Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN DENGAN SINDROM


UREMIA
STASE KEPERAWATAN KRITIS

Tanggal 01 November – 13 November 2021

Oleh:
Desty Ria Safithri, S.Kep.
NIM. 2030913320071

PRPGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN DENGAN SINDROM
UREMIA
STASE KEPERAWATAN KRITIS

Tanggal 01 November – 13 November 2021

Oleh :
Desty Ria Safithri, S.Kep
NIM. 2030913320071

Banjarmasin, 01 November 2021


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Tina Handayani Nasution, S.Kep., Ns., M.Kep Lukmannul Hakim, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP. 19810228 200604 2 013 NIP. 19760116 199603 1 002
LAPORAN PENDAHULUAN
SINDROM UREMIA

A. Definisi
Uremia adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, hormon, dan metabolisme tubuh akibat
penurunan fungsi ginjal. Uremia lebih sering terjadi pada Gagal Ginjal Kronis
(GGK), tetapi dapat juga terjadi pada Gagal Ginjal Akut (GGA) jika penurunan
fungsi ginjal terjadi secara cepat. Disebut Uremia bila kadar ureum didalam darah
di atas 50 mg/dl (Switra, 2006)

B. Etiologi
Penyebab dari uremia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu prerenal, renal, dan post
renal. Uremia prerenal disebabkan oleh gagalnya mekanisme sebelum filtrasi
glomerulus. Mekanisme tersebut meliputi penurunan aliran darah ke ginjal (syok,
dehidrasi, dan kehilangan darah) dan peningkatan katabolisme protein. Uremia
renal terjadi akibat gagal ginjal (gagal ginjal kronis/chronic renal failure atau juga
pada kejadian gagal ginjal akut/acute renal failure apabila fungsi ginjal menurun
dengan cepat) yang dapat menyebabkan gangguan ekskresi urea sehingga urea akan
tertahan di dalam darah, hal ini akan menyebabkan intoksikasi oleh urea dalam
konsentrasi tinggi yang disebut dengan uremia. Sedangkan uremia postrenal terjadi
oleh obstruksi saluran urinari di bawah ureter (vesica urinaria atau urethra) yang
dapat menghambat ekskresi urin. Obstruksi tersebut dapat berupa batu/kristaluria,
tumor, serta peradangan (Prabowo, 2014).

C. Epidemiologi
Sindrom uremik terjadi seiring dengan jumlah penderita penyakit gangguan fungsi
ginjal seperti gagal ginjal baik akut maupun kronik. Jumlah pasien yang menderita
penyakit sindrom uremik hampir seimbang atau sama dengan kejadian penderita
penyakit gagal ginjal, dimana pasien yang mengalami gagal ginjal cenderung
mengalami sindrom manifestasi klinis yang dinamakan dengan sindrom uremik ini.
menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2013
jumlah pasien dengan sindrom uremik mengalami peningkatan hingga 50 % dari
tahun sebelumnya sebelumnya (Depkes RI, 2016). Berdasarkan pusat data dan
informasi rumah sakit seluruh Indonesia mengatakan bahwa jumlah penyakit ginjal
kronik stadium akhir menjadi sindroma uremik diperkirakan sekitar 50 orang per
satu juta penduduk, penduduk, 60 % persennya persennya menunjukkan
menunjukkan penderita penderita dengan usia dewasa dan usia lanjut. Di Indonesia
sendiri telah mencapai 350 per satu juta penduduk. penduduk. Saat ini telah ada
70000 orang penderita penderita dengan gagal ginjal yang menjalani terapi
hemodialisis ginjal yang menjalani terapi hemodialisis (Depkes R (Depkes RI,
2016).
D. Patofisiologi dan Nursing Pathways

Glomerulonefriti Gagal ginjal kronik


Pre renal Renal
Pro renal
Pro renal s al
al Post Renal
Pro renal Infeksi kronis Gangguan filtrasi reabsorbsi dan augmentasi
Gangguan al
Hiopvolemik, Hipotensi, Pro renal
al Pro renal
al
Hipoksia jaringan ginjal
Pro renal ISK. Obstruksi saluran kemih Gangguan biokimia tubuh
al Pro renal
al
Penumpukan elektrolit
Gagal ginjal akut Pro renal
al
Penumpukan urea
SINDROM UREMIA
dalam darah

Gangguan Ganguan Disfungsi Gangguan Gangguan


filtrasi reabsorbsi ekskresi ekskresi urea keseimbangan
amonia
elektrolit

Hipernatremia Intoksisikasi
Hipofiltrasi Retensi amoniak
Penurunan
darah dan penurunan Peningkatan konsentrasi
PH
eksresi asam Secara sistematik cairan intra vaskuler
Peningkatan bikarbonat
cairan intra
Penurunan vaskuler Perpindahan cairan
Kulit gatal , purpura
GFR ektra vaskuler ke intra
Asidosis vaskuler
Gangguan
metabolik
Penurunan permeabilitas
GFR kapiler Kerusakan integritas
kulit Peningkatan cairan
Oliguria/ intra vaskuler
anuria
Penurunan Penuranan
ekskresi urine sirkulasi Mekanisme edema
COP kompensasi Metabolisme anaerob
oksigenasi Pro renal

al
Hambatan
eliminasi edema Peningkatan asam
urine hipoksemia
O2 ke otak laktat
hiperventilasi
Kelebihan volume cairan
Kelebihan
volume cairan Penurunan energi
Hipoksia
Kesadaran Ketidakefektifan
jaringan
pola nafas
Keletihan

Ketidakefektifan Ketidakefektifan
perfusi jaringan perfusi jaringan
perifer serebral

Pada penyakit sindrom uremik ini diawali dengan adanya cedera sel-sel endotel
ginjal ataupun glomerulus yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri dan lain-lain,
kerusakan jaringan glomerulus itu sendiri, ataupun kerusakan dan gangguan fungsi
saluran urin seperti ureter, kandung kemih ataupun uretra. Kondisi tersebut akan
berkembang secara paralel dengan terjadinya kerusakan fungsi ginjal atau bahkan
mengalami gagal ginjal. Hilangnya fungsi ginjal tersebut mengakibatkan terjadinya
penurunan GFR terhadap pengaturan cairan tubuh, keseimbangan asam basa,
keseimbangan elektrolit dan juga fungsi metabolik. Ketidakseimbangan fungsi
metabolic, fungsi pengaturan cairan dan elektrolit inilah yang menyebabkan
adanya zat atau elektrolit yang seharusnya tidak boleh terdapat dalam darah
menyebar keseluruh pembuluh darah, termasuk salah satunya urea yang tertahan di
dalam darah. Manifestasi ini dapat dikatakan sebagai sindrom uremik (Price, 2013).
Sindrom uremik dapat menyebabkan intoksikasi oleh urea dalam konsentrasi tinggi.
Hal ini terjadi akibat gangguan biokimia dalam tubuh. Sindrom uremik dapat
dengan mudah mempelopori terjadinya perburukan perburukan kondisi kondisi
tubuh yaitu mengalami mengalami perubahan keseimbangan cairan akut, seperti
diare, mual dan muntah, dehidrasi cepat, kelebihan beban sirkulasi, sirkulasi,
edema serta komplikasi komplikasi terjadinya terjadinya gagal jantung jantung
kongestif (Price, 2013).

E. Manifestasi klinis
1. Sistem neurologis : Ensefalopati : Gejala uremik ensefalopati termasuk
kelelahan, malaise, sakit kepala, kaki gelisah, polineuritis, perubahan status
mental, kejang otot, pingsan, koma (Bucurescu, 2014) ,Neuropati , miopati :
Manifestasi klinis seperti kelemahan otot, pengecilan otot, keterbatasan
olahraga, dan mudah lelah
2. Sistem Gastrointestinal Dapat terjadi perdarahan gastrointestinal. mual dan
muntah dapat terjadi pada pasien dengan uremia berat. Anoreksia, adanya rasa
kecap logam pada mulut, napas berbau amonia, peradangan dan ulserasi pada
mulut, lidah kering dan berselaput (Alper, 2015)
3. Sistem Hematologi Dapat terjadi sindrom hemolitik uremia yaitu sindrom klinis
yang ditandai dengan gagal ginjal progresif yang terkait dengan
mikroangioapati, anemia hemolitik dan trombositopenia. Pada sindrom
hemolitik uremia terjadi kerusakan sel endotel (Parmar, 2015).
4. Sistem dermatologi : manifestasi sindrom uremia pada kulit adalah gambaran
kulit menyerupai lilin dan berwarna kuning akibat gabungan antara retensi
pigmen urokrom dan pucat karena anemia, perubahan warna rambut, dan deposit
urea yang berwarna keputihan (kristal uremik) (Price dan VVilliam (2012)).
5. Sistem Kardiovaskular Kelainan kardiovaskular seperti hipertensi,
atherosklerosis, katup stenosis, gagal jantung kongestif dan angina mempercepat
penurunan fungsi ginjal.
6. Sistem perkemihan : Pasien uremia mudah mengalami perubahan keseimbangan
cairan akut. Salah satu gangguan biokimia akibat sindrom uremik yaitu asidosis
metabolik berupa pernafasan kussmaul.
F. Pemeriksaan fisik
Terdiri atas pengukuran tanda vital, inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Pemeriksaan fisik (muntah, mual, nafsu makan menurun, suhu tubuh, tensi,
respiratory Rate, nadi, kesadaran, dan keadaan umum) dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat
menimbulkan masalah gizi. Kulit dan Kuku Kaji tentang Integritas kulit, echimosis,
kulit kering bersisik, adanya edema generalisata, adanya, warna kulit abu-abu
mengkilat atau terjadi hiperpigmentasi, kebersihan kulit dan kuku, serta kaji CRT
>3 detik, kuku tipis dan rapuh.

G. Pemeriksaan diagnostik / penunjang


Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan sindroma uremik akan menunjukkan
sebagai berikut:
1) Pemeriksaan urin
Volume urin yang dikeluarkan kurang dari volume normal yaitu kurang dari 400
ml/24 jam ( oliguria) atau bahkan tidak ada urin yang keluar. Warna urin keruh
dan klirens kreatinin kemungkinan menurun.
2) Pemeriksaan laboratorium: LFG
3) kreatinin serum : Konsentrasi normalnya sekita 0,7 per 100 ml darah
4) pemeriksaan BUN
5) Urinalisi
6) Biokimia

H. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan menurut Nurarif AH, (2015) meliputi
a. Tindakan konservatif : 1) Pengaturan Diet Protein, 2) Pengaturan diet kalium :
Diet yang dianjurkan adalah 40-80 mEq/hari , 3) Pengaturan diet natrium dan
cairan : Jumlah natrium yang biasanya diperbolehkan adalah 40-90 mEq/hari (1
hingga 2 gram natrium)
b. Terapi penggantian ginjal : 1) Hemodialisis, 2) Dialisis peritoneal,
3)Transpaltasi ginjal

I. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan meliputi: Identitas pasien, Keluhan Utama, Riwayat
Penyakit, Pemeriksaan laboratorium, Pemeriksaan Fisik serta Pemeriksaan
Radiologi.
b. Diagnosis Keperawatan dan Perencanaan
DIAGNOSIS KEP TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
Kelebihan volume cairan Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam klien 1) Kaji jumlah urin yang dieliminasi.
berhubungan dengan akan menunjukkan: 2) Kaji tipe intake yang sesuai dengan kebutuhan.
peningkatan cairan 1) Balance cairan. 3) Kaji CRT dan turgor kulit.
intravaskuler
2) Fungsi ginjal membaik. 4) Monitoring berat badan klien.
Kriteria hasil: 5) Monitoring TTV.
1) Keseimbangan Intake dan Output. 6) Atur keseimbangan intake dan otput.
2) TTV dalam batas normal. 7) Monitoring tanda dan gejala asites.
3) Turgor kulit membaik. 8) Lakukan pemeriksaan darah lengkap dan urinalisis
4) Kadar serum elektrolit, hematokrit, dan berat jenis (kolaborasi).
urin normal. 9) Kolaborasikan pemberian obat untuk mengurangi
5) Tidak ada edema.. preload.
7) Warna urin, pH urin dan kadar elektrolit urin dalam 10) Kolaborasikan perlunya dilakukan dialisis.
rentang normal. 11) Siapkan klien untuk melakukan terapi dialisis.
8) Tidak da penimbunan BUN, kretinin serum, natrium,
glukosa, protein.
9) Tidak ada peningkatan berat badan yang cepat dan
berlebihan.
Ketidakefektifan pola nafas Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 2 X 24 jam klien Intervensi :
berhubungan dengan akan menunjukkan: 1) Identifikasi perlunya pemasangan alat bantu nafas
mekanisme kompensasi 1) Status respirasi: ventilasi. (oksigenasi).
asidosis metabolik 2) Airway. 2) Monitoring suara nafas, frekuensi, dan kedalaman.
3) Status tanda-tanda vital. 3) Ukur TTV.
Kriteria hasil: 4) Monitor adanya tanda-tanda hipoventilasi.
1) Tanda-tanda vital dalam rentang normal. 5) Monitor kefektifan oksigenasi.
2) Ventilasi normal (frekuensi, RR, kedalaman). 6) Pertahankan jalan nafas tetap paten.
3) Tidak menunjukkan penggunaan otot bantu 7) Monitor frekuensi dan irama pernafasan.
pernafasan.
4) Jalan nafas paten.
Ketidakefektifan perfusi Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 2 X 24 jam klien Intervensi:
jaringan perifer akan menunjukkan: 1) Monitoring abnormalitas nilai serum elektrolit.
berhubungan 1) Status sirkulasi. 2) Monitoring perubahan fungsi pulmonal dan kardiak
dengan penurunan 2) Perfusi jaringan adekuat. yang mengindikasikan terjadinya kelebihan volume
oksigenasi sirkulasi Kriteria hasil: cairan.
. 1) Tekanan darah sistolik dan diastolik dalam rentang 3) Lakukan pemeriksaan laboratorium (hematokrit,
normal BUN, protein, natrium dan kalium).
2) Saturasi oksigen 100% 4) Beri cairan sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Urine output normal 5) Hindari pemberian cairan yang bersifat diuresis.
4) CRT < 2 detik 6) Monitor terjadinya penurunan sensasi.
5) PaO2 dan PaCO2 dalam rentang normal 7) Koreksi kondisi dehidrasi klien.
6) Tidak ada penambahan berat badan yang mendadak
7) Temperatur kulit ekstremitas normal
8) Tidak ada distensi vene jugularis, edema perifer,
asites, dan fatigue
Gangguan eliminasi urin Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 5 X 24 jam klien Intervensi :
berhubungan dengan akan menunjukkan: 1) Lakukan pengaturan jadwal berkemih.
penurunan 1) Kontinensia urinari. 2) Monitor karakteristik urin (frekuensi, warna, bau,
GFR 2) Kemampuan elminasi urin. volume, dan sedimentasi).
Kriteria hasil: 3) Identifikasi perlunya dilakukan pemasangan kateter.
1) Pola BAK normal. 4) Ambil sampel urin untuk pemeriksaan urinalisis.
2) Keluaran urin sesuai dengan jumlah urin normal. 5) Atur asupan cairan sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Pengosongan bladder komplit. 6) Catat atau monitoring output urin.
4) Intake dan output seimbang.
5) Asupan cairan adekuat.
6) Pola eliminasi normal.
7) Tidak ada endapan elektrolit dalam urin.
8) Karekateristik urin (warna, jumlah, bau, sedimentasi)
dalam batas normal.
9) Tidak ada hematuria.
DAFTAR PUSTAKA

Buleheck, Gloria M. Howard K. Butcher. Joanne M. Dochterman. Cheryl M Wagner.


2015. Nursing Intervensions Classification (NIC). Edisi Bahasa Indonesi. Edisi 6.
Jakarta: Elsevier.

Ghani, L., Susilawati, M.D., & Novriani H. (2016). Faktor Resiko Penyakit Jantung
Koroner Di Indonesia : Buletin Penelitian Kesehatan.

Herdman, T.H. Shigemi Kamitsuru. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi


dan Klasifikasi 2018-2020. Edisi Bahasa Indonesia. Edisi 5. Jakarta : Elsevier.

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia
(Riskesdes) 2016: Jakarta.

Malakar, et al. 2019. A Review on Coronary Artery Disease, Its Risk Factor, and
Therapeutics. Journal of Cellular Physiology: 1-12

Moorhead, Sue. Marion Johnson. Meridean L. Maas. Elizabeth Swanson. 2016. Nursing
Outcomes Classification (NOC). Edisi Bahasa Indonesia. Edisi 5. Jakarta:Elsevier.

Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta : EGC.

Switra, Ketut. 2006. Buku AjAR Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 : Jakarta. Interna
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai