Anda di halaman 1dari 101

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)

PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA


KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)

Bab
Rona Lingkungan Hidup Awal

2.1. KOMPONEN LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK PENTING RENCANA


USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
2.1.1. Komponen Geo Fisik Kimia
a. Geografis

Secara geografis Kabupaten Aceh Utara terletak pada 96.52.00 0 – 97.31.000 Bujur
Timur dan 04.46.000 – 05.00.400 Lintang utara, dibatasi oleh :
 Sebelah Utara : Kota Lhokseumawe dan Selat Malaka
 Sebelah Timur : Kabupaten Aceh Timur
 Sebelah Selatan : Kabupaten Bener Meriah
 Sebelah Barat : Kabupaten Bireuen

Wilayah Kabupaten Aceh Utara terdiri dari 27 kecamatan, 70 mukim dan 852
desa/gampong. Luas wilayah Kabupaten Aceh Utara adalah 3,296.86 Km2.
Kecamatan terluas adalah Kecamatan Payabakong dengan luas 418.32 Km2
(12.69%) dan tersempit adalah Kecamatan Lapang dengan luas 19.27 Km2 (0.58%).
Data lengkap pada tabel berikut.

Tabel 2.1. Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Gampong Per Kecamatan di


Kabupaten Aceh Utara
Letak Topografi
Luas Rasio Terhadap Total
No Kecamatan Datara
(Km2) (%) Berbukit
n
1 Sawang 384.65 11.67 21 18
2 Nisam 114.74 3.48 26 3
3 Nisam Antara 84.38 2.56 - 6
4 Banda Baro 42.35 1.28 9 -

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2-1


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)
Letak Topografi
Luas Rasio Terhadap Total
No Kecamatan Datara
(Km2) (%) Berbukit
n
5 Kuta Makmur 151.32 4.59 30 9
6 Simpang Kramat 79.78 2.41 12 4
7 Syamtalira Bayu 77.53 2.35 35 3
8 Geureudong Pase 269.28 8.17 - 11
9 Meurah Mulia 202.57 6.14 49 1
10 Matang Kuli 56.94 1.73 49 -
11 Paya Bakong 418.32 12.69 39 -
12 Pirak Timu 67.7 2.05 23 -
13 Cot Girek 189.00 5.73 24 -
14 Tanah Jambo Aye 162.98 4.94 45 2
15 Langkahan 150.52 4.57 21 2
16 Seunuddon 100.63 3.05 33 -
17 Baktiya 158.67 4.81 56 1
18 Baktiya Barat 83.08 2.52 24 2
19 Lhoksukon 243.00 7.37 75 -
20 Tanah Luas 30.64 0.93 57 -
21 Nibong 44.91 1.36 20 -
22 Samudera 43.28 1.31 40 -
23 Syamtalira Aron 28.13 0.85 34 -
24 Tanah Pasir 20.38 0.62 18 -
25 Lapang 19.27 0.58 11 -
26 Muara Batu 33.34 1.01 17 7
27 Dewantara 39.47 1.20 12 3
Kabupaten 3,296.86 100.00 780 72
Sumber : Kabupaten Aceh Utara Dalam Angka, 2017

Lokasi studi berada di Kecamatan Sawang, Banda Baro, Nisam dan Dewantara.

b. Iklim
Rata-rata suhu udara minimum tahun 2016 adalah 23,80C dan rata-rata suhu udara
maksimum 32,40C. Rata-rata kelembaban udara tahun 2016 berkisar antara 79%
sampai dengan 86%. Rata-rata tekanan udara tahun 2016 berkisar antara 1.008,5
mb sampai 1071,5 mb. Data lengkap terdapat pada Tabel 2.2.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2-2


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)
Tabel 2.2. Penyinaran Matahari, Angin, Temperatur, Tekanan Udara di Kabupaten
Aceh Utara
Lembab Tekanan
Nisbi Udara
Penyinaran Angin Permukaan Temperatur oC (%) (mb)
Bulan Matahari
Kecepatan
(%) Arah Angin
Rata-rata Maks Min
Terbanyak
(Knots)
Januari 80 BD 4 30.3 24.4 85 1.071,2
Februari 71 T 5 30.2 23.8 80 1,071,5
Maret 88 BD 4 30.2 24.3 83 1.071,0
April 74 BD 4 32.2 24.9 81 1.009,7
Mei 55 BD 4 32.4 25.2 81 1.008,9
Juni 73 TG 4 31.8 24.5 81 1.009,5
Juli 62 TG 4 30.5 24.1 82 1.009,1
Agustus 65 TG 3 31.4 24.3 79 1.008,5
September 73 V 4 31.2 23.8 80 1.009,5
Oktober 56 BL 5 30.8 24.3 79 1.009,2
November 40 BD 3 29.6 24 86 1.009,6
Desember   BD 4 27.4 28.2 86 1.009,6
Sumber : Kabupaten Aceh Utara Dalam Angka, 2017

Dari beberapa pos pencatat hujan di Kabupaten Aceh Utara dipilih stasiun hujan
yang diperkirakan dapat mewakili kondisi wilayah survei Daerah Aliran Sungai Kr
Sawang. Berdasarkan peta hidrologi dan ketersediaan data maka ditentukan 3 (Tiga)
pos / stasiun pencatatan hujan untuk DAS tersebut.

Tabel 2.3. Nama Pos Hujan di Lokasi Studi

No Nama Stasiun Hujan Lintang Bujur Ketersediaan Data


1 BMKG Malikussaleh 05o 13’ LU 096o 58’BT 2008-2017
2 Sawang 5.120 LU 96.910 BT 2008-2017
3 Nisam Antara 5.075 LU 96.942 BT 2008-2017
4 Nisam 5.168 LU 97.013 BT 2008-2017
Sumber : BMKG Malikussaleh, Sawang, Nisam Antara dan Nisam 2008-2017

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2-3


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)

Sumber : Google Earth


Gambar 2.1. Peta Pos Stasiun Hujan di Kabupaten Aceh Utara

Adapun kondisi curah hujan bulanan pada Stasiun Hujan Malikussaleh, Sawang,
Nisam Antara dan Nisam disajikan pada Tabel 2.4. s/d Tabel 2.12. berikut ini :

Tabel 2.4. Curah Hujan Bulanan Stasiun Hujan Malikussaleh


Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des
2008 77.4 74.9 124.0 90.3 162.2 104.1 40.9 38.5 79.8 252.5 254.7 99.6
2009 109.8 59.1 2.7 9.4 78.5 82.8 102.1 213.0 50.8 140.6 234.0 288.2
2010 302.6 146.4 69.4 42.8 209.7 38.4 49.9 38.4 51.1 154.8 144.9 510.2
2011 131.3 99.2 189.4 122.3 125.2 40.0 64.7 59.7 331.5 76.9 400.3 71.9
2012 179.8 48.9 103.8 82.3 52.2 24.1 40.5 64.4 293.9 193.7 254.6 358.0
2013 113.2 23.0 64.5 104.0 36.2 86.3 21.1 12.7 55.1 134.4 116.4 101.6
2014 137.5 60.1 165.7 86.5 120.8 28.7 127.5 131.0 164.5 120.1 85.0 160.0
2015 30.2 37.9 89.2 168.9 225.1 1.6 128.1 15.5 142.6 114.3 79.0 166.1
2016 142.4 21.1 137.4 41.8 55.7 43.7 66.1 23.3 86.5 171.3 364.0 412.8
2017 118.5 43.3 98.8 51.0 132.0 78.9 64.2 67.4 83.5 88.5 44.9 231.2
max 302.6 146.4 189.4 168.9 225.1 104.1 128.1 213.0 331.5 252.5 400.3 510.2
min 30.2 21.1 2.7 9.4 36.2 1.6 21.1 12.7 50.8 76.9 44.9 71.9
rerata 134.3 61.4 104.5 79.9 119.8 52.9 70.5 66.4 133.9 144.7 197.8 240.0
Sumber : Stasiun Meteorologi Malikussaleh, 2008-2017

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2-4


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)
Klasifikasi Schmidt-Ferguson :
Q = BK / BB x 100% 
dimana :
BK = Bulan Kering, Bulan dengan curah hujan < 60 mm
BB = Bulan Basah, Bulan dengan curah hujan > 100 mm
Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson ditentukan dari nilai Q yang dikelompokkan
menjadi 8 tipe iklim, yaitu :

Tabel 2.5. Tipe Iklim Menurut Schmidt-Ferguson

Sumber : Dasar-Dasar Klimatologi, Lakitan, Benyamin. 1994

Tabel 2.6. Tipe Iklim di Sekitar Lokasi Studi Berdasarkan Stasiun Hujan
Malikussaleh

Sumber Analisa Konsultan, 2018

Dari tabel di atas terlihat lokasi studi termasuk dalam katagori beriklim :
 Basah (Tipe Iklim A s/d C) pada tahun 2008, 2011 dan 2014 = 3 tahun
 Kering (Tipe iklim D s/d E) pada tahun 2009, 2010, 2012, 2013, 2015-2017 = 7
tahun

Dengan demikian tipe iklim berdasarkan stasiun curah hujan Malikussaleh adalah
Tipe D, Daerah Sedang.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2-5


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)
Tabel 2.7. Curah Hujan Bulanan Stasiun Hujan Sawang
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2007 34.00 31.50 24.50 160.00 175.50 54.00 218.50 55.00 100.00 163.50 98.50 265.71
2008 15.00 0.00 113.50 169.50 48.50 125.00 143.00 166.50 134.50 140.50 303.00 244.50
2009 145.00 25.00 194.00 155.00 382.00 79.00 52.00 206.00 51.00 217.00 264.00 193.00
2010 104.00 27.00 165.00 87.00 88.00 100.50 136.00 63.00 213.00 85.00 193.00 181.00
2011 110.48 38.25 294.31 48.76 146.41 77.48 113.78 222.44 50.96 290.88 275.73 316.68
2012 59.92 78.40 51.44 119.32 212.11 74.02 237.01 97.54 94.19 304.08 102.30 336.60
2013 75.00 122.71 48.00 204.00 244.00 21.00 109.00 141.53 90.68 158.76 196.00 326.08
2014 212.00 29.45 187.73 67.83 195.18 13.00 53.00 265.50 265.50 132.50 278.00 359.00
2015 212.00 75.00 18.50 158.50 91.00 120.00 254.00 238.00 240.50 124.00 193.00 195.50
2016 185.00 114.81 14.08 74.21 112.00 173.00 187.00 24.53 35.00 193.00 198.00 224.26
2017 251.63 54.00 106.25 138.00 398.00 92.00 62.59 186.49 128.22 208.00 140.00 462.00
2018 86.00 23.00 33.00 111.00 240.00 124.00 69.00 61.00 243.00 469.00    
max 251.63 122.71 294.31 204.00 398.00 173.00 254.00 265.50 265.50 469.00 303.00 462.00
min 15.00 0.00 14.08 48.76 48.50 13.00 52.00 24.53 35.00 85.00 98.50 181.00
rerata 124.17 51.59 104.19 124.43 194.39 87.75 136.24 143.96 137.21 207.19 203.78 282.21
Sumber : Stasiun Curah hujan Sawang, 2007-2018

Tabel 2.8. Tipe Iklim di Sekitar Lokasi Studi Berdasarkan Stasiun Hujan Sawang

Sumber Analisa Konsultan, 2018

Dari tabel di atas terlihat lokasi studi termasuk dalam katagori beriklim :
 Basah (Tipe Iklim A s/d C) pada tahun 2008, 2009, 2010-2018 = 11 tahun
 Kering (Tipe iklim D) pada tahun 2007= 1 tahun

Dengan demikian tipe iklim berdasarkan stasiun curah hujan Sawang adalah Tipe B,
Daerah Basah.

Tabel 2.9. Curah Hujan Bulanan Stasiun Hujan Nisam Antara


Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2007 21.94 1.50 70.72 38.28 25.05 13.66 76.89 65.28 19.66 43.83 209.78 120.78
2008 43.89 3.00 141.44 76.55 50.10 27.33 153.78 130.55 39.33 87.66 419.55 241.55
2009 184.78 10.89 106.44 116.44 157.78 91.89 45.89 213.55 62.66 80.78 440.66 131.44

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2-6


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2010 249.44 61.66 125.55 171.33 84.89 228.33 99.99 118.55 147.33 92.78 306.66 244.55
2011 100.44 34.78 267.55 44.33 133.10 70.44 103.44 202.22 46.33 264.44 250.66 287.89
2012 54.48 71.28 46.76 108.48 192.83 67.29 215.46 88.68 85.63 276.44 93.00 306.00
2013 130.77 111.55 83.78 125.99 162.99 148.10 101.33 128.66 82.44 144.33 95.10 296.44
2014 65.88 26.78 170.66 61.66 177.44 26.89 63.66 245.10 136.10 190.33 220.33 586.85
2015 134.06 82.43 17.05 69.94 53.08 101.28 79.58 133.05 222.45 112.25 344.24 149.55
2016 177.64 104.38 12.80 67.46 86.28 133.78 93.26 22.30 50.46 64.90 227.10 203.88
2017 22.50 133.83 226.50 142.50 252.00 95.50 56.90 169.54 116.56 71.20 246.50 307.40
2018 99.78 128.98 71.45 258.50 169.00 153.00 114.00 85.00 269.00 397.00    
max 249.44 133.83 267.55 258.50 252.00 228.33 215.46 245.10 269.00 397.00 440.66 586.85
min 21.94 1.50 12.80 38.28 25.05 13.66 45.89 22.30 19.66 43.83 93.00 120.78
rerata 107.13 64.25 111.73 106.79 128.71 96.46 100.35 133.54 106.50 152.16 259.42 261.48
Sumber : Stasiun Curah hujan Nisam Antara, 2007-2018

Tabel 2.10. Tipe Iklim di Sekitar Lokasi Studi Berdasarkan Stasiun Hujan Nisam
Antara

Sumber Analisa Konsultan, 2018

Dari tabel di atas terlihat lokasi studi termasuk dalam katagori beriklim :
 Basah (Tipe Iklim A s/d C) pada tahun 2009-2014 dan 2017-2018 = 9 tahun
 Kering (Tipe iklim D s/d F) pada tahun 2007, 2008 dan 2016 = 3 tahun

Dengan demikian tipe iklim berdasarkan stasiun curah hujan Nisam Antara adalah
Tipe B, Daerah Basah.

Tabel 2.11. Curah Hujan Bulanan Stasiun Hujan Nisam


Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2007 205.88 120.45 86.93 78.44 138.77 133.32 51.21 152.59 104.91 169.89 175.55 329.10
2008 39.50 2.70 127.30 68.90 45.09 24.60 138.40 117.50 35.40 78.90 377.60 217.40
2009 166.30 9.80 95.80 104.80 142.00 82.70 41.30 192.20 56.40 72.70 396.60 118.30
2010 224.50 55.50 113.00 154.20 76.40 205.50 89.99 106.70 132.60 83.50 276.00 220.10
2011 90.40 31.30 240.80 39.90 119.79 63.40 93.10 181.99 41.70 157.00 268.00 259.10
2012 49.03 64.15 42.09 97.63 173.55 60.56 193.92 79.81 77.07 248.80 83.70 275.40

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2-7


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2013 162.00 188.50 44.50 267.50 270.00 178.00 199.00 107.50 77.00 187.50 164.00 352.00
2014 15.00 18.50 38.50 55.50 185.00 58.50 69.50 314.00 176.00 110.50 243.00 533.00
2015 73.00 67.00 12.00 38.50 79.50 104.00 83.50 132.50 181.50 101.03 309.82 134.60
2016 159.88 93.94 11.52 60.72 90.80 120.40 83.94 20.07 45.42 58.41 204.39 183.49
2017 230.00 145.50 79.50 78.44 234.00 78.00 103.50 264.50 108.00 66.00 198.00 360.50
2018 77.50 15.00 2.00 136.00 337.00 33.00 72.50 51.00 88.50 255.50
max 230.00 188.50 240.80 267.50 337.00 205.50 199.00 314.00 181.50 255.50 396.60 533.00
min 15.00 2.70 2.00 38.50 45.09 24.60 41.30 20.07 35.40 58.41 83.70 118.30
rerata 124.41 67.69 74.49 98.38 157.66 95.16 101.65 143.36 93.71 132.48 245.15 271.18
Sumber : Stasiun Curah hujan Nisam 2007-2018

Tabel 2.12. Tipe Iklim di Sekitar Lokasi Studi Berdasarkan Stasiun Hujan Nisam

Sumber Analisa Konsultan, 2018

Dari tabel di atas terlihat lokasi studi termasuk dalam katagori beriklim :
 Basah (Tipe Iklim A s/d C) pada tahun 2007, 2009 ,2010, 2012, 2013, 2015 dan
2017 = 7 tahun
 Kering (Tipe iklim D s/d E) pada tahun 2008, 2014, 2012, 2016, 2018 = 4 tahun

Dengan demikian tipe iklim berdasarkan stasiun curah hujan Nisam adalah Tipe C,
Daerah Agak Basah.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2-8


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)
Adapun windrose di wilayah studi adalah sebagai berikut :

Sumber: Data Stasiun Klimatologi Malikussaleh, 2017


Gambar 2.2. Diagram windrose (Januari – Juni) di wilayah studi (2007– 2017)

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2-9


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)

Sumber: Data Stasiun Klimatologi Malikussaleh, 2017


Gambar 2.3. Diagram windrose (Juli-Desember) di wilayah studi (2007– 2017)

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 10


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)
c. Topografi
Berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut), dataran di Kabupaten
Aceh Utara terdiri dari :
 0 m – 100 m = 4,69%
 101 m – 500 m = 3,52%
 501 m-1000m = 84,98%
 1001 m keatas = 6,81%

Lokasi studi berada di ketinggian :


 Intake : 48 m dpl
 IPA : 98 m dpl
 Reservoir 1 : 37 m dpl
 Reservoir 2 : 45 m dpl

d. Geologi
1) Stratigrafi
 Formasi Bampo (Tlb)
Formasi Bampo merupakan formasi tertua di daerah ini, terdiri dari
batulumpur gelap. Berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal.
 Formasi Peutu (Tmp)
Formasi ini terdiri dari batulumpur sublitoral paling atas gampingan,
kalkarenit berfosil, batupasir, batulanau. Berumur Miosen Awal – Miosen
Tengah.
 Formasi Baong (Tmb)
Terdiri dari batulumpur gampingan. Berumur Miosen Tengah – Miosen
Akhir. Formasi Keutapang (Tuk) Terdiri dari batupasir gunungapi klastik
sublitoral dan delta sungai. Berumur Miosen Akhir – Pliosen.
 Formasi Seureula (Tps)
Terdiri dari batupasir gunungapi klastik dan batulumpur gampingan
sublitoral. Berumur Pliosen.
 Formasi Julurayeu (QTjr)
Berumur Plio – Pleistosen. Terdiri dari batupasir tufaan, lempung berlignit
dan batulumpur serta endapan sungai.
 Batuan Pusat Gunungapi (Qtvtu)
Terdiri dari breksi andesit, andesit piroklastik. Berumur Plistosen.
 Formasi Idi (Qpi)

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 11


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)
Berumur Pleistosen. Terdiri dari kerikil agak mampat, pasir, batugamping
dan lempung. Aluvium (Qh) Endapan ini berumur Holosen serta terdiri dari
endapan pesisir dan fluviatil.

Lokasi studi berada pada : Formasi Julurayeu (QTjr), Formasi Idi (Qpi),

2) Struktur Geologi
Berdasarkan Peta Geologi, struktur geologi daerah penyelidikan cukup
komplek, tumbukan antara lempeng Indo – Australia dan Eurasia yang terjadi
pada Oligosen – Miosen, dengan struktur-struktur lipatan dan sesar. Struktur
perlipatan berupa antiklin dan sinklin dengan sumbu berarah timurlaut –
baratdaya dan utara – selatan. Struktur sesar, pola arah sesarnya adalah
baratlaut – tenggara. Di daerah ini dipengaruhi pula oleh beberapa intrusi
diantaranya intrusi Bateekeubeue

e. Jenis Tanah
Secara umum sebaran jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Aceh Utara dapat
dibedakan atas 2 kelompok besar, yaitu dominan kelompok hidromorf di pesisir,
sementara kelompok podsolik dominan di pedalaman. Karakter ini selaras pula
dengan kedalaman efektif tanah, di mana sejak dari yang terdalam (>90 cm)
sampai yang terdangkal (<30 cm) adalah mengikuti pola dari pesisir ke
pedalaman.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 12


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)

Gambar 2.4. Peta Geologi di Sekitar Wilayah Studi

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 13


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)
f. Kualitas Udara
Hasil pengukuran kualitas udara di lokasi rencana kegiatan dan daerah
sekitarnya terdapat pada Tabel 2.13.

Tabel 2.13. Hasil Uji Kualitas Udara Ambien di Wilayah Studi


Hasil
No Parameter Baku Mutu Satuan Spesifikasi Metode
UB 1 UB 2 UB 3 UB 4 UB 5 UB 6 UB 7
1 Sulfur Dioksida (SO2)* 19,7 22,5 20,8 38,1 20,4 34,1 29,7 900 µg/Nm3 SNI 7119.7-2017
2 Nitrogen Dioksida (NO2)* 16,4 15,9 16,7 22,3 14,9 17,9 19,2 400 µg/Nm3 SNI 7119.2-2017
3 Karbon Monoksida (CO)* <1145 <1145 <1145 1145 <1145 1145 1145 30000 µg/Nm3 IKM-5.4.13-A3L
4 Total Partikulat 28,9 27,1 21,9 37,5 25,9 30,8 27,3 230 µg/Nm3 SNI 7119.3.2017
Keterangan :
UB 1 = Permukiman dekat IPA, Gampong Babah Krueng, Kecamatan Sawang (5°
8'54.39"N dan 96°54'47.43"E)
UB 2 = Permukiman dekat Reservoir 1 (LP Islam Darul Arafah), Gampong Jamuan
Kecamatan Bandar Baro (5°11'23.92"N dan 96°57'5.31"E)
UB 3 = Permukiman dekat Reservoir 2 alt 1, Gampong Paloh Gadeng, Kecamatan
Dewantara (5°12'44.81"N dan 97° 0'45.41"E)
UB 4 = Jalan Banda Aceh - Medan (perbatasan dengan kota lhokseumawe)
(5°14'12.69"N dan 97° 1'23.79"E)
UB 5 = Intake dan IPA Alternatif, Gampong Glee Dagang Kecamatan Sawang
(5°11'23.92"N dan 96°57'5.31"E)
UB 6 = Jalur pipa alternatif (Jl Line Pipa), Gampong Pinto Makmur Kecamatan Muara
Batu (5°14'4.23"N dan 96°57'14.05"E)
UB 7 = Jalur pipa alternative (pertigaan Jl. Lintas Kr Mane –sawang dengan Jl line
Pipa) (5°14'1.38"N dan 96°55'41.62"E)
Sumber : Analisa Laboratorium, PT. Advanced Analytics Asia Laboratories,
Januari 2019

Data hasil pengukuran di atas kualitas udara disekitar lokasi studi masih baik, di
bawah baku mutu Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
Analisis terhadap hasil uji selanjutnya dilakukan dengan membandingkannya
dengan standar ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara). Penghitungan ISPU
merujuk ke Kepala Badan Pengendalian Dampak lingkungan No. Kep-
107/KABAPEDAL//11/1997 tentang Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan
Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara. Batas ISPU disajikan dalam
Tabel 2.14.

Tabel 2.14. Batas Indeks Standar Pencemar Udara Dalam Satuan SI

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 14


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)
Indeks Standar 24 jam PM10 24 jam SO2 8 jam CO 1 jam O3 1 jam NO2
No
Pencemar Udara (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3)
1 50 50 80 5 120 (2)
2 100 150 365 10 235 (2)
3 200 350 800 17 400 1130
4 300 420 1600 34 800 2260
5 400 500 2100 46 1000 3000
6 500 600 2620 57.5 1200 3750
Sumber : Kepala Badan Pengendalian Dampak lingkungan No. Kep-
107/KABAPEDAL//11/1997 tentang  Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan
Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara

Persamaan yang digunakan untuk mengkonversi hasil pengukuran parameter


udara ambien ke ISPU merujuk Kepala Badan Pengendalian Dampak lingkungan
No. Kep-107/KABAPEDAL//11/1997 tentang Pedoman Teknis Perhitungan dan
Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara sebagai berikut:

Ia−Ib
I= ( Xx−Xb )+ Ib
Xa− Xb
Keterangan:
I = ISPU terhitung
Ia = ISPU batas atas (yang melingkupi hasil pengukuran)
Ib = ISPU batas bawah (yang melingkupi hasil pengukuran)
Xa = Nilai batas atas (yang melingkupi hasil pengukuran)
Xb = Nilai batas bawah (yang melingkupi hasil pengukuran)
XX = Hasil pengukuran

Titik UB 1 Titik UB 2
NO2 = 200 - 0 x ( 16.4 - 0 ) + 0 = 2.90 NO2 = 200 - 0 x ( 15.9 - 0 ) + 0 = 2.81
1130 - 0 1130 - 0

SO2 50 - 0 x ( 19.7 - 0 ) + 0 = 12.31 SO2 50 - 0 x ( 22.5 - 0 ) + 0 = 14.06


80 - 0 80 - 0

CO 50 - 0 x ( 1,145 - 0 ) + 0 = 11.45 CO 50 - 0 x ( 1,145 - 0 ) + 0 = 11.45


5000 - 0 5000 - 0

TSP 50 - 0 x ( 28.9 - 0 ) + 0 = 28.90 TSP 50 - 0 x ( 27.1 - 0 ) + 0 = 27.10


50 - 0 50 - 0

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 15


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)
Titik UB 3 Titik UB 4
NO2 = 200 - 0 x ( 16.7 - 0 ) + 0 = 2.96 NO2 = 200 - 0 x ( 22.30 - 0 ) + 0= 3.95
1130 - 0 1130 - 0

SO2 50 - 0 x ( 20.8 - 0 ) + 0 = 13.00 SO2 50 - 0 x ( 38.1 - 0 ) + 0= 23.81


80 - 0 80 - 0

CO 50 - 0 x ( 1,145 - 0 ) + 0 = 11.45 CO 50 - 0 x ( 1,145 - 0 ) + 0= 11.45


5000 - 0 5000 - 0

TSP 50 - 0 x ( 21.9 - 0 ) + 0 = 21.90 TSP 50 - 0 x ( 37.5 - 0 ) + 0= 37.50


50 - 0 50 - 0

Titik UB 5 Titik UB 6
NO2 = 200 - 0 x ( 14.9 - 0 ) + 0 = 2.64 NO2 = 200 - 0 x ( 17.90 - 0 ) + 0= 3.17
1130 - 0 1130 - 0

SO2 50 - 0 x ( 20.4 - 0 ) + 0 = 12.75 SO2 50 - 0 x ( 34.1 - 0 ) + 0= 21.31


80 - 0 80 - 0

CO 50 - 0 x ( 1,145 - 0 ) + 0 = 11.45 CO 50 - 0 x ( 1,145 - 0 ) + 0= 11.45


5000 - 0 5000 - 0

TSP 100 - 50 x ( 25.9 - 50 ) + 50 = 37.95 TSP 100 - 50 x ( 30.8 - 50 ) + 50 = 40.40


150 - 50 150 - 50

Titik UB 7
NO2 = 200 - 0 x ( 19.2 - 0 ) + 0= 3.40
1130 - 0

SO2 50 - 0 x ( 29.7 - 0 ) + 0= 18.56


80 - 0

CO 50 - 0 x ( 1,145 - 0 ) + 0= 11.45
5000 - 0

TSP 50 - 0 x ( 27.3 - 0 ) + 0= 27.30


50 - 0

Analisis terhadap hasil uji kualitas udara selanjutnya dibandingkan dengan


standar ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara). Hasil perhitungan ISPU
disajikan dalam Tabel 2.15.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 16


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)
Tabel 2.15. Hasil Perhitungan Nilai ISPU Data Hasil Analisis
Titik UB1 Titik UB2 Titik UB3 Titik UB4
Skala Skala
Skala Skala
No Parameter Nilai Nilai Nilai kualitas Nilai kualitas
Katagori kualitas Katagori kualitas Katagori Katagori
ISPU ISPU ISPU Lingkung ISPU Lingkung
Lingkungan Lingkungan
an an
1 No2 2.90 Baik 5 2.81 Baik 5 2.96 Baik 5 3.95 Baik 5
2 SO2 12.31 Baik 5 14.06 Baik 5 13.00 Baik 5 23.81 Baik 5
3 CO 11.45 Baik 5 11.45 Baik 5 11.45 Baik 5 11.45 Baik 5
4 TSP 28.90 Baik 5 27.10 Baik 5 21.90 Baik 5 37.50 Baik 5

Titik UB5 Titik UB 6 Titik UB7


Skala
Skala Skala
No Parameter Nilai Nilai Nilai kualitas
Katagori kualitas Katagori kualitas Katagori
ISPU ISPU ISPU Lingkung
Lingkungan Lingkungan
an
1 No2 2.64 Baik 5 3.17 Baik 5 3.40 Baik 5
2 SO2 12.75 Baik 5 21.31 Baik 5 18.56 Baik 5
3 CO 11.45 Baik 5 11.45 Baik 5 11.45 Baik 5
4 TSP 37.95 Baik 5 40.40 Baik 5 27.30 Baik 5

Sumber : Hasil perhitungan data primer, 2019


Keterangan : (*) Kategorisasi nilai ISPU terhitung menggunakan Tabel 2.16

Tabel 2.16. Konversi Nilai ISPU Terhitung ke Kategori Kualitas Udara Ambien

Rentang Pollutan Skala Kualitas


Kategori
index Lingkungan

0 – 50 Baik 5
51 – 100 Sedang 4
101 – 199 Tidak sehat 3
200 – 299 Sangat tidak sehat 2
>300 Berbahaya 1
Sumber : Kepala Badan Pengendalian Dampak lingkungan No. Kep-
107/KABAPEDAL//11/1997 tentang Pedoman Teknis Perhitungan
dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara,
dengan tambahan modifikasi skala kualitas lingkungan

Berdasarkan hasil uji perhitungan nilai ISPU sebagaimana ditunjukkan pada


Tabel 2.15. di atas diketahui bahwa semua parameter yang dipantau rata-rata
memiliki kategori Baik (skala kualitas lingkungan 5). Hasil pengukuran udara
ambien di lokasi proyek pun tidak terdapat parameter yang melebihi baku mutu.
Kondisi ini menunjukkan bahwa kualitas udara di lingkungan rencana kegiatan
masih baik, karena wilayah studi merupakan pemukiman penduduk dan
perkebunan dan pinggir jalan yang tidak terlalu ramai.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 17


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)
g. Tingkat Kebisingan
Kegiatan pengukuran tingkat kebisingan telah dilakukan di 7 (tujuh) titik
pengukuran, yaitu di daerah studi dan sekitarnya. Lokasi tersebut dipilih untuk
merepresentasikan tingkat kebisingan saat ini di lokasi studi dan sekitarnya. Hasil
pengamatan tingkat kebisingan dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Tingkat Kebisingan di Lokasi Studi


80
75
70
67.8 66.4
65
dBA

60 56.9
55
50 50.2 54.6
46.8
45
46.9
40
UB 1 UB 2 UB 3 UB 4 UB 5 UB 6 UB 7
Pengukuran
Baku tingkat kebisingan kawasan Permukiman
Baku tingkat kebisingan kawasan industri
Sumber : Analisa Laboratorium, PT. Advanced Analytics Asia Laboratories, Januari
2019
Gambar 2.5. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan di lokasi Studi
Keterangan :
UB 1 = Permukiman dekat IPA, Gampong Babah Krueng, Kecamatan Sawang (5°
8'54.39"N dan 96°54'47.43"E)
UB 2 = Permukiman dekat Reservoir 1 (LP Islam Darul Arafah), Gampong Jamuan
Kecamatan Bandar Baro (5°11'23.92"N dan 96°57'5.31"E)
UB 3 = Permukiman dekat Reservoir 2 alt 1, Gampong Paloh Gadeng, Kecamatan
Dewantara (5°12'44.81"N dan 97° 0'45.41"E)
UB 4 = Jalan Banda Aceh - Medan (perbatasan dengan kota lhokseumawe)
(5°14'12.69"N dan 97° 1'23.79"E)
UB 5 = Intake dan IPA Alternatif, Gampong Glee Dagang Kecamatan Sawang
(5°11'23.92"N dan 96°57'5.31"E)
UB 6 = Jalur pipa alternatif (Jl Line Pipa), Gampong Pinto Makmur Kecamatan Muara
Batu (5°14'4.23"N dan 96°57'14.05"E)
UB 7 = Jalur pipa alternative (pertigaan Jl. Lintas Kr Mane –sawang dengan Jl line
Pipa) (5°14'1.38"N dan 96°55'41.62"E)

Dari hasil pengukuran tingkat kebisingan di lokasi studi tingkat kebisingan di


bawah baku tingkat untuk kawasan permukiman (55 dBA) dan kawasan industri
(70 dBA) adalah UB1, UB2, UB 3 dan UB 5. Dan lokasi yang telah melebihi baku
tingkat untuk kawasan permukiman dan di bawah baku tingkat kawasan industri
adalah UB 4, UB 6 dan UB 7.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 18


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)
Hasil pengukuran tingkat kebisingan kemudian dikonversikan dengan skala
kualitas lingkungan sesuai pada Tabel 2.17.

Tabel 2.17. Skala Kualitas Lingkungan Parameter Kebisingan


Uraian Nilai Rentangan
Skala
Kualitas 1 2 3 4 5
Lingkungan
Sangat Sangat
Katagori Jelek Sedang Baik
Jelek Baik
Kebisingan
> 65 61 - 65 56 – 60 51 – 55 <51
Permukiman
Kebisingan
> 70 65 - 70 61 – 65 56 – 60 51 - 55
Industri
Sumber: Fandeli, 2004 yang dimodifikasi

Tabel 2.18. Skala Kualitas Lingkungan Tingkat Kebisingan di Lokasi Studi


No. Uraian UB 1 UB 2 UB 3 UB 4 UB 5 UB 6 UB 7
1 Pengukuran 50,2 46,9 46,8 67,8 54,6 56,9 66,4
Peruntukan Permukiman
a Skala kualitas lingkungan 5 5 5 1 4 3 1
b Katagori Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat jelek Baik Sedang Sangat Jelek
Peruntukan Kawasan Industri
a Skala kualitas lingkungan 5 5 5 2 5 4 2
b Katagori Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Jelek Sangat Baik Baik Jelek
**) Kategorisasi skala kualitas lingkungan menggunakan Tabel 2.17

Berdasarkan Tabel 2.18. di atas, terlihat bahwa :


 Pada titik UB1, UB 2, UB3 : Kualitas kebisingan baik (5) baik pada tingkat
kebisingan permukiman atau kawasan industri
 UB 4 : Pada tingkat kebisingan permukiman termasuk katagori sangat jelek
(1) dan untuk kawasan industri termasuk katagori jelek (2).
 UB 5 : Pada tingkat kebisingan permukiman termasuk katagori baik (4) dan
untuk kawasan industri termasuk katagori sangat baik (5)
 UB 6 : Pada tingkat kebisingan permukiman termasuk katagori sedang (3)
dan untuk kawasan industri termasuk katagori baik (4)
 UB 7 : Pada tingkat kebisingan permukiman termasuk katagori sangat jelek
(1) dan untuk kawasan industri termasuk katagori jelek (2)

h. Hidrologi
Terdapat 6 (enam) Daerah Aliran Sungai dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara
meliputi : DAS Jambo Aye, DAS Keureto, DAS Pase, DAS Peusangan, DAS
Julok dan DAS Mane, lokasi studi berada di DAS Mane. Pengelolaan sumber

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 19


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)
daya air yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat untuk melangsungkan
kehidupan dan kesejahteraan yang diperlukan upaya-upaya strategis secara
berjenjang baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
DAS Mane
Daerah aliran sungai Krueng Mane merupakan suatu DAS dengan luas
36.195,75 ha yang terdapat di Kabupaten Aceh Utara terdiri atas jenis tanah
Hidromorf Kelabu seluas 10.674,35 ha (29,49%), Latosol seluas 11.661,66 ha
(32,22%), Organosol seluas 2.040,26 ha (5, 64%) dan Podsolik Merah Kuning
seluas 11.819,48 ha (32,65%). DAS Krueng Mane didominasi oleh kemiringan
lereng datar (0-3%) seluas 33.687,69 ha (93,07%), sementara penggunaan lahan
lahan kering mendominasi DAS Krung Mane seluas 26.089,59 ha (72,08%). Ini
mengindikasikan bahwa aktivitas penggunaan lahan pertanian pada DAS Krueng
Mane sangatlah besar.
Tabel 2.19. Satuan Peta Lahan di DAS Krueng Mane Kabupaten Aceh Utara

Sumber : Delima, Halim Akbar, Muhammad Rafli, Tingkat Laju Infiltrasi Tanah Pada DAS
Krueng Mane Kabupaten Aceh Utara,Universitas Malikusaleh .

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 20


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)

Gambar 2.6. Peta DAS

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 21


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)

Sumber : Google Earth


Gambar 2.7. Chatchman Area Sub Das Krueng Mane di Lokasi Studi

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 22


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
PEMBANGUNAN SPAM ACEH UTARA
KAPASITAS IPA 90.000 M3/HARI (1.042 LITER/DETIK)
Kabupaten Aceh Utara terdiri dari 16 (Enam Belas) Sungai, sebagaimana
ditunjukkan dalam Tabel 2.20 berikut ini :

Tabel 2.20. Nama Sungai di Kabupaten Aceh Utara


Rata-rata Debit
No Nama Sungai
Sungai (m3/det)
1 Kr. Mane 20.62
2 Kr. Tuan 0.21
3 Kr. Gunci 0.96
4 Kr. Lambayong 0.34
5 Kr. sawang 5.37
6 Kr. Nisam 0.67
7 Kr. Kereuto 39.48
8 Kr. Pirak 1.1
9 Kr. Peuto 0.77
10 Kr. Kreh 0.24
11 Kr. Alue Leuhop 1.91
12 Kr. Pase 80.9
13 Kr. Jawa 0.56
14 Kr. Buloh 0.15
15 Kr. Beudari 0.65
16 Kr. Jambo Aye 141.27
Sumber : Kabupaten Aceh Utara Dalam Angka, 2017.

Lokasi intake terdapat pada Kr. Sawang, lokasi intake alternative di Kr Tuan dan Kr
Mane.

1) Kualitas air permukaan


Ketika kegiatan konstruksi maupun operasional diprakirakan Krueng Sawang,
Krueng Tuan, Krueng Mane dan Krueng Geukeuh akan terkena dampak, baik
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu sangat diperlukan untuk
mengetahui kualitas airnya sejak awal sehingga nantinya dapat diprediksi
kemungkinan perubahan kualitasnya. Berikut ini disajikan pada Tabel 2.21.
mengenai hasil analisa kualitas air permukaan sebagai berikut.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 23


Tabel 2.21. Hasil Analisis Kualitas Air Sungai
Hasil Uji Baku Mutu**
No Parameter Satuan Spesifikasi Metode
APB 1 APB 2 APB 3 APB 4 I II III IV
A. FISIKA
1 Temperatur* 26 29,8 30 29,4 TA ± 3 TA ± 3 TA ± 3 TA ± 5 °C SNI 06-6989.11-2004
2 Total Residu Terlarut (TDS)* 68,9 93,5 57,5 40,3 1000 1000 1000 2000 mg/L SNI 06-6989.23-2005
3 Total Residu Tersuspensi (TSS)* 10 69 12 17 50 50 400 400 mg/L SNI 06-6989.3-2004
4 Kekeruhan 7 11 8 13 - - - - NTU SNI 06-6989.25-2005
5 Conductivity (DHL) 140 200 125 100 - - - - µmhos/cm SNI 06-6989.1-2004
B. KIMIA
1 pH* 6,61 6,45 6,57 6,69 6-9 6-9 6-9 5-9 - SNI 06-6989.11-2004
2 Air Raksa (Hg) <0,0007 <0,0007 <0,0007 <0,0007 0,001 0,002 0,002 0,005 mg/L APHA Ed.22nd 3114.B,3500-Hg-2012
3 Amoniak (NH3-N)* 0,19 8,8 0,15 0,04 0,5 - - - mg/L SNI 06-6989.30-2004
4 Arsenik (As) <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 0,05 1 1 1 mg/L APHA Ed.22nd 3114.B,3500-As-2012
5 Boron (B) <0,1 <0,1 <0,1 <0,1 1 1 1 1 mg/L APHA Ed.22nd3020.A,3120-B,3500-B-2012
6 Fluorida (F) <0,01 0,02 <0,01 <0,01 0,5 1,5 1,5 - mg/L APHA (2012) 4500-F.D
7 Kadmium (Cd) <0,0049 <0,0049 <0,0049 <0,0049 0,01 0,01 0,01 0,01 mg/L SNI 6989.16-2009
8 Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) 2,8 6,6 3,4 1,6 2 3 6 12 mg/L IKM-5.4.31-A3L
9 Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) 18,7 24,9 10,9 6,9 10 25 50 100 mg/L SNI 6989.73-2009
10 Klor Bebas (Cl 2) <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 0,03 0,03 0,03 - mg/L IKM-5.4.35-A3L
11 Kobalt (Co)* <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 0,2 0,2 0,2 0,2 mg/L SNI 6989.68-2009
12 Krom Heksavalen (Cr6+)** <0,011 <0,011 <0,011 <0,011 0,05 0,05 0,05 1 mg/L SNI 6989.71-2009
13 Mangan (Mn)* <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 0,1 - - - mg/L SNI 6989.5-2009
14 Natrium (Na) 0,001 0,005 0,001 0,001 200 - - - % IKM-5.4.42-A3L
15 Nikel (Ni) <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 - - - 0,5 mg/L SNI 6989.18-2009
16 Nitrit (NO2-N) <0,004 0,09 0,02 0,01 0,06 0,06 0,06 - mg/L APHA (2012) 4100-NO2-B
17 Oksigen Terlarut (DO) 12,5 7,2 13,9 7,1 6 4 3 0 mg/L SNI 6989.57-2008
18 Sodium Absorption Ratio (SAR) 12,3 14,8 12,8 10,4 - - - 18 - IKM-5.4.39-A3L
19 Residual Sodium Carbonat (RSC) 1,4 1,5 1,3 1,26 - - - 1,25-2,5 meq/L IKM-5.4.40-A3L
20 Selenium (Se) <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,01 0,05 0,05 0,05 mg/L APHA Ed.22nd 3114.B ,3500-Se-2012
21 Seng (Zn) <0,01 1,14 0,1 <0,01 0,05 0,05 0,05 2 mg/L SNI 06-6989.70.2009
22 Sianida (CN) 0,001 0,002 0,001 0,001 0,02 0,02 0,02 - mg/L IKM-5.4.41-A3L
23 Sulfida (H2S) <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,002 0,002 0,002 - mg/L SNI 6989.70.2009
24 Tembaga (Cu) <0,0118 <0,0118 <0,0118 <0,0118 0,02 0,02 0,02 0,2 mg/L SNI 6989.6-2009
25 Timbal (Pb) <0,02 <0,02 <0,02 <0,02 0,03 0,03 0,03 1 mg/L SNI 6989.8-2009
Keterangan : ** = Batas deteksi metoda/alat ukur
Sumber: Hasil analisa Lab, PT. Advanced Analytics Asia Laboratories., Januari 2019

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 24


Keterangan :
APB 1 = Sungai Krueng Sawang, Sebelum intake di Bendung DI Jamuan (5° 7'6.70"N
dan 96°53'27.89"E)
APB 2 = Sungai Krueng Tuan, dekat Bendung Krueng Tuang, lokasi cross
pipa/rencana jembatan pipa (5° 8'52.32"N da 96°54'39.51"E)
APB 3 = Sungai Krueng Mane, Intake alternatif (5°12'40.02"N dan 96°55'11.30"E)
APB 4 = Sungai Krueng Geukeuh, Jl. Banda Aceh-Medan, lokasi cross pipa/rencana
jembatan pipa (5°13'38.93"N dan 97° 2'11.16"E)

Dari pengukuran kualitas air sungai, terdapat beberapa parameter yang melebihi
baku mutu sesuai PP 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
 APB 1 (Krueng Sawang), parameter yang melebihi baku mutu yaitu BOD dan
COD.
 APB 2 (Krueng Tuan), parameter yang melebihi baku mutu yaitu Amoniak,
BOD dan COD serta Nitrit.
 APB 3 (Krueng Mane), parameter yang melebihi baku mutu yaitu BOD dan
COD.
 APB 4 (Krueng Geukah), tidak terdapat parameter yang melebihi baku mutu.

Penentuan status mutu air dengan metode indeks pencemaran. Indeks ini
dinyatakan sebagai Indeks Pencemaran yang digunakan untuk menentukan tingkat
pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan. Indeks
Pencemaran (PI) ditentukan untuk suatu peruntukan, kemudian dapat
dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh bagian badan air atau
sebagian dari suatu air permukaan. Data rekapitulasi mengenai sampel kualitas air
permukaan seperti ditampilkan pada Tabel 2.22.

Ci 2
PI =

Keterangan :
√ ( ) +¿¿¿
Lij M

PI = Indeks pencemaran
Ci = konsentrasi per parameter
Li = baku mutu per parameter
(Ci/Lij)M = Nilai maksimum dari Ci/Lix
(Ci/Lij)R = Nilai rata-rata dari Ci/Lix

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, kualitas air di rencana kegiatan setelah


dibandingkan dengan kriteria Indeks Pencemaran, yaitu :
0 ≤ PI ≤ 1,0 = memenuhi baku mutu/kondisi baik (skala 5)

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 25


1,0 ≤ PI ≤ 5,0 = cemar ringan (skala 4)
5,0 ≤ PI ≤ 10 = cemar sedang (skala 3)
10 ≤ PI ≤ 15 = cemar berat (skala 2)
PI > 15 = cemar berat sekali (skala 1)

Tabel 2.22. Rekapitulasi Nilai Sampel Kualitas Air Sungai


Hasil Analisis ci/li Sampel
No Parameter Satuan
APB 1 APB 2 APB 3 APB 4
1 Total Residu Terlarut (TDS)* mg/L 0.07 0.09 0.06 0.04
2 Total Residu Tersuspensi (TSS)* mg/L 0.20 1.38 0.24 0.34
3 Air Raksa (Hg) mg/L 0.70 0.70 0.70 0.70
4 Amoniak (NH3-N)* mg/L 0.38 17.60 0.30 0.08
5 Arsenik (As) mg/L 0.10 0.10 0.10 0.10
6 Boron (B) mg/L 0.10 0.10 0.10 0.10
7 Fluorida (F) mg/L 0.02 0.02 0.02 0.02
8 Kadmium (Cd) mg/L 0.49 0.49 0.49 0.49
9 Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) mg/L 1.40 3.30 1.70 0.80
10 Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) mg/L 1.87 2.49 1.09 0.69
11 Klor Bebas (Cl 2) mg/L 0.33 0.33 0.33 0.33
12 Kobalt (Co)* mg/L 0.25 0.25 0.25 0.25
13 Krom Heksavalen (Cr6+)** mg/L 0.22 0.22 0.22 0.22
14 Mangan (Mn)* mg/L 0.10 0.10 0.10 0.10
15 Natrium (Na) % 0.00 0.00 0.00 0.00
16 Nitrit (NO2-N) mg/L 0.07 1.50 0.33 0.17
17 Oksigen Terlarut (DO) mg/L 0.48 0.83 0.43 0.85
18 Selenium (Se) mg/L 0.10 0.10 0.10 0.10
19 Seng (Zn) mg/L 0.20 22.80 2.00 0.20
20 Sianida (CN) mg/L 0.05 0.10 0.05 0.05
21 Sulfida (H2S) mg/L 0.50 0.50 0.50 0.50
22 Tembaga (Cu) mg/L 0.59 0.59 0.59 0.59
23 Timbal (Pb) mg/L 0.67 0.67 0.67 0.67
Re Rata 0.39 2.36 0.45 0.32
Maksimal 1.87 22.80 2.00 0.85
PI 1.35 16.21 1.45 0.64
Cemar Cemar Cemar Kondisi
Katagori
ringan berat ringan Baik
Skala Lingkungan Hidup 4 2 4 5
Sumber: Hasil perhitungan, 2019

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, kualitas air sungai di rencana kegiatan


setelah dibandingkan dengan kriteria Indeks Pencemaran, yaitu ;
 APB 1 (Krueng Sawang) termasuk katagori cemar ringan (skala kualitas 4)

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 26


 APB 2 (Krueng Tuan) termasuk katagori cemar berat (skala kualitas 2)
 APB 3 (Krueng Mane) termasuk katagori cemar ringan (skala kualitas 4)
 APB 4 (Krueng Geukah) termasuk katagori kondisi baik (skala kualitas 5).

2) Kualitas air Tanah


Rona lingkungan kualitas air tanah diwakili oleh kualitas air tanah dari sumur
warga. Lokasi titik sampling ditentukan berdasarkan pola aliran tanah di sekitar
tapak proyek dengan titik lokasi sebagai berikut :
AB 1 = Rumah Dr. Srimulyani Gampong Glee Dagang, Kec. Sawang
AB 2 = LP Islam Darul Arafah Gampong Jamuan Kec. Bandar Baro
AB 3 = Rumah Bapak Jafar Gampong Paloh Gadeng Kec. Dewantara
AB 4 = Rumah Bapak Junaedi Gampong Plang Nelamameh

Kualitas air bersih sekitar dari kegiatan ini berdasarkan hasil analisis laboratorium
diketahui sebagai berikut yang disajikan pada Tabel 2.23.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 27


Tabel 2.23. Kualitas Air Tanah di lokasi Studi
Hasil Uji
No Parameter Baku Mutu** Satuan Spesifikasi Metode
AB 1 AB 2 AB 3 AB 4
FISIKA
1 Temperatur* 29,8 29,8 29,5 29,6 TA ± 3°C °C SNI 06-6989.23-2005
2 Total Residu Terlarut (TDS)* 331 224 321 4250 500 mg/L IKM-5.4.24-A3L
3 Kekeruhan <1 1 1 8 5 NTU SNI 06-6989.26-2005
4 Warna <1 <1 <1 2 15 Pt-Co SNI 06-6989.24-2005
5 Bau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau - Organoleptik
6 Rasa Tidak Berasa Tidak Berasa Tidak Berasa Tidak Berasa Tidak Berasa - Organoleptik
KIMIA
1 pH* 6,35 6,57 6,85 6,92 6,5-8,5 - SNI 06-6989.11-2004
2 Arsenik (As) <0,004 <0,004 <0,004 <0,004 0,01 mg/L APHA Ed.22nd 3114.B ,3500-As-2012
3 Besi Terlarut (Fe)* <0,03 <0,03 <0,03 <0,03 0,3 mg/L SNI 6989.4-2009
4 Fluorida (F) <0,02 <0,02 <0,02 <0,02 1,5 mg/L APHA (2012) 4500-F.D
5 Kadmium Terlarut (Cd) <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,003 mg/L SNI 6989.16-2009
6 Kesadahan Total* 150 124 160 400 500 mg/L SNI 06-6989.12-2004
7 Klorida (Cl -)* 28,5 18,5 18,5 1305 250 mg/L SNI 6989.19-2009
8 Total Krom (Cr) <0,03 <0,03 <0,03 <0,03 0,05 mg/L SNI 6989.17-2009
9 Mangan Terlarut (Mn) <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 0,4 mg/L SNI 6989.5-2009
10 MBAS <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 0,05 mg/L SNI 06-6989.51-2005
11 Nitrat (NO3-) 1,3 2,2 1,3 2,2 50 mg/L SNI 6989.67-2009
12 Nitrit (NO2-) <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 3 mg/L APHA (2012) 4100-NO2-B
13 Seng Terlarut (Zn)* <0,01 0,04 <0,01 <0,01 3 mg/L SNI 06-6989.7-2009
14 Sulfat (SO4) 41 60 6 60 250 mg/L IKM-5.4.30-A3L
15 Timbal Terlarut (Pb) <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 0,01 mg/L APHA Ed 22nd 3120 A
16 Zat Organik (KMnO4)* 6,8 6,2 5,9 7,8 10 mg/L SNI 06-6989.22-2004
MIKROBIOLOGI
1 Total Coliform* 6 9 2 8 0 Jumlah/100ml IKM-5.4.27-A3L
2 E. Coli* 0 0 0 0 0 Jumlah/100ml IKM-5.4.27-A3L
Sumber: Hasil analisa Lab, PT. Advanced Analytics Asia Laboratories., Januari 2019

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 28


Berdasarkan hasil Analisa Laboratorium diatas, kualitas air tanah di rencana
kegiatan setelah dibandingkan dengan baku mutu Permenkes 492 tahun 2010
tentang Persyaratan Kualitas Air minum, didapati :
 AB 1, AB 2 dan AB 3 = Paremeter Total Coliform melebihi baku mutu
 AB 4 = Paremeter TDS, Kekeruhan, Klorida dan Total Coliform melebihi baku
mutu

2.1.2. Komponen Biologi


a. Flora/Vegetasi
Flora yang terdapat di lokasi sekitar Intake di Gampong Sawang Kecamatan
Sawang dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Gampong Babah Krueng
Kecamatan Sawang dari Rencana Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) Aceh Utara merupakan tanaman perkebunan campuran, meskipun
beberapa diantaranya ditemukan flora liar yang diperlakukan sebagai gulma di
perkebunan. Jenis flora tersebut pada tahap observasi awal diamati dengan cara
menjelajah sekitar kawasan rencana kegiatan IPA dan SPAM. Namun setelah
dilakukan analisis vegetasi pengamatan flora ini akan dilakukan lebih detil dengan
menggunakan metode jalur pada saat survei detil kondisi rencana kegiatan setelah
Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) disetujui.
pada luas area yang akan dibuka 2,45 Ha dengan intensitas sampling 5% maka
luas total wilayah sampling adalah 2,45 Ha x 5% = 0,1125 Ha (1.125 m2). Ukuran
plot pengamatan yang dibuat adalah 20 m x 20 m
(400 m2) sehingga dalam luasan 1.125 m2 hanya diperlukan 3 plot pengamatan
(1.125 m2/400 m2 = 3,06 plot, dibulatkan menjadi 3 plot). Flora yang ada pada
lokasi rencana kegiatan berdasarkan hasil survei awal terdiri atas 15 (lima belas)
jenis flora budidaya yang didominasi oleh pinang, kelapa sawit dan kelapa yang
merupakan anggota dari 8 (delapan) suku/familia dan 7 (tujuh) jenis flora liar yang
merupakan anggota dari 6 (enam) suku. Jenis-jenis flora tersebut disajikan pada
tabel 2.24. dan gambar 2.8 berikut ini.
Tabel 2.24. Jenis Flora di Lokasi Rencana Kegiatan IPA dan SPAM Aceh Utara

No Nama Jenis/Species Suku/ familia INP


Flora Budidaya
di IPA 1
1. Elaeis guineensis *
Arecaceae 112
(Kelapa sawit)
2. Cocos nucifera*
Arecaceae 83
(Kelapa)
3. Sacharum officinanrum*
Poaceae 27
(Tebu)

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 29


No Nama Jenis/Species Suku/ familia INP
4. Artocarpus heterophyllus*
Moraceae 18
(Nangka)
5. Areca catechu*
Arecaceae 34
(Pinang)
6. Musa paradisiaca*
Musaceae 26
(Pisang)
Total INP 300
Indeks Keanekaragaman 1,57
Flora Budidaya
di IPA Alternatif
1. Elaeis guineensis *
Arecaceae 145
(Kelapa sawit)
2. Areca catechu*
Arecaceae 86
(Pinang)
3. Sacharum officinanrum*
Poaceae 28
(Tebu)
4. Musa paradisiaca*
Musaceae 41
(Pisang)
Total INP 300
Indeks Keanekaragaman 1,20
Flora Budidaya
di Reservoir
1. Cocos nucifera*
Arecaceae 72
(Kelapa)
2. Areca catechu*
Arecaceae 68
(Pinang)
3. Musa paradisiaca*
Musaceae 34
(Pisang)
4. Elaeis guineensis *
Arecaceae 126
(Kelapa sawit)
Total INP 300
Indeks Keanekaragaman 1,29
Flora Campuran
di Intake
1. Areca catechu
Arecaceae 62
(Pinang)
2. Cocos nucifera*
Arecaceae 38
(Kelapa)
3. Bambusa spinosa*
Poaceae 28
(Bambu)
4. Ficus varigata
Moraceae 5
(Ara)
5. Colocasia esculenta
Araceae 25
(Keladi)
6. Arenga pinnata*
Arecaceae 41
(Aren)
7. Crypha elata
Arecaceae 6
(Gebang/Ibus)
8. Elaeis guineensis*
Arecaceae 85
(Kelapa sawit)
9. Albizzia falcata*
Mimosaceae 10
(Sengon)
Total INP 300
Indeks Keanekaragaman 1,91
* = Jenis ekonomik
Sumber : Analisis vegetasi, 2019

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 30


Formasi Pinang Formasi Kelapa

Formasi Kelapa Sawit Formasi Keladi

Bambu dan Ara Sengo, Pinang dan Kelapa Sawit


Sumber : Ananalisis vegetasi, 2019
Gambar 2.8. Berbagai Flora di Lokasi Rencana Kegiatan IPA dan SPAM
Aceh Utara

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 31


Tabel 2.25 di bawah ini digunakan untuk menilai kualitas lingkungan dari aspek
keanekaragaman flora ekonomik dan persentase kemanfaatan flora ekonomik dari
masing-masing lokasi studi.

Tabel 2.25. Konversi keragaman jenis flora menjadi skala kualitas lingkungan
Nilai dan Rentangan
1 2 3 4 5
Parameter
Sangat Jelek Sedang Baik Sangat
Jelek Baik
Keanekaragaman Flora Ekonomik Terdapat Terdapa Terdapat Terdapat Terdapat
1- 2 jenis t 6-10 11-15 > 15 jenis
3-5 jenis jenis jenis
Persentase tingkat kemanfaatan 10-20 % 21-30 % 31-40 % 41-50 % >50 %
secara ekonomik
Sumber : PSLH Universitas Gajah Mada Yokyakarta, 2005

Hasil analisis data flora disajikan pada tabel 2.26 di bawah ini, dimana nilai
keanekaragaman fora ekonomik berada dalam kategori sangat jelek (nilai SKL 1-2
jenis) hingga jelek (nilai SKL 6-10 jenis).

Tabel 2.26. Konversi keanekaragaman flora ekonomik menjadi skala kualitas


lingkungan
Lokasi
No Uraian IPA Intak
IPA 1 Reservoir
Altermatif e
Kanekaragaman Flora 6
1 6 jenis 4 jenis 4 jenis
Ekonomik jenis
2 Skala Lingkungan Hidup 2 1 1 2
3 Kategori Jelek Sangat Jelek Sangat Jelek Jelek
Sumber: Hasil Analisis Vegetasi, 2019

Namun untuk menilai persentase tingkat kemanfaatan flora secara ekonomik


didapatkan hasil bahwa disemua lokasi studi didominasi oleh jenis flora yang
dapat dimanfaatkan secara ekonomik yang memilik nilai kemanfaatan di atas 50%.
Hasil analisis ditunjukkan pada tabel 2.27 berikut :

Tabel 2.27. Konversi Tingkat Kemanfaatan Jenis Flora secara Ekonomik menjadi skala
kualitas lingkungan
Lokasi
No Uraian IPA
IPA 1 Reservoir Intake
Altermatif
Persentase tingkat kemanfaatan
1 >50 % >50 % >50 % >50 %
jenis secara ekonomik
2 Skala Lingkungan Hidup 5 5 5 5
Sangat Sangat Sangat Sangat
3 Kategori
Baik Baik Baik Baik

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 32


Penilaian lingkungan hidup dari nilia indeks keanekaragaman jenis flora dilakukan
dengan berpedoman pada tabel .2.28 berikut:

Tabel 2.28. Konversi Indeks Keanekaragaman dalam skala kualitas lingkungan


Indeks Keanekaragaman Kategori Lingkungan
>3 Tinggi
1-3 Sedang
<1 Rendah
Sumber: Fachrul, 2012

Hasil analisis indeks keanekaragaman jenis flora di berbagai lokasi di wilayah studi
adalah berada dalam kategori sedang. Data tersebut disajikan dalam tabel 2,29

Tabel 2.29. Indeks Keanekaragaman Flora diberbagai lokasi studi


Lokasi
No Uraian IPA Reservoi
IPA 1 Intake
Altermatif r
Indeks Kanekaragaman
1 1,57 1,2 1,29 1,91
Flora
sedan
2 Kategori sedang sedang sedang
g
Sumber : Analisa Konsultan, 2019.

Flora Langka dan Dilindungi Undang-Undang


Flora yang terdapat di lokasi studi setelah dilakukan penelusuran jenis untuk
menentukan status kelangkan dengan berpedoman kepada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P. 106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/
2018 menggantikan Peraturan Menteri Lingkunan Hidup dan Kehutanan Nomor P.
20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang
Dilindungi di Indonesia didapatkan data bahwa jenis-jenis tumbuhan di lokasi studi
bukan jenis tumbuhan yang dilindungi oleh Pemerintah Indonesia.

b. Fauna
Fauna di kawasan rencana pembangunan IPA dan SPAM di Kecamatan Sawang
Aceh Utara diamati dengan metode jelajah. Hasil survei awalpengamatan diketahui
paling tidak ada 2ada 3 (jenis) mamalia piaraan dan 2 (jenis) aves piaraan. Fauna
liar yang berhasil diamati adalah dari kelompok Aves sebanyak 4 (empat)14
(empat belas) jenis. Data lengkap pengamatan fauna disajikan pada tabel 2.25dan
30 dan gambar 2.9 berikut ini.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 33


Tabel 2.3025 Jenis Fauna di Lokasi Rencana Kegiatan IPA dan SPAM Aceh
Utara

No Nama Umum Nama Ilmiah Suku


Fauna Piaraan
Mamalia
1. Sapi Bos sondaicus Bovidae
2. Kerbau Bubalus balis Bovidae
3. Kambing Capra sp. Bovidae
Aves
4. Ayam Gallus gallus Phasianidae
5. Bebek air Anas sp. Anatidae
Fauna Liar
Aves
6. Kuntul kerbau Bubulcus ibis Ardeidae
7. Merbah ceruk-ceruk Pygnonotus goiavier Pygnonotydae
8. Bondol peking Lonchura punctulata Ploceidae
9. Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae
10. Jalak Kerbau Sturnus sp. Sturnidae
11. Layang-layang rumah Delichon dasypus Champhephagidae
12. Kepodang kuduk hitam Oriolus chinensis Oriolidae
13. Tepus dahi merah Stachyris rufifrons Timmaliidae
14. Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae
Sumber : Pengamatan lapangan

Sapi Kambing

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 34


Kuntul Kerbau
Sumber : Pengamatan lapangan, 2019
Gambar 2.9. Berbagai Fauna di Lokasi Rencana Kegiatan IPA dan SPAM
Aceh Utara

c. Biota Air
Biota perairan yang ditelaah adalah plankton, benthos dan nekton di perairan
sungai sekitar rencana pembangunan SPAM Aceh Utara. Lokasi pengamatan
plankton dan benthos dilakukan dengan cara pengambilan cuplikan atau contoh
pada 4 (empat) lokasi perairan sungai yanag dirinci pada tabel berikut:
APB 1 = Sungai Krueng Sawang, Sebelum intake di Bendung DI Jamuan
(5° 7'6.70"N dan 96°53'27.89"E)
APB 2 = Sungai Krueng Tuan, dekat Bendung Krueng Tuang, lokasi cross
pipa/rencana jembatan pipa (5° 8'52.32"N da 96°54'39.51"E)
APB 3 = Sungai Krueng Mane, Intake alternatif (5°12'40.02"N dan
96°55'11.30"E)
APB 4 = Sungai Krueng Geukeuh, Jl. Banda Aceh-Medan, lokasi cross
pipa/rencana jembatan pipa (5°13'38.93"N dan 97° 2'11.16"E)

1) Plankton
Pengamatan plankton di periran sungai bertujuan untuk mengetahui
keanekaragaman jenis plankton dan indeks keanekaragaman untuk
mengetahui ststus mutu perairan berdasarkan kriteria dari Canter dan Hill
(1979).
Tabel 2.31 . Klasifikasi Kualitas Lingkungan Perairan
Nilai H Katagori SKL
Fitoplankton :    
<1 kualitas lingkungan sangat buruk 1
1,2 – 1,5 kualitas lingkungan jelek 2
>1,5 – 2,0 kualitas lingkungan sedang – baik 3
>2,0 – 3,0 kualitas lingkungan baik – sangat baik 4
Zooplankton :    

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 35


Nilai H Katagori SKL
<1 kualitas lingkungan sangat buruk 1
1 – 1,4 kualitas lingkungan buruk 2
>1,4 – 1,75 kualitas lingkungan sedang 3
>1,75 – 2,2 kualitas lingkungan sedang – baik 4
>2,2 – 3,0 kualitas lingkungan baik – sangat baik 5
Sumber : Canter dan Hill (1979).

Hasil pengamatan plankton pada perairan Sungai di lokasi rencana kegiatan


dan sekitarnya disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.32. Hasil Analisis Komunitas Phytoplankton di Krueng Sawang (APB 1)


No
. INDIVIDU (PHYTOPLANKTON) HASIL
CYANOPHYTA  
1 Oscillatoria sp 1 5
CHRYSOPHYTA  
2 Fragillaria sp 6
3 Gomphonema sp 7
4 Navicula sp1 13
5 Surirella sp 6
6 Synedra sp 8
CHLOROPHYTA  
7 Closterium sp1 12
8 Coelastrum sp 1
9 Pediastrum sp2 10
10 Scenedesmus acuminatus 1
11 Scenedesmus elliproedeus 5
EUGLENOPHYTA  
12 Phacus sp 8
Jumlah individu /L Sampel 82
Jumlah Taxa 12
Indeks diversitas H' = - E pio log2pi ( SHANNON -
WEAVERWIENNER, (Poole, 194974) 2,66
H-max = log2S 3,58
Equitailitas (E) = H' /H-max 0,74
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium, Januari 2019

Tabel 2.33. Hasil Analisis Komunitas Zooplankton di Krueng Sawang (APB 1)

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 36


No. INDIVIDU (ZOOPLANKTON) HASIL
PROTOZOA  
CILIATA  
1 Didinium sp 6
2 Glaucoma sp 2
RHIZOPODA  
3 Arcella discoides 9
4 Euglypha sp 3
FLAGELLATA  
5 Anisonema sp 1
6 Peranema sp 5
TROCHELMINTHES  
ROTATORIA  
7 Monostyla sp 13
8 Rotatoria (sp) 6
Jumlah individu /L Sampel 45
Jumlah Taxa 8
Indeks diversitas H' = - E pio log2pi ( SHANNON -
WEAVERWIENNER, (Poole, 194974) 2,23
H-max = log2S 3,00
Equitailitas (E) = H' /H-max 0,74
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium, Januari 2019

Tabel 2.34. Hasil Analisis Komunitas Phytoplankton di Krueng Tuang (APB 2)


No
. INDIVIDU (PHYTOPLANKTON) HASIL
CYANOPHYTA  
1 Oscillatoria sp 1 8
2 Oscillatoria sp 2 11
CHRYSOPHYTA  
3 Fragillaria sp 1
4 Frustulia sp 5
5 Gomphonema sp 7
6 Navicula sp1 2
7 Nitzschia sp 1
8 Tabellaria sp 1
9 Synedra sp 7
CHLOROPHYTA  
10 Closterium sp1 6
11 Coelastrum sp 2
12 Scenedesmus acuminatus 2
13 Scenedesmus elliproedeus 5
EUGLENOPHYTA  
14 Phacus sp 1
15 Trachelomonas sp 1

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 37


No
. INDIVIDU (PHYTOPLANKTON) HASIL
Jumlah individu /L Sampel 60
Jumlah Taxa 15
Indeks diversitas H' = - E pio log2pi ( SHANNON -
WEAVERWIENNER, (Poole, 194974) 4,04
H-max = log2S 3,91
Equitailitas (E) = H' /H-max 1,03
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium, Januari 2019

Tabel 2.35. Hasil Analisis Komunitas Zooplankton di Krueng Tuang (APB 2)


No
. INDIVIDU (ZOOPLANKTON) HASIL
ARTHROPODA  
CRUSTACEA  
BRANCHIOPODA  
1 Moina sp 1
PROTOZOA  
2 Colpoda sp 4
3 Didinium sp 2
4 Stylonychia sp 6
5 Urostyla sp 1
RHIZOPODA  
6 Arcella discoides 1
7 Centropyxis acureata 1
8 Euglypha sp 3
Jumlah individu /L Sampel 19
Jumlah Taxa 8
Indeks diversitas H' = - E pio log2pi ( SHANNON -
WEAVERWIENNER, (Poole, 194974) 2,43
H-max = log2S 3,00
Equitailitas (E) = H' /H-max 0,81
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium, Januari 2019

Tabel 2.36. Hasil Analisis Komunitas Phytoplankton di Krueng Mane (APB 3)


No
. INDIVIDU (PHYTOPLANKTON) HASIL
CYANOPHYTA  
1 Oscillatoria sp 1 13
2 Oscillatoria sp 2 4
CHRYSOPHYTA  
3 Fragillaria sp 2
4 Gomphonema sp 1
5 Navicula sp1 3
6 Navicula sp2 1
7 Nitzschia sp 1

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 38


No
. INDIVIDU (PHYTOPLANKTON) HASIL
8 Pinnularia sp 1
CHLOROPHYTA  
9 Closterium sp1 7
10 Coelastrum sp 2
EUGLENOPHYTA  
11 Phacus sp 5
Jumlah individu /L Sampel 40
Jumlah Taxa 11
Indeks diversitas H' = - E pio log2pi ( SHANNON -
WEAVERWIENNER, (Poole, 194974) 2,18
H-max = log2S 3,46
Equitailitas (E) = H' /H-max 0,63
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium, Januari 2019

Tabel 2.37. Hasil Analisis Komunitas Zooplankton di Krueng Mane (APB 3)


No
. INDIVIDU (ZOOPLANKTON) HASIL
ARTHROPODA  
CRUSTACEA  
BRANCHIOPODA  
1 Moina sp 2
PROTOZOA  
CILIATA  
2 Colpoda sp 2
3 Didinium sp 7
4 Lionotus 4
5 Stylonychia sp 3
6 Urostyla sp 2
RHIZOPODA  
7 Arcella discoides 7
8 Centropyxis acureata 2
9 Euglypha sp 1
Jumlah individu /L Sampel 30
Jumlah Taxa 9
Indeks diversitas H' = - E pio log2pi ( SHANNON -
WEAVERWIENNER, (Poole, 194974) 2,61
H-max = log2S 3,17
Equitailitas (E) = H' /H-max 0,82
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium, Januari 2019

Tabel 2.38. Hasil Analisis Komunitas Phytoplankton di Krueng Geukah (APB 4)

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 39


No
. INDIVIDU (PHYTOPLANKTON) HASIL
CYANOPHYTA  
1 Oscillatoria sp 1 11
2 Oscillatoria sp 2 2
CHRYSOPHYTA  
3 Fragillaria sp 5
4 Gomphonema sp 4
5 Navicula sp1 9
6 Navicula sp2 12
7 Surirella sp 5
8 Synedra sp 2
CHLOROPHYTA  
9 Closterium sp1 3
10 Coelastrum sp 1
11 Pediastrum sp2 6
12 Pediastrum sp3 6
13 Scenedesmus acuminatus 1
14 Scenedesmus elliproedeus 1
15 Selenastrum sp 1
EUGLENOPHYTA  
16 Phacus sp 3
Jumlah individu /L Sampel 72
Jumlah Taxa 16
Indeks diversitas H' = - E pio log2pi ( SHANNON -
WEAVERWIENNER, (Poole, 194974) 4,40
H-max = log2S 4,00
Equitailitas (E) = H' /H-max 1,10
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium, Januari 2019

Tabel 2.39. Hasil Analisis Komunitas Zooplankton di Krueng Geukah (APB 4)


No
. INDIVIDU (ZOOPLANKTON) HASIL
PROTOZOA  
CILIATA  
1 Didinium sp 4
2 Colpoda sp 8
3 Glaucoma sp 3
RHIZOPODA  
4 Arcella discoides 11
5 Euglypha sp 1
6 Amoeba sp1 1
FLAGELLATA  
7 Anisonema sp 5
TROCHELMINTHES  
ROTATORIA  

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 40


No
. INDIVIDU (ZOOPLANKTON) HASIL
8 Monostyla sp 20
9 Rotatoria (sp) 5
Jumlah individu /L Sampel 58
Jumlah Taxa 9
Indeks diversitas H' = - E pio log2pi ( SHANNON -
WEAVERWIENNER, (Poole, 194974) 2,96
H-max = log2S 3,17
Equitailitas (E) = H' /H-max 0,93
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium, Januari 2019

Tabel 2.40. Hasil Analisis Tingkat Kualitas Perairan Berdasarkan Indeks


Keragaman Shannon-Winner (Komunitas Plankton)
APB 1 Kr. Sawang APB 2 Kr. Tuan APB 3 Kr. Mane APB 4 Kr. Geukah
No Uraian
Phytoplankton Zooplankton Phytoplankton Zooplankton Phytoplankton Zooplankton Phytoplankton Zooplankton
1 Indeks Keragaman Spesies (H') 2,66 2,23 4,04 2,43 2,18 2,61 4,40 2,96
2 Skala Lingkungan Hidup 4 5 4 5 4 5 4 5
3 Katagori Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Sumber : Analisis Konsultan, 2019
Berdasasarkan Indeks Keragaman Shannon-Winner Komunitas Phytoplankton
dan Zooplankton di ke 4 (empat) lokasi termasuk katagori sangat baik.

2) Bentos
Pengamatan benthos di perairan sungai bertujuan untuk mengetahui
keanekaragaman jenis benthos dan indeks keanekaragaman untuk mengetahui
ststus mutu perairan berdasarkan kriteria dari Canter dan Hill (1979).
Hasil pengukuran bentos di lokasi rencana kegiatan dan daerah sekitarnya
adalah sebagai berikut :

Tabel 2.41. Hasil Analisis Komunitas Bentos di Krueng Sawang (APB 1)


No
. INDIVIDU HASIL
ARTHROPODA  
INSECTA  
DIPTERA  
1 Chironomidae 1
ANNELIDA  
OLYGOCHAETA  
2 Lumbriculidae 11
3 OLYGOCHAETA (sp) 5
     
Jumlah individu /L Sampel 17
Jumlah Taxa 3
Indeks diversitas H' = - E pi log2pi ( SHANNON - WIENNER, 0,95

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 41


No
. INDIVIDU HASIL
(Poole, 1974)H' = - E po log2pi ( SHANNON - WEAVER, 1949)
H-max = log2S 1,58
Equitailitas (E) = H' /H-max 0,60
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium, Januari 2019

Tabel 2.42. Hasil Analisis Komunitas Bentos di Krueng Tuan (APB 2)


No
. INDIVIDU HASIL
ARTHROPODA  
INSECTA  
DIPTERA  
1 DIPTERA (sp 1 pupa) 3
2 DIPTERA (sp 1 pupa) 5
ANNELIDA  
OLYGOCHAETA  
3 Lumbriculidae 11
4 OLYGOCHAETA (sp) 8
Jumlah individu /L Sampel 27
Jumlah Taxa 4
Indeks diversitas H' = - E pi log2pi ( SHANNON - WIENNER,
(Poole, 1974)H' = - E po log2pi ( SHANNON - WEAVER, 1949) 1,46
H-max = log2S 2
Equitailitas (E) = H' /H-max 0,73
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium, Januari 2019

Tabel 2.43. Hasil Analisis Komunitas Bentos di Krueng Mane (APB 3)


No
. INDIVIDU HASIL
ARTHROPODA  
INSECTA  
DIPTERA  
1 DIPTERA (sp 1 pupa) 2
2 DIPTERA (sp 1 pupa) 2
MOLLUSCA  
GASTROPODA  
3 Lymnaca sp 6
4 Melanoides sp 9
5 Physa sp 12
Jumlah individu /L Sampel 31
Jumlah Taxa 5
Indeks diversitas H' = - E pi log2pi ( SHANNON - WIENNER,
(Poole, 1974)H' = - E po log2pi ( SHANNON - WEAVER, 1949) 1,76
H-max = log2S 2,32
Equitailitas (E) = H' /H-max 0,76
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium, Januari 2019

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 42


Tabel 2.44. Hasil Analisis Komunitas Bentos di Krueng Geukah (APB 4)
No
. INDIVIDU HASIL
ARTHROPODA  
INSECTA  
DIPTERA  
1 Chironomidae 5
ANNELIDA  
OLYGOCHAETA  
2 Lumbriculidae 6
3 OLYGOCHAETA (sp) 2
Jumlah individu /L Sampel 13
Jumlah Taxa 3
Indeks diversitas H' = - E pi log2pi ( SHANNON - WIENNER, (Poole,
1974)H' = - E po log2pi ( SHANNON - WEAVER, 1949) 0,71
H-max = log2S 1,58
Equitailitas (E) = H' /H-max 0,45
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium, Januari 2019

Tabel 2.45. Klasifikasi Kualitas Perairan berdasarkan Komunitas Bentos


Nilai H Katagori SKL
<1 kualitas lingkungan jelek 1
1,0 – 2,0 kualitas lingkungan sedang 2
2,0 – 3,0 kualitas lingkungan baik 3
>3,0 kualitas lingkungan sangat baik 4
Sumber : Canter dan Hill (1979).

Tabel 2.46. Hasil Analisis Tingkat Pencemaran Berdasarkan Indeks


Keragaman Shannon-Winner (Komunitas Bentos)
No Uraian APB 1 Kr. Sawang APB 2 Kr. Tuan APB 3 Kr. Mane APB 4 Kr. Geukah
1 Indeks Keragaman Spesies (H') 0,95 1,46 1,76 0,71
2 Skala Lingkungan Hidup 1 2 2 1
3 Katagori Jelek Sedang Sedang Jelek
Sumber : Analisis Konsultan, 2019

Berdasasarkan Indeks Keragaman Shannon-Winner Komunitas Bentos ke 4


(empat) lokasi sampling : katagori jelek di APB 1 dan APB 4, katagori sedang
di APB 2 dan APB 3.

3) Nekton
Nekton yang diamati yaitu pada keanekaragaman jenis ikan dan perikanan
yang hidup di Krueng Sawang, Krueng Tuan, Krueng Mane dan Kreung
Geukah serta anak sungainya yang ada di sekitar lokasi pembangunan SPAM

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 43


Aceh Utara. Pengamatan ikan terkait dengan peranan bagi masyarakat sekitar
tepi Krueng Sawang, Krueng Tuan, Krueng Mane dan Kreung Geukah dan
stataus keanekaragamnya. Berdasarkan hasil inventarisasi keberadaan jenis
nekton di sekitar lokasi pembangunan SPAM Aceh Utara terdapat sekitar 16
jenis ikan dan jenis lainya. Umumnya jenis jenis ikan tersebut dapat
dikonsumsi, namun di perairan Krueng Sawang, Krueng Tuan, Krueng Mane
dan Kreung Geukah sekitar rencana kegiatan tergolong jumlahnya relatif tidak
banyak.
Keanekaragaman jenis ikan di perairan Krueng Sawang, Krueng Tuan, Krueng
Mane dan Kreung Geukah disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.47. Keanekaragaman jenis Ikan di Krueng Sawang, Krueng Tuan,


Krueng Mane dan Kreung Geukah di sekitar lokasi kegiatan
Kr.
Nama Kr. Kr. Kr.
No Nama ilmiah Keterangan Geuk
Indonesia/daerah Sawang Tuan Mane
ah
√ √
1 Belut/ilee Monopterus albus Jenis konsumsi
√ √
2 Kabare Jenis konsumsi
√ √
3 Kubaji Jenis konsumsi
4 Lele/mut Clarias batracus Jenis konsumsi √
Oreochromis √ √
7 Nila Jenis konsumsi
niloticus
Oreochromis √ √ √ √
8 Mujair Jenis konsumsi
mossambicus
9 Piyue Jenis konsumsi √
10 Yangke Jenis konsumsi √
11 Embong Jenis konsumsi √ √
12 Kakap hitam Jenis konsumsi √ √
13 Sembilang Plotosidae Jenis konsumsi √
14 Udang gala Paleamonidae Jenis konsumsi √ √
15 Udang harimau Paleamonidae Jenis konsumsi √ √
16 Udang batu Paleamonidae Jenis konsumsi √ √
Jumlah 16 7 4 3
Sumber :Survei inventarisasi Januari 2019

Adapun ikan kerling sudah tidak ditemukan lagi di Sungai Krueng Sawang.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 44


2.1.3. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Demografi
1) Struktur Penduduk
a) Tingkat Kepadatan, Jumlah dan Dinamika Penduduk
Lokasi kegiatan pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
berada di Kabupaten Aceh Utara. Komponen penduduk merupakan salah
satu unsur dalam pemerintahan yang dapat menjadi subyek dan obyek
pembangunan sebuah wilayah. Secara sosial ekonomi, pada Kabupaten
Aceh terdapat 4 Kecamatan dan 23 Gampong yang menjadi fokus dalam
studi. Untuk lebih detail gampong yang menjadi wilayah studi dapat dilihat
pada tabel 2.48 di bawah ini :
Tabel 2.48. Daerah Yang Menjadi Fokus Studi
No Kecamaan   Gampong
Kabupaten Aceh Utara
1 Sawang 1.1. Sawang
    1.2. Jurong
    1.3. Lhok Jok
    1.4. Babah Krueng
    1.5. Rambong Payong
    1.6. Paya Rabo Lhok
    1.7. Paya Rabo Timur
    1.8. Blang Reuling
    1.9. Puntet
2 Banda Baro 2.1. Jamuan
    2.2. Alue Keurinyai
    2.3. Ulee Nyeue
    2.4. Cot Jabet
    2.5. Paya Dua
    2.6. Paya Beunyot
3 Dewantara 3.1. Paloh Igeuh
    3.2. Paloh Gadeng
    3.3. Tambon Tunong
    3.4. Paloh Lada
    3.5. Pulo Rungkom
    3.6. Uteun Geulinggang
    3.7. Keude Kr. Geukueh
4 Nisam 4.1. Blang Karieng
4 Kecamatan 23 Desa
Sumber : Hasil Pengolahan Data Pemrakarsa, 2018

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 45


Keberadaan penduduk di dalam suatu wilayah sangat penting karena
penduduk merupakan subjek dan objek yang akan merasakan dampak
dari suatu pembangunan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kebutuhan masyarakat akan sumber air bersih menjadi latar belakang
pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
Perubahan-perubahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh kegiatan
pembangunan dapat diperkirakan sebelum pelaksanaan kegiatan,
sehingga dapat diduga atau diperkirakan akibat-akibat atau dampak-
dampak yang akan terjadi. Dengan demikian dapat dicarikan teknik
penyelesaian dalam mengantisipasi dampak yang timbul dan meminimasi
dampak.
Apabila dampak yang akan timbul diperkirakan akan merusak lingkungan
hidup dan masyarakat luas dan pengantisipasian dampaknya memakan
waktu yang sangat lama dan sulit dalam pembiayaannya, maka rencana
kegiatan tersebut dapat dianggap tidak layak untuk dilakukan. Oleh
karena itu keberadaan suatu kelompok masyarakat atau penduduk pada
umumnya akan dapat menjadi kontrol dan pengawasan terhadap suatu
kegiatan. Jumlah dan kepadatan penduduk pada setiap Gampong
disajikan pada tabel 2.49. dibawah ini.

Tabel 2.49. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Kepadatan
Luas Penduduk
No Kecamatan Desa/Gampong Penduduk
Wilayah (Ha) (jiwa)
(jiwa/Ha)

Kabupaten Aceh Utara


1 Sawang Sawang 1930 3,268 2
Jurong 651 1,111 2
Lhok Jok 585 405 1
Babah Krueng 1624 1,234 1
Rambong Payong 634 359 1
Paya Rabo Lhok 624 1,086 2
Paya Rabo Timur 571 288 1
Blang Reuling 452 1,367 3
Puntet 1328 1,367 1
2 Banda Baro Jamuan 620 2,141 3
Alue Keurinyai 712 651 1
Ulee Nyeue 380 1,172 3
Cot Jabet 295 382 1
Paya Dua 420 1,161 3
Paya Beunyot 391 467 1

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 46


Kepadatan
Luas Penduduk
No Kecamatan Desa/Gampong Penduduk
Wilayah (Ha) (jiwa)
(jiwa/Ha)

3 Dewantara Paloh Igeuh 248 1,431 6


Paloh Gadeng 186 4,201 23
Tambon Tunong 372 3,037 8
Paloh Lada 310 6,765 22
Pulo Rungkom 372 1,426 4
Uteun
Geulingggang 151 4,189 28
Keude Kr. Geukueh 199 4,034 20
4 Nisam Blang Karieng 674 1,448 2
Sumber : Kecamatan Sawang, Kecamatan Bandar Baro, Kecamatan Dewantara Dalam
Angka tahun 2017

b) Rasio Beban Ketergantungan


Dinamika penduduk dapat dilihat berdasarkan piramida penduduk suatu
wilayah, karena umur seseorang atau masyarakat akan mencerminkan
tingkat kemampuan seseorang baik dalam berfikir maupun tenaga
fisiknya. Umur mulai balita (0-5), sampai dengan umur sekolah (5-18),
adalah masa pertumbuhan pada tiap individu dan bagaimana mencari
tonggak keilmuan yang tepat sehingga pada saat selesai sekolah dapat
mengaplikasikannya di dunia kerja. Tabel 2.50 berikut ini memperlihatkan
kelompok umur penduduk di rencana kegiatan SPAM Aceh Utara.

Tabel 2.50. Kelompok Umur Penduduk


Kelompok Jumlah
No
Umur Sawang Banda Baro Nisam Dewantara
1 0-4 3955 889 1968 5540
2 5-9 4127 868 1896 5479
3 10-14 4138 889 2155 5460
4 15-19 4040 928 2300 5529
5 20-24 3676 846 645 4621
6 25-29 3029 647 1574 4571
7 30-34 2740 606 1405 3507
8 35-39 2522 477 1579 3196
9 40-44 1987 460 1128 3381
10 45-49 1831 404 1017 2640
11 50-54 1446 291 957 2140
12 55-59 1064 228 666 1129
13 60-64 916 192 554 849
14 65-69 647 121 396 478

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 47


Kelompok Jumlah
No
Umur Sawang Banda Baro Nisam Dewantara
15 70-74 465 94 357 331
16 75+ 525 82 280 299
  Total 37198 8022 18876 49149
Sumber : Kecamatan Sawang, Kecamatan Bandar Baro, Kecamatan
Dewantara Dalam Angka tahun 2017

Pada rentan usia (19-60) masa dimana aktivitas di dunia kerja (masa
emas) seseorang berada untuk menumpu dan menggali strategi nafkah
bagi keluarganya. Namun usia di atas 60 tahun dianggap usia tidak
produktif lagi.
Jumlah dan seks rasio penduduk disajikan pada tabel 2.51 di bawah
ini.

Tabel 2.51. Jumlah dan sex ratio Penduduk


Jumlah

No Kecamatan Gampong Sex


Laki-Laki Perempuan Total Penduduk
Ratio

1 Sawang Sawang 1,568 1,700 3,268 92


Jurong 512 599 1,111 85
Lhok Jok 200 205 405 98
Babah Krueng 612 622 1,234 98
Rambong Payong 160 199 359 80
Paya Rabo Lhok 504 582 1,086 87
Paya Rabo Timur 144 144 288 100
Blang Reuling 703 664 1,367 106
Puntet 523 569 1,367 92
2 Banda Baro Jamuan 1,045 1,096 2,141 95
Alue Keurinyai 309 342 651 90
Ulee Nyeue 542 630 1,172 86
Cot Jabet 185 197 382 94
Paya Dua 576 585 1,161 98
Paya Beunyot 228 239 467 95
3 Dewantara Paloh Igeuh 710 721 1,431 98
Paloh Gadeng 2,087 2,114 4,201 99
Tambon Tunong 1,520 1,517 3,037 100
Paloh Lada 3,364 3,401 6,765 99
Pulo Rungkom 701 725 1,426 97
Uteun
Geulingggang 2,086 2,103 4,189 99
Keude Kr.
Geukueh 2,014 1,930 4,034 104

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 48


Jumlah

No Kecamatan Gampong Sex


Laki-Laki Perempuan Total Penduduk
Ratio

4 Nisam Blang Karieng 735 713 1,448 103


Sumber : Kecamatan Sawang, Kecamatan Bandar Baro, Kecamatan Dewantara Dalam
Angka tahun 2017

2) Proses Penduduk
a) Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik
pertambahan maupun penurunannya. Pertumbuhan penduduk di suatu
wilayah dipengaruhi oleh besarnya kelahiran (Birth), kematian (Death),
migrasi masuk (In Migration), dan migrasi keluar (Out Migration). Penduduk
akan bertambah jumlahnya apabila terdapat bayi yang lahir dan penduduk
yang datang, dan penduduk akan berkurang jumlahnya apabila terdapat
penduduk yang mati dan penduduk yang keluar wilayah. Data pertumbuhan
penduduk tersaji pada tabel dibawah ini

Tabel 2.52. Pertumbuhan Penduduk di Lokasi Studi


Jumlah
No Kecamatan Gampong Penduduk Penduduk
Kelahiran Kematian
Datang Pindah
1 Sawang Sawang 15 6 6 3
    Jurong 4 1 1 -
    Lhok Jok 1 2 - 2
    Babah Krueng 7 4 3 -
    Rambong Payong 3 1 - -
    Paya Rabo Lhok 14 3 3 1
    Paya Rabo Timur 3 1 - 1
    Blang Reuling 9 5 2 5
    Puntet 11 3 3 -
2 Banda Baro Jamuan 33 4 8 2
    Alue Keurinyai 14 3 2 1
    Ulee Nyeue 30 3 5 2
    Cot Jabet 9 2 6 1
    Paya Dua 18 3 5 2
    Paya Beunyot 7 1 3 1
3 Dewantara Paloh Igeuh 20 4 5 7
    Paloh Gadeng 38 7 6 5
    Tambon Tunong 48 6 9 3
    Paloh Lada 59 8 12 5
    Pulo Rungkom 12 3 1 2
    Uteun Geulingggang 49 22 124 112

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 49


Jumlah
No Kecamatan Gampong Penduduk Penduduk
Kelahiran Kematian
Datang Pindah
    Keude Kr. Geukueh 58 9 29 16
4 Nisam Blang Kaireng 12 2 12 1
Sumber : Kecamatan Sawang, Kecamatan Bandar Baro, Kecamatan Dewantara Dalam
Angka tahun 2017

3) Tenaga Kerja
a) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Penangguran
Kesempatan kerja yang banyak diharapkan oleh masyarakat di wilayah
studi dengan adanya kegiatan SPAM, adalah menjadi pekerja harian pada
saat tahap konstruksi maupun operasi. Sedangkan peluang berusaha yang
dapat dijalani adalah penyediaan bahan makanan (rumah makan), warung
kopi, jasa transportasi dan lain sebagainya pada saat konstruksi. Selain itu
dengan adanya SPAM diharapkan dapat mensupply kebutuhan air bersih
masyarakat sekitar dan menunjang peluang berusaha masyarakat.

Jumlah Pencari Kerja Terdaftar di Kabupaten Aceh Utara Pada Dinas


Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Utara pada Tahun
2016 sebesar 49.713. Dari 49.713 Pekerja yang terdaftar belum ada
seorangpun pekerja yang telah ditempatkan bekerja.
Proporsi terbesar pencari kerja berpendidikan SMA yaitu 73,87% (18.947
pekerja). Data lengkap terdapat pada Tabel 2.53 di bawah ini.

Tabel 2.53. Jumlah Pencari Kerja Belum di Tempatkan di Kab. Aceh Utara
No Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 SD/Sederajat/Tidak Tamat 619 - 619
2 SMTP/Sederajat 1,013 22 1,035
3 SMTA/Sederajat 12,731 6,216 18,947
4 Sarjana Muda/Sarjana 2,687 2,361 5,048
Jumlah 17,050 8,599 25,649
Sumber : Aceh Utara Dalam Angka 2017

Pada aspek ekonomi, tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan


menurunnya tingkat kemakmuran masyarakat, sehingga pendapatan pajak
bagi pemerintah menjadi rendah. Kondisi tersebut mengakibatkan
rendahnya pertumbuhan ekonomi, karena menurunnya permintaan atau
konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa, selain itu kemungkinan

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 50


rendahnya stimulus atau pendorong pertumbuhan ekonomi dari belanja
fiskal.
Pada aspek sosial, tingkat pengangguran yang tinggi berpotensi
menciptakan kerawanan sosial, seperti meningkatnya angka kriminalitas.
Sebaliknya, semakin rendah angka pengangguran terbuka, akan
meningkatkan kestabilan kondisi sosial dalam masyarakat.

b. Ekonomi
1) Ekonomi Rumah Tangga
Rumah tangga adalah satuan unit terkecil dalam masyarakat. Rumah tangga
keluarga juga disebut rumah tangga konsumen (RTK). Rumah tangga keluarga
umumnya memilki kegiatan ekonomi utama atau berperan sebagai konsumen,
namun rumah tangga keluarga dapat pula berperan sebagai produsen dan
distributor. Data ekonomi rumah tangga berdasarkan sektor sebagai berikut :

Tabel 2.54. Ekonomi Rumah Tangga di Lokasi Studi


Jumlah

No Kecamatan Gampong Trans Jasa


Pertani Perindu Perdagang
portas dan
an strian an
i Lainnya

1 Sawang Sawang 490 22 67 49 79


Jurong 194 7 19 11 35
Lhok Jok 68 3 6 3 10
Babah Krueng 188 7 19 11 35
Rambong Payong 63 2 5 3 7
Paya Rabo Lhok 201 7 17 7 30
Paya Rabo Timur 58 2 5 3 6
Blang Reuling 205 8 23 11 38
Puntet 135 11 22 8 36
2 Banda Baro Jamuan 435 6 34 5 33
Alue Keurinyai 112 - 18 4 22
Ulee Nyeue 289 - 40 2 30
Cot Jabet 66 - 14 2 11
Paya Dua 202 14 37 6 11
Paya Beunyot 89 - 5 2 13
3 Dewantara Paloh Igeuh 320 34 32 21 23
Paloh Gadeng 424 314 39 78 65
Tambon Tunong 53 713 88 53 57
Paloh Lada 447 475 225 127 261
Pulo Rungkom 305 21 13 3 30
Uteun 198 365 313 67 116

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 51


Jumlah

No Kecamatan Gampong Trans Jasa


Pertani Perindu Perdagang
portas dan
an strian an
i Lainnya
Geulingggang
Keude Kr.
10 25 609 89 279
Geukueh
4 Nisam Blang Karieng 111 - 5 0 8
Sumber : Kecamatan Sawang, Kecamatan Bandar Baro, Kecamatan Dewantara Dalam
Angka tahun 2017

a) Mata Pencaharian
Terdapat 48% atau 35 orang pekerjaan kepala keluarga adalah wiraswasta,
sebanyak 20% (15 orang) sebagai petani, PNS sebanyak 14% (10 orang),
buruh sebanyak 3% (2 orang), Pedagang/warung sebanyak 3% (2 orang),
data lengkap dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.10. Mata Pencaharian Responden


.
b) Pendapatan
Pendapatan Kepala Keluarga bervariasi, ada yang berpendapatan Rp
500.000-1 juta (42%, 20 responden), berpendapatan Rp 1-2 juta (10%, 5
responden), Rp 2-3 juta terdapat 21% (10 responden), Rp 3-4 juta terdapat
19% (9 responden), Rp 4-5 juta terdapat 4% (2 responden), Rp 5-6 juta
terdapat 2% (1 responden) dan Rp 9-10 juta terdapat 2% (1 responden).

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 52


Gambar 2.11. Pendapatan Responden Per Bulan

Tabel 2.55. Rata-rata Pendapatan Responden

Rata-rata
No Katagori Pendapatan Frekuensi Jumlah
Pendapatan
1 500.000 - Rp 1.000.000 750,000 20 15,000,000
2 1-2 juta 1,500,000 5 7,500,000
3 2-3 juta 2,500,000 10 25,000,000
4 3-4 juta 3,500,000 9 31,500,000
5 4-5 juta 4,500,000 2 9,000,000
6 5-6 juta 5,500,000 1 5,500,000
7 6-7 juta 6,500,000 0 -
8 7-8 juta 7,500,000 0 -
9 8-9 juta 8,500,000 0 -
10 9-10 juta 9,500,000 1 9,500,000
Jumlah 48 103,000,000
Rata-rata pendapatan per keluarga 2,145,833
Rata-rata pendapatan per orang/Bulan 536,458
Sumber : Analisa Konsultan, 2019

Berdasarkan hasil perhitungan di dapat rata-rata pendapatan per keluarga


adalah Rp 2.145.833 atau rata-rata pendapatan per orang per bulan adalah
Rp 536.458 (jumlah anggota 1 KK = 4 orang). Maka secara umum nampak
bahwa tingkat pendapatan masyarakat rata-rata termasuk dalam kriteria
sangat buruk atau skala 1 yaitu < Rp 750.000.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 53


Tabel 2.56. Kriteria Kualitas Lingkungan Sosial Ekonomi
Kriteria Kualitas / Skala
Parameter Lingkungan 1 2 3 4 5
(sangat buruk) (buruk) (sedang) (baik) (sangat baik)
Pendapatan penduduk Rp.751.000- Rp.1.501.000- Rp.2.501.000-
< Rp. 750.000 > Rp.5.000.000
(per orang/bulan) Rp.1.500.000 Rp.2.500.000 Rp.5.000.000
Keterangan : Dianalogikan dari L.W.Canter & L.G. Hill, 1981

c) Pengeluaran
Pengeluaran Kepala Keluarga bervariasi, ada yang dibawah pengeluaran
Rp 500.000-1 juta (11 responden atau 22%), pengeluaran Rp 1-2 juta (10
responden atau 20%), Rp 2-3 juta terdapat (7 responden atau 14%), Rp 3-4
juta terdapat 13 responden atau 26%, Rp 4-5 juta terdapat 4 responden
atau 8%, Rp 5-6 juta terdapat 4 responden atau 6% dan Rp 6-7 juta
terdapat 1 responden atau 2%.

Gambar 2.12. Pengeluaran Responden Per Bulan

2) Ekonomi Sumber Daya Alam


Hasil pengamatan lapangan, keadaan perekonomian penduduk di lokasi
kegiatan secara umum, penduduk di wilayah studi ini bermata pencaharian di
bidang pertanian, terutama sebagai petani perkebunan dan sawah. Pekerjaan
bidang pertanian tersebut adalah sebagai sumber mata pencaharian utama
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga mereka masing-masing.
Selain itu juga ada masyarakat yang bermatapencaharian sebagai pedagang,
wiraswasta, tukang, supir, buruh dan PNS.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 54


Tanaman perkebunan yang banyak diusahakan di Keuneukai adalah cengkeh,
kelapa, pinang, dan kakao. Tanaman palawija seperti jagung, ubi kayu dan
kacang tanah. Tanaman hortikultura seperti cabe, ketimum, dan terong.
Tanaman buah-buahan seperti salak, pisang, mangga dan durian merupakan
komoditas unggulan masyarakat. Berikut adalah data presentase luas sawah
disetiap wilayah studi :

Tabel 2.57. Data Luas Wilayah Pertanian


Penggunaan Lahan Pertanian

Luas Desa Lahan Sawah Bukan Lahan Sawah


No Kecamatan Gampong
(Ha)
Luas Luas
% %
(Ha) (Ha)
Kabupaten Aceh Utara
1 Sawang Sawang 1930 120 6% 1810 94%
Jurong 651 95 15% 556 85%
Lhok Jok 585 70 12% 515 88%
Babah Krueng 1624 97 6% 1527 94%
Rambong Payong 634 11 2% 623 98%
Paya Rabo Lhok 624 50 8% 574 92%
Paya Rabo Timur 571 30 5% 541 95%
Blang Reuling 452 135 30% 317 70%
Puntet 1328 148 11% 1180 89%
2 Banda Baro Jamuan 620 130 21% 490 79%
Alue Keurinyai 712 127 18% 585 82%
Ulee Nyeue 380 123 32% 257 68%
Cot Jabet 295 109 37% 186 63%
Paya Dua 420 107 25% 313 75%
Paya Beunyot 391 101 26% 290 74%
3 Dewantara Paloh Igeuh 248 70 28% 178 72%
Paloh Gadeng 186 39 21% 147 79%
Tambon Tunong 372 27 7% 345 93%
Paloh Lada 310 80 26% 230 74%
Pulo Rungkom 372 90 24% 282 76%
Uteun
Geulingggang 151 35 23% 116 77%
Keude Kr.
Geukueh 199 0 0% 199 100%
4 Nisam Blang Antara 674 60 9% 614 91%
Sumber : Kecamatan Sawang, Kecamatan Bandar Baro, Kecamatan Dewantara Dalam
Angka tahun 2017

c. Budaya

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 55


1) Kebudayaan
Dilihat dari sisi sosial budaya, secara umum struktur
masyarakat/penduduk Kabupaten Aceh Utara adalah homogen, yaitu suku
bangsa Aceh. Oleh karena itu, adat-istiadat dan budaya yang berlaku
dalam masyarakat juga adalah adat dan budaya Aceh. Begitu juga halnya
dengan agama yang dianut mereka, dimana umumnya masyarakat
menganut Agama Islam. Dengan demikian semua adat istiadat yang
berkembang dan dipraktikkan dalam kehidupan seharian selalu mengacu
pada nilai sosioagama Islam, balk adat perkawinan, kematian dan
kelahiran, maupun dalam struktur sosial masyarakat.
Salah satu budaya yang menjadi kebiasaan masyarakat Aceh yang tidak
boleh tertinggal adalah Adat Budaya Peusijuek. Peusijuek adalah
melaksanakan serangkaian prosesi adat yang selaiu dipraktekkan
masyarakat ketika mengapresiasikan sesuatu, atau mengakhiri sengketa
yang telah terjadi antar warga. Sering juga peusijuek dilakukan ketika warga
mendapatkan keberuntungan, lepas dari mara bahaya, dan ketika akan
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan balk seperti hendak melakukan ibadah haji
atau sekembali dari melakukan ibadah haji, tueng Unto baroe/dara baroe, woe
u rumoe baroe, ketika melaksanakan sunnah rasul, menggunakan peralatan
kerja baru, atau ketika akan melakukan perkejaan-pekerjaan yang dianggap
mulia menurut adat Aceh.
Kalau peusijuek itu dilakukan pada warga yang baru saja selesai dari sengketa,
berarti bertujuan mendamaikan hati (peIeupie atee) para pihak yang
bersengketa sehingga dapat duduk bersama dan seolah-olah tidak pemah
terjadi sengketa. Dengan peusijuek diharapkan emosi menjadi reda dan
dapat melihat masalah dalam perspektif yang berimbang dan damai. Setelah
melakukan pemumat jaroe (bersalaman) terhadap para pihak yang
bersengketa dilakukan peusijuek. Peusijuek itu sendiri dilakukan setelah
kesepakatan damai dicapai antara kedua belah pihak yang telah bersengketa.

2) Proses Sosial
Proses perubahan sosial yang berlangsung dimasyarakat umumnya terjadi
dimulai dari lingkungan keluarga. Hal ini mengingat fungsi keluarga adalah
sentral yang dapat mengisi berbagai peranannya dengan konflik yang minimal
serta sesuai dengan harapan lingkungannya. Keluarga sebagai pusat
penerusan nilai dituntut selain meneruskan nilai lama yang perlu dilestarikan

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 56


juga aktif dalam memperkenalkan nilai-nilai baru yang diangggap baik. Proses
penerusan nilai baru di masyarakat bisa diakibatkan oleh adanya intervensi dari
luar. Juga adanya perilaku dari dalam diri pribadi dalam memandang aspirasi
baru tersebut. Sejak masuknya berbagai program pembangunan di seperti
program kesejateraan keluarga, program wajib belajar dan program KB.
Kesemuanya itu pada dasarnya memperkenalkan nilai baru yang diharapkan
dapat diadopsi oleh masyarakat.
Ditinjau dari penyerapan nilai-nilai baru, keluarga masyarakat di wilayah riset
dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu golongan keluarga tradisional
dan keluarga neo-tradisional ditandai oleh pola keluarga yang secara aktif
mencari penyesuaian pada perubahan nilai yang berlangsung. Golongan neo-
tradisional ini di wilayah riset dapat dilihat pada keluarga pendatang dan
keluarga muda dari penduduk asli terutama yang telah memperoleh pendidikan
formal.
Kehidupan masyarakat tidak lepas dari konflik sosial. Proses disosiatif meliputi
tiga hal, yaitu persaingan, kontravensi dan konflik.
 Persaingan; adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh individu
atau kelompok dalam usahanya mencapai keuntungan tertentu tanpa
adanya ancaman atau kekerasan dari para pelaku.
 Kontravensi; merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada di
antara persaingan dengan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi
adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap prang atau unsur-
unsur budaya kelompok lain. Sikap tersembunyi tersebut dapat
berubah menjadi kebencian, namun tidak sampai menjadi
pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontravensi, misalnya berupa
perbuatan menghalangi, menghasut, memfitnah, berkhianat, provokasi,
dan intimidasi.
 Konflik/Perselisihan; adalah suatu proses sosial di mana individu
atau kelompok menantang pihak lawan dengan ancaman dan atau
kekerasan untuk mencapai suatu tujuan.

Di wilayah studi memunculkan persaingan dalam merebut kesempatan


kerja dan berusaha tetapi tidak menimbulkan ancaman dan kekerasan.
Pada perusahaan — perusahaan di Kabupaten Aceh Utara banyak terbuka
kesempatan kerja dan ini akan menimbulkan persaingan antar warga.
Namun demikian bagi mereka yang tidak tertampung bekerja menyadari

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 57


tentang rezeki berasal dari yang Maha kuasa. Mereka juga terus
meningkatkan pendidikan dan ketrampilan untuk memenangkan persaingan
di masa yang akan datang. Selain itu peluang usaha juga terbuka lebar
di daerah mereka. Selama ini belum ada konflik yang terjadi antara
masyarakat dan perusahaan yang menganggu kehidupan sosial. Kalau pun
ada sengketa/perselisihan dalam masyarakat sudah dapat diselesaikan
dengan musyawarah. Sehingga masalah sosial di Gampong ini tidak ada
yang berarti.
Adapun menurut responden terkait konflik social yang terjadi 39% menyatakan
pernah terjadi dan 55% menyatakan tidak pernah.

Gambar 2.13. Kejadian konflik di lokasi Studi

Bentuk konflik yang terjadi adalah kesempatan kerja/usaha (64%),


pembebasan lahan (18%), sumber air bersih (10%) dan perselisihan adat (8%).

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 58


Gambar 2.14. Bentuk konflik yang terjadi di lokasi Studi

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyelesaian konflik diantaranya


adalah musyawarah dengan aparat desa (59%), diwakili oleh ketua adat/tomas
(26%), secara tertulis kepada pihak proyek (3%), pribadi masing-masing
menyelesaikan (8%) dan demonstrasi (4%).

Gambar 2.15. Bentuk Penyelesaian Konflik di Lokasi Studi

3) Pranata Sosial

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 59


Kondisi sosial budaya masyarakat Kabupaten Aceh Utara pada umumnya
dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan budaya masyarakat Islam.
Sehingga pranata yang ada kesemuanya bercorak Religiusitas. Hasil
wawancara singkat dan survey pendahuluan di bahwa pranata upacara adat
perkawinan, dan upacara adat sunatan. Upacara hari besar keagamaan
merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan walaupun masih banyak
kegiatan selain keagamaan yang tetap dilakukan bersama seperti perayaan 17
Agustusan. Kegiatan keagamaan lainnya yang sering dilakukan diantaranya
pengajian, dan upacara perkawinan.
Melembaganya norma agama dan tata nilai yang berlaku terhadap karakter
budaya masyarakat, dapat dilihat dari keberadaan penduduk dan lama
menetap di suatu wilayah. Implikasi dari itu semua adalah tumbuhnya rasa
kebersamaan dan solidaritas terhadap masyarakat yang ada di karena di
anggap satu rasa dan semuanya bersaudara.
Jenis-jenis perayaan keagamaan yang masih dilakukan cukup banyak
misalnya memperingati hari-hari besar agama seperti perayaan hari raya,
hari besar agama, kebiasaan/tradisi lainnya. Biasanya dilakukan bersama
atau saling membantu. Hari raya besar yang setiap tahun dirayakan
masyarakat seperti hari raya idul fitri dan idul adha. Bagi umat Islam
peringatan hari besar Islam seperti Isra' Mi'raj dan Maulid Nabi masih
diselenggarakan setiap tahun. Kegiatan harian dan mingguan seperti wirid
dan pengajian masih rutin dilakukan sebagian besar masyarakat muslim di
daerah ini.
Bentuk kegiatan masyarakat menurut responden adalah : pengajian sebanyak
25%, PKK sebanyak 18%, Peribadatan sebanyak 15%, Karang Taruna
sebanyak 18%, Lembaga Masyarakat Desa sebanyak 12% dan Arisan
sebanyak 12%.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 60


Gambar 2.16. Bentuk Kegiatan Masyarakat di lokasi Studi

Adapun kegiatan adat yang masih berlangsung menurut responden adalah


perayaan hari besar keagamaan sebanyak 43%, upacara adat perkawinan
sebanyak 28%, upacara adat khitanan sebanyak 14% dan kegiatan adat
setempat sebanyak 15%.

Gambar 2.17. Bentuk Kegiatan Adat di lokasi Studi

Perubahan sosial masyarakat di masa-masa mendatang akan berlangsung


cepat sejalan dengan pertumbuhan percepatan perekonomian yang digerakan
oleh perkembangan daerah dan pertumbuhan penduduk. Hal ini membawa
implikasi tuntutan kesiapan dibidang pemerintahan, keorganisasian sosial
kemasyarakatan. Dalam masyarakat semacam ini, saluran-saluran
pemerintahan maupun keagamaan memiliki kompetensi yang tinggi dalam

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 61


penyampaian berbagai masalah yang timbul dalam masyarakat berdasarkan
hirarki kebutuhan struktur sosial menganut sistem kepatuhan terhadap pejabat
dan kepatuhan kepada ulama agama.
Keterikatan antar anggota masyarakat sangat terlihat pada penduduk yang
terikat di wilayah desa. Hal ini terjadi karena pada umumnya penduduk di
setiap desa mempunyai hubungan kerabat. Kepatuhan masyarakat terhadap
tokoh-tokoh masyarakat formal dan informal cukup tinggi, terutama terhadap
tokoh agama dan tokoh adat. Agama islam yang dianut oleh sebagian besar
penduduk, mendorong mereka untuk menempatkan tokoh agama
(ulama/ajengan/ustad) sebagai panutan. Kehidupan sosial berlatar belakang
aspek religius ini, juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari, seperti aktivitas
pengajian yang sering dilakukan oleh warga masyarakat.
Kegiatan rutin yang masih berlangsung menurut pendapat responden adalah
kerjabakti/gotong royong sebanyak 44%, pertemuan antar adat sebanyak 28%,
prosesi apabila terjadi kematian sebanyak 12%, keamanan lingkungan
bersama sebanyak 8% dan bercocok tanam bersama sebanyak 8%.

Gambar 2.18. Bentuk Kegiatan Rutin Bersama-sama di lokasi Studi

Aktivitas seperti ini mencerminkan keeratan hubungan diantara masyarakat


yang ada di Kabupaten Aceh Utara, yang juga tercermin dalam interaksi sehari-
hari yang ditandai hubungan tolong-menolong. Eratnya hubungan diantara
warga masyarakat, didukung oleh adanya kedekatan hubungan saudara antara
satu keluarga dengan keluarga yang lainnya.
Namun mereka tetap membatasi diri dalam pergaulannya untuk tidak
menimbulkan gangguan bagi yang lainnya, sehingga konflik sosial yang timbul

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 62


biasanya siselesaikan oleh mereka sendiri. Dalam kasus-kasus seperti ini,
peranan tokoh informal, khususnya tokoh agama sangat menonjol.
Di Kabupaten Aceh Utara terdapat Qonun Kabupaten Aceh Utara No. 4 tahun
2009 tentang Pemerintahan Gampong. Pemerintahan gampong adalah
geusyiek dan tuha peut yang memiliki tugas dalam penyelenggaraan
pemerintahan gampong.
Geusyiek adalah pimpinan suatu gampong yang memiliki kewenangan untuk
menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri. Tuha peut adalah unsur
pemerintahan gampong yang berfungsi
sebagai badan permusyawaratan gampong.
Selain itu masih terdapat beberapa orang yang memiliki jabatan khusus yaitu :
 Imum meunasah adalah orang yang memimpin kegiatan masyarakat di
gampong yang berkenaan dengan bidang agama Islam, pelaksanaan dan
penegakan syari’at Islam.
 Keujruen blang adalah orang yang memimpin dan mengatur kegiatan
dibidang usaha persawahan.
 Haria peukan adalah orang yang memimpin dan mengatur ketentuan adat
tentang tata pasar, ketertiban, keamanan, dan kebersihan pasar serta
melaksanakan tugas-tugas perbantuan.
 Pawang laot adalah orang yang memimpin dan mengatur kelompok
nelayan yang ada di gampong.
 Pawang uteun adalah orang yang memimpin dan mengatur adat istiadat
yang berkenaan dengan pengelolaan dan pelestarian lingkungan hutan.
 Peutua seuneubok adalah orang yang memimpin dan mengatur ketentuan
adat tentang pembukaan dan penggunaan lahan untuk
perladangan/perkebunan.
 Pageu gampong adalah kelompok pemuda yang menjaga ketentraman
atau keamanan termasuk yang mendukung segala kegiatan yang ada di
gampong.
Selain itu ada juga Qonun Kabupaten Aceh Utara No 14 tahun 2011 tentang
Pemerintahan Mukim. Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum di bawah
Kecamatan yang terdiri atas gabungan beberapa Gampong yang mempunyai
batas wilayah tertentu yang dipimpin oleh Imuem Mukim berkedudukan
langsung di bawah Camat.
Penyelesaian persengketaan adat Mukim adalah permusyawaratan dalam
proses penyelesaian berbagai perkara adat, perselisihan antar penduduk atau

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 63


sengketa-sengketa di bidang hukum adat dalam kemukiman yang dilaksanakan
oleh Imuem Mukim dan Tuha Peuet Mukim

4) Adat Istiadat dan Pola Prilaku Masyarakat


Kehidupan masyarakat islam sangat kental dalam setiap sendi di setiap prilaku
masyarakat yang ada di Kabupaten Aceh Utara, serta kuatnya pengaruh oleh
kebudayaan yang selalu tenggang rasa, gotong royong dan cendrung reaktif di
padukan dengan kebudayaan urban yang pekerja keras dan menimbulkan
bagaimana menghargai terhadap antar sesama manusia dengan manusia atau
manusia dengan alam/lingkungannya (hubungan horizontal), serta dengan
sang Pencipta (hubungan Vertikal). Maka terjadilah hubungan timbal balik dan
saling keterpaduan satu sama-lainnnya.
Akibat dua kutub yang terpadu maka pertalian antara masyarakat yang ada di
Kabupaten Aceh Utara menjadi membudaya seperti gotong-royong, walaupun
dalam pelaksanaan harus adanya penggagas dari seorang leader seperti
Kepala desa.
Perubahan sosial masyarakat di pada masa-masa mendatang akan
berlangsung cepat sejalan dengan pertumbuhan percepatan perekonomian
yang digerakan oleh perkembangan daerah dan pertumbuhan penduduk. Hal
ini membawa implikasi tuntutan kesigapan dibidang pemerintahan,
keorganisasian sosial kemasyarakatan. Dalam masyarakat semacam ini,
saluran-saluran pemerintahan maupun perkembangan pada masyarakatnya
memiliki kompetensi yang tinggi dalam penyampaian berbagai masalah yang
timbul dalam masyarakat berdasarkan hirarki kebutuhan struktur sosial
menganut sistem kepatuhan terhadap pejabat dan kepatuhan kepada tokoh
masyarakat atau ulama untuk menjaga eksistensi lembaga budaya.
Keterikatan antar anggota masyarakat sangat terlihat pada penduduk yang
terikat di wilayah gampong. Hal ini terjadi karena pada umumnya penduduk di
setiap rukun tetangga atau rukun warga mempunyai hubungan kerabat dan
juga persaingan yang positif dalam memajukan setiap wilayahnya. Persaingan
yang positif dalam memamjukan wilayahnya tidak terlepas dari peranan tokoh-
tokoh masyarakat formal dan informal cukup tinggi, tetrutama terhadap tokoh
agama serta tokoh pemuda.
Kehidupan sosial berlatar belakang aspek kekeluargaan dan religiusitas ini,
juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari, seperti aktivitas pengajian yang
sering dilakukan oleh warga masyarakat yang ada di kelurahan. Aktivitas

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 64


seperti ini mencerminkan keeratan hubungan diantara masyarakat, yang juga
tercermin dalam interaksi sehari-hari yang ditandai hubungan tolong-menolong.
Eratnya hubungan diantara warga masyarakat, didukung oleh adanya
kedekatan hubungan saudara antara satu keluarga dengan keluarga yang
lainnya. Namun mereka tetap membatasi diri dalam pergaulannya untuk tidak
menimbulkan gangguan bagi yang lainnya, sehingga konflik sosial yang timbul
biasanya diselesaikan oleh mereka sendiri. Dalam kasus-kasus seperti ini,
peranan tokoh informal, khususnya tokoh agama sangat menonjol.

5) Pelapisan Sosial, Kekuasaan, dan Wewenang


Mengacu pada definisi David B. Gruskay (dalam Outwaite, 2008), pembahasan
sistem dan struktur sosial dipusatkan pada hubungan antar orang-orang dan
susunan keorganisasian orang-orang (masyarakat) tersebut yang ada di
tataran masyarakat. Dalam kaitan sistem dan struktur di masyarakat
Kabupaten Aceh Utara yang selaras dalam pelaksanaan tataran hidupnya serta
dengan masyarakat yang datang di desa tersebut.
Menurut Kartodirdjo (1984), akibat interaksi antara orang dengan kepribadian
yang kuat dengan faktor situasional akan menghasilkan sikap dalam
lingkungan. Sistem sosial ataupun proses sosialisasi di dalam masyarakat
wilayah studi antara lain dipengaruhi oleh keberadaan tokoh masyarakat yang
menjadi panutan masyarakat. Panutan masyarakat ini merupakan pembauran
dari tokoh-tokoh pemerintah juga berasal dari pemuka masyarakat ataupun
tokoh-tokoh adat ataupun keagamaan. Keberadaaan tokoh-tokoh tersebut
sangat memberikan andil dalam memecahkan permasalahan-permasalahan
dalam kelompok masyarakat. Sehingga dengan hadirnya pengalaman-
pengalaman baru yang dalam persepsi penduduk dinilai negatif.
Dalam beberapa literatur ada 5 (lima) tingkatan susunan masyarakat di
wilayah ini yaitu:
 Golongan rakyat biasa; yang mana golongan ini biasanya disebut dengan
istilah ureung Le (orang banyak), karena golongan ini merupakan
mayoritas dalam masyarakat adat Aceh.
 Golongan hartawan; yaitu golongan yang mau bekerja keras dalam
meningkatkan ekonomi keluarganya. Dari keluarga-keluarga yang sudah
berada ini terbentuklah suatu kelompok masyarakat yang menjelma
menjadi suatu golongan yang disebut golongan hartawan. Keberadaannya
mempunyai andil yang cukup besar dalam kehidupan mereka, karena

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 65


selain penyumbang dana dalam berbagai kegiatan juga sebagai tumpuan
tempat meminjam ketika terjadi kemelaratan.
 Golongan ulama/Cendikiawan; mereka umumnya berasal dari kalangan
rakyat biasa yang memiliki ilmu pengetahuan yang menonjol, sehingga
mereka disebut "teungku" mereka cukup berperan dalam masalah-masalah
agama di kemasyarakatan. Dalam tertentu golongan ini menduduki tempat
teratas. Mereka sangat berperan dalam mendamaikan atau menyelesaikan
berbagai kasus yang timbul dalam kehidupan masyarakat yang menjurus
ke arah negatif.
 Golongan kaum bangsawan; yaitu golongan keturunan raja dan golongan
keturunan uleebalang (sultan) yang pernah memegang kekuasaan di negeri
ini. Bagi keturunan raja bergelar "Tuanku", sedangkan bagi keturunan
uleebalang yang laki-laki bergelar "Ampon atau Teuku" dan bagi yang
perempuan bergelar "Cut".
 Golongan Said; yaitu golongan yang menyatakan dirinya sebagai keturunan
Nabi Muhammad SAW., sehingga golongan ini oleh masyarakat sangat
dihormati dan dimuliakan. Keturunan Said ini digelar dengan sebutan
"Habib" bagi yang lelaki dan "Syarifah" bagi yang perempuan.

Tetapi dalam pengamatan sepintas ketika diadakan penelitian ini, boleh


dikatakan bahwa masyarakat dilokasi studi hampir tidak mengenal sistem
pelapisan sosial, lebih-lebih yang didasarkan pada latar belakang
pendidikan, ekonomi, pekerjaaan, maupun kekuasaan. Kemampuan orang
lain dalam mencapai status tertentu, dalam bidang tertentu, memang
mereka akui. Bahkan mereka sudah mulai berusaha untuk dapat
menyelesaikan jenjang pendidikan tertinggi, atau keberhasilan
menjalankan usaha-usaha ekonomi, terlibat dalam pekerjaan mata
pencaharian yang memberikan penghasilan yang tinggi, bahkan
menempati kedudukan yang terpandang dalam struktur kekuasaan. Semua
keberhasilan itu kabur dalam sistem komunitas mereka, bila tidak mengenal
kekuasaan politik yang lebih tinggi.

d. Persepsi masyarakat
Pemilihan responden dilakukan secara stratified random sampling, Karena
unsur populasi berkarakteristik heterogen dan heterogenitas tersebut
mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 66


peneliti dapat mengambil sampel dengan cara ini. Penetapan responden
didasarkan kriteria antara lain: penduduk yang berpeluang terkena dampak
baik langsung maupun tidak langsung, tetapi tidak termasuk sasaran kegiatan.
Jumlah Responden yang diambil sebanyak 73 responden dengan karaterisik
Responden yang sebagai berikut :

Tabel 2.58. Karakteristik Responden


No Karakteristik Responden (%)
1 Jenis Kelamin
a. Pria 89
b. Wanita 11
2 Pendidikan
a. Tidak Sekolah 1,4
b. Tamat SD 2,7
d. Tamat SLTP/Sederajat 24,7
e. Tamat SLTA/Sederajat 45,2
e. Akademi (D1-D3) 9,6
f. Sarjana (S1-S3) 16,4
3 Lama Domisili (Tahun)
a. Kurang dari 1 Tahun -
b. Antara 1 - 5 Tahun -
c. Lebih dari 5 Tahun 100
4 Pekerjaan Responden
a. PNS 13,7
b. TNI/POLRI -
c. Karyawan 2,7
d. Petani 20,5
e. Buruh 2,7
f. Pedagan Asongan/Warung 2,7
g. Wiraswasta 47,9
h. Jasa/Sopir 1,4
i. Pensiunan 2,7
j. Pelajar -
k. Ibu Rumah Tangga 1,4
l. Tidak Bekerja 4,1
Sumber: Pengolahan Data Kuisioner, 2019

1) Pengetahuan terhadap proyek


Masyarakat yang mengetahui rencana pembangunan SPAM Aceh Utara
sebanyak 42% (31 responden) dan tidak mengetahui sebanyak 58% (42
responden).

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 67


Gambar 2.19. Pengetahuan Masyarakat terhadap Pembangunan SPAM
Aceh Utara

2) Sumber informasi
Sumber informasi pembangunan SPAM Aceh Utara yaitu 77% (24 responden)
berasal dari tetangga, 7% (2 responden) dan berasal dari pihak proyek 16% (5
responden).

Gambar 2.20. Sumber Pengetahuan Masyarakat terhadap Pembangunan


SPAM Aceh Utara

3) Pendapat responden terhadap pembangunan SPAM Aceh Utara


Masyarakat yang setuju terhadap rencana pembangunan SPAM Aceh Utara
sebanyak 59 responden (81%) dan yang tidak berpendapat sebanyak 14
responden (19 %).

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 68


Gambar 2.21. Pendapat Responden terhadap Pembangunan SPAM Aceh
Utara

Tabel 2.59. Skala Kualitas Lingkungan Persepsi Masyarakat Terhadap


Rencana Kegiatan Pembangunan SPAM Aceh Utara
SKALA
PARAMETER
PERSENTASE KUALITAS KATEGORI
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
Sangat tidak setuju (1-20%) 1 Sangat Buruk
Sebagian besar tidak setuju (21-40%) 2 Buruk
PERSEPSI Sebagian besar ragu-ragu/ tdk tahu 3 Sedang
MASYARAKAT (41-60%)
Sebagian besar setuju (61-80%) 4 Baik
Sangat setuju (81-100%) 5 Sangat Baik
Sumber: diadopsi dari L.W. Center & L.G. Hill, 1981

Dari hasil wawancara di dapati 81% responden setuju terhadap pembangunan


SPAM Aceh Utara, hal ini menyatakan persepsi masyarakat sangat baik
dengan skala kualitas lingkungan 5.

4) Keinginan ikut serta dalam pembangunan SPAM Aceh Utara


 Bidang Kesempatan kerja yang diinginkan
Pada tahap konstruksi/pembangunan SPAM Aceh Utara, sebanyak 42%
responden menginginkan menjadai karyawan administrasi, pekerja harian
sebanyak 30% dan Satpam sebanyak 22%.
Sebagian besar responden memilih lebih dari 1 (satu) pilihan.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 69


Gambar 2.22. Kesempatan Kerja yang diinginkan responden pada Tahap
Pembangunan SPAM Aceh Utara

 Bidang Usaha yang diinginkan


Pada tahap konstruksi SPAM Aceh Utara, peluang usaha yang diinginkan
responden 40% sebagai pensuplai barang dan bahan bagi kebutuhan
proyek, 24% kantin/rumah makan bagi para pekerja dan 23% usaha
dagang disekitar barak.

Gambar 2.23. Peluang Usaha yang diinginkan responden pada Tahap


Pembangunan SPAM Aceh Utara

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 70


5) Keinginan ikut serta dalam operasional SPAM Aceh Utara
Pada tahap operasi SPAM Aceh Utara, peluang usaha yang diinginkan
responden 30% sebagai karyawan, 39% usaha dagang dan 24% usaha jasa,
Sebagian besar responden memilih lebih dari 1 (satu) pilihan

Gambar 2.24. Peluang Usaha yang diinginkan responden pada Tahap


Operasi SPAM Aceh Utara

6) Manfaat SPAM Aceh Utara


Responden menyatakan pembangunan SPAM Aceh Utara bermanfaat buat
masyarakat yaitu 63% untuk tersedianya air minum dan 37% adanya
kesempatan kerja.

Gambar 2.25. Manfaat Proyek Pembangunan SPAM Aceh Utara

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 71


Responden menyatakan pembangunan SPAM Aceh Utara akan meningkatkan
kondisi ekonomi yaitu 60% dan 6% menyatakan pembangunan SPAM tidak
meningkatkan ekonomi serta 8% menyatakan tidak tahu.

Gambar 2.26. Manfaat Kondisi Ekonomi Proyek Pembangunan SPAM Aceh


Utara

e. Lalu Lintas
Pada lokasi pembangunan SPAM Aceh Utara terdapat beberapa ruas jalan yang
akan menjadi jalur mobilisasi bahan dan material serta pemasangan pipa. Ruas
jalan ini adalah : Jalan Medan-Banda Aceh, Jalan Lintas Krueng Mane-Sawang,
Jalan. PT. KKA dan Jalan Line Pipa

Ruas Jalan Medan - Banda Aceh


Ruas jalan ini akan menjadi jalur mobilisasi material serta pemasangan pipa ke
arah industri-industri seperti Pabrik Pupuk Iskandar Muda (PIM), PT. Pelabuhan
Indonesia dan PT. IMA Montaz Sejahtera.
Jalan Medan-Banda Aceh mempunyai lebar 7 meter dan merupakan jalan 2 (dua)
arah atau (2/2) UD yang lalu lintasnya cukup ramai.
Data hasil survey yang dilakukan, inventarisasi ruas jalan sebagaimana tabel
berikut :

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 72


Tabel 2.60 Data Inventarisasi Jalan Medan-Banda Aceh

Ukuran Tipe Lebar


Spilt Hambatan Median
Nama Jalan Kota Lajur Jalan
Arah Samping (M)
(Juta) Jalan (M)

Jalan Medan-Banda
>3 2/2 UD 7 50 - 50 Sedang (M) -
Aceh

Sumber : Hasil Analisis,2019

Dari tabel hasil data inventarisasi ruas jalan di atas kemudian di jadikan dasar di
dalam memperhitungkan kapasitas pada tiap ruas jalan.

Kapasitas Jalan
Perhitungan kapasitas jalan perkotaan dengan menggunakan Manual Kapasitas
Jalan (MKJI) 1997 menunjukkan kapasitas ruas jalan sebagaimana dapat dilihat
pada tabel berikut :

Tabel 2.61. Kapasitas Jalan Medan-Banda Aceh

Leba Faktor
Leba Hamb Jara
Ukuran Tipe r Koreksi Faktor
r atan k
Nama Jalan Kota Lajur Bahu Co Koreksi
Jala Sampi Kerb
(Juta) Jalan Jalan (Tiap Co
n (M) ng (M)
(M) Lajur)

Medan-
>3 2/2 UD 7 50-50 H 0.5 0 2900
Banda Aceh

Kapasitas
Nama Jalan Co FCw Fsp Fsf FCs Jalan
(C)
Medan-Banda
2900 1 1 0.82 1,04 2.473,12
Aceh
Sumber : Hasil Analisis,2019

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 73


Gambar 2.27. Lokasi Jalan Medan-Banda Aceh di Kec. Dewantara
= lokasi survey lalu lintas

Tabel 2.62. Volume Lalu Lintas Ruas Jalan Medan-Banda Aceh, Pergerakan
Medan-Banda Aceh
Medan ke Banda Aceh
WAKTU SURVEY Kendaraan smp Kendaraan smp Sepeda smp TOTAL
PAGI Berat 1.2 Ringan 1.00 Motor 0.25 KEND SMP
07.00 - 08.00 24 29 492 492 585 146 1,101 667
08.00 - 09.00 7 8 550 550 618 155 1,175 713
TOTAL 2 JAM 31 37 1,042 1,042 1,203 301 2,276 1,380
Siang
11.00 - 12.00 13 16 615 615 858 215 1,486 845
12.00 - 13.00 12 14 545 545 560 140 1,117 699
TOTAL 2JAM 25 30 1160 1160 1418 355 2,603 1,545
Sore
15.00 - 16.00 12 14 581 581 825 206 1,418 802
16.00 - 17.00 38 46 640 640 1050 263 1,728 948
TOTAL 2JAM 50 60 1221 1221 1875 469 3,146 1,750
Sumber : Survey Lalu Lintas, Januari 2019
Keterangan :
 Kendaraan Ringan (LV): Mobil Penumpang, Oplet, Mikrobis, Pick up, sedan dan
kendaraan bermotor ber as 2 dengan jarak antar as 2-3m
 Kendaraan Berat (HV) : Bis, Truk 2 As, Truk 3 As, dan kendaraan bermotor lebih dari 4
roda
 Sepeda Motor (MC) : kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 74


Tabel 2.63. Volume Lalu Lintas Ruas Jalan Medan-Banda Aceh, Pergerakan
Banda Aceh-Medan
Banda Aceh ke Medan
WAKTU SURVEY Kendaraan smp Kendaraan smp Sepeda smp TOTAL
PAGI Berat 1.2 Ringan 1.00 Motor 0.25 KEND SMP
07.00 - 08.00 13 16 480 480 530 133 1,023 628
08.00 - 09.00 5 6 456 456 564 141 1,025 603
TOTAL 2 JAM 18 22 936 936 1,094 274 2,048 1,231
Siang
11.00 - 12.00 8 10 665 665 900 225 1,573 900
12.00 - 13.00 6 7 445 445 650 163 1,101 615
TOTAL 2JAM 14 17 1110 1110 1550 388 2,674 1,514
Sore
15.00 - 16.00 13 16 675 675 730 183 1,418 873
16.00 - 17.00 27 32 417 417 969 242 1,413 692
TOTAL 2JAM 40 48 1092 1092 1699 425 2,831 1,565
Sumber : Survey Lalu Lintas, Januari 2019
Keterangan :
 Kendaraan Ringan (LV): Mobil Penumpang, Oplet, Mikrobis, Pick up, sedan dan
kendaraan bermotor ber as 2 dengan jarak antar as 2-3m
 Kendaraan Berat (HV) : Bis, Truk 2 As, Truk 3 As, dan kendaraan bermotor lebih dari 4
roda
 Sepeda Motor (MC) : kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda.

Dari hasil analisis kondisi eksisting derajat kejenuhan atau Degree of Saturation
(DS) pada ruas Jl. Medan-Banda Aceh masih stabil dengan volume lalu lintas
sedang pada semua waktu.

Tabel 2.64. Kinerja Eksisting Ruas Ruas Jalan Medan-Banda Aceh, Pergerakan
Medan-Banda Aceh
Waktu Kapasitas Volume (SMP) VCR LDS
Pagi
07.00 - 08.00 667 0.27 B
08.00 - 09.00 713 0.29 B
Siang
11.00 - 12.00 845 0.35 B
2437
12.00 - 13.00 699 0.29 B
Sore
15.00 - 16.00 802 0.33 B
16.00 - 17.00 948 0.39 B
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2019

Dari Tabel di atas tingkat pelayanan jalan arah Medan-Banda Aceh termasuk
katagori B, dengan kondisi:
 arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi oleh
kondisi lalu lintas;

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 75


 kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum memengaruhi
kecepatan;
 pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih kecepatannya dan
lajur jalan yang digunakan

Tabel 2.65. Kinerja Eksisting Ruas Ruas Jalan Medan-Banda Aceh, Pergerakan
Banda Aceh- Medan
Waktu Kapasitas Volume (SMP) VCR LDS
Pagi
07.00 - 08.00 628 0.26 B
08.00 - 09.00 603 0.25 B
Siang
11.00 - 12.00 900 0.37 B
2473
12.00 - 13.00 615 0.25 B
Sore
15.00 - 16.00 873 0.36 B
16.00 - 17.00 692 0.28 B
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2019

Dari Tabel di atas tingkat pelayanan jalan arah Banda Aceh-Medan termasuk
katagori B, dengan kondisi:
 arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi oleh
kondisi lalu lintas;
 kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum memengaruhi
kecepatan;
 pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih kecepatannya dan
lajur jalan yang digunakan.

Ruas Jalan Lintas Krueng Mane-Sawang


Ruas jalan ini akan menjadi jalur mobilisasi material serta pemasangan pipa
transmisi.
Jalan lintas Krueng Mane-Sawang mempunyai lebar 6 meter dan merupakan jalan
2 (dua) arah atau (2/2) UD yang lalu lintasnya masih sepi.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 76


Tabel 2.66. Data Inventarisasi Jalan Lintas Krueng Mane-Sawang

Ukuran Tipe Lebar


Spilt Hambatan Median
Nama Jalan Kota Lajur Jalan
Arah Samping (M)
(Juta) Jalan (M)

Jl. Lintas Krueng Mane-


>3 2/2 UD 6 50 - 50 Sedang (M) -
Sawang

Sumber : Hasil Analisis,2019

Dari tabel hasil data inventarisasi ruas jalan di atas kemudian di jadikan dasar di
dalam memperhitungkan kapasitas pada tiap ruas jalan.

Kapasitas Jalan
Perhitungan kapasitas jalan perkotaan dengan menggunakan Manual Kapasitas
Jalan (MKJI) 1997 menunjukkan kapasitas ruas jalan sebagaimana dapat dilihat
pada tabel berikut :

Tabel 2.67. Kapasitas Jalan Lintas Krueng Mane-Sawang


Leba
Leba Hamb Jara
Ukuran Tipe r Faktor
r Spilt atan k
Nama Jalan Kota Lajur Bahu Koreksi
Jalan Arah Sampi Kerb
(Juta) Jalan Jalan Co
(M) ng (M)
(M)
Jl. Lintas
Krueng
>3 2/2 UD 6 50-50 H 0.5 0 2900
Mane-
Sawang

Kapasitas
Nama Jalan Co FCw Fsp Fsf FCs
Jalan ( C )

Jl. Lintas Krueng


2900 0,87 1 0.82 1,04 2151,61
Mane-Sawang
Sumber : Hasil Analisis,2019

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 77


Gambar 2.28. Lokasi Jalan Lintas Krueng Mane-Sawang di Kec. Sawang
= lokasi survey lalu lintas

Tabel 2.68. Volume Lalu Lintas Jl. Lintas Krueng Mane-Sawang, Pergerakan Kr
Mane-Sawang
Kr. Mane ke Sawang
WAKTU SURVEY Kendaraan smp Kendaraan smp Sepeda smp TOTAL
PAGI Berat 1.2 Ringan 1.00 Motor 0.25 KEND SMP
07.00 - 08.00 - - 49 49 108 27 157 76
08.00 - 09.00 - - 46 46 89 22 135 68
TOTAL 2 JAM - - 95 95 197 49 292 144
Siang
11.00 - 12.00 0 0 12 12 50 13 62 25
12.00 - 13.00 0 0 70 70 73 18 143 88
TOTAL 2JAM 0 0 82 82 123 31 205 113
Sore
15.00 - 16.00 0 0 41 41 70 18 111 59
16.00 - 17.00 0 0 49 49 67 17 116 66
TOTAL 2JAM 0 0 90 90 137 34 227 124
Sumber : Survey Lalu Lintas, Januari 2019
Keterangan :
 Kendaraan Ringan (LV): Mobil Penumpang, Oplet, Mikrobis, Pick up, sedan dan
kendaraan bermotor ber as 2 dengan jarak antar as 2-3m
 Kendaraan Berat (HV) : Bis, Truk 2 As, Truk 3 As, dan kendaraan bermotor lebih dari 4
roda
 Sepeda Motor (MC) : kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 78


Tabel 2.69. Volume Lalu Lintas Jl. Lintas Krueng Mane-Sawang, Pergerakan
Sawang- Kr Mane
Sawang Ke Kr. Mane
WAKTU SURVEY Kendaraan smp Kendaraan smp Sepeda smp TOTAL
PAGI Berat 1.2 Ringan 1.00 Motor 0.25 KEND SMP
07.00 - 08.00 - - 27 27 53 13 80 40
08.00 - 09.00 - - 16 16 75 19 91 35
TOTAL 2 JAM - - 43 43 128 32 171 75
Siang
11.00 - 12.00 0 0 35 35 78 20 113 55
12.00 - 13.00 0 0 59 59 90 23 149 82
TOTAL 2JAM 0 0 94 94 168 42 262 136
Sore
15.00 - 16.00 0 0 41 41 730 70 771 111
16.00 - 17.00 0 0 49 49 969 67 1,018 116
TOTAL 2JAM 0 0 90 90 1699 137 1,789 227
Sumber : Survey Lalu Lintas, Januari 2019
Keterangan :
 Kendaraan Ringan (LV): Mobil Penumpang, Oplet, Mikrobis, Pick up, sedan dan
kendaraan bermotor ber as 2 dengan jarak antar as 2-3m
 Kendaraan Berat (HV) : Bis, Truk 2 As, Truk 3 As, dan kendaraan bermotor lebih dari 4
roda
 Sepeda Motor (MC) : kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda.

Dari hasil analisis kondisi eksisting derajat kejenuhan atau Degree of Saturation
(DS) pada ruas Jl. Krueng Mane-Sawang volume lalu lintas rendah pada semua
waktu.

Tabel 2.70. Kinerja Eksisting Ruas Jl. Lintas Krueng Mane-Sawang, Pergerakan
Kr Mane-Sawang
Waktu Kapasitas Volume (SMP) VCR LDS
Pagi
07.00 - 08.00 76 0.04 A
08.00 - 09.00 68 0.03 A
Siang
11.00 - 12.00 25 0.01 A
2151.61
12.00 - 13.00 88 0.04 A
Sore
15.00 - 16.00 59 0.03 A
16.00 - 17.00 66 0.03 A
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2019

Dari Tabel di atas tingkat pelayanan jalan arah Kr Mane-Sawang termasuk katagori
A, dengan kondisi:
 Arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi;

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 79


 Kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat
dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan
maksimum/minimum dan kondisi fisik jalan;
 Pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya tanpa atau
dengan sedikit tundaan.

Tabel 2.71. Kinerja Eksisting Ruas Jl. Lintas Krueng Mane-Sawang, Pergerakan
Sawang-Kr Mane
Waktu Kapasitas Volume (SMP) VCR LDS
Pagi
07.00 - 08.00 40 0.02 A
08.00 - 09.00 35 0.02 A
Siang
11.00 - 12.00 55 0.03 A
2151.61
12.00 - 13.00 82 0.04 A
Sore
15.00 - 16.00 111 0.05 A
16.00 - 17.00 116 0.05 A
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2019

Dari Tabel di atas tingkat pelayanan jalan arah Kr Mane-Sawang termasuk katagori
A, dengan kondisi:
 Arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi;
 Kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat
dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan
maksimum/minimum dan kondisi fisik jalan;
 Pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya tanpa atau
dengan sedikit tundaan

Tingkat kecelakaan lalu lintas


Tingkat kecelakaan lalu lintas di Aceh Utara selama 2017, pada Jalan Medan-
Banda Aceh sebanyak 98 kecelakaan, pada Jalan KKA sebanyak 9 kejadian
kecelakaan dan pada Jalan Lintas Krueng Mane-Sawang sebanyak 3 kejadian
kecelakaan.
.
2.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat

Dalam pembangunan di segala bidang hendaknya secara umum bertujuan untuk


meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 80


mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya begitu juga halnya
dengan pembangunan SPAM di Aceh Utara ini, Pembangunan bidang kesehatan meliputi
seluruh siklus atau tahapan kehidupan manusia. Bila Pembangunan kehidupan berjalan
baik, maka secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Mempertimbangkan bahwa pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian
yang sangat penting dari ajang peningkatan SDM penduduk Indonesia, maka program-
program kesehatan telah dimulai atau bahkan lebih diprioritaskan pada generasi penerus,
khusus calon bayi dan anak dibawah lima tahun (balita). Kesehatan adalah salah satu
kebutuhan mendasar manusia, oleh karena itu ketersediaan sarana dan prasarana
penunjang kesehatan sangatlah penting. Ketika pembangunan kesehatan berhasil dengan
baik, maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung. Selain itu,
peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga memuat mutu dan upaya kesehatan yang
sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan serta
pola kebiasaan hidup turut menunjang meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
khususnya masyarakat di wilayah studi Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM).
Dalam setiap pelaksanaan pembangunan hendaknya faktor status kesehatan harus
menjadi faktor prioritas yang harus diperhatikan dan didukung oleh berbagai pihak terkait,
dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara akan lebih mendapat prioritas antara lain
Program perbaikan gizi, Kesehatan Ibu dan anak, pemberantasan penyakit menular dan
penyakit tidak menular, Revitalisasi Posyandu, distribusi tenaga kesehatan, Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat dan peningkatan fasilitas sarana dan prasarana kesehatan,
pengamatan epidemiologi penyakit serta pembentukan Desa Siaga serta mengawal
langsung terhadap setiap pembangunan yang berdampakak langsung terhadap
kesehatan masyarakat.
secara umum upaya kesehatan terdiri dari dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah
setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat serta swasta, untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya
promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular,
pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi
dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, pengamanan penggunaan zat adiktif dalam makanan dan minuman,
pengamanan narkoba, psikotropika, serta penanggulangan bencana dan bantuan
kemanusiaan. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 81


pemerintah dan masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan
kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Keberhasilan upaya kesehatan baik
preventif maupun kuratif yang telah menjangkau sebagian masyarakat, sangat
berpengaruh terhadap penurunan tingkat kesakitan dan kematian. Pencapaian cakupan
upaya kesehatan yang semakin menggembirakan seperti program imunisasi, gizi,
pelayanan kesehatan ibu dan anak, sehingga diharapkan angka pencapaian cakupan
semakin baik. Kajian aspek kesehatan masyarakat dilakukan dengan menggunakan data
skunder yang berasal dari Dinas Kesehatan, dan profil kesehatan 4 kecamatan di
Kabupaten Aceh Utara serta data primer yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Adapun parameter kesehatan masyarakat yang akan diteliti meliputi:
(1) sanitasi masyarakat, dalam hal ini meliputi sumber air bersih, jamban, tempat
pembuangan sampah, dan
(2) kesehatan masyarakat seperti pola penyakit, Ketersediaan Fasilitas Kesehatan,
Ketersediaan Tenaga Kesehatan dan lain-lain.
Dalam hal kesehatan masyarakat, yang sangat penting adalah meningkatkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan peran aktif masyarakat dalam
memelihara dan melindungi kesehatan diri dan lingkungan, dari pengamatan awal
maka perkembangan pola peyakit yang mungkin terjadi di wilayah tersebut sangat
erat hubungannya dengan faktor prilaku hidup sehari-hari, sistem sanitasi dan
jumlah fasilitas kesehatan, jumlah tenaga kesehatan yang akan memberi
pelayanan kesehatan serta jumlah masyarakat yang ada di wilayah rencana
Pembangunan Jalur SPAM tersebut.
Berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ditingkat
bawah sudah banyak dilakukan pemerintah, baik berupa peningkatan fasilitas
kesehatan seperti puskesmas maupun penyediaan fasilitas air bersih & MCK
(mandi, cuci dan kakus).

a. Karakteristik Demografi Penduduk


Kabupaten Aceh Utara merupakan dataran rendah dengan ketinggian ratarata +
125 meter diatas permukaan laut, terletak pada posisi 04.46.00 0 Lintang Utara dan
05.00.400 Lintang Utara, serta 96.52.000 dan 97.31.000 bujur Timur. Luas wilayah
Aceh Utara, adalah berupa daratan seluas 3.296,86 km2 . Akhir tahun 2017,
wilayah administrasi Kabupaten Aceh Utara terdiri dari 27 wilayah Kecamatan,

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 82


berdasarkan Peraturan Daerah no. 2 tahun 2008 luas daratan masing-masing
kabupaten/kota, yaitu: Sawang (384,65 Km2), Nisam (114,74 Km2), Nisam Antara
(84,38 Km2), Banda Baro (42,35 Km2), Kuta Makmur (151,32 Km2), Simpang
Keuramat (79,78 Km2), Syamtalira Bayu (77,53 Km2), Geureudong Pase (269,28
Km2), Meurah Mulia (202,57 Km2), Matangkuli (56,94 Km2), Paya Bakong (418,32
Km2), Pirak Timu (67,70 Km2), Cot Girek (189,00 Km2), Tanah Jambo Aye
(162,98 Km2), Langkahan (150,52 Km2), Seunuddon (100,63 Km2), Baktiya
(158,67 Km2), Baktiya Barat (83,08 Km2),Lhoksukon (243,00 Km2), Tanah Luas
(30,64 Km2), Nibong (44,91 Km2), Samudera (43,28 Km2) Syamtalira Aron, (28,13
Km2), Tanah Pasir (20,38 Km2), Lapang (19,27 Km2), Muara Batu (33,34 Km2),
dan Dewantara (39,47 Km2). dalam kajian ini Kabupaten Aceh Utara terdapat 4
Kecamatan dan 23 Gampong yang menjadi fokus dalam studi.
Penduduk Kabupaten Aceh Utara berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2016
sebanyak 593.492 jiwa yang terdiri atas 293.231 jiwa penduduk laki-laki dan
300.261 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah
penduduk tahun 2016, penduduk Kabupaten Aceh Utara mengalami pertumbuhan
sebesar 2.01 persen dengan masing-masing persentase pertumbuhan penduduk
laki-laki sebesar 1,70 persen dan penduduk perempuan sebesar 2,11 persen.
Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk laki-laki
terhadap penduduk perempuan sebesar 97,66. Kepadatan penduduk di Kabupaten
Aceh Utara tahun 2016 mencapai 180 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk
per rumah tangga 4 orang. Kepadatan Penduduk di 27 kecamatan cukup beragam
dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di kecamatan Dewantara dengan
kepadatan sebesar 1.245 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Geuredong Pase
sebesar 18 jiwa/Km2. Sementara itu jumlah rumah tangga mengalami
pertumbuhan sebesar 1,64 persen dari tahun 2015. Keberadaan penduduk di
dalam suatu wilayah sangat penting karena penduduk merupakan subjek dan
objek yang akan merasakan dampak dari suatu pembangunan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kebutuhan masyarakat akan sumber air bersih
menjadi latar belakang pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
Perubahan-perubahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh kegiatan
pembangunan dapat diperkirakan sebelum pelaksanaan kegiatan, sehingga dapat
diduga atau diperkirakan akibat-akibat atau dampak-dampak yang akan terjadi.
Dengan demikian dapat dicarikan teknik penyelesaian dalam mengantisipasi
dampak yang timbul dan meminimasi dampak. Apabila dampak yang akan timbul
diperkirakan akan merusak lingkungan hidup dan masyarakat luas dan

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 83


pengantisipasian dampaknya memakan waktu yang sangat lama dan sulit dalam
pembiayaannya, maka rencana kegiatan tersebut dapat dianggap tidak layak untuk
dilakukan. Oleh karena itu keberadaan suatu kelompok masyarakat atau penduduk
pada umumnya akan dapat menjadi kontrol dan pengawasan terhadap suatu
kegiatan terutama dalam hal kesehatan masyarakat.

b. Karakteristik Epidemiologi Penduduk


Epidemiologi ialah ilmu yang berfokus pada studi pola kesehatan dan penyakit
serta faktor yang berkaitan pada tingkat populasi. Epidemiologi juga didefinisikan
dengan model cornerstone penelitian kesehatan masyarakat dan juga membantu
menyebarkan dan memberikan informasi kedokteran dengan basis eveidence
based medicine sebagai langkah identifikasi faktor risiko penyakit dan menentukan
pendekatan penanganan khusus yang optimal.
Adapun pengertian epidemiologi menurut para ahli yang diantaranya yaitu:
 Menurut Judith S. Mausner, Anita K. Bahn Epidemiologi menurut Judith S.
Mausner, Anita K. Bahn ialah concernet with the extend and types of illness
and injuries in groups of people and with the factors which influence their
distribution.
 Menurut Hirsch “1883” Epidemiologi menurut Hirsch ialah suatu gambaran
kejadian penyebaran dari jenis-jenis penyakit pada manusia pada saat tertentu
di berbagai tempat di bumi dan mengaitkan dengan kondisi eksternal.
 Menurut Lilienfeld “1977” Epidemiologi menurut Liliendfeld ialah metode
pemikiran tentang penyakit yang berkaitan dengan penilaian biologis dan
berasal dari pengamatan suatu tingkat kesehatan populasi.
 Menurut Robert H. Fletcher “1991” Epidemiologi menurut Robert H. Fletcher
ialah disiplin riset yang membahas tentang distribusi dan determinan penyakit
dalam populasi.
 Menurut Moris “1964” Epidemiologi menurut Moris ialah suatu pengetahuan
tentang sehat dan sakit dari suatu penduduk.
 Menurut Elizabeth Barrett Epidemiologi menurut Elizabeth Barrett is study of
the distribution and causes of diseases.
 Menurut Last “1988” Epidemiologi menurut Last is study of the distribution and
determinants of health-related states or events in specifed population and the
application of this study to control of problems.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 84


Sistem pendekatan epidemiologi kependudukan tidak hanya memberikan analisis
tentang sifat karakteristik penduduk secara demografis dalam hubungannya
dengan masalah kesehatan dan penyakit dalam masyarakat, tetapi juga sangat
berperan dalam berbagai aspek kependudukan serta keluarga berencana.
Imunisasi merupakan prosedur pencegahan penyakit menular yang diberikan
kepada anak sejak masih bayi. Dengan imunisasi, sisyem kekebalan tubuh anak
akan siap untuk menghadapi penyakit menular tertentu di masa depan, sesuai
dengan jenis vaksin yang diberikan. Pada tahun 2016 tercatat 65,57 % balita
mendapat imunisasi BCG, sebesar 64,60 % mendapat imunisasi Campak, sebesar
65,1 % mendapatkan imunisasi DPT, sebesar 67,89 % mendapatkan imunisasi
Polio, dan sebesar 58,57 % mendapatkan imunisasi Hepatitis B.

c. Status kesehatan penduduk


Banyak faktor yang mempengaruhi penyebaran pola penyakit dalam suatu wilayah,
diantaranya adalah pola hidup seseorang dalam menyikapi terhadap masalah
kesehatan dan juga adanya sumber penyebab dari luar yang menyebabkan
munculnya berbagai jenis penyakit. Berdasarkan banyaknya penderita rawat jalan
yang mengunjungi puskesmas di wilayah studi, dapat dilihat pola besar penyakit
terbanyak yang diderita oleh penduduk di wilayah sekitar lokasi studi. Berdasarkan
data dari profil kesehatan 4 kecamatan di Kabupaten Aceh Utara tahun 2018,
adalah sebagai berikut :
1) Kecamatan Sawang
Gambaran tentang derajat kesehatan meliputi indikator Mortalitas, Morbiditas
dan status gizi. Mortalitas dilihat dari Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000
kelahiran hidup, Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup. Morbiditas
dilihat dari indikator angka kesakitan Malaria per 1000 penduduk, angka
kesembuhan TB Paru dan Kusta per 1000 penduduk, Angka Akut Flacid
Paralysis (AFP) dan angka kesakitan malaria per 100000 penduduk.
Sedangkan status Gizi dilihat dari indikator Persentase Balita dengan Status
Gizi di bawah Garis Merah pada KMS, Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
 Angka Kematian (Mortalitas)
Angka kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat memberi
gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat atau dapat
digunakan sebagai indikator penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan
dan program pembangunan kesehatan lainnya. Dalam wilayah kerja

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 85


Puskesmas Sawang pada tahun 2018 terdapat 2 (dua) kasus kematian
bayi dari 426 kelahiran. sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB)
sebesar 5 per 1.000 KH atau Angka kematian bayi pada tahun 2018 dalam
1000 kelahiran hidup adalah 5 orang. Penyebab kematian 2 bayi yaitu, bayi
dari desa lancok disebabkan oleh deman dan kelainan kongenital dan satu
lainnya dari desa Krueng Baro disebabkan oleh Epilepsi.

 Angka Kematian Balita


Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak umur < 5 tahun per
1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita menggambarkan tingkat
permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh
terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan
kecelakaan. Pada tahun 2018 terdapat 3 kasus kematian Balita dari 426
kelahiran di wilayah Puskesmas Sawang, sehingga didapatkan Angka
Kematian Bayi (AKABA) sebesar 7 per 1.000 KH atau Angka kematian
Balita pada tahun 2018 dalam 1000 kelahiran hidup adalah 7 orang.

 Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka Kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu pada masa kehamilan,
melahirkan dan nifas. Untuk Wilayah Puskesmas Sawang pada tahun 2018
terdapat 1 (satu) kasus (221 Per 100.000 KH). Yang disebabkan oleh
kelainan sistem peredaran darah.

 Angka Kesakitan (Morbiditas)


Angka Kesakitan penduduk di dapat dari data SP2TP (Sistem Pencatatan
dan Pelaporan Puskesmas). Indikator yang digunakan adalah Incidence
Rate (IR) dan Prevalence Rate (PR)

Gambaran Pola penyakit terbesar di Wilayah Puskesmas Sawang tahun 2018


menunjukkan bahwa Penyakit Ispa dan Dyspepsia masih mendominasi 10
Penyakit terbesar di Puskesmas Sawang. Kecamatan Sawang merupakan
salah satu daerah endemis malaria, namun dari tahun 2015 sampai tahun 2018
di wilayah kerja Puskesmas Sawang tidak ditemukan kasus malaria klinis
maupun malaria positif

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 86


141 104
193

261 ISPA
266 1611 RA
Commound Coul
359 Dispepsia
Hypertensi
Gastritis
633 Diare
Caries
Gastritis Akut
868
Demam
803

Sumber : Profil Puskesmas Sawang, 2018


Gambar 2.29. 10 Penyakit terbanyak di Puskesmas Sawang Tahun 2018

 Status Gizi
Berbagai usaha dalam mengatasi masalah gizi telah dilakukan melalui
program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), Pemberian Makanan
Tambahan (PMT), Pemberian Kapsul vit. A, Pemberian tablet Fe, Sebagai
Indikator terhadap status gizi bayi dan Balita gizi buruk serta Balita di Bawah
Garis Merah (BGM), Balita gizi buruk, Pada tahun 2018 diwilayah kerja
Puskesmas Sawang tidak terdapat kasus gizi buruk.

2) Kecamatan Dewantara
 Angka Kematian (Mortalitas)
Angka kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat memberi
gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat atau dapat digunakan
sebagai indikator penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program
pembangunan kesehatan lainnya. Dalam wilayah kerja Puskesmas Dewantara
pada tahun 2017 terdapat 4 (empat) kasus kematian bayi dari 941 kelahiran.

 Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka Kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu pada masa kehamilan,
melahirkan dan nifas. Untuk Wilayah Puskesmas Dewantara pada tahun 2017
terdapat 4 (empat) kasus dari 945 persalinan.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 87


 Angka Kesakitan (Morbiditas)
Angka Kesakitan penduduk di dapat dari data SP2TP (Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Puskesmas). Indikator yang digunakan adalah Incidence Rate (IR)
dan Prevalence Rate (PR), Pola penyakit terbesar di Wilayah Puskesmas
Dewantara tahun 2017 menunjukkan bahwa Penyakit Ispa dan Comon Cold
masih mendominasi 10 Penyakit terbesar di Puskesmas Dewantara. Data
lengkap pada Gambar berikut

Sumber : Profil Puskesmas Dewantara, 2018


Gambar 2.30. 10 Penyakit terbanyak di Puskesmas Dewantara Tahun 2017

 Status Gizi
Berbagai usaha dalam mengatasi masalah gizi telah dilakukan melalui program
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), Pemberian Makanan Tambahan
(PMT), Pemberian Kapsul vit. A, Pemberian tablet Fe, Sebagai Indikator
terhadap status gizi bayi dan Balita gizi buruk serta Balita di Bawah Garis
Merah (BGM), Balita gizi buruk, Pada tahun 2017 diwilayah kerja Puskesmas
Dewantara tidak terdapat kasus gizi buruk.

3) Kecamatan Nisam
 Angka Kesakitan (Morbiditas)
Angka Kesakitan penduduk di dapat dari data SP2TP (Sistem Pencatatan
dan Pelaporan Puskesmas). Indikator yang digunakan adalah Incidence
Rate (IR) dan Prevalence Rate (PR), Penyakit terbesar di Wilayah
Puskesmas Nisam tahun 2018 menunjukkan bahwa Penyakit Ispa dan

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 88


Comon Cold masih mendominasi 10 Penyakit terbesar di Puskesmas
Nisam. Data lengkap pada Gambar berikut

Sumber : Profil Puskesmas Nisam, 2018


Gambar 2.31. 10 Penyakit terbanyak di Puskesmas Nisam Tahun 2018

4) Kecamatan Banda baro


 Angka Kematian (Mortalitas)
Angka kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat memberi
gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat atau dapat
digunakan sebagai indikator penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan
dan program pembangunan kesehatan lainnya. Dalam wilayah kerja
Puskesmas Banda Baro pada tahun 2018 terdapat 4 (empat) kasus
kematian bayi.

 Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka Kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu pada masa kehamilan,
melahirkan dan nifas. Untuk Wilayah Puskesmas Banda Baro pada tahun
2018 terdapat 2 (dua) kasus .

 Angka Kesakitan (Morbiditas)


Angka Kesakitan penduduk di dapat dari data SP2TP (Sistem Pencatatan
dan Pelaporan Puskesmas). Indikator yang digunakan adalah Incidence
Rate (IR) dan Prevalence Rate (PR), Penyakit ISPA, penyakit kulit
merupakan 10 penyakit terbesar di Puskesmas Kec. Banda Baro. Data
lengkap pada Gambar berikut

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 89


Sumber : Profil Puskesmas Banda Baro, 2018
Gambar 2.32. 10 Penyakit terbanyak di Puskesmas Banda Baro Desember
2018

Adapun Penyakit yang sering dialami responden adalah sebagai berikut :


1. ISPA (7%),
2. ISPB (3%),
3. Muntaber (1%),
4. Penyakit kulit (23%),
5. Batuk (17%),
6. Asma (4%)
7. dan Demam berdarah (1%).

Gambar 2.33. Penyakit yang diderita Responden

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 90


Melihat pola penyakit seperti di atas, maka dapat diintepretasikan bahwa
sebagian besar penyakit yang diderita oleh masyarakat Kabupaten Aceh Utara
adalah karena gaya hidup dan pola makan yang salah serta kualitas
lingkungan yang kurang baik. Oleh karena itu dapat dilakukan penilaian bahwa
sanitasi lingkungan diwilayah studi masih kurang dan perlu ditingkatkan,
terutama di dalam penyediaan air bersih dan kebiasaaan membuang sampah
serta gaya hidup yang sehat.

d. Kondisi kehidupan penduduk terutama yang berkaitan dengan faktor


faktor seperti akses kepada penyediaan air minum, sarana kesehatan dan
Tenaga Kesehatan
Kondisi Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat
perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.3 tahun 2014 . Bersama dengan faktor
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik lingkungan menentukan baik
buruknya status derajat kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan
keadaan lingkungan, akan disajikan indikator - indikator seperti; akses terhadap
air bersih dan air minum yang aman, akses terhadap sanitasi dasar, serta
kebiasaan masyarakat.

1) Sumber Air Bersih


Selain bangunan rumah yang harus memenuhi syarat, perumahan yang layak
huni juga dikaitkan dengan fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh orang yang
tinggal di dalamnya. Indikator fasilitas perumahan meliputi penggunaan sumber
air minum, Sumber air bersih, listrik, tempat pembuangan air besar. Indikator-
indikator tersebut disamping sebagai salah satu indikator tingkat sosial
ekonomi, juga berkaitan erat dengan masalah kesehatan lingkungan. Sumber
Air Bersih sangat penting bagi kehidupan seluruh mahluk hidup, berbagai
sumber air bersih dapat diperoleh. Unsur utama yang tidak dapat dipisahkan
dalam kehehidupan manusia adalah air, Oleh karena itu air bersih harus selalu
tersedia dalam jumlah yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan (syarat
fisik, kimiawi, dan bakteriologi).
Pada tahun 2016 PDAM Tirta Mon Pase sudah memiliki pelanggan sebanyak
18.325 pelangan yang tersiri dari sosial 423 pelangan, rumah tangga 16.063
pelangan, industri 1.649 pelangan dan khusus 2 pelanggan dari pelanggan
tersebut PDAM Tirta Mon Pase juga sudah mendistribusikan air sebanyak

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 91


3.797.298 m3 dengan jumlah biaya sebesar Rp 18.837.667.331,- (Aceh Utara
dalam Angka tahun 2018), namun demikian masih banyak masyarakat yang
ada di kabupaten Aceh Utara yang belum mendapat akses air bersih dan
hingga saat ini pihak PDAM Tirta Mon Pase terus berupaya meningkatkan
pelayanan dengan menambah jaringan perpipaan dan kuantitas serta kualitas
air yang di hasilkan untuk seluruh masyarakat di Kabupaten Aceh Utara.

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa sumber air bersih untuk


memasak (minum) adalah sebagai berikut :
1. sumur bor 44 %,
2. sumur gali sebanyak 36%,
3. penjual air sebanyak 11%,
4. pam/ledeng sebanyak 6%,
5. Hidran umum sebanyak 1%,
6. mata air terlindungi sebanyak 2%.

Gambar 2.34. Sumber Air Bersih untuk Memasak

Adapun sumber air bersih untuk mandi dan cuci adalah sebagai berikut :
1. sumur bor 49 %,
2. sumur gali sebanyak 43%,
3. pam/ledeng sebanyak 3%,
4. Hidran umum sebanyak 2%,
5. mata air terlindungi sebanyak 3%.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 92


Gambar 2.35. Sumber Air Bersih untuk Mandi dan Cuci

2) Sarana Buang Air Besar


65% responden telah menggunakan jamban keluarga/wc dengan septik tank
untuk sarana buang air besar, jamban/wc tanpa septik tank tetapi ke
empang/sungai sebanyak 6%, WC umum sebanyak 8%,
Empang/kolam/tambak sebanyak 1% dan di kebun sebanyak 1%.

Gambar 2.36. Sarana Buang Air Besar

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 93


3) Sarana Air Limbah
Air limbah domestic disalurkan ke saluran air (got-selokan) oleh 45%
responden, di salurkan ke pekarangan sebanyak 16%, disalurkan ke sungai
sebanyak 10% dan disalurkan ke penampungan sebanyak 10%.

Gambar 2.37. Sarana Air Limbah

4) Sarana Persampahan
Sebanyak 45% responden menyatakan membuat lubang sampah
dipekarangan untuk menampung sampah, berupa tong/bak sampah sebanyak
29% dan kantong plastic sebanyak 5%.

Gambar 2.38. Jenis Penampungan sampah

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 94


Adapun cara pembuangan sampahnya dilakukan dengan dikumpulkan dan
dibuang ke TPA sebanyak 18%, sebagai penimbunan tanah sebanyak 5%,
dibakar sebanyak 58% dan dibuang ke sungai sebanyak 1%.

Gambar 2.39. Cara Pembuangan Sampah

5) Fasilitas Kesehatan
Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat perlu
didukung oleh adanya sarana kesehatan yang memadai dan memiliki kualitas
pelayanan yang baik. Keberhasilan peningkatan mutu pelayanan dan
penanggulangan kesehatan baik mutu maupun jangkauan dapat diwujudkan
dengan melakukan intervensi terhadap program yang mempunyai daya ungkit
yang tinggi terhadap pokok masalah kesehatan yang spesifik khususnya
kelompok rentan yaitu bayi, balita, ibu hamil dan menyusui.
Keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan,
pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan
keperawatan untuk kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan
kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat
dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi
pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas
dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri
apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.
Pembangunan bidang kesehatan antara lain bertujuan agar semua lapisan
masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 95


merata. Jumlah fasilitas kesehatan di masing-masing kecamatan yang dilalui
jalur pembangunan penyediaan air minum (SPAM) Aceh Utara cukup
memadai. Banyaknya posyandu masing-masing desa/gampong diatur sesuai
dengan kebutuhan yang didasarkan pada kondisi wilayah.
Keberadaan sarana kesehatan dalam taraf sederhana seperti Posyandu,
Polindes, dan Puskesmas Pembantu telah menjangkau hingga tingkat
desa/gampong. Jumlah sarana dan fasilitas kesehatan yang ada di wilayah
studi dapat dilihat pada tabel 2.72 dan tabel 2.73 berikut :

Tabel 2.72. Sarana dan Fasilitas Kesehatan Di Wilayah Studi Tahun 2017
Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Fasilitas Kesehatan
Sawang Banda Baro Dewantara Nisam
Rumah Sakit - - 1 1
Poliklinik / Balai - - 2 -
Pengobatan
Puskesmas 2 1 1 1
Puskesmas Pembantu 5 1 3 3
Praktek Dokter 2 - 11 4
Praktek Bidan 11 4 22 11
Posyandu 54 12 27 18
Poskesdes & 9 6 13 13
Polindes
Apotik - - 2 -
Toko Obat 7 3 9 -
Sumber : Kecamatan Sawang, Kecamatan Bandar Baro, Kecamatan Dewantara,
Kecamatan Nisam, Dalam Angka tahun 2017

Menurut responden, apabila mereka sakit 63% menyatakan pergi ke Puskesmas,


ke dokter praktek sebanyak 29%, balai pengobatan 5% dan menggunakan obat
ringan beli di warung sebanyak 3%.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 96


Gambar 2.40. Sarana Berobat responden

Dari data diatas maka jumlah sarana pelayanan kesehatan yang tersedia saat ini
relatif baik, dan jarak yang hurus di tempuh untuk mencapai tempat pelayanan
kesehatan tersebut juga relatif dekat. Sedangkan untuk Desa Siaga, merupakan
desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta
kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan secara
mandiri. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah
memiliki minimal sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).

6) Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam peningkatan pelayanan
kesehatan di Kabupaten Aceh Utara , kuantitas dan kualitas menjadi faktor utama
yang harus terus mendapatkan perhatian oleh pemerintah daerah dan pusat,
peningkatan kualitas masih di perlukan disebabkan sebahagian tenaga yang
bekerja di unit-unit pelayanan dasar dan rujukan masih dalam status pegawai
honorer, bila peningkatan kuantitas dan kualitas dapat di jalankan secara merata
terhadap tenaga kesehatan maka peningkatan pelayanan kesehatan dapat
tercapai sepenuhnya.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 97


Tabel 2.73. Tenaga Kesehatan Menurut Fungsi dan Jenisnya di Wilayah Studi
Tahun 2017
Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Tenaga Kesehatan
Sawang Banda Baro Dewantara Nisam
Dokter Umum 2 2 5 4
Dokter Gigi - 1 1 1
Perawat/Mantri 45 8 24 36
Kesehatan
Bidan 35 29 51 26
Asisten Apoteker - - 1 -
Tenaga Medis - 2 15 -
Sumber : Kecamatan Sawang, Kecamatan Bandar Baro, Kecamatan Dewantara,
Kecamatan Nisam, Dalam Angka tahun 2017

7) Akses dan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada


Selain jumlah sarana pelayanan kesehatan yang tersedia saat ini relatif baik, dan
jarak yang hurus di tempuh untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan tersebut
juga relatif dekat, namun demikian kondisi transportasi umum yang minim serta
tekhnologi yang tersedia di tempat pelayanan kesehatan masih sangat rendah dan
terbatas, yang menyebabkan masyarakat enggan untuk berobat di tempat
pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu selain adanya fasilitas kesehatan perlu di
dukung juga oleh fasilitas pendukung lainnya seperti alat transportasi dan tehnologi
medis yang relatif baik. untuk jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Aceh Utara
sudah cukup memadai, Keberadaan sarana kesehatan dalam taraf sederhana
seperti Puskesmas, Pustu, Praktek Dokter, Praktek Bidan, Posyandu, Polindes,
telah menjangkau hingga tingkat desa/gampong.

2.2. USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG ADA DISEKITAR LOKASI


RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Kegiatan di sekitar lokasi pembangunan SPAM Aceh Utara yang dominan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan diantaranya adalah

2.2.1. Galian C

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 98


Aktivitas galian C di Sungai Krueng Sawang masih berlanjut sampai sekarang. Dampak
dari kegiatan galian C adalah terjadi abrasi dan air sungai menjadi keruh1.

Gambar 2.41. Kegiatan Galian C di Sungai Krueng Sawang

Banyak terdapat titik lokasi yang terjadi abrasi seperti di gampong sawang, Gunci dan
Riseh Baroh. Masalah lain akibat Galian C yaitu tempat galian yang dilakukan dengan alat
berat tidak ditimbun seperti semula, sehingga meninggalkan lubang-lubang di badan
sungai yang sangat berbahaya bagi masyarakat yang kehidupannya bergantung langsung
dengan sungai.
Dengan adanya kegiatan pengambilan air di Sungai Krueng Sawang oleh SPAM Aceh
Utara akan mengakibatkan debit air berkurang sehingga penambang galian C akan lebih
mudah menambang bebabtuan dan pasir di pinggir Sungai Krueng Sawang.

2.2.2. Sawah

Luas daerah sawah di lokasi studi adalah sebagai berikut :


 Kecamatan Sawang seluas 3.449 Ha atau 8,96% dari luas kecamatan sawang
dengan produktivitas 36.168 ton.
 Kecamatan Nisam seluas 1.968 Ha atau 17,15% dari luas kecamatan Nisam
dengan produktivitas 16.457 ton.
 Kecamatan Banda Baro seluas 1.093 Ha atau 25,81% dari luas kecamatan Banda
Baro dengan produktivitas 5.324 ton.
 Kecamatan Dewantara seluas 781 Ha atau 19,79% dari luas kecamatan Dewantara
dengan produktivitas 3.927 ton.

1
https://acehsatu.com/aktivitas-galian-c-di-krueng-sawang-terus-berlanjut/

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 99


Kegiatan persawahan yang menggunakan pestisida akan mempengaruhi kualitas air
sungai terutama pada área saluran pembuangan dari sistema Irigasi.
Adapun kegiatan pengambilan air di Sungai akan mempengaruhi debit sungai sehingga
mengganggu waterbalance.

2.2.3. Kebun

Terdapat berbagai jenis tanaman yang diusahakan oleh perkebunan rakyat, baik tanaman
perkebunan berumur pendek seperti nilam maupun perkebunan berumur panjang seperti
karet, kelapa, kopi, lada, kakao dan lainnya. Hanya saja yang cukup menonjol adalah
kelapa dan pinang, sementara kelapa sawit diusahakan oleh perkebunan besar.

Luas perkebunan di lokasi studi adalah sebagai berikut :


 Kecamatan Sawang seluas 30 Ha atau 0,08% dari luas kecamatan sawang.
 Kecamatan Nisam seluas 10.804 Ha atau 94.16% dari luas kecamatan Nisam.
 Kecamatan Banda Baro seluas 2.805 Ha atau 66,23% dari luas kecamatan Banda
Baro.
 Kecamatan Dewantara seluas 2.530 Ha atau 64,09% dari luas kecamatan
Dewantara.

Penggunaan pupuk pestisida pada área perkebunan akan berdampak pada kualitas air,
dimana sisa pupuk dan pestisida yang ada pada tanah akan terbawa oleh air hujan ke
badan air (sungai) dan ini akan mempengaruhi air baku untuk SPAM.
Adapun lokasi IPA dan Reservoir verada di área perkebunan dan hal ini akan mengurangi
luas área perkebunan dan produktivitas perkebunan tersebut.

2.2.4. Permukiman penduduk

Di lokasi studi juga terdapat permukiman penduduk yang akan menghasilkan limbah pasat
domestik (sampah), apabila sampah masih dibuang ke sungai, maka akan mempengaruhi
kualitas air sungai yang juga akan mempengaruhi kualitas produksi air SPAM Aceh Utara.
Adapun kegiatan Pembangunan SPAM Aceh Utara akan memberikan dampak pada
penduduk diantaranya :
 Tahap konstruksi : Gangguan lalu lintas, gangguan aksesibilitas dan penurunan
kualitas udara dan peningkatan kebisingan serta penerimaan tenaga kerja.
 Tahap Operasi : Meningkatkan kesehatan masyarakat.

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 100


Ringkasan kegiatan disekitar lokasi pembangunan SPAM Aceh Utara ditampilkan pada
tabel 2.74.
Tabel 2.74. Kegiatan di Sekitar Lokasi Pembangunan SPAM Aceh Utara
No Lokasi Kegiatan Lain Dampak yang Ditimbulkan
1. Permukiman  Aktivitas permukiman  Dari permukiman penduduk
penduduk penduduk menghasilkan limbah domestik,
menimbulkan pencemaran bau.
2. Persawahan dan  Aktivitas  Dari persawahan, kebun akan
Perkebunan pertanian/persawahan/kebu mengeluarkan limbah pestisida
Campuran dan n dan sisa pupuk.
Kebun Sawit
3 Galian C  pengambilaln pasir/ koral  Dari galian C akan
(galian c) yang ada di lokasi mengakibatkan kekeruhan pada
intake (Sungai Krueng sungai dan tingginya
Sawang) sedimentasi
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2018

BAB 2. Rona Lingkungan Hidup Awal 2 - 101

Anda mungkin juga menyukai