Anda di halaman 1dari 17

Laporan Antara

3.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI


Tarakan adalah kota yang berada di sebuah pulau dan letak
geografisnya 301430 Lintang Utara 3 02637 Lintang Utara dan
11703050 Bujur Timur 11704012 Bujur Timur, berada di atas
ketinggian permukaan air antara lain 0 m - 100 m. Kota Tarakan
mempunyai luas daratan 250,80 km (38,15% wilayah darat) dan luas
laut 406,53 km (61,85% wilayah lautan).
Kecamatan Tarakan Utara merupakan kecamatan terluas diantara
kecamatan lain di Kota Tarakan dengan luas 109,36 km2 atau sekitar
43,6% dari luas Kota Tarakan. Kecamatan Tarakan Barat termasuk
kecamatan yang paling kecil jika dilihat dari luasnya. Luas Kecamatan
Tarakan Barat hanya 27,89 km2 atau 11,12% dari luas daratan Kota
Tarakan.
Batasan administrasi Kota Tarakan adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Tana Tidung
Sebelah Timur : Laut Sulawesi
Sebelah Selatan : Laut Kabupaten Bulungan
Sebelah Barat : Laut Kabupaten Bulungan

Tabel III.1.
Luas Wilayah Per Kelurahan di Kota Tarakan
N Kecamatan Kelurahan Luas (Km2)
o.
1 Tarakan Kel. Lingkasujung 1,16
Timur
Kel. Gununglingkas 3.19
Kel. Mamburungan 11.97
Kel. 8.27
Mamburungantimur
Kel. Pantaiamal 19.04
Kel. 6.20

III - 1
Laporan Antara

N Kecamatan Kelurahan Luas (Km2)


o.
Kampungempat
Kel. Kampungenam 11.38
Darat 58.01
Laut 305.48
Jumlah 357,70
2 Tarakan Kel. Selumitpantai 0.48
Tengah
Kel. Selumit 0.43
Kel. Sebengkok 1.48
Kel. Pamusian 2.54
Kel. 50.61
Kampungsatuskip
Darat 55.54
Laut 28.46
Jumlah 84,00
3 Tarakan Kel. Karangbalik 0.76
Barat
Kel. Karangrejo 0.80
Kel. Karanganyar 5.61
Kel. 8.51
Karanganyarpantai
Kel. Karangharapan 12.21
Darat 27.89
Laut 18.46
Jumlah 46,35
4 Tarakan Kel. Juwatapermai 10.59
Utara
Kel. Juwatakerikil 14.23
Kel. Juwatalaut 84.54
Darat 109.36
Laut 59.92
Jumlah 169,28
KOTA Daratan 250,80
TARAKAN
Lautan 406,53
LUAS PULAU Pulau Tarakan 657,33
dan Pulau Sadau
Sumber : Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015

3.2. TOPOGRAFI
Kota Tarakan memiliki kondisi topografi datar hingga berbukit, di
pulau ini terdapat perbukitan memanjang melengkung berarah Barat
Laut Tenggara dengan ketinggian sekitar 110 meter dpl. Ketinggian
Kota Tarakan diklasifikasikan dalam 4 (empat) kelas, yaitu 0 7 m dpl, 7
25 m dpl, 25 100 m dpl dan > 100 110 m dpl. Sebagian besar Kota
Tarakan merupakan daerah datar berketinggian 25 100 m dpl seluas
13.092 Ha (52,20% dari Luas Kota Tarakan). Pada kelas ketinggian 7 25
m dpl seluas 8.940 Ha (35.65% dari Kota Tarakan). Ketinggian wilayah
Kota Tarakan yang berada pada ketinggian 0 - 7 m dpl 2.937 Ha seluas

III - 2
Laporan Antara

atau 11,71% dan 100 110 m dpl seluas 111 Ha (0.48% dari Kota
Tarakan).
Tabel III.2.
Luas Wilayah berdasarkan Ketinggian Lahan Kota Tarakan
Jumla Present
Luas Kecamatan (Ha) h ase
Kelas (Ha) (%)
N
Ketinggian Taraka
o Taraka Taraka
(m dpl) n Tarakan
n n
Tenga Utara
Timur Barat
h
1 0-7 722 26 791 1.398 2.937 11,71
2 7.1 - 25 2.734 924 1.753 3.529 8.940 35,65
3 25.1 - 100 2.345 4.577 245 5.925 13.092 52,20
4 100.1 - 110 - 27 - 84 111 0,44
KOTA 25.08
5.801 5.554 2.789 10.936 100,00
TARAKAN 0
Sumber : Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015

3.3. KEMIRINGAN LERENG


Kemiringan lereng merupakan faktor utama yang menentukan
suatu daerah apakah layak untuk dibudidayakan atau tidak.
Penggunaan lahan untuk kawasan fungsional seperti kawasan
terbangun membutuhkan lahan dengan kemiringan dibawah 15 %,
sedangkan lahan dengan kemiringan diatas 15 % akan sangat sesuai
untuk penggunaan perkebunan, pertanian tanaman keras dan hutan.
Wilayah Kota Tarakan mempunyai dominasi kemiringan tanah dari
0 5 %, sehingga dalam penggunaannya dilakukan dengan
memperhatikan pembangunan secara intensif. Adapun sebaran dan
luasan lihat tabel dan gambar berikut di bawah ini.
Tabel III.3.
Luas Wilayah berdasarkan Kelas Lereng Kota Tarakan
Presentas
Kecamatan (Ha) Jumlah e
Kelas
N (%)
Lereng
o Taraka Taraka
(%) Taraka Taraka
n n
n Barat n Utara
Timur Tengah
1038.45 1558.98 5227.77 9586.48
1 05%
1761.28 1 1 1 2 38.22
1559.97 372.249 1665.65 4681.90
2 5 15 %
2 1084.03 5 6 7 18.67
319.850 402.581 344.471 602.007 1668.91
3 15 25 %
5 1 3 9 1 6.65
1511.03 1571.21 490.189 2229.14 5801.57
4 25 40%
1 5 2 1 6 23.13
648.866 1457.72 23.1090 1211.42 3341.12
5 40 %
4 3 4 5 3 13.32
Jumlah 5.801 5.554 2.789 10.936 25.080 100,00
Sumber : Kota Tarakan Dalam AngkaTahun 2015

III - 3
Laporan Antara

3.4. FISIOGRAFI
Kota Tarakan yang berada pada ketinggian sekitar 25 - 100 meter
di atas permukaan laut (dpl). Titik tertinggi berada di sebelah utara
dengan ketinggian 100 110 meter di atas permukaan laut dan titik
terendah di sebelah barat dan selatan dengan ketinggian 0 - 7 meter di
atas permukaan laut (dpl). Morfologi tanahnya terbagi dalam lima
hamparan, yaitu daerah endapan pasir (beaches), daerah rawa pasang
surut (tidal swamp), daerah dataran alluvial (alluvial plan), daerah
dataran (plan) dan daerah perbukitan (hill).
Tabel III.4.
Luas Wilayah berdasarkan Sebaran Kondisi Fisiografis Kota Tarakan
No. Fisiografis Luas (Ha) Presentase (%)
1 Pantai 853 3,40
2 Rawa pasang Surut 3.325 13,26
3 Dataran Alluvial 7.898 31,49
4 Dataran 6.107 24,35
5 Perbukitan 6.897 27,50
KOTA TARAKAN 25.080 100,00
Sumber : RTRW Kota Tarakan, Tahun 2003 2013.

3.5. HIDROGEOLOGI
Banyaknya kawasan perbukitan di Kota Tarakan dengan intensitas
curah hujan yang cukup tinggi menyebabkan seringnya dijumpai aliran
sungai dan anaknya yang bermuara di pantai Timur dan Barat. Banyak
aliran sungai tersebut yang melewati daerah perkotaan, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai saluran pembuangan utama (primer) bagi aliran
limpasan dan limbah domestik penduduk setempat.
Kota Tarakan memiliki 24 Daerah Aliran Sungai (DAS). Untuk
melihat luasan dan pajang sungai dapat dilihat pada tabel berikut.
Dalam perencanaan Dinas PU Pengairan digunakan sungai sebagai
saluran pembuangan utama (primer), dapat diidentifikasikan bahwa
daerah layanan dari sistem drainase ini dibagi berdasarkan aliran
sungai.
Tabel III.5.
Luasan dan Debit Daerah Aliran Sungai dan Sungai di Kota Tarakan
Luas DAS Debit
No Nama Sungai
(Ha) (M3/Detik)
1 Maya 15.066 1.316
2 Mangantal 10.422 910
3 Selayung 8.336 731
4 Siaboi 20.492 1.789
5 Simaya 17.245 1.506
6 Hanjulung 6634 579
7 Binalung 22591 1.973

III - 4
Laporan Antara

Luas DAS Debit


No Nama Sungai
(Ha) (M3/Detik)
8 Kuli 4268 373
9 Slipi 3821 334
10 Amal Baru 3468 303
11 Batu Mapan 3138 274
12 Mentogog Kecil 1441 126
13 Tanjungbatu 2025 177
14 Mentogog 4944 432
15 Karungan 7054 616
16 Nangitan 2336 204
17 Pamusian dan Buaya 23820 2080
18 Kampung Bugis 5641 493
19 Sesanip 6676 583
20 Persemaian 14779 1290
21 Bengawan 12363 1080
22 Belalung 9737 850
23 Bunyu 7575 662
24 Semunti Besar dan
Semunti Kecil 8976 784
Sumber : Dinas PU Pengairan Kota Tarakan, 2009.

Dalam memenuhi kebutuhan air Kota Tarakan selain digunakannya


air permukaan yang berasal dari sungai, maka pengambilan air tanah di
Pulau Kota Tarakan cukup potensial dalam memenuhi cadangan air
minum bagi Kota Tarakan. Oleh karena itu, pemerintah Kota Tarakan
memberikan wilayah-wilayah konservasi air tanah yang digunakan
sebagai cadangan air minum, antara lain adalah :
1. Konservasi Mangrove yang berada menyebar di sepanjang pantai Pulau
Tarakan.
2. Konservasi Mutlak yang berada relatif di kawasan Hutan Lindung (bagian
Utara dan Tengah) Kota Tarakan.
3. Konservasi Pemanfaatan yang berada di bagian Barat dan Timur Kota
Tarakan.
4. Konservasi Penyangga yang berada di antara konservasi mutlak dan
pemanfaatan.

3.6. GEOLOGI
Kota Tarakan secara geologis memiliki orientasi fisiografi yang
berhubungan dengan proses struktur yang terjadi serta jenis batuan
yang menyusun kawasan Kota Tarakan. Sebagian besar Kota Tarakan
terdiri dari unsur geologi berupa satuan (TPQS), yaitu batu pasir kuarsa,
batu lempung, batu lanau, lignit dan konglomerat. Komposisi struktur
geologi tersebut tersebar di Kota Tarakan seluas 16.058 Ha (64,03% dari
luas daratan Kota Tarakan). Sedangkan sisanya berupa satuan (Qa),

III - 5
Laporan Antara

yaitu lumpur, lanau, pasir, kerikil, dan kerakal seluas 9.022 Ha (35,97%
dari luas daratan Kota Tarakan).
Pulau Tarakan secara geologis terdiri dari 2 (dua) satuan besar,
yaitu satuan wilayah perbukitan antiklin dan satuan wilayah daratan
(terdiri atas dataran pantai, dataran banjir dan dataran sungai). Masing-
masing satuan mempunyai karakteristik geolgoi yang berbeda, seperti
bentang alam, jenis batuan, hidrogeologi, serta karakteristik dinamika
bumi yang sering berkonotasi bencana alam. Kondisi perbukitan di Pulau
Tarakan merupakan sebuah antiklin yang sumbunya memanjang arah
Barat Laut Tenggara dimana terdiri dari batu lempung dan lapisan tipis
batubara berumur terserier yang berselang-seling satu dan lainnya. Di
bagian dalam antiklin ditemukan cadangan minyak dan gas bumi.
Sebagian batuan lempung bersifat kedap air dan mengembang. Bantuan
tersebut menjadi mudah longsor pada kemiringan lereng yang agak
besar dan mudah terkikis. Batu pasir terdiri dari mineral kuarsa
sebagian bersifat lunak dan mudah terkikis, dan sebagian bersifat agak
keras dan merekat.

3.7. JENIS DAN STRUKTUR TANAH


Kota Tarakan memiliki jenis tanah berupa Podsolik, Alluvial, Latosol
dan Organosol (alluvial bergambut) yang memiliki ciri dan sifat tanah
sendiri-sendiri. Jenis tanah Latosol di Kota Tarakan mendominasi jenis
tanah, khususnya di Kecamatan Tarakan Utara dan Tengah. Jenis Tanah
Podsolik tersebar di Kecamatan Tarakan Timur, Utara dan Tengah. Tanah
Alluvial dan Organosol cenderung tersebar di pinggir pantai, khususnya
di Kecamatan Tarakan Barat dan Utara. Peta 1.8 menjelaskan tentang
jenis tanah. Jika dilihat dari tekstur tanahnya, tekstur tanah merupakan
alat ukur yang dapat menunjukkan perbandingan relatif antara partikel-
partikel tanah pasir, tanah liat dan debu. Tingkat kehalusan partikel
tanah adalah tekstur halus, sedang dan kasar. Kota Tarakan memiliki
tekstur tanah dari halus sampai kasar. Tanah dengan tekstur sedang
mempunyai areal terluas, yaitu 67,31% dari luas darat Kota Tarakan.
Tekstur halus hanya merupakan sebagian kecil dari luas wilayah yaitu
1,28%.

Tabel III.6.
Sebaran Tekstur Tanah Kota Tarakan
Kecamatan (Ha) Prosenta
Tekstur
No. Tarakan Tarakan Tarakan Tarakan Jumlah se
Tanah
Timur Tengah Barat Utara (%)
1 Halus 321 - - - 321 1,28
2 Sedang 3.398 5.431 1.104 6.948 16.881 67,31
3 Kasar 2.082 123 1.685 3.922 7878 31,41
Jumlah 5.801 5.554 2.789 10.936 25.080 100,00

III - 6
Laporan Antara

Sumber : RTRW Kota Tarakan, Tahun 2003 - 2013.

3.8. EKOSISTEM PESISIR


A. Mangrove
Mangrove di Tarakan banyak mengalami kerusakan dan
pengurangan di berbagai tempat. Mangrove yang berada di pantai barat
pulau semakin menipis yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang
mengkonversi lahan menjadi permukiman dan pertambakan. Adapun
mangrove di pantai timur banyak mengalami kerusakan akibat dari
kegiatan manusia dan faktor alam yaitu abrasi.
Tabel III.7.
Kondisi Hutan Mangrove Kota Tarakan
N Luas Tingkat
Lokasi Kerapatan
o (Ha) Kerusakan
1 Kel. Juatalaut (pantai 75 3 100 m Rusak
barat Juatapermai Ringan
sampai Juatalaut)
2 Tanjungselayung 168 15 100 m Rusak
Ringan
3 Tanjungsimaya 39 Tipis atau jarang dan Rusak
sebagian pohon kelapa Ringan
(2 100 m)
4 Pulau Sadau - Ketebatan tinggi Rusak
Sedang
5 Karangharapan 4,89 10 100 m Rusak
Sedang
6 Muara S. Hasanuddin 77,66 Ketebalan mangrove Rusak
Pel. Tengkayu II pada muara S. Sedang
diKelurahan Karangrejo Hasanuddin 125 m dan
pada kawasan S. Nippah
ketebalan 4m dan
mulai menipis dan hilang
di sebelah selatan
sampai mendekati Pel.
Tengkayu 2.
7 Jl. Aki Babu Muara S. Tdk Paling tebal 125 m, Rusak
Hasanuddin ada paling tipis 5 m dari Sedang
data pantai. Kerapatan yang
paling tebal ada pada
kawasan sepanjang S.
Sesanip 1 sampai S.
Hasanuddin.
8 Jl. Gajah Mada di 12,65 - Rusak
Karangrejo Sedang
9 Kelurahan 184 Kerapatan 10 100 m Rusak
Mamburungan Ringan
1 Pantaiamal 18 Kerapatan 25 100 m Rusak Berat
0
1 Tanjungbatu sampai Tidak Kerapatan 25 100 m Rusak
1 Kawasan Tambak S. ada Ringan
Pamusian data
Sumber: Rencana Tata Ruang Laut dan Pesisir Kota Tarakan (2007 2017)

III - 7
Laporan Antara

Untuk memperbaiki kerusakan hutan mangrove di Kota Tarakan,


pernah dilakukan rehabilitasi dan penghijauan hutan mangrove di
Kelurahan Mamburungan pada tahun 2005, juga pernah dilakukan
penghijauan mangrove seluas 50 ha dengan bibit 165.000 buah.
Disamping itu pula, di Kelurahan Juatalaut dengan sistem kelompok (tiap
kelompok 15 petambak) dan jumlah bibitnya sesuai dengan jumlah luas
tambak yang dimiliki serta bibit yang digunakan yaitu ada 2 jenis
Mangrove yang tahan terendam air.
B. Terumbu Karang
Habitat terumbu karang merupakan tipe terumbu karang tepi,
yang ditemukan di sekitar Tanjungbatu yang telah berubah menjadi
habitat karang mati. Gugusan terumbu karang yang tersisa, banyak
yang kondisinya rusak. Kerusakan dapat diakibatkan oleh pembuangan
limbah, penangkapan ikan dan penurunan kualitas air. Demikian pula
halnya dengan yang terjadi di gugusan terumbu karang sekitar Tanjung
Binalatung. Hal ini disebabkan oleh besarnya tingkat sedimentasi yang
tinggi dan menurunnya kualitas air di hampir seluruh wilayah pesisir
Kota Tarakan.
Kerusakan disebabkan oleh faktor pengelolaan pantai dan daerah
hulu yang kurang baik sehingga tingginya tingkat sedimentasi yang
masuk ke perairan tersebut dapat membunuh terumbu karang.
Pengelolaan yang buruk tersebut mengakibatkan kondisi sebagai
berikut.
a. Siltasi dan sedimentasi yang diakibatkan oleh pengerukan, penimbunan,
deforestasi hutan di daerah pantai (mangrove) dan hulu (hutan lindung);
b. Penurunan kualitas air yang diakibatkan oleh perubahan salinitas dan suhu,
pencemaran seperti tumpahan minyak, limbah industri dan domestik;
c. Pemasukan air tawar sebagai hasil pemindahan dari aliran sungai,
pembuangan limbah cair dan banjir;
d. Penangkapan ikan dengan alat yang tidak selektif;
e. Eksploitasi berlebihan terhadap organisme terumbu karang untuk
konsumsi, hiasan, cindera mata, dan aquarium;
f. Kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata yang tidak
bertanggung jawab, akibat dari jangkar, dan pengambilan organisme
terumbu karang.
Berdasarkan pada kondisi terumbu karang di Kota tarakan, perlu
dilakukan upaya pengelolaan agar habitat terumbu karang tidak
semakin punah. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
mengelola terumbu karang antara lain yaitu sebagai berikut.
a. Konservasi dan rehabilitasi terumbu karang;

III - 8
Laporan Antara

b. Penyadaran masyarakat tentang pentingnya ekosistem terumbu karang;


c. Melakukan pemantauan ekosistem terumbu karang;
d. Mengkontrol kegiatan pariwisata;
e. Menetapkan kuota pemanfaatan organisme terumbu karang;
f. Mengurangi pencemaran dan peningkatan nutrien kedalam ekosistem
terumbu karang;
g. Pengaturan penangkapan dan eksploitasi terumbu karang;
h. Penanaman terumbu karang buatan dan transplantasi karang;
i. Pengelolaan secara terpadu yang melibatkan institusi dan wilayah
administrasi disekitar Pulau Tarakan.
C. Lamun/Rumput Laut
Padang lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga yang sudah
sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan laut.
Padang lamun berfungsi sebagai penyedia makanan bagi ikan dan
udang. Kota Tarakan pada tahun 1993 memiliki gugusan padang lamun
yang terbentang dari Tanjungbatu hingga perairan Kelurahan
Karangrejo. Padang Lamun umumnya merupakan habitat utama ikan
duyung, bulu babi, penyu laut terutama penyu hijau, ikan baronang dan
kakatua serta teripang. Padang lamun di Kota Tarakan banyak yang
mengalami kerusakan. Kerusakan Padang Lamun dapat diakibatkan
proses sedimentasi dan kegiatan manusia (pembuangan limbah).

3.9. POTENSI BENCANA ALAM


Pada dasarnya peristiwa bencana di Kota Tarakan terdiri dari
bencana banjir, gempa bumi, tanah longsor, angin kencang, dan
kebakaran.
Banjir/Genangan
Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya
kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena
luapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, luapan
air sungai, atau pecahnya tanggul penahan air.
Kota Tarakan merupakan kota di pulau yang tidak mengenal musim
hujan dan musim kemarau. Hujan turun cukup tinggi dan diselingin
dengan panas yang cukup tinggi juga. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi
alam Kota Tarakan. Tingginya curah hujan terkadang menimbulkan
banjir atau genangan di beberapa tempat dikota. Hal ini juga ditunjang
dengan kondisi fisik alam yang pada umumnya datar.
Gerakan Tanah (Longsor)

III - 9
Laporan Antara

Gerakan tanah (longsor) merupakan peristiwa pergerakan lereng


tanah yang umumnya terjadi saat hujan lebat, yang disebabkan oleh
peningkatan kejenuhan air dan kenaikan rruka air tanah akibat infiltrasi
air hujan yang berlebihan. Proses penjenuhan tanah dapat dipercepat
oleh hilangnya tutupan lahan, kondisi tanah yang retak-retak, dan
timpasan air genangan dari area (persawahan dan kolam-kolam ikan di
lereng. Beberapa gerakan tanah (longsor) berlangsung lambat dan
menimbulkan kerusakan secara bertahap, sementara itu yang lainnya
bergerak sangat cepat sehingga dapat menimbulkan kerugian dan
korban jiwa yang sangat besar secara tiba-tiba dan tak terduga.
Bencana Kebakaran
Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam yang berupa
cuaca yang kering serta faktor manusia yang berupa pembakaran baik
sengaja maupun tidak sengaja. Kebakaran ini akan menimbulkan efek
panas yang sangat tinggi sehingga akan meluas dengan cepat.
Kerusakan yang ditimbulkan berupa kerusakan lingkungan, jiwa dan
harta benda. Dampak lebih lanjut adalah adanya asap yang ditimbulkan
yang dapat mengakibatkan pengaruh pada kesehatan terutama
pernafasan serta gangguan aktivitas sehari-hari seperti terganggunya
jadwal penerbangan. Tebalnya asap juga dapat mengganggu cuaca.

3.10. KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk Kota Tarakan tahun 2013 adalah sebanyak
220.200 jiwa yang terdiri dari 55.960 KK. Jumlah penduduk terbanyak
terdapat di Kecamatan Tarakan Barat, sedangkan jumlah penduduk
paling sedikit terdapat di Kecamatan Tarakan Utara. Berikut ini dapat
dilihat jumlah dan kepadatan penduduk di masing-masing kecamatan di
Kota Tarakan.
Tabel III.8.
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Tarakan Tahun 2013
Jml
Luas Kepadatan
N Penduduk
Kecamatan Jml RT
O RT/K Penddk/K
(Km2) (Jiwa)
m2 m2
Tarakan
1 Timur 58.01 11,926 48,936 206 844
Tarakan
2 Tengah 55.54 17,446 69,020 314 1,243
Tarakan
3 Barat 27.89 19,782 77,147 709 2,766
Tarakan
4 Utara 109.36 6,806 25,097 62 229
2013 250.80 55,960 220,200 223 878
2012 250.80 50,933 212,100 203 846
2011 250.80 49,055 204,000 196 813
2010 250.80 44,065 193,370 176 771

III - 10
Laporan Antara

2009 250.80 52,920 192,430 211 767


Sumber: Kota Tarakan dalam Angka, 2014

80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0

Sumber: Kota Tarakan dalam Angka, 2014

Gambar 3.1.
Grafik Jumlah Penduduk Kota Tarakan Tahun 2013

Jumlah penduduk di Kota Tarakan semakin meningkat dari tahun ke


tahun. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk tahun 2009 hingga tahun
2013 yang menunjukkan peningkatan jumlah penduduk yang cukup
signifikan.

225,000
220,000
215,000
210,000
205,000
200,000
195,000
190,000
185,000
180,000
175,000
2013 2012 2011 2010 2009

Sumber: Kota Tarakan dalam Angka, 2014

Gambar 3.2.
Grafik Peningkatan Jumlah Penduduk Kota Tarakan Tahun 2009-2013

Kepadatan penduduk rata-rata di Kota Tarakan adalah 878 jiwa/


km2, dengan kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan
Tarakan Barat. Hal ini terjadi karena jumlah penduduk di Kecamatan

III - 11
Laporan Antara

Tarakan Barat lebih banyak dibandingkan kecamatan lainnya. begitu


pula dengan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan
Tarakan Utara.

3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
RT/Km2
500
Penddk/Km2
0

Sumber: Kota Tarakan dalam Angka, 2014

Gambar 3.3.
Kepadatan Penduduk Kota Tarakan Tahun 2013

3.11. TRANSPORTASI
Transportasi Darat
Panjang jalan di Kota Tarakan seluruhnya adalah sepanjang 227.100 m.
Pada umumnya sistem jaringan jalan yang ada di Kota Tarakan berpola linear
yang menghubungkan kota di bagian Utara, Tengah dan Timur dengan pusat
kota dan berpola grid yang berada dilingkungan permukiman. Kondisi sebagian
besar jalan sudah baik, hanya sebagian kecil masih rusak.
Jika dilihat dari jenis permukaannya, maka sebagian besar berupa jalan
hotmix, namun masih ada jalan yang terbuat dari batu/ kerikil dan tanah. Jika
dilihat dari kelas jalannya maka seluruh jalan di Kota Tarakan masuk dalam
klasifikasi kelas IIIa, IIIb, IIIc dan masih ada sebagian tidak dirinci menurut kelas
jalan. Pada tahun 2013, sepanjang 7100 m jalan di Kota Tarakan masuk dalam
kewenangan negara, sedangkan sisanya masuk dalam kewenangan pemerintah
kota. Berikut ini dapat dilihat perkembangan jumlah jalan di Kota Tarakan
berdasarkan kondisi, jenis permukaan, kelas jalan dan kewenangan jalan.
Tabel III.9.
Panjang Jalan berdasarkan Kondisi, Jenis Permukaan, Kelas Jalan dan
Kewenangan
di Kota Tarakan
N Panjang Jalan (m)
Keterangan
o 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Kondisi Jalan
a. Baik 138.51 150.84 178.25 178.25 182.25 186.22

III - 12
Laporan Antara

N Panjang Jalan (m)


Keterangan
o 2008 2009 2010 2011 2012 2013
0 9 0 0 3 2
b.Sedang 29.433 25.756 33.009 33.009 33.751 32.930
c. Rusak 5.194 7.358 8.802 8.802 9.000 7.949
Jumlah 173.13 183.96 220.06 220.06 225.00 227.1
7 2 2 2 4 00
2 Jenis
Permukaan
a.Aspal 18.940 18.415 18.415 18.415 19.015 17.100
b.Hotmix 114.14 117.22 123.92 123.92 124.48 128.50
6 6 6 6 6 0
c.Batu/Kerikil 3.300 3.070 7.070 14.870 15.520 18.300
d.Tanah 36.751 45.251 70.651 62.851 65.983 63.200
Jumlah 173.13 183.96 220.06 220.06 225.00 227.1
7 2 2 2 4 00
3 Kelas Jalan
a.Kelas I - - - - -
b.Kelas II - - - - -
c.Kelas III - - - - -
d.Kelas IIIa 34.490 34.490 58.490 58.490 58.490 58.490
e.Kelas IIIb 40.460 40.460 40.640 40.640 40.460 40.460
f.Kelas IIIc 19.450 24.751 36.851 36.851 41.793 43.889
g.Kelas tidak 84.261
dirinci 78.740 84.261 84.261 84.261 84.261
Jumlah 173.13 183.96 220.06 220.06 225.00 227.1
7 2 2 2 4 00
4 Pemerintah
Berwenang
Negara - - - - - 7.100
Provinsi - - - - - -
Kab/Kota 173.13 183.96 220.06 220.06 225.00 219.99
7 2 2 2 4 0
Jumlah 173.13 183.96 220.06 220.06 225.00 227.1
7 2 2 2 4 00
Sumber : Kota Tarakan Dalam Angka 2014

Beberapa permasalahan jaringan transportasi di Kota Tarakan (berdasarkan


Tataran Transportasi Lokal dan Perhubungan Kota Tarakan, 2008), antara lain:
a. Kepadatan lalu lintas terkonsentrasi di pusat kota, sedang jalan-jalan di
luar kota volume lalu lintas masih rendah karena kawasan yang belum
berkembang (belum terbangun) sehingga bangkitan lalu lintas belum
membentuk pola yang stabil.
b. Jaringan jalan darat belum menjangkau ke seluruh bagian pulau dan
beberapa jalan utama masih berupa jalan tanah yang sulit dilewati
kendaraan apabila hujan, seperti JL. Mambrungan dan JL. Karungan Tanjung
Pasir.
c. Saat ini terdapat beberapa embrio jalan tanah sebagai usaha
pengembangan jaringan jalan dan aksesibilitas di Pulau Tarakan (jalan tanah
di pesisir Pantaiamal menuju Mambrungan, dari kawasan Kampungenam

III - 13
Laporan Antara

menuju Binalatung, Jl. Karungan-Tanjung Pasir dan jalan tanah di kawasan


Juatapermai.
d. Jaringan jalan di pusat Kota Tarakan rawan terhadap kemacetan karena
relatif sempit, pola parkir belum memadai, belum terdapat sistem
manajemen transportasi yang mengatur pergerakan moda lalu lintas
sehingga berbagai jenis kendaraan bebas memasuki pusat kota serta
banyak angkutan kota yang mangkal.
e. Beberapa ruas jalan di pusat kota mempunyai beban lalu lintas yang
cukup besar, yang dikhawatirkan akan mempengaruhi kinerja jaringan jalan
(Jl. Yos Sudarso, Jl. Jend. Sudirman, JL. Mulawarman, dan Jl. Halmahera).
Transportasi Laut
Keberadaan tranportasi Laut di Kota Tarakan merupakan penunjang utama
pergerakan ke dalam dan ke luar Kota Tarakan. Di Kota Tarakan terdapat
beberapa pelabuhan yang dikelola baik oleh Pemerintah Daerah maupun
swasta. Pelabuhan-pelabuhan besar pada umumnya berada di pantai barat
Pulau, mengingat kedalaman air laut yang memungkinkan untuk arus lalu lintas
kapal. Sedangkan kedalaman air laut pantai timur Pulau Tarakan cukup dangkal
sehingga tidak memungkinkan untuk bersandarnya kapal, kecuali dengan
pembuatan dermaga yang cukup panjang ke daerah laut seperti Pelabuhan
Medco.
Perjalanan jarak menengah dalam propinsi dengan moda laut dilayani oleh
speed boat berkapasitas sedang melalui Pelabuhan Tengkayu I, sedangkan
dengan speed boat kecil dilakukan melalui Pelabuhan Beringin. Perjalanan antar
propinsi dengan moda laut saat ini dilayani oleh pelabuhan Malundung. Selain
itu, terdapat pula pelabuhan/terminal yang terdapat di Kota Tarakan baik yang
dikelola oleh pemerintah maupun swasta.
Tabel III.10.
Pelabuhan di Kota Tarakan
No Pelabuhan/Terminal Lokasi Penyelengga
ra
1 Pelabuhan Tengkayu I Sebengkok Pemerintah
2 Pelabuhan Tengkayu II Karang Rejo Pemerintah
3 Pelabuhan Malundung Lingkas Ujung Pemerintah
4 Pelabuhan Beringin Selumit Pantai Pemerintah
5 Terminal Minyak Lingkas Ujung Swasta
Sumber : Tatanan Transportasi Lokal dan Perhubungan Kota Tarakan, 2008.

Pelayanan pelabuhan laut Kota Tarakan dikelola oleh pemerintah di bawah


penusahaan PT. Pelabuhan Laut Indonesia IV. Pelabuhan laut ini memiliki luas
terminal penumpang sebesar 1.268 m2, luas lapangan penampungan 3.224 m2
dan luas gudang 1.700 m2.
Transportasi Udara
Bandar Udara Juwata Tarakan terletak di Kelurahan Karanganyarpantai
Kecamatan Tarakan Barat pada elevasi + 6.00 m dpl. Bandar Udara Juata yang

III - 14
Laporan Antara

berstatus sebagai bandara kelas satu yang melayani penerbangan nasional dan
internasional dengan luas 156 Ha. Bandara tersebut di rencanakan diperluas
agar dapat didarati pesawat jenis Fokker-28. Rute penerbangan domestik
melalui Bandara Juwata, antara lain menghubungkan Kota Tarakan dengan
Ibukota Kabupaten Bulungan, Samarinda dan Kota-Kota Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Utara.

3.12. KONDISI PERTAMBANGAN


Beberapa daerah yang memiliki potensi/ cadangan batubara di Provinsi
Kalimantan Utara adalah Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten
Tana Tidung dan Kabupaten Malinau. Pada tahun 2005, cadangan sumberdaya
(resources) batubara Indonesia ditaksir berjumlah 57,8 milyar ton dan 51% dari
cadangan tersebut (29,7 milyar ton) berada di Kalimantan. Dari sekitar 29,7
milyar ton tersebut, 9,7 milyar ton diklasifikasikan sebagai cadangan terunjuk,
dan 4,2 milyar ton merupakan cadangan terbukti (proven reserves). Cadangan
batubara Kalimantan menyebar terutama di Kalimantan Timur dan Selatan,
namun hampir tidak ada yang di Kalimantan Barat. Ini sesuai dengan
karakteristik geologi pulau Kalimantan, dimana bagian Timur-Selatan dari pulau
itu kaya dengan sumber-sumber bahan bakar fosil.
Kalimantan bagian timur dan selatan memiliki kandungan batubara
bermutu tinggi dengan kandungan panas tinggi dan kadar belerang dan abu
yang rendah. Sekitar sepertiga dari batubara Kalimantan memiliki kategori
kandungan panas tinggi (lebih dari 6.1000 kkal/kg), sedangkan sekitar 45%
berkategori kandungan panas sedang (5.100 6.100 kkal/kg).
Di Kalimantan tercatat 70 tambang dalam tahap produksi, konstruksi, studi
kelayakan, eksplorasi dan survei umum. Dari 70 tambang tersebut, 69 tambang
berlokasi di Kalimantan Timur, Selatan dan Tengah, dan hanya 1 beroperasi di
Kalimantan Barat. Penambangan dilakukan baik oleh perusahaan tambang kelas
dunia (Adaro, Kaltim Prima Coal, Arutmin, dll) berdasarkan Kuasa Pertambangan,
Perjanjian Kerja Perusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) maupun unit-unit
koperasi serta pertambangan tanpa izin (PETI) yang mengusahakan
penambangan batubara skala kecil.
Mutu batubara Kalimantan, berdasarkan kandungan panasnya, dapat
dibedakan berdasarkan basin batubara yang ada. Basin Tarakan di bagian utara
Kalimantan Timur memiliki batubara dengan kandungan panas (calorific value)
5.700 6.000 kkal/kg, sementara basin Kutai memiliki batubara dengan
kandungan panas yang lebih tinggi (5.800 7.100 kkal/kg). Batubara di basin
Pasir, di wilayah pantai Kalimantan Selatan, memiliki kandungan panas yang
relatif rendah (4.300 6.800 kkal/kg) sedang batubara di basin Barito memiliki
kandungan panas yang bervariasi dari yang rendah (4.800 kkal/kg) sampai yang
tinggi (7.000 kkal/kg).

III - 15
Laporan Antara

Operasi tambang batubara di Kalimantan sampai saat ini dilakukan di


tambang terbuka (open pit mining), menggunakan teknologi penambangan
sederhana mengandalkan truk dan mobil penggaruk (shovel), dan hanya
menerapkan pengolahan lanjut yang minimal sebelum batubaranya dikirimkan.
Tambang-tambang yang sekarang dalam status produksi sebagian besar
berlokasi di dekat-dekat sungai atau tepi pantai. Sementara itu, beberapa studi
kelayakan sedang dilakukan untuk mengembangkan tambang-tambang yang
berada lebih di pedalaman. Terdapat indikasi bahwa cadangan batubara yang
bermutu sangat tinggi (khususnya cooking coal yang berharga sangat mahal)
berada di wilayah-wilayah pedalaman yang masih jauh dari jangkauan
infrastruktur transportasi saat ini.
Alam menganugerahi Kalimantan kemudahan dalam transportasi batubara
melalui keberadaan sungai-sungai panjang serta pantai yang di dekatnya
terdapat tambang batubara. Ini dibandingkan misalnya dengan tambang
batubara di Sumatra Selatan yang, walaupun cadangannya besar, tidak bisa
keluar karena dibatasi oleh ketersediaan infrastruktur transportasi, khususnya
kereta api. Sungai-sungai di Kalimantan ini adalah juga yang dulu dan hingga
kinimenjadi andalan untuk melintaskan kayu-kayu yang diambil dari hutan-
hutan Kalimantan, di samping untuk menjadi tempat lalulintas komoditi lain.
Pola angkutan batubara yang berkembang di Kalimantan adalah (i) dari
mulut tambang menggunakan menggunakan truk/conveyor ke pelabuhan muat
di tepi pantai, (ii) dari mulut tambang ke penampungan (stockpile) di tepi
sungai, kemudian diangkut dengan tongkang/barge dan kapal tug ke pelabuhan
muat di tepi sungai/pantai/tengah laut. Dari pelabuhan batubara dikirim ke
tujuan ekspor dengan kapal samudra. Terdapat pula tongkang yang
mengangkut batubara dari pelabuhan tepi sungai/stockpile langsung menuju
pasar domestik. Frekuensi dan volume transhipment sangat tinggi dalam pola
transportasi ini, atau tidak efisien.
Pengembangan infrastruktur batubara di Kalimantan selama ini terfokus
pada pelabuhan ekspor, yang sebagian besar dilakukan oleh swasta. Di
Kalimantan terdapat 13 pelabuhan/terminal batubara, sebagian memiliki
kapasitas handling yang besar (Tanjung Bara, North/South Pulau Laut,
Balikpapan) dan sebagian lain merupakan pelabuhan tepi sungai (river
terminal). Kapasitas handling pelabuhan batubara di Kalimantan sekarang
sekitar 100 juta/tahun.
Sebagian besar pelabuhan batubara di Kalimantan dibuat khusus untuk
melayani perusahaan tertentu (dedicated), dan hanya Balikpapan Coal Terminal
serta Indonesia Bulk Terminal yang dapat dipergunakan untuk keperluan
bersama (common users).
Permasalahan yang kini terjadi dengan sistem angkutan batubara di
Kalimantan adalah kapasitas sungai-sungai untuk menampung lalulintas barge
batubara sudah tak mungkin lagi dilanggar, karena sudah dilampaui. Lalulintas
angkutan batubara sangat padat, di beberapa tempat harus dipandu untuk

III - 16
Laporan Antara

menghindari tabrakan dengan kapal pengangkut lain atau sasaran lain.


Kapasitas angkuta juga menjadi rendah karena berkurangnya jumlah hari traffic
disebabkan perubahan musim dan pendangkalan. Pada musim kemarau,
sebagian badan sungai tak dapat dilayari karena kering, sedangkan di musin
penghujan, pelayaran juga sering tak dapat dilakukan karena banjir.
Peningkatan kapasitas angkut di sungai-sungai utama tak hanya
membutuhkan pengerukan/pelebaran, tapi juga menggantikan jembatan-
jembatan. Mahakam, misalnya, memiliki jembatan panjang (Mahakam) namun
tidak cukup lebar untuk armada tongkang dapat berlalulintas dengan leluasa.
Hal ini diperburuk dengan ramainya lalulintas kapal mengangkut berbagai
macam komoditi di muara Mahakam. Barito memiliki tingkat sedimentasi yang
tinggi, bersumber dari muara, apalagi ketika musim banjir tiba. Di hulu Barito
mungkin digunakan barge berukuran hingga 10.000 DWT, namun yang harus
dipindahkan lagi ke barge yang lebih kecil (3.000 DWT) di hilir karena kendala
perairan dangkal. Frekuensi transhipment yang terlampau sering ini sangat
mengganggu efisiensi angkutan batubara.
Lalulintas batubara yang semrawut, mencemari, mengganggu lalulintas
komoditas lain di samping pengerukan yang sering terlambat-- membuat
Pemerintah Daerah belakangan mengancam menutup angkutan batubara. Tak
hanya angkutan sungai, armada truk batubara yang mencemari dengan debu
dan sebagian malah merusak jalan umum merupakan bagian dari keluhan
masyarakat sehari-hari di Kalimantan. Jalan darat untuk lewat truk pengangkut
batubara sebagian besar merupakan jalan tanah yang akan berkumpur ketika
hujan tiba, menghalangi kapasitas transportasi batubara. Selain itu, beban truk
yang berat dengan batubara yang diangkut mengakibatkan jalan cepat rusak
dan membutuhkan biaya cukup besar untuk memperbaikinya. Beban untuk
membangun dan memelihara jalan (yang dapat mencapai puluhan, bahkan
lebih dari 100 km) sebenarnya cukup berat untuk ditanggung secara sendiri-
sendiri oleh perusahaan tambang.

III - 17

Anda mungkin juga menyukai