUN :
STIM-LPI MAKASSAR
TAHUN AJARAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehdirat tuhan yang maha esa atas berkat dan
karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis
Risiko Usahatani Kelapa Sawit Didesa Motu Kecamatan Baras Kabupaten Mamuju
Utara”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penelitian ini tidak luput dari berbagai
kekurangan.
Oleh karena itu, kritikan dan saran demi kesempurnaan dan perbaikannnya sehingga
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk bisa dimengerti dan dipahami
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………........iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1
iii
5.2 Analisis Pendapatan Petani…………………………………………………….32
5.3 Risiko-Risiko Yang Dihadapi Petani Di Desa Motu…………………………...36
5.4 Upaya Memitigasi Risiko………………………………………………………39
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………41
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa Kabupaten Mamuju Utara mempunyai luas areal
tanaman menghasilkan (TM) yakni ± 43.528 ha dan produksi kelapa sawit yakni ± 309.245
ton.
Kelapa sawit yang mempunyai umur ekonomis 25 tahun dan bisa mencapai tinggi 24
meter dapat hidup dengan baik di daerah tropis (15°LU-15°LS). Tanaman ini tumbuh
1
sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit
membutuhkan iklim dengan curah hujan yang stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah
yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau.
Untuk luas areal dan tingkat produksi kelapa sawit di Kabupaten Mamuju Utara menurut
kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2:
Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Kabupaten Mamuju Utara Tahun .
2
Kehidupan ekonomi petani kelapa sawit rakyat berada pada posisi yang tidak menentu
karena pendapatan mereka harus ditentukan oleh keadaan harga pasar global. Fluktuasi
harga buah klapa sawit menyebabkan petani sawit di Kabupaten Mamuju Utara berada
dalam kondisi dilematis untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Di pertengahan
tahun 2015 harga komoditas buah kelapa sawit mengalami penurunan secara signifikan
yang menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial ekonomis para petani kelapa sawit
rakyat, khususnya di Desa Motu Kecamatan Baras Kabupaten Mamuju Utara (Kementrian
Pertaian, 2018).
Hal ini kegiatan pertanian akan bergantung pada keadaan pasar global. Jika keadaan
pasar tidak stabil maka akan terjadi fluktuasi yang berdampak pada pendapatan, dan tingkat
kesejahteraanp petani. Saat ini tekanan ekonomi global dirasakan oleh petani rakyat di
Indonesia khususnya di Desa Motu Kecamatan Baras Kabupaten Mamuju Utara, terutama
karena memang produk pertanian cenderung berorientasi ekspor dan harganya tergantung
pada pasar internasional. Fluktuasi harga yang cenderung menurun pada beberapa jenis
komoditi pertanian khususnya kelapa sawit merupakan permasalahan ekonomis yang
mengancam keberlangsungan hidup masyarakat petani.
Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata produksi kelapa sawit di Desa Motu pada
bulan November 2018 mencapai 3,14 ton/ha. Namun, pada bulan Desember 2018−Januari
2019 produksi kelapa sawit di Desa Motu mengalami penurunan yang signifikan hingga
mencapai 1,25 ton/ha dan pada bulan Februari mengalami peningkatan kembali mencapai
2,04 ton/ha. Adanya fluktuasi produksi tersebut menunjukkan bahwa terdapat risiko
produksi dalam usahatani kelapa sawit. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Risiko Usahatani Kelapa Sawit di Motu, Kecamatan
Baras, Kabupaten Mamuju Utara."
3
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian
Untuk mengetahui besarnya risiko produksi dan pendapatan yang dihadapi oleh petani
kelapa sawit di Desa Motu Kecematan Baras Kabupaten Mamuju Utara.
a. Untuk mengetahui upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh petani dalam
mengurangi risiko produksi dan pendapatan di Desa Motu Kecematan
Baras Kabupaten Mamuju Utara.
b. Untuk mengetahui upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh petani dalam
mengurangi risiko produksi dan pendapatan di Desa Motu Kecematan
Baras Kabupaten Mamuju Utara.
Kegunaan Penelitian
1. Bagi petani dan pengusaha perkebunan, penelitian ini diharapkan menjadi masukann
dan pertimbangan dalam mengetasi dan memitigasi risiko yang ada.
2. Bagi perkembangan Ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan bisa
melengkapi dan memperkaya kaidah-kaidah dan juga dapat digunakan sebagai
referensi bagi penelitian selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack.) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari
Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit
di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa
sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand,
dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang
lebih tinggi (Fauzi, 2002).
Klasifikasi botani tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut: Devisi
: Tracheopita
Subdevisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermeae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales
Famili : Palmaceae
Genus : Elaeis
Species : Elaeis guinensis, Jacq.
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1 – 500 m
dpl (dari permukaan laut), dengan lama penyinaran 5-7 jam perhari dan
memerlukan curah hujan tahunan 1.500 – 4000 m. Temperatur optimal untuk
tanaman kelapa sawit 24-28 derajat celcius dengan kelembaban optimum yang
ideal untuk tanaman kelapa sawit 80 – 90 %, dan kecepatan angin 5 – 6 km/jam.
untuk membantu proses penyerbukan (Anonim,2008).
Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomis adalah buahnya. Satu
tandan tanaman dewasa beratnya mencapai 20 – 35 kg, bahkan ada yang
mencapai diatas 40 kg, tergantung pada perawatan dan pemupukan tanaman.
Tandan tersebut terdiri dari 200 – 600 buah yang masing-masing buah beratnya
20- 35 gr. Buah sawit diambil minyaknya dengan hasil berupa sabut (daging
buah/mesocarp) menghasilkan minyak 20 – 26%, inti sawit sebanyak 6% yang
menghasilkan minyak inti (PKO) , 3-4 % (Pahan, 2011).
5
Menurut Pahan (2012) tanaman kelapa sawit berdasarkan jenisnya dibagi
menjadi tiga varietas, yaitu:
1. Varietas Dura, dengan ciri-ciri yaitu ketebalan cangkangnya 2-8 mm, dibagian luar
cangkang tidak terdapat lingkaran serabut, daging buahnya relatif tipis, dan daging
biji besar dengan kandungan minyak yang rendah. Varietas ini biasanya digunakan
sebagai induk betina oleh para pemulia tanaman.
2. Varietas Pisifera, dengan ciri-ciri yaitu ketebalan cangkang yang sangat tipis
(bahkan hampir tidak ada). Daging buah pissifera tebal dan daging biji sangat tipis.
Pisifera tidak dapat digunakan sebagai bahan baku untuk tanaman komersial, tetapi
digunakan sebagai induk jantan oleh para pemulia tanaman untuk menyerbuki
bunga betina.
Varietas Tenera merupakan hasil persilangan antara dura dan pisifera. Varietas
ini memiliki ciri-ciri yaitu cangkang yang yang tipis dengan ketebalan 1,5 – 4
mm, terdapat serabut melingkar disekeliling tempurung dan daging buah yang
sangat tebal. Varietas ini umumnya menghasilkan banyak tandan buah.
Dalam mengelola usahatani kelapa sawit banyak input produksi yang
digunakan. Input produksi dibedakan menjadi input non tradable (yang ada dalam
negeri) terdiri dari bibit, lahan, dan tenaga kerja dan input tradable ( yang
diperdagangkan di pasar dunia) meliputi herbisida , dan pupuk.
a. Bibit kelapa sawit
Bibit yang digunakan pada usahatani kelapa sawit di masyarakat berasal
dari berbagai sumber, yaitu dari Pusat Penelitian Kelapa sawit (PPKS) berupa
kecambah, bibit cabutan, dan bibit yang dikecambahkan sendiri oleh petani yang
berasal dari pemasok kecambah yang jenis dan kualitas kecambah tidak diketahui
(Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2008). Bibit yang banyak digunakan oleh petani
kelapa sawit yaitu bibit varietas tenera karena varietas ini memiliki daging buah
yang sangat tebal sehingga menghasilkan minyak banyak.
b. Lahan
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 41 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di dalam pasal 1 berbunyi
bahwa lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan
fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang mempengaruhi
penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi, dan hidrologi yang terbentuk
secara alami maupun akibat pengaruh manusia.
6
Mengelola usahatani kelapa sawit, lahan adalah salah input produksi yang
sangat penting, baik kecocokan lahan dengan tanaman kelapa sawit, maupun luas
lahan yang akan diusahakan. Lahan yang digunakan untuk usahatani kelapa sawit
sebagian besar adalah lahan milik sendiri yang semula luasnya rata-rata 2 hektar,
yaitu lahan jatah dari pemerintah dari program transmigrasi. Seiring dengan
perjalanan waktu, lahan yang semula 2 hektar setiap kepala keluarga, ada yang
mengalami penambahan dan pengurangan. Penambahan lahan usahatani kelapa
sawit diperoleh petani dengan membeli lahan dari petani lain, dan juga adanya
pembukaan lahan baru (Winarna. 2007).
c. Tenaga Kerja
Pada kegiatan pertanian peranan tenaga kerja sangat penting sebagai suatu
alat penggerak dari usaha tani. Banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan harus
disesuaikan dengan pendapatan dari lahan pertanian yang diusahakan. Di Negara -
negara yang sudah maju, kemajuan tenaga kerja diukur dengan tingginya
produktivitasnya, namun tenaga kerja yang berasal dari manusia produktivitasnya
terbatas, dalam keadaan ini mesin - mesin penghemat tenaga kerja dapat
meningkatkan produktivitas output yang dihasilkan (Mubyarto,2002).
d. Pupuk
7
Produk kelapa sawit yang dapat dihasilkan dari minyak sawit sangat banyak
Ragam produk turunan akan bervariasi sesuai intensitas modal dan teknologi yang
digunakan. Produksi CPO (Crude Palm oil) dapat memberikan nilai tambah yang
cukup tinggi Nilai tambah tersebut dapat dilihat dari berbagai macam produk
turunan minyak kelapa sawit. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai
industri yakni industri pangan dan non pangan (Goenadi, 2008).
8
pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan
Masyarakat (Zen, 2008).
TC = TFC + TVC
9
Dimana :
I = Pendapatan
TR = Total penerimaan (total revenue)
TC = Total biaya
(total cost)
FC = Biaya tetap
(fixed cost)
10
kesalahan sumberdaya manusia, dan masih banyak lagi.
b. Risiko harga
Risiko harga dapat di pengaruhi oleh perubahan harga produksi atau input
yang digunakkan. Risiko ini muncul ketika proses produksi sudah berjalan. Hal
ini lebih disebabkan kepada proses produksi dalam jangka waktu lama pada
pertanian. Sehingga kebutuhan akan input setiap periode memilikiharga yang
berbeda.
c. Risiko pendapatan
Risiko pendapatan adalah segala macam risiko yang berkaitan dengan
keuangan. Risiko pendapatan biasanya kita dapat karena terjadi perbedaan
harga jual suatu produk, dalam hal ini kelapa sawit. Perbedaan harga yang terjadi
musim hujan dan kemarau mengakibatkan perbedaan pendapatan. Risiko
pendapatan harus dapat diketahui sejak awal, maka dari itu perlunya manajemen.
Koefisien variasi (CV) yang merupakan ukuran risiko relatif secara sistematis
dirumuskan sebagai berikut:
a) Risiko Produksi :
σ
𝐶𝑉 =
Q
b) Risiko Harga :
σ
𝐶𝑉 =
C
c) Risiko Keuntungan :
σ
𝐶𝑉 =
11
Keterangan :
CV : Koefisien Variasi
σ : Standar Deviasi
C : Rata-rata Harga (Rp)
Q : Rata-rata Produksi (Kg)ksi,
Y : Rata-rata Pendapatan (Rp)
Jika nilai koefisien variasi (CV) diketahui, maka kita akan dapat mengetahui
besarnya risiko produksi, harga, dan keuntungan yang harus ditanggung petani
dalam berusahatani kelapa sawit. Nilai CV berbanding lurus dengan risiko yang
dihadapi petani, artinya semakin besar nilai CV yang didapat maka semakin besar
pula risiko yang harus ditanggung petani. Begitu pula sebaliknya, semakin
rendah nilai CV yang diperoleh maka risiko yang harus di tanggung petani akan
semakin kecil.
12
Usahatani Kelapa Sawit
Petani
Risiko
Produksi produksi
Upaya Penerimaan
Mengurangi
Risiko
Pendapatan Risiko
Pendapatan
13
BAB III
METODE PENELITIAN
14
a. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden
menggunakan kuisioner yaitu petani (anggota kelompok tani
Responden dalam penelitian ini difokuskan pada petani kelapa
sawit.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga
yang terkait degan penelitian ini. Sumber dari data sekunder ini
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mamuju
Utara. Data tersebut adalah jumlah produksi kelapa sawit di
kabupaten Mamuju Utara.
15
Pada penelitian ini, produksi dan pendapatan menggunakan data mulai
proses pemupukan hingga proses penjualan TBS.
Analisis pendapatan petani dilakukan dengan menghitung:
1) Pendapatan
Untuk mengetahui pendapatan usahatani dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut:
I = TR – TC
Dimana :
I = Pendapatan (income) (Rp)
TR = Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
2) Biaya produksi
Untuk menghitung biaya produksi digunakan rumus sebagai berikut:
TC = TVC + TFC
Dimana :
TC = Total Biaya (Rp)
TVC = Total Biaya Variabel (Rp)
TFC = Total Biaya Tetap (Rp)
3) Penerimaan
Untuk mengetahui penerimaaan usahatani dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut:
TR = P . Q
Dimana :
TR = Total Penerimaan (Rp)
P = Harga (Rp/Kg)
Q = Produksi (Kg)
1. B/C Rasio
Untuk mengetahui apakah agribisnis kelapa sawit tang dijalankan
menguntungkan. Dapat dilihat menggunakan rumus sebagai berikut :
16
TR
𝐵/c=
TC
Dimana:
TR = Total Revenue (total
penerimaan) P. Q
TC = Total Cost (total biaya)
Dengan kriteria R/C > 1, maka usaha untung; jika R/C = 1, maka usaha
tidak untung dan tidak rugi; jika R/C < 1, maka usaha rugi.
Dimana:
CV = Koefisien Variasi
Xr = Nilai Rata-rata
∑𝑛 (𝑋𝑖 − ̅X ) ²
σ = √ 𝑖=1
𝑛–1
17
Dimana:
18
biaya-biayapengeluaran selama melakukan usahatani.
4. Pendapatan adalah pendapatan yang diterima petani pada tanaman
menghasilkan (TM) yaitu tanaman yang berumur lebih dari 3 tahun. Dimana
nilai penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam satu tahun produksi yang
dinyatakan dalam rupiah (Rp).
5. Mengurangi risiko adalah suatu tindakan yang perlu dilakukan petani kelapa
sawit di Desa Motu, Kecamatan Baras, Kabupaten Mamuju Utara agar dapat
mengurangi dampak dari suatu kejadian yang berpengaruh terhadap
peningkatan produksi dan pendapatan.
19
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN
Kantor Kepala Desa berada di wilayah Dusun Bukit Asri Desa Motu,
mempunyai luas wilayah + 5.570 Km2 yang terdiri dari Areal perkebunan seluas
+. 570 Km2, areal permukiman seluas + 1500 Km2 dan lain-lain luas selebihnya.
Iklim di Desa Motu sama dengan wilayah lain, yaitu tropis (hujan dan kemarau).
Desa Motu merupakan wilayah potensial untuk mengembangkan, usaha
Perkebunan, Pertanian, dan Peternakan. Berdasarkan kondisi desa ini maka akan
dijabarkan permasalahan, potensi, hingga daftar Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa ( RPJM-Des ) yang diprogramkan untuk 6 (enam) tahun.
Kondisi iklim sebagian besar Desa Motu tidak jauh beda dengan kondisi
iklim wilayah Kecamatan Baras dan bahkan Desa Motu secara umum ada dua
musim, yaitu musim kemarau yang berlangsung antara bulan Juni hingga Agustus
dan musim hujan antara bulan September hingga Mei dengan temperatur / suhu
udara pada tahun 2008 rata - rata berkisar antara 25,52 ºc sampai 37,46 ºc dan suhu
maksimum terjadi pada bulan Oktober dengan suhu 26,10 ºc serta suhu minimum
28,70 ºc terjadi pada bulan Juni. Kelembaban udara berkisar antara 65,78 %,
kelembaban udara maksimum terjadi pada bulan Maret dan Nopember sebesar
50,50 % sedangkan kelembaban minimum terjadi pada bulan September dan Juli
sebesar 75,90 %. Wilayah Desa Motu terbentang aliran sungai Maha Makmur
sebagai batas wilayah dengan Desa Bukit Harapan, Sedangkan Untuk batas pada
Desa Lainnya Yaitu Batas Alam.
20
1.2 Keadaan Demografis
21
dibandingkan Perempuan.
Tabel 4. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin di Desa Motu.
No Kelompok Umur Tahun 2018
LK PR Jumlah
1 07 – 15 tahun 325 287 612
2 15 – 45 tahun 557 542 1.099
3 45 TH Keatas 208 143 351
Sumber Data: Kantor Desa Motu, 2023
MENURUT PENDIDIKAN
S1 S2 S3
Sarjana/perguruantinggi
58 - -
D1 D2 D3
Tamat diploma
- - 35
Tamat slta / sederajat 547 - -
Tamat smp / sederajat 639 - -
Tamat sd / sederajat 800 - -
Mahasiswa 52 - -
Pelajar slta / sederajat 303 - -
Pelajar smp / sederajat 227 - -
Pelajar sd / sederajat 358 - -
Tidak tamat & putus sekolah 3 - -
Belum sekolah 122 - -
Sumber : Kantor Desa Motu, 2023
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pendidikan di Desa Motu
kebanyakan tamat SD yaitu 800 orang sedangkanyang paling sedikit hanya 3
orang.Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan
pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Dengan tingkat
pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan. Tingkat
kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan dan pada
gilirannya mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. Dengan sendirinya
22
akan membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja baru guna
mengatasi pengangguran. Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam
sistimatika pikir atau pola pikir individu, selain itu mudah menerima informasi
yang lebih maju.
Kondisi ekonomi di Desa Motu tergolong sangat dinamis, hampir 80 %
masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dan berkebun, sisanya 20%
bermata pencaharian sebagai pedagang, dan Pegawai Negeri.
Tabel 6. Mata Pencarian Penduduk Desa Motu
No Mata Pencaharian Jumlah (Orang)
1 Petani 424
2 Buruh Tani 279
3 Pedagang Jual Beli Kopra 2
4 Pedagang Jual Beli Brondolan 15
5 Jual Beli Ayam 3
6 Peternak Ayam 1
7 Peternak Sapi 25
8 Peternak Kambing 5
9 Peternak Babi 35
10 Pelajar (SD,SMP,SMA & Mahasiswa) 940
11 Karyawan 253
12 PNS 75
13 TNI 1
14 POLRI 5
15 Tenaga Honor 21
16 Ibu Rumah Tangga 751
17 Sopir 208
18 Buruh Bangunan 15
19 Tukang Pencetak Batako 7
20 Bengkel Mobil 3
21 Bengkel Motor 4
Sumber : Kantor Desa Motu, 2023
23
4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana
Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan
suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik karena apabila kedua
hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat
mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana dan sarana dan prasarana
juga merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik
alat tersebut adalah merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang
keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai (Hendrianus,
2017). Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Motu yang mendukung
kegiatan masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 7. Prasarana dan Infrastruktur yang Menjadai Aset Desa
Lokasi
Volume Sumber
No Jenis Aset Tahun Kondisi /
(Unit) Dana
Dusun
(RT)
1 Kantor Desa 1 1988 Swadaya Baik Motu
2 Gedung SMP/Sederajat 1 2001 APBD/KAB Baik Motu
3 Gedung SD/Sederajat 3 1989 APBD/KAB Baik Motu
24
Tabel 8. Jumlah Tempat Ibadah di Desa Motu
Jumlah Jumlah gereja Jumlah Pura (Unit)
No Dusun Masjid
Protestan (Unit)
(Unit)
1 Palasari 1 - -
2 Bukit Asri 1 1, 2
3 Lembah Makmur - 1 -
4 Kali Permai 1 - 1
5 Maha makmur 1 - -
6 Bulili raya 2 1 -
7 Karabi 1 1 -
8 Agri baras 1 1 -
9 Bulili pabrik 1 - -
10 Agri utara 1 1 -
11 Dampela 1 - -
JUMLAH 11 6 3
Sumber : Kantor Desa Motu, 2023
Wilayah Desa Motu memiliki berbagai potensi yang baik. Potensi tersebut
dapat meningkatkan taraf perekonomian dan pendapatan masyarakat. Tabel berikut
terdapat data keadaan ekonomi penduduk Desa Motu.
25
Tabel 9. Luas Areal Produksi Pertanian di Desa Motu.
Bidang perkebunan/pertanian Luas (Ha)
Kelapa dalam 98
Jagung 25
Ubi kayu 15
Pisang 10
Mangga 5
Nangka 7
Langsat 8
Durian 1,2
Merica 2
Sumber : Kantor Desa Motu, 2023
Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa lahan paling luas di Desa Motu adalah lahan
untuk bidang perkebunan/pertanian untuk tanaman kelapa sawit dengan luas 100
Ha sedangkan lahan yang paling sempit adalah lahan untuk bidang
perkebunan/pertanian untuk tanaman durian dengan luas lahan hanya 1,2 Ha.
Tabel 10. Jumlah Bidang Peternakan di Desa Motu.
Bidang peternakan Jumlah (ekor)
Sapi 37
Kambing 69
Babi 579
Bebek/itik 120
Angsa 86
Ayam 48
Ikan tawar 124
26
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa dalam bidang peternakan yang paling banyak di
Desa Motu adalah peternakan babi dengan jumlah + 579 sedangkan bidang peternakan
yang paling sedikit yaitu peternakan sapi dengan jumlah 37 ekor.
27
BAB V
28
Berdasarkan dari tabel 11 di atas menunjukkan bahwa pada umur yang
produktif berada pada tingkat umur 46-53 tahun dengan tingkat presentase 31,3%
hal ini dapat dikatakan tidak menjadi hambatan dalam berusahatani kelapa sawit di
masa depan.
Berdasarkan dari Tabel 12 diatas dapat kita lihat bahwa tingkat pendidikan yang
sangat dominan yaitu SD sebanyak 16 orang dengan tingkat presentasi 50%. SMP
8 orang dengan tingkat presentasi 25% dan SMA 8 orang dengan tingkat presentasi
25%. Ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani masih rendah. Dikarenakan
di desa Motu pendidikan tidak diutamakan oleh petani disana sehingga petani saat
sudah lulus sekolah tingkat SD responden tidak mau melanjutkan
pendidikannya dan melanjutkan dibidang pertanian dikarenakan kurangnya biaya
untuk melanjutkan pendidikan.
29
5.1.3 Lama Berusahatani
30
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
31
Tabel 15. Rata-rata Luas Lahan Petani Responden di Desa Motu, Kecamatan Baras,
Kabupaten Mamuju Utara, 2019.
No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Presentase (%)
1 1-2 24 75
2 3-4 5 15,7
3 5-6 3 9,3
Jumlah 32 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2023.
32
2. Penyemprotan
Herbisida merupakan suatu senyawa kimia yang digunakan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan gulma yang ada. Herbisida yang
digunakan oleh rata-rata petani kelapa sawit di Desa Motu adalah penggunaan
gramoxone sebanyak 5 liter/ha. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2
hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena
tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan
cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan
tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh,
tunas sampai ke perakarannya. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat
pompa semprot dan nilai penyusutan alatnya sebesar Rp 41.875,-.
3. Pembersihan Lahan
33
Pasca panen petani di Desa Motu yaitu pengangkutan TBS ke pabrik kelapa sawit
yang berada di wilayah perusahaan (PT. Unggul Widya Teknologi Lestari). Pasca
panen dilakukan dengan menggunakan gerobak untuk mengangkut buah ke pinggir
jalan/tempat pengumpulan hasil (TPH). Nilai penyusutan alat gerobak sebesar Rp
138,086 Pengangkutan TBS ke pabrik menggunakan truk besar. Rata-rata biaya
tenaga kerja untuk pascapanen sebesar Rp 2.311.500/Ha. Pemberian upah
pascapanen dihitung berdasarkan berat jumlah tandan buah segar (TBS) kelapa
sawitsebesar Rp 1.000/Kg. Adapun analisis pendapatan petani kelapa sawit dalam
satu tahun terakhir di Desa Motu dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Analisis rata-rata Pendapatan Petani Kelapa Sawit Selama Satu Tahun di
Desa Motu, Kecamatan Baras, Kabupaten Mamuju Utara, 2019
34
Total Biaya 122.637
4 Variabel 4.753.606
Biaya Tetap 24.566.914
5 a. Pajak Lahan
b. NPA
Total Biaya Tetap
Total Biaya (2+3)
Pendapatan (1-4)
Sumber : Data primer setelah diolah, 2023
Tabel 16 menunjukkan bahwa rata-rata produksi petani responden sebesar
30.670,-Kg/Ha/Tahun dengan rata-rata harga satuan Rp 956,-/Kg/Tahun,
sedangkan penerimaan yang diperoleh rata-rata sebesar Rp 29.320.520 Ha/Tahun.
35
5.3 Risiko-risiko Yang Dihadapi Petani di Desa Motu
Petani di Desa Motu mengalami risiko yang terjadi dikarenakan faktor cuaca
yang tidak menentu jika pada musim hujan menyebabkan rusaknya jalan utama
menuju tempat penjualan buah (pabrik kelapa sawit), produksi buah yang sedikit,
tenaga kerja terkadang melakukan kesalahan dalam proses produksi dan terserang
hama tanaman. Sumber risiko yang sering terjadi dan memberikan dampak
kerugian yaitu faktor cuaca dan hama penyakit tanaman.
36
5.3.1 Analisis Risiko Produksi
Risiko usahatani kelapa sawit di Desa Motu terdiri dari risiko produksi dan
risiko pendapatan. Risiko ini dianalisis dengan koefisien variansi. Nilai koefisien
variasi yang kecil menunjukkan variabilitas nilai rata-rata distribusi tersebut rendah.
Hal ini menggambarkan risiko yang dihadapi kecil. Adapun analisis risiko produksi
kelapa sawit di Desa Motu, dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Analisis Risiko Produksi
No Uraian Kelapa Sawit (Ha/Bulan)
1 Rata-rata Produksi(Kg) 2.556
37
Tabel 18. Analisis Risiko Pendapatan
No Uraian Kelapa Sawit (Ha/Bulan)
1 Rata-rata Pendapatan (Kg) 2.243.143
Keuntungan usahatani kelapa sawit dapat diketehui dengan analisis B/C ratio.
Benevit Cost Ratio merupakan perbandingan antara total nilai produksi dengan total
biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam mengelola usahataninya. B/C ratio juga
dapat mengetahui kelayakan suatu usahatani, apakah usahatani tersebut dapat
dilanjutkan atau tidak. Jika B/C ratio ≥ 1, maka usahatani tersebut layak untuk
dikembangkan, jika B/C ratio ≤ 1, maka usahatani tersebut tidak layak
dikembangkan dan jika B/C ratio = 1, maka usahatani tersebut selalu impas. Adapun
rata-rata perhitungan B/C ratio usahatani kelapa sawit petani responden Di Desa
Motu, Kecamatan Baras, Kabupaten Mamuju Utara dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Analisis Rata-rata B/C Ratio Petani Kelapa Sawit di Desa Motu,
Kecamatan Baras, Kabupaten Mamuju Utara.
No Uraian Nilai (Rp/tahun)
1 Pendapatan (Rp/Ha/Tahun) 24.566.914
2 Total Biaya (Rp/Ha/Tahun) 4.753.606
3 Keuntungan 19.813.308
4 B/C Racio 4,1
Sumber : Data primer setelah diolah, 2023
38
Tabel 19 menunjukkan bahwa hasil perhitungan nilai B/C ratio dari usahatani
kelapa sawit adalah 4,1. Dari hasil perbandingan pendapatan dengan total produksi
Berdasarkan kriteria nilai B/C ratio lebih besar dari 1 yang berarti bahwa usahatani
yang dilakukan petani responden menguntungkan dan tidak mengalami kerugian.
Jadi setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan meperoleh pendapatan sebesar 4,1.
39
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Risiko-risiko yang dihadapi petani di Desa Motu yaitu risiko produksi dan
risiko pendapatan. Risiko produksi diperoleh nilai Koefisien Variasi (CV)
sebesar 0,00321 dan risiko pendapatan diperoleh nilai Koefisien Variasi
(CV) sebesar 0,00351. hal ini menunjukkan bahwa risiko yang dihadapi
petani rendah, sehingga petani dapat menangani sendiri risiko tersebut.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan
beberapa hal sebagai berikut, bagi petani hendaknya mampu memperhatikan sumber
daya peralatan yang digunakan dalam berusahatani yaitu dengan menambah peralatan
yang masih kurang sehingga mampu meningkatkan produkstivitas dalam usahatani
kelapa sawit.
40
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil Dan Aspek
Pemasaran. Penerba Swadaya. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Sulawesi Barat. 2018. Provinsi Sulawesi Barat dalam Angka
2018.
Darmosarkoro, W., Sutarta, S. E dan Winarna. 2007. Lahan dan Pemupukan Kelapa
Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
41
Bandung: Alfabeta.
Kartikaningsih, Anita. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Petani dalam Berusahatani Tebu. Skrispsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mangoensoekarjo, S. dan H. Samangun, 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa
Sawit. UGM-Press . Yogyakarta.
Pahan, I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu ke
Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta
.litbang .deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp09037.pdf.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan.
42
Zen, Ratna Permatasari. 2008. Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan
Rakyat (Studi Kasus: KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bila
Hulu, Kabupaten Labuhan Batu). Skripsi. Medan: Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
43
44