Anda di halaman 1dari 4

Nama : Mohammad Indra Mahendra

Alamat: Genteng Wetan, Genteng, Banyuwangi , Jawa Timur


Email : indraaae65@gmail.com

SEJARAH DESA GENTENG WETAN


Desa Genteng Wetan merupakan hasil pecahan yang berawal dari Kelurahan
Genteng yang terletak di Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Pulau Jawa,
Indonesia
Pada awal tahun 1900 terdapat sebuah wilayah strategis yang saling
berhubungan dengan beberapa daerah pusat lainnya. Wilayah tersebut tersambung
dengan Kecamatan Gambiran dari arah selatan, Kecamatan Rogojampi dari arah timur,
Kecamatan Kalibaru dari arah barat dan Kecamatan Temuguruh dari utara.
Seiring waktu berjalan wilayah ini semakin ramai disinggahi pendatang mulai
dari para pedagang, petani, buruh dan lain-lain. Beberapa fasilitas umum mulai
dibangun seperti pasar rakyat, jalan raya, stasiun pengisian bahan bakar, terminal,
stasiun kereta, pelayanan kesehatan dan Masjid besar. Fasilitas umum yang memadai
dan pembangunan yang terus meningkat wilayah tersebut semakin berkembang dari
segi ekonomi, segi transportasi, segi keagamaan dan segi kesehatan membuat wilayah
ini semakin menarik perhatian pendatang dan maju.
Setelah wilayah ini mulai banyak penduduk, para tokoh masyarakat sekitar
tahun 1920 memiliki inisiatif untuk melakukan mendeklarasikan wilayah tersebut. Para
tokoh masyarakat tersebut melakukan diskusi terhadap para tokoh agama karena pada
saat itu beberapa pesantren telah didirikan karena mayoritas penduduk beragama islam.
Tidak lupa juga meminta restu dan doa dari tokoh agama agar dimudahkan dalam
mengurus hal ini.

Nama Kelurahan Genteng


Penduduk wilayah tersebut juga mendukung adanya gerakan tersebut. Setelah
mendapat restu, doa dan dukungan dari beberapa tokoh penting dan masyarakat wilayah
tersebut berdiri menjadi kelurahan dengan nama “Genteng".
Nama yang cukup unik karena genteng merupakan salah satu komponen penting dalam
bangunan yang memiliki fungsi untuk menutupi atap. Nama ini diambil oleh tokoh
penting masyarakat karena di daerah tersebut itu terdapat kawasan elite karena memiliki
bangunan baru dengan menggunakan “genteng" yang merupakan komponen mewah
pada waktu itu. Setelah nama didapatkan timbul permasalahan baru yaitu siapakah yang
akan memimpin kelurahan tersebut. Cucu dari tokoh penting saat itu, Mudhor Atim
menjelaskan bahwa warga melakukan musyawarah mufakat dalam memilih pemegang
kekuasaan Kelurahan Genteng. Pada waktu itu cukup sulit untuk mencari siapa yang
layak memimpin kelurahan yang bersedia membimbing dan mengalami. Setelah cukup
lama bermusyawarah, hasilnya menunjukkan bahwa yang layak untuk memimpin
Kelurahan Genteng adalah H. Salman.
H. Salman merupakan orang yang memiliki jiwa pemimpin, tegas, dan cerdas
maka dari itu banyak masyarakat yang memilih beliau menjadi pemimpin Kelurahan
Genteng karena dianggap bisa memajukan dan mengayomi rakyat. Dengan hasil
musyawarah, para warga dan tokoh penting menjemput beliau. Pada waktu itu H.
Salman masih mengurusi ladangnya dan para tokoh memberitahukan bahwa beliau
diangkat menjadi Kepala Kelurahan Genteng. Para warga membawa paksa dan
mengarak beliau untuk berkeliling serambi mengucapkan rasa syukur karena beliau
telah bersedia menjadi pemimpin mereka. Setelah keliling, warga mengantarkan pulang
H. Salman kerumahnya.
Setelah pengangkatan sebagai kepala Kelurahan Genteng, H. Salman memiliki
tugas yaitu menjadikan Genteng diakui sebagai kelurahan secara resmi dan menjadi
wilayah yang bisa menjalankan tugasnya yaitu memimpin, mengayomi dan
mensejeterahkan rakyatnya. Setelah beberapa saat, Genteng diangkat sebagai kelurahan
di Kabupaten Banyuwangi. Awalnya kantor dari kelurahan tersebut berada dirumah H.
Salman hingga saat ini masih berdiri kokoh di belakang toko buku Al-Bayan di tepi
tugu Nol Kilometer Genteng. Rumah yang dijadikan kantor inilah yang menjadi bukti
sejarah tentang berdirinya Kelurahan Genteng.

Pemecahan Wilayah dan Tokoh Pejabat Daerah


Kelurahan Genteng pada tahun 1930 dipecah menjadi dua desa baru yaitu Desa
Genteng Kulon dan Desa Genteng Wetan dinaungi Kecamatan Genteng. Pada tahun
1930 hingga 2021 terdapat 10 para tokoh penting yang pernah menjabat sebagai kepala
desa di Desa Genteng Wetan diantaranya: H. Salman. (1930-1940), Ponggo Taruno.
(1941-1944), Mohammad Yasin. (1947-1949), Abdurrohim. (1949-1960), Mohammad
Hasyim. (1962-1982), Sadhi Sadiyanto. (1983-1993), Faiz Zubaidi, BA. (1993-1996),
Muhammad, SH. (2002-2012), Hasan, SH. (2012-2018)1983-Sukri. (2019). Data
sejarah pembangunan dan perkembangan yang begitu terbatas, RPJMDes membuat
naskah untuk pembatasan ruang lingkup di periode kedua kepemimpinan Kepala Desa
Muhammad, SH. Kewenangan dalam pengelolaan dana Desa sudah diberikan pada
masa tersebut untuk pembangunan melalui alokasi dana desa. Selain program alokasi
dana desa sebagai modal pembangunan, terdapat juga pembangunan sarana prasarana
dengan dukungan para dewan sebagai bentuk kampanye agar periode berikutnya bisa
mendapat pilihan terbanyak, pemerintahan wilayah provinsi juga memberikan program
pembangunan yang lain.
Pembangunan mulai sangat berkembang pesat khususnya di era kepemimpinan
Muhammad, SH, dari segi pelayanan umum, pelayanan kesehatan, infrastruktur dan
kesejahteraan. Hal ini tentu tidak lepas campur tangan pemerintah. Program
pembangunan jalan / paling, mushola, kantor desa, dan program ADD, APBD-Kab,
APBD-Prop, Swadaya Masyarakat. Pada masa inilah Genteng Wetan berada di pucuk
kesuksesan khususnya pembangunan. Setelah kurang lebih 10 tahun menjabat sebagai
Kepala Desa Genteng Wetan, Muhammad, SH mengakhiri jabatannya dan digantikan
dengan tokoh yang sudah terpilih lainnya.

Tanggal 22 Februari 2012 secara resmi sesuai hasil pemilihan terbanyak Hasan,
SH diangkat sebagai Kepala Desa Genteng Wetan yang ke 9. Tidak sedikit kebijakan
beliau yang menimbulkan dampak positif bagi Genteng Wetan seperti mengoptimalkan
potensi yang ada untuk memberi pelayanan yang lebih baik terhadap masyarakat,
menata lembaga desa dan membagi tugas lebih terstruktur. Dalam segi keuangan juga
dioptimalkan potensinya terutama dana dari daerah(kabupaten dan provinsi), keuangan
desa untuk berjalannya program pembangunan dengan memberi usulan terhadap
instansi terkait.
Dalam segi perekonomian sudah mengalami perkembangan yang sangat baik
karena para investor didorong untuk berinvestasi pada usaha perniagaan dan properti.
Beberapa perusahaan yang melakukan investasi karena dorongan Hasan, SH di Desa
Genteng Wetan adalah PT. Pertama Fajar, PT. Pusaka Lima Pilar, PT. Diraya dan lain-
lain. Hal ini memberi banyak keuntungan bagi pengusaha yang ingin lebih luas
memperkenalkan dan membesarkan usahanya. Hasil usaha yang dilakukan dua tokoh
berpengaruh yaitu Muhammad, SH dan Hasan, SH telah berhasil menjalankan tugas,
visi dan misi. Banyak usaha beliau hingga saat ini yang masih bisa dirasakan
masyarakat.
Pemilihan kepala desa serentak tahun 2019 dilakukan termasuk di Kabupaten
Banyuwangi. Pemilihan kepala desa di Genteng Wetan telah menemukan siapa yang
pantas menjadi kepala desa sesuai pemilih terbanyak. Hasil dari pemilihan tersebut
menunjukkan yang pantas menjadi Kepala Desa Genteng Wetan adalah H. Sukri.
Kebijakan yang diberikan hampir sama seperti sebelumnya akan tetapi beliau
memfokuskan pelatihan pemasaran secara online maupun offline karena telah
memasuki era milenial. Tidak hanya itu, pelatihan packaging, nama, kualitas dan
kuantitas produk juga ikut dikembangkan.
Potensi-potensi yang ada telah dimanfaatkan secara baik, perekonomian terus
menaik, pemeliharaan pembangunan dilakukan secara baik seperti pembangunan jalan
raya dan jembatan penghubung yang merupakan sarana umum yang sangat penting dan
kebersihan lingkungan yang mendapatkan perhatian khusus.

Kebudayaan dan Tradisi di Genten Wetan


Desa Genteng Wetan merupakan daerah yang memiliki penduduk dari beberapa
etnis yaitu etnis Jawa, Madura, dan Osing. Kebudayaannya juga beragam karena
percampuran dari tiga etnis tersebut seperti penggunaan bahasa Jawa, Madura, dan
Osing. Muludan merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan setiap tahunnya karena
sebagian besar beragama islam. Muludan adalah tradisi yang dilakukan dalam rangka
menyambut hari lahirnya Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal dalam
penanggalan Hijriyah.

Muludan banyak dilakukan dibeberapa daerah tapi yang membedakan dengan


daerah lain di Kabupaten Banyuwangi khususnya Desa Genteng Wetan merayakannya
dengan menghias pohon pisang serta telur. Tradisi ini merupakan percampuran
kebudayaan dari Jawa dan Islam.

Anda mungkin juga menyukai