Anda di halaman 1dari 30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

berkelanjutan dan tidak bisa kembali pada keadaan normal dimana kemampuan

dari ginjal terganggu dalam mempertahankan metabolisme dan keseimbangan

cairan dan elektrolit (Siagian & Damayanty, 2018). Banyak faktor yang menjadi

penyebab munculnya penyakit ginjal kronik. Faktor penyebab penyakit ginjal

kronik terdapat faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dapat

mempengaruhi antara lain riwayat penyakit hipertensi, riwayat penyakit diabetes

mellitus, penyakit polikistik ginjal, batu ginjal (nephrolithiasis), systemic lupus

erythematosus dan glomerulonephritis. Faktor eksternal sebagai faktor resiko

terjadinya penyakit ginjal kronik antara lain mengkonsumsi minuman bersoda

(minuman dengan pemanis jagung fruktosa tinggi), mengkonsumsi alkohol,

mengkonsumsi obat anti inlflamasi non steroid (NSAID), dan suplemen

berenergi atau minuman berenergi. Faktor-faktor penyebab penyakit ginjal

kronik sebagai variabel independen dan lama hidup pasien penyakit ginjal kronik

yang menjalani hemodialisis merupakan variabel dependen pada penelitian ini.

Peneliti menganalisis sejumlah 25 artikel penelitian internasional dan nasional.

Berikut ringkasan artikel yang telah dianalisis oleh peneliti :

38
39

Tabel 4.1 Ringkasan artikel faktor-faktor penyebab penyakit ginjal kronik dan lama hidup pasien penyakit ginjal kronik yang
hemodialisis periode 2015-2020 (n:25)

No Judul Penulis Tahun Desain Sampel Hasil


1 Investigation of the Nilgun Aksoy 2019 penelitian 393 responden bahwa pekerjaan, riwayat keluarga
Causes and Risk and Deniz S¸ deskriptif, ESRD, prosedur bedah sebelumnya,
Factors of Previous elimen studi cross- tingkat stres, serta faktor risiko
End-Stage sectional yang diketahui, seperti Diabetes
Renal Disease in Mellitus, Hipertensi dan Penyakit
Kidney Transplant Ginjal Polikistik, adalah faktor
Recipients utama yang mempengaruhi usia
diagnosis ESRD

2 Management of Acute Peter K. Moore, 2018 studi Data sekunder Penyebab CKD
Kidney Injury: Core Raymond K. observasional AJKD Pre renal
Curriculum 2018 Hsu, and Hipovolemia =
Kathleen D. Liu Peningkatan kehilangan
(perdarahan, luka bakar, muntah
masif atau diare), asupan oral yang
buruk
Obat vasomodulasi/shunting ginjal=
(NSAID, ACEi / ARB, siklosporin,
kontras iodinasi),
Intra renal
Mikrovaskular = hipertensi
maligna
Glomerular = lupus,
glomerulonephritis
Tubulointerstitium = obat-obatan,
asam urat
After renal
40

Ureter = Obstruksi bilateral (atau


unilateral dengan satu ginjal): batu
ginjal
Pelvis ginjal = Nekrosis papiler
(NSAID), batu
Obat-obatan Berhubungan Dengan
Tubular Akut Nekrosis
• Aminoglikosida (tobramycin,
gentamisin)
• NSAID (ibuprofen, naproxen,
ketorolac, celecoxib)
• ACEi (kaptopril, lisinopril,
benazepril, ramipril)
• ARB (losartan, valsartan,
candesartan, irbesartan)
• Amfoterisin
• Cisplatin
• Foskarnet
• Kontras teriodinasi
• Pentamidine
• Tenofovir
• Asam Zolendronik

3 The potential effects of Dorna Davani- 2019 Penelitian 21 artikel Steroid anabolik-androgenik dapat
anabolicandrogenic Davari, Iman observasional mempengaruhi ginjal dalam berbagai
steroids and growth Karimzadeh and aspek. Mereka dapat menyebabkan
hormone as commonly Hossein Khalili atau memperburuk cedera ginjal akut,
used sport supplements penyakit ginjal kronis, dan toksisitas
on the kidney: a glomerulus. Efek merugikan ini
systematic review dimediasi melalui jalur seperti
merangsang sistem renin-angiotensin-
41

aldosteron, meningkatkan produksi


endotelin, menghasilkan spesies
oksigen reaktif, ekspresi berlebihan
mediator pro-fibrotik dan pro-
apoptosis (misalnya, TGF-β1), serta
sitokin inflamasi (misalnya, TNF-α,
IL-1b, dan IL-6)

4 Identifikasi Penyebab Karina 2018 Penelitian 68 pasien PGK penyebab PGK karena hipertensi
Penyakit Ginjal Kronik Nurzikriyah observasional yang berusia di sebanyak 48 pasien (70,6%),
pada Usia Dibawah 45 Siagian, Amelia deskriptif bawah diabetes
Tahun di Unit Eka Damayanty 45 tahun yang melitus sebanyak 8 pasien (11,8%),
Hemodialisis Rumah menjalani glomerulonefritis kronis sebanyak 9
Sakit Ginjal Rasyida hemodialisa. pasien (13,2%),
Medan Tahun 2015 polycystic kidney disease sebanyak
1 pasien (1,5%), PGOI sebanyak 1
pasien (1,5%), dan sindroma lupus
eritematosus sebanyak 1 pasien
(1,5%). Kesimpulan : Hipertensi
merupakan penyebab PGK di
bawah 45 tahun terbanyak di Unit
Hemodialisis Rumah Sakit Ginjal
Rasyida Medan tahun 2015.

5 Beberapa Faktor Risiko Ariyanto,Suharyo 2018 kasus kontrol 62 kasus dan 62 Faktor risiko yang terbukti
Kejadian Penyakit Hadisaputro, (case-control) kontrol berpengaruh terhadap kejadian
Ginjal Kronik (PGK) Lestariningsih, PGK stadium V pada kelompok
Stadium V pada Sakundarno usia kurang dari 50 tahun adalah
Kelompok Usia Kurang Adi,Selamat konsumsi minuman suplemen
dari 50 Tahun Budijitno energi > 4 kali per minggu,
Merokok ≥ 10 batang per
42

hari, Konsumsi obat herbal > 4 kali


per minggu setelah dikendalikan
dengan riwayat hipertensi dan
riwayat batu saluran kemih.

6 Risk factor Gabriellyn Sura 2016 case control 70 kelompok faktor risiko kejadian gagal ginjal
hypertension,diabetes Pongsibidang study melalui kasus, 70 kronik adalah hipertensi
and consuming herbal wawancara kelompok (OR=21,45), diabetes (OR=12,37),
medicine of chronic langsung control dan konsumsi obat herbal
kidney disease in Dr. (OR=11,76) sehingga Faktor
Wahidin sudirohusodo hipertensi, diabetes, dan konsumsi
hospitals Makassar obat herbal merupakan faktor risiko
2015 yang signifikan terhadap kejadian
gagal ginjal kronik.

7 faktor risiko terjadinya intan logani, 2017 Prospektif 50 catatan faktor risiko terjadinya Gagal
gagal ginjal kronik di heedy observaional rekam medik Ginjal Kronik pada pasien rawat
rsup prof. dr. r. d. tjitrosantoso, pasien inap di RSUP Prof. Dr. R. D.
kandou manado adithya yudistira Kandou Manado ialah pasien
dengan riwayat hipertensi, riwayat
asam urat, riwayat diabetes melitus,
dengan lama menderita riwayat
penyakit ≥10 tahun, penggunaan
obat yang tidak teratur selama
menderita riwayat penyakit dahulu,
serta penggunaan obat penghilang
nyeri. Faktor resiko lain terdapat
pada pola hidup pasien dengan
kebiasaan merokok, konsumsi
daging, konsumsi kopi, konsumsi
kandungan garam tinggi, konsumsi
43

gula berlebihan, kurang tidur dan


kurang olahraga
8 Obesity and kidney Csaba P. 2017 Studi 15 dokumen nefrolitiasis, dan kanker ginjal
disease: hidden Kovesdy· Susan observasional penelitian adalah salah satu efek obesitas yang
consequences of the L. Furth· berbahaya, yang tetap memiliki
epidemic Carmine Zoccali konsekuensi merusak ginjal yang
On behalf of the luas, yang pada akhirnya mengarah
World Kidney pada morbiditas dan mortalitas
Day Steering berlebih yang signifikan serta biaya
Committee berlebih bagi individu dan seluruh
masyarakat.
9 Patterns of Beverages Casey M. 2019 analisis 3003 peserta, 185 (6%) mengembangkan insiden
Consumed and Risk of Rebholz, Bessie prospektif pria dan wanita CKD selama rata-rata tindak lanjut
Incident Kidney A. Young, Ronit berkulit hitam di 8 tahun 64% adalah perempuan.
Disease Katz, Katherine Jackson, Usia rara-rata adalah 54 tahun,
L. Tucker, Teresa Mississippi Setelah menyesuaikan asupan
C. Carithers, energi total, usia, jenis kelamin,
Arnita F. pendidikan, indeks massa tubuh,
Norwood, and merokok, aktivitas fisik, hipertensi,
Adolfo Correa diabetes, kolesterol HDL, kolesterol
LDL, riwayat penyakit
kardiovaskular, dan baseline eGFR,
analisis komponen utama-pola
minuman turunan yang terdiri dari
konsumsi soda yang lebih tinggi,
minuman buah manis, dan air
dikaitkan dengan signifikan
terjadinya insiden CKD yang lebih
besar (rasio odds tertile 3
berbanding 1 = 1,61; 95%
confiInterval dence, 1,07-2,41)
44

10 Risk Factors for S Indrayanti, H 2019 studi kasus- 75 pasien tiap Usia pasien berkisar antara 20
Chronic Kidney Ramadaniati, Y kontrol kelompok kasus hingga 82 tahun. Tidak ada
Disease: A Case- Anggriani, P dan kelompok perbedaan besar dalam usia antara
Control Study in a Sarnianto, N control kelompok di mana secara
District Hospital in Andayani keseluruhan pasien berusia 53,96 ±
Indonesia 12,59 tahun. Laki-laki
menyumbang lebih dari setengah
pasien di masing-masing kelompok.
Mayoritas pasien (≥80%) di setiap
kelompok menikah. Tidak ada
perbedaan mencolok dalam tingkat
pendidikan dan jenis pekerjaan
antara kedua kelompok. Sebelas
variabel independen termasuk
karakteristik demografis (usia, jenis
kelamin, status perkawinan, tingkat
pendidikan, pekerjaan), diagnosis
dan komorbiditas, dan masalah
gaya hidup (perilaku yang terkait
dengan merokok, diet, penggunaan
narkoba) digunakan sebagai faktor
risiko potensial. Analisis
multivariat mengungkapkan lima
faktor risiko yang signifikan:
diabetes mellitus (rasio odds / OR =
8,20), hipertensi (OR = 11,50),
minuman berkafein (OR = 18,10)
45

11 Predicting Six-Month Lewis M. Cohen, 2010 analisis 512 pasien yang Dalam analisis multivariat Cox dari
Mortality for Patients Robin Ruthazer, prospektif menerima HD di kohort derivasi, lima variabel
Who Are on Alvin H. Moss, lima klinik secara independen terkait dengan
Maintenance and Michael J. dialysis kematian dini: Usia yang lebih tua
Hemodialysis Germain (rasio bahaya [SDM] untuk
kenaikan 10-tahun 1,36; interval
kepercayaan 95% [CI] 1,17 hingga
1,57), demensia (HR 2.24; 95% CI
1.11 hingga 4.48), penyakit
pembuluh darah perifer (HR 1.88;
95% CI 1.24 hingga 2.84),
penurunan albumin (HR untuk
peningkatan 1-U 0.27; 95% CI 0.15
ke 0.50), dan SQ ( SDM 2,71; 95%
CI 1,76 hingga 4,17). Area di
bawah kurva untuk prediksi model
prognostik yang dihasilkan dari
mortalitas 6 bulan adalah 0,87 (95%
CI 0,82-0,92) dalam kelompok
derivasi dan 0,80 (95% CI 0,73
hingga 0,88) dalam kelompok
validasi.

12 Alcohol Consumption Zhenliang Fan 2019 Penelitian 21 artikel Konsumsi alkohol dapat
Can be a “Double- Jie Yun Observasional penelitian meningkatkan risiko penyakit,
Edged Sword” for Shanshan Yu konsumsi alkohol ringan hingga
Chronic Kidney Qiaorui Yang sedang mungkin tidak memiliki
Disease Patients Liqun Song efek buruk. Namun, konsumsi
alkohol dapat menyebabkan efek
samping seperti hipertensi,
pendarahan otak, kecanduan
46

alkohol, dan kecenderungan


kekerasan, Banyak pasien dengan
CKD sering memiliki komorbiditas
lain, seperti diabetes, penyakit
jantung koroner, stroke, dan
penyakit kronis serius lainnya.
Untuk pasien-pasien dengan CKD,
minum alkohol lebih lanjut dapat
meningkatkan risiko kematian
mereka. Selain itu, konsumsi
alkohol dapat berkontribusi
terhadap kelebihan volume,
hipertensi, dan gangguan elektrolit
antara sesi hemodialisis pada pasien
hemodialisis, Jadi, konsumsi
alkohol bisa menjadi pedang
bermata dua bagi pasien dengan
CKD.

13 Soft drink consumption Christopher L. 2018 Penelitian 12 orang mengonsumsi minuman ringan
during and following Chapman,1 X eksperimental dewasa yang (yaitu, hipertonik, minuman
exercise in the heat Blair D. sehat (3 wanita, fruktosa tinggi) selama dan setelah
elevates Johnson,1 James 9 pria) latihan dalam panas dapat
biomarkers of acute R. Sackett,1 Karakteristik menimbulkan AKI pada manusia,
kidney injury Mark D. peserta adalah Peningkatan disebabkan oleh hiper-
Parker,2,3 usia: 24 tahun, osmolalitas dan kandungan fruktosa
and Zachary J. tinggi: 177 cm, dari minuman ringan, yang
Schlader1 berat: 76,0 kg, meningkatkan vasopressin
kemungkinan meningkatkan
dan IMT: 24 kg
respons poliol-fruktokinase yang
/ m2
bersirkulasi dan mengakibatkan
peningkatan asam urat serum
47

14 High-fructose corn Christopher L. 2020 Penelitian 13 responden bahwa minuman ringan yang
syrup-sweetened soft Chapman,1 eksperimen dimaniskan dengan HFCS
drink consumption Tigran meningkatkan resistensi pembuluh
increases vascular Grigoryan, darah di ginjal dan memunculkan
resistance in the Nicole T. Vargas, ginjal yang lebih besar Konsumsi
kidneys at rest and Emma L. Reed, minuman ringan manis HFCS
during sympathetic Paul J. Kueck, secara teratur dapat secara kronis
activation Leonard D. memperburuk peningkatan tonus
Pietrafesa,Adam vasokonstriktor ginjal yang dapat
C. Bloomfield,X membuat mereka cenderung
Blair D. Johnson, mengalami peningkatan risiko
and X Zachary J. nefropati yang terjadi setelah
Schlader iskemia ginjal local. Konsumsi 500
mL minuman ringan yang tersedia
secara komersial yang dimaniskan
dengan HFCS meningkatkan
resistensi pembuluh darah di ginjal
dalam waktu 30 menit. Peningkatan
resistensi pembuluh darah arteri
segmental diperburuk selama CPT
dibandingkan dengan konsumsi air.
Perubahan hemodinamik arteri
segmental ini ditimbulkan oleh
HFCS pemanis dan bukan karena
kandungan kafein atau osmolalitas
minuman. Peningkatan resistensi
pembuluh darah arteri segmental ini
kemungkinan karena peningkatan
simultan asam urat serum dan
copeptin. Konsumsi minuman
ringan manis HFCS meningkatkan
48

tonus va-soconstrictor ginjal saat


istirahat dan selama aktivasi
simpatik.

15 Karakteristik faktor Arianti, Anisa 2020 penelitian 88 pasien, terdapat 1 pasien (1,1%) CKD pada
risiko pasien Rachmawati, observasional terdapat 57 kelompok usia 18-25 tahun, 26
Chronic kidney disease Erlina Marfianti cross sectional pasien laki-laki pasien (29,5%) pada kelompok
(ckd) yang menjalani dan 31 pasien umur 26-45 tahun, 54 pasien
hemodialisa di rs x perempuan (61,4%) pada kelompok umur 46-
madiun 65 tahun, 7 pasien (8%) pada
kelompok usia >65 tahun.
Berdasarkan faktor risiko terjadinya
CKD didapatkan hasil 81 pasien
(92%) menderita hipertensi, 34
pasien (38,6%) dengan DM, 17
pasien (19,3%) dengan penyakit
tubulointerstitial, 6 pasien (6,8%)
dengan penyakit ginjal polikistik, 4
pasien (4,5 %) dengan penyakit
kardiovaskular, tidak ada pasien
(0%) dengan penyakit glomerular.
Hipertensi dan diabetes mellitus
merupakan dua faktor risiko
tertinggi pasien CKD yang
menjalani hemodialisa di RS X
Madiun.
49

16 Analisis ketahanan Dony Yulianto, 2017 observasional 82 data pasien rentang usia 26-45 tahun sebanyak
hidup pasien penyakit Hari Basuki analitik Penyakit Ginjal 37 orang, rentang usia 46-65 tahun
ginjal kronis dengan Notobroto, retrospektif Kronis yang 35 orang, rata-rata usia pasien 44
hemodialisis di rsud dr. Widodo mulai menjalani tahun. Sebagian besar berjenis
Soetomo surabaya terapi kelamin laki-laki, frekuensi HD ≤ 2
Hemodialisis kali tiap minggu, memiliki riwayat
pada periode Hipertensi, Diabetes Melitus dan
2010-2013. adanya komplikasi anemia. Rata-
rata ketahanan hidup secara umum
selama 67,84 bulan. Ketahanan
hidup pasien usia 46-65 tahun lebih
rendah daripada pasien usia 26-45
tahun. Pasien dengan jenis kelamin
perempuan, pada rentang usia 46-
65 tahun, frekuensi HD ≥3 kali, dan
memiliki riwayat Hipertensi,
Diabetes Melitus serta adanya
komplikasi anemia memiliki rata-
rata ketahanan hidup lebih rendah,
Ketahanan hidup pasien dengan
riwayat Hipertensi dan Diabetes
Melitus lebih rendah daripada
pasien yang tidak memiliki riwayat
penyakit tersebut.

17 Analisa faktor risiko Siti Purwati 2018 analitik dengan 60 responden faktor-faktor yang mempengaruhi
penyebab kejadian desain kejadian GGK stage 5 pada
penyakit gagal ginjal penelitian responden yang melakukan
kronik (ggk) di ruang cross Sectional hemodialisis di Ruang Hemodialisa
hemodialisa rs dr. RS Dr. Moewardi usia ≥ 60 tahun
Moewardi (91,7%), jenis kelamin laki-laki
50

(53,3%), riwayat merokok (53,3%),


riwayat hipertensi (75,0%), riwayat
DM (55,0%), riwayat
mengkonsumsi analgesic/OAINS
(53,3 %), riwayat mengkonsumsi
minuman suplemen berenergi yaitu
sebanyak (90,0%). faktor yang
paling dominan terhadap kejadian
GGK satge 5 pada responden yang
menjalani hemodialysis di Ruang
Hemodialisa RS Dr. Moewardi
adalah riwayat mengkonsumsi
minuman suplemen berenergi
dengan nilai OR=35,791 dan 95%
CI 2,065-619,090.

18 Analisis Faktor-Faktor Arief Tajally 2015 deskriptif 58 hipertensi berisiko 5,6 kali
yang Berhubungan Adhiatma, analitik dengan sampel mengalami kejadian gagal ginjal
dengan Kejadian Gagal Zulfachmi pendekatan kronik, diabetes melitus berisiko
Ginjal Wahab, Ibnu retrospektif. 5,1 kali mengalami kejadian gagal
Kronik Pada Pasien Fajar Eka ginjal kronik, nefropati obstruksi
Hemodialisis Di RSUD Widyantara berisiko 3,7 kali mengalami
Tugurejo Semarang kejadian gagal ginjal kronik,
pielonefritis berisiko 3,1 kali
mengalami kejadian gagal ginjal
kronik, dan hipertensi dan diabetes
melitus penyebab kejadian gagal
ginjal kronik sebesar 43,8%,
sedangkan sisanya dijelaskan oleh
faktor lain di luar variabel
hipertensi dan diabetes melitus.
51

19 Early Mortality Among Hui Zhou, John J. 2018 Studi kohort 2094 pasien di 2094 pasien di diagnosa ESRD
Peritoneal Dialysis Sim, Simran K. retrospektif diagnosa ESRD diidentifikasi dengan GFR ≤ 15 ml /
and Hemodialysis Bhandari, Sally diidentifikasi menit per 1,73 m2, 1398 (66,8%)
Patients Who F. Shaw, Jiaxiao dengan GFR ≤ beralih ke HD dan 696 (33,2%)
Transitioned With an Shi, Scott A. 15 ml / menit beralih ke PD. Usia rata-rata adalah
Optimal Rasgon, Csaba P. per 1,73 m2 62 (SD 12,9) tahun dengan 39,9%
Outpatient Start Kovesdy, wanita. Komposisi ras / etnis dari
Kamyar populasi adalah 25,9% kulit putih
Kalantar-Zadeh, non-Hispanik, 20,7% kulit hitam,
Michael H. 39,0% Hispanik, dan 12,0% Asia.
Kanter and ESRD dengan DM sebanyak
Steven J. 77,7%, sedangkan hipertensi
Jacobsen hampir sepenuhnya ada di seluruh
kelompok penelitian.
Di antara 2.094 pasien, pasien HD
lebih tua (64 vs 57 tahun). Pasien
HD memiliki tingkat DM yang
sudah ada sebelumnya (80% vs
73%) dibandingkan dengan pasien
PD. Namun, pasien dalam kohort
yang cocok lebih muda (61 tahun vs
63 tahun) dan memiliki proporsi
yang lebih rendah dari pasien yang
memulai dialisis dengan eGFR<5
ml / menit per 1,73 m2.
Secara keseluruhan, 286 (13,7%)
kejadian kematian terjadi dalam 2
tahun setelah inisiasi ESRD di
antara kohort studi total; 77 (3,7%)
dan 142 (6,7%) masing-masing
dalam 6 bulan dan 1 tahun.
52

Mortalitas kasar pada kohort PD


lebih rendah daripada kohort HD
pada 6 bulan pasca transisi ESRD
dengan 20 banding 45 (kematian
per 1000 HD orang-tahun) tetapi
tidak pada 1 atau 2 tahun.

20 Factors Associated Saniya Ilma 2017 analitik 11.405 sampel kejadian PGK pada penderita
with Chronic Kidney Arifa, Mahalul observasional hipertensi 0,5% dari keseluruhan
Disease Incidence Azam, Oktia dengan sampel. Terdapat hubungan pada
among Patients Woro Kasmini pendekatan usia kategori 45- 54 tahun, usia
with Hypertension in Handayani cross sectional kategori 55-64 tahun, jenis kelamin,
Indonesia riwayat DM, dan riwayat batu
ginjal dengan kejadian PGK pada
penderita hipertensi. Variabel lain
yang berkontribusi besar terhadap
kejadian PGK konsumsi alkohol,
konsumsi minuman bersoda,
konsumsi minuman berenergi, dan
penggunaan obat analgetika
NSAID.

21 Faktor-faktor risiko Solihuddin 2016 Deskriptif 37 orang. kejadian gagal ginjal kronik usia
kejadian gagal ginjal Harahap cross sectional 46-55 tahun 10 orang (27%), usia
kronik (ggk) di ruang 36-45 tahun 9 orang (24,3%), usia
hemodialisa (hd) rsup 56-65 tahun 8 orang (21,6%), usia
h. Adam malik medan 26-35 tahun 7 orang (18,9%), usia
17-25 tahun 2 orang (5,4%), dan
usia >65 sebanyak 1 orang (2,7%).
sejumlah pasien yang berusia muda
53

mayoritasnya berprofesi sebagai


satpam ataupun supir yang bekerja
pada malam hari, agar badan
mereka tetap segar mereka
mengkonsumsi minuman penambah
stamina. Riwayat penyakit
hipertensi menjadi faktor risiko
paling dominan terhadap terjadinya
kejadian gagal ginjal kronik.

22 Hubungan frekuensi Sri Hananto 2015 analitik 28 responden responden (50%) mengkonsumsi
konsumsi suplemen Ponco Nugroho korelasional suplemen energi >5 bungkus
energi dengan stadium pendekatan perminggu. Hampir seluruh
Chronic kidney disease cross responden (82.1%) pada stadium 5.
di ruang hemodialisis sectional Hasil uji statistic menunjukkan nilai
rsud ibnu sina gresik koefisiensi korelasi -614 dengan
tingkat signifikansi p<0.05
sehingga terdapat hubungan
frekuensi konsumsi suplemen
energi dengan stadium Chronic
Kidney Disease

23 Serum uric acid and Qimei Luo, Xi 2019 Literature 7 studi dengan peningkatan 1 mg / dl dalam tingkat
cardiovascular Xia, Bin Li, review jumlah sampel SUA (Serum Uric Acid)
mortality in chronic Zhenchuan Lin, 11.050 meningkatkan risiko 12% dalam
kidney disease: a Xueqing Yu and mortalitas kardiovaskular). Tingkat
metaanalysis Fengxian Huang SUA (Serum Uric Acid) yang lebih
tinggi dikaitkan peningkatan risiko
kematian kardiovaskular secara
signifikan pada pasien dengan CKD
54

24 Risk Factors For Delima, Emiliana 2017 kasus kontrol 429 responden umur lanjut, riwayat keluarga
Chronic Kidney Tjitra, dengan PGK, konsumsi air minum
Disease : A Case Lusianawaty ≤ 2000 ml/hari, konsumsi minuman
Control Study In Four Tana, Frans bersoda, minuman berenergi,
Hospitals In Jakarta In Suharyanto pernah didiagnosis gangguan
2014 Halim, glomerulus atau tubulo-intersisial
Lannywati ginjal, batu ginjal, hipertensi, dan
Ghani, Hadi diabetes mellitus meningkatkan
Siswoyo, Sri risiko PGK dengan kisaran adjusted
Idaiani dkk OR 1,8 hingga 25,8 dan faktor
risiko paling dominan adalah sering
mengonsumsi minuman berenergi
bersamaan minuman bersoda

25 Faktor risiko gagal Restu Pranandari, 2015 observasional 144 sampel Faktor-faktor penyebab penyakit
ginjal kronik di unit Woro Supadmi analitik case gionjal kronik jenis kelamin, usia,
hemodialisis rsud wates control riwayat penyakit hipertensi, riwayat
Kulon progo penyakit DM riwayat penggunaan
analgetika, anti inflamasi non-
steroid dan riwayat penggunaan
minuman suplemen energi
berhubungan dengan kejadian gagal
ginjal kronik
55

Hasil kajian literature menunjukkan faktor internal dapat mempengaruhi

terjadinya penyakit ginjal kronik antara lain riwayat penyakit hipertensi, riwayat

penyakit diabetes mellitus, penyakit polikistik ginjal, batu ginjal (nephrolithiasis),

systemic lupus erythematosus dan glomerulonephritis. Faktor eksternal sebagai

faktor resiko juga menunjukkan sebagai terjadinya penyakit ginjal kronik antara lain

mengkonsumsi minuman bersoda (minuman dengan pemanis jagung fruktosa tinggi),

mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi obat anti inlflamasi non steroid (NSAID), dan

suplemen berenergi atau minuman berenergi.

Setelah menganalisis artikel penelitian, peneliti mendapatkan data bahwa

usia pasien yang menjalani terapi hemodialisis terbanyak terdapat pada usia 46

hingga 65 tahun, kemudian terbanyak kedua terdapat pada usia 26 hingga 45 tahun.

Sesuai dengan data pada artikel penelitian (Rebholz et al., 2019) dari 3003

responden dan usia rata-rata pasien adalah 54 tahun. Penelitian oleh (Rachmawati

& Marfianti, 2020) dalam penelitiannya sejumlah 88 responden, usia 46 hingga 65

terdapat 54 responden yang menjalani terapi hemodialisis. Penelitian oleh (Zhou et

al., 2019) usia rata-rata adalah 62 tahun yang di diagnosa end tage renal disease.

Pada penderita penyakit ginjal kronik, karakteristik jenis kelamin yang

mendominasi adalah berjenis kelamin laki-laki didukung dengan beberapa hasil

kajian literatur (Rachmawati & Marfianti, 2020) menyatakan dalam penelitiannya

responden berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 57 dari 88 responden, kemudian

penelitian oleh (Zhou et al., 2019) mengemukakan juga pada penelitiaanya dari 2094

responden 1259 (60.1%) adalah berjenis kelamin laki-laki. Demikian pula penelitian
56

yang dilakukan oleh (Purwati, 2018) pada 60 responden, terdapat 32 responden

dengan jenis kelamin laki-laki.

Selain faktor demografi karakteristik responden, faktor yang signifikan

menjadi pemicu terjadinya penyakit ginjal kronik adalah faktor penyakit hipertensi,

diabetes mellitus, lupus, nefrolitiasis, asam urat dan glomerulonephritis. Sesuai

dengan hasil penelitian (Zhou et al., 2019) pada responden yang didiagnosa ESRD

(End Stage Renal Diease) dengan DM sebanyak 1267 (77,7%) dari 2094, sedangkan

hipertensi hampir sepenuhnya ada di seluruh kelompok penelitian. Penelitian oleh

(Rachmawati & Marfianti, 2020) faktor risiko terjadinya penyakit ginjal kronik

didapatkan hasil 81 pasien (92%) menderita hipertensi, 34 pasien (38,6%) dengan

DM, 17 pasien (19,3%) dengan penyakit tubulointerstitial, 6 pasien (6,8%) dengan

penyakit ginjal polikistik, 4 pasien (4,5 %). Hasil yang serupa juga terdapat pada

penelitian (Indrayanti, Ramadaniati, Anggriani, Sarnianto, & Andayani, 2019)

hipertensi dan diabetes mellitus merupakan faktor resiko tertinggi pada hasil

penelitiannya. Pada penelitian oleh (Aksoy & Şelimen, 2020) Diabetes Mellitus,

hipertensi dan penyakit ginjal polikistik merupakan faktor terbanyak dalam

penentuan diagnosa ESRD (end stage renal disease).

Asam urat juga menjadi faktor pemicu terjadinya penyakit ginjal kronik

seperti yang dikemukakan oleh (Luo et al., 2019) peningkatan 1 mg / dl dalam tingkat

SUA (Serum Uric Acid) meningkatkan risiko 12% dalam mortalitas kardiovaskular,

hal ini dikaitkan peningkatan risiko kematian kardiovaskular secara signifikan pada

pasien dengan penyakit ginjal kronik. Penelitian oleh (Kovesdy, Furth, & Zoccali,
57

2017) menyatakan dalam penelitiannya bahwa nefrolitiasis adalah salah satu efek

obesitas yang berbahaya dan memiliki konsekuensi merusak ginjal yang luas.

Penyebab terjadinya penyakit ginjal tidak hanya dari keadaan pre renal, intra

renal dan post renal namun terdapat beberapa faktor resiko yang menjadi pemicu

terjadinya penyakit ginjal kronik lebih cepat terdiagnosis salah satunya dari pola

hidup yang tidak sehat, seperti hasil dari beberapa penelitian yang mengemukakan

konsumsi minuman atau suplemen berenergi dapat mempercepat kerusakan fungsi

ginjal, pada penelitian (Ariyanto, Hadisaputro, Lestariningsih, & Adi, 2018) pada

pasien yang mengkonsumsi suplemen ber energy > 4 kali dalam satu minggu menjadi

faktor resiko terkait terjadinya penyakit ginjal kronik. Pada responden olahragawan

yang diteliti oleh (Davani-Davari, Karimzadeh, & Khalili, 2019) menyatakan bahwa

steroid anabolic androgenic suplemen yang biasa dikonsumsi untuk meningkatkan

stamina dapat mempengaruhi ginjal dalam berbagai aspek, steroid anabolic

androgenic ini dapat mempengaruhi ginjal dalam berbagai aspek, termasuk dapat

menyebabkan atau memperburuk cidera ginjal akut, penyakit ginjal kronik dan

toksisitas glomerulus sehingga memungkinkan terjadinya glomerulonephritis. Pada

penelitian (Hananto P. N, 2015) responden yang didiagnosa penyakit ginjal kronik

mempunyai riwayat mengkonsumsi suplemen energi >5 bungkus perminggu, Hampir

seluruh responden (82.1%) pada stadium 5 dari 28 responden.

Pasien dengan diagnosa penyakit ginjal kronik juga dapat disebabkan oleh

faktor resiko mengkonsumi minuman bersoda seperti yang terdapat pada penelitian

(Chapman, Johnson, Sackett, Parker, & Schlader, 2019) mengemukakan

mengonsumsi minuman ringan (yaitu, hipertonik, minuman fruktosa tinggi) selama


58

dan setelah latihan dalam panas dapat menimbulkan AKI pada manusia, penelitian

lanjutan oleh (Chapman et al., 2020) menyatakan minuman ringan yang dimaniskan

dengan HFCS meningkatkan resistensi pembuluh darah di ginjal dan memunculkan

ginjal yang lebih besar yang dapat mengalami peningkatan risiko nefropati yang

terjadi setelah iskemia ginjal local. Penelitian yang mendukung diteliti oleh (Rebholz

et al., 2019) ) konsumsi soda yang lebih tinggi signifikan terjadinya insiden penyakit

ginjal kronik yang lebih besar.

Kosumsi minuman beralkohol pula dapat menjadi faktor resiko dari penyakit

ginjal kronik, pada penelitian (Fan, Jie, Shanshan, Qiaorui, & Liqun, 2019)

konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko penyakit. Konsumsi alkohol dapat

menyebabkan efek samping seperti hipertensi, pendarahan otak, kecanduan alkohol,

dan kecenderungan kekerasan. konsumsi alkohol dapat berkontribusi terhadap

kelebihan volume, hipertensi, dan gangguan elektrolit.

Pada pasien yang mengkonsumsi obat berkelanjutan karena penyakit tertentu

seperti OAINS (obat anti inflamasi non steroid) juga memiliki pengaruh terhadap

kesehatan ginjal dimana jika dikonsumsi dapat menjadi faktor resiko terjadinya

penyakit ginjal kronik, seperti pada penelitian (Purwati, 2018) terdapat keterkaitan

riwayat mengkonsumsi analgesic/OAINS dengan penyakit ginjal kronik, penelitian

serupa oleh (Pranandari & Supadmi, 2015) dimana pada 114 responden riwayat

penggunaan analgetika, obat anti inflamasi non-steroid terkait penyakit ginjal

kronik.
59

Selain obat anti inflamasi non streroid, faktor yang berpengaruh pula pada

artikel penelitian yang dianalisis adalah konsumsi obat herbal, pada penelitian yang

dilakukan oleh (Ariyanto et al., 2018) konsumsi obat herbal > 4 kali dalam satu

minggu menjadi faktor terjadinya penyakit ginjal kronik, dan penelitian oleh

(Pongsibidang, 2017) faktor risiko kejadian gagal ginjal kronik adalah konsumsi

obat herbal.

Pasien yang terdiagnosa penyakit ginjal kronik, ketika fungsi ginjal terus

menurun pasien akan menjalani terapi hemodialisis, berdasarkan analisa artikel

penelitian ketahanan atau lama hidup pasien hemodialisis dapat dikategorikan,

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Yulianto & Basuki, 2017) pasien

penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis setelah inisiasi pertama

rata-rata ketahanan hidup secara umum selama 67,84 bulan atau ± 5 tahun, dengan

frekueni hemodialisis ≤ 2 kali tiap minggu, pada rentang usia 46-65 tahun, frekuensi

HD ≥3 kali dan ketahanan hidup pasien dengan riwayat Hipertensi dan Diabetes

Melitus lebih rendah. Penelitian serupa yang dilakukan oleh (Zhou et al., 2019)

dalam jendela 2 tahun dari 2094 responden, 286 (13,7%) kematian dalam 2 tahun

setelah inisiasi ESRD, 142 (6,7%) 1 tahun , dan 77 (3,7%) 6 bulan.


60

4.2. Pembahasan

Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan penyakit komplikasi dari

beberapa penyakit baik dari ginjal sendiri maupun penyakit lainnya yang

menyumbang data mortalitas cukup tinggi (Harahap, 2016). Penyakit ginjal

kronik merupakan penyakit multifaktorial penyebabnya. Beberapa penelitian

mengemukakan terdapat hasil yang signifikan mengenai faktor penyebab

penyakit ginjal kronik.

4.2.1. Karakteristik Responden

Pada kajian literatur, usia yang mendominasi pada penderita penyakit

ginjal kronik adalah rentang usia 46-65 tahun, kemudian pada usia 26-45

tahun merupakan usia yang mendominasi setelahnya. Dari keseluruhan,

karakteristik responden berdaarkan jenis kelamin, penderita pasien

penyakit ginjal kronik berjenis kelamin laki-laki. Sesuai dengan data

(Riskesdas, 2018) dimana usia mendominasi penderita penyakit ginjal

dimulai dari usia 45 tahun hinga 74 tahun dan jenis kelamin yang

mendominasi penyakit ginjal kronik adalah jenis kelamin laki-laki.

4.2.2. Faktor penyebab penyakit ginjal kronik

Berdasarkan kajian literature terhadap 25 artikel penelitian, hasil

kajian literature menunjukkan faktor internal dapat mempengaruhi

terjadinya penyakit ginjal kronik antara lain riwayat penyakit hipertensi,

riwayat penyakit diabetes mellitus, penyakit polikistik ginjal, batu ginjal

(nephrolithiasis), systemic lupus erythematosus dan glomerulonephritis.

Faktor eksternal sebagai faktor resiko juga menunjukkan sebagai


61

terjadinya penyakit ginjal kronik antara lain mengkonsumsi minuman

bersoda (minuman dengan pemanis jagung fruktosa tinggi),

mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi obat anti inlflamasi non steroid

(NSAID), obat herbal dan suplemen berenergi atau minuman berenergi.

Dari 25 artikel penelitian, terdapat 13 artikel penelitian yang

menjelaskan faktor paling dominan yang menjadi pemicu terjadinya

penyakit ginjal kronik adalah riwayat hipertensi dan riwayat penyakit

diabetes mellitus. Berdasarkan penelitian (Adhiatma, Wahab, Fajar, &

Widyantara, 2015) Hipertensi berisiko 5,6 kali mengalami kejadian gagal

ginjal kronik, diabetes melitus berisiko 5,1 kali mengalami kejadian gagal

ginjal kronik. Hipertensi yang berlangsung lama akan menyebabkan

perubahan resistensi arteriol aferen dan terjadi penyempitan arteriol

aferen akibat perubahan struktur mikrovaskuler. Kondisi ini akan

menyebabkan iskemik glomerular dan mengaktivasi respon inflamasi.

Maka terjadi pelepasan mediator inflamasi, endotelin dan aktivasi

angiostensin II intrarenal. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya

apoptosis, meningkatkan produksi matriks dan deposit pada

mikrovaskuler glomerulus dan menjadi sklerosis glomerulus atau

nefrosklerosis (Siagian & Damayanty, 2018). Pada penyakit diabetes

mellitus merupakan keadaan kontrol glikemik yang buruk sehingga dapat

mengakibatkan berbagai perubahan struktur ginjal yang dimulai dari

penebalan membran dasar glomerulus yang sejajar dengan penebalan

membran basement kapiler dan tubular. Sebagian besar pasien Diabetes


62

mellitus menunjukkan pola klasik hiperfiltrasi glomerulus yang kemudian

berkembang menjadi albuminuria persisten dan penurunan laju filtrasi

glomerulus (GFR) (Indrayanti et al., 2019).

Berdasarkan National Kidney Foundation (2017) penyebab

penyakit ginjal kronik adalah diabetes dan hipertensi. Diabetes terjadi

ketika kadar gula dalam darah sangat tinggi sehingga menyebabkan

kerusakan dari banyak organ di dalam tubuh, termasuk ginjal dan jantung.

Pada orang diabetes, keadaan darah menjadi lebih kental karena

konsistensi gula/glukosa dalam darah meningkat, glukosa tidak mampu

melewati sel karena insulin dalam tubuh manusia tidak ada atau ada

namun tidak cukup untuk memfasilitasi proses tersebut. Sehingga

keadaan ini dapat memperberat fungsi ginjal dalam penyaringan. Pada

penderita hipertensi terjadi ketika tekanan darah lebih tinggi dari

normal. Apabila hipertensi tidak dikontrol dengan baik, maka akan

mengakibatkan serangan jantung, stroke serta gagal ginjal kronis.

Faktor prediktor penyebab penyakit ginjal kronik yang

mendominasi dari 25 artikel terdapat 7 artikel penelitian yang menjadikan

konsumsi suplemen berenergi atau minuman berenergi menjadi faktor

predictor penyebab penyakit ginjal kronik seperti pada penelitian siti

purwati (2018) mengatakan dalam penelitiannya faktor yang paling

dominan terhadap pasien dengan penyakit ginjal kronik stage 5 yang

menjalani terapi hemodialisis adalah mengkonsumsi minuman suplemen

berenergi. zat-zat lain yang terkandung dalam minuman suplemen energi


63

seperti pemanis buatan (pada umumnya menggunakan aspartam),

pewarna buatan, dan bahan pengawet berperan merusak organ ginjal

(Ariyanto et al., 2018).

Suplemen berenergi dapat memperberat kerja ginjal terutama

dalam proses penyaringan (Nugroho, 2015; Delima et al., 2017;

Pranandari & Supadmi, 2015; Arifa, Azam, & Handayani, 2017;

Ariyanto, Hadisaputro, Lestariningsih, & Adi, 2018; Purwati, 2018).

Kebiasaan konsumsi suplemen berenergi yang berpengaruh terhadap

keadaan kesehatan ginjal adalah dengan frekuensi konsumsi

suplemen/minuman ber energi ≥ 4x per minggu (Ariyanto et al., 2018;

Hananto P. N, 2015).

Berdasarkan hasil analisis artikel penelitian, minuman bersoda

termasuk faktor prediktor yang besar pengaruhnya terhadap penyakit

ginjal kronik setelah suplemen berenergi. Mengkonsumsi minuman

ringan yang dimaniskan dengan HFCS (High Fructose Corn Syrup)

meningkatkan resistensi pembuluh darah di ginjal dan memunculkan

ginjal yang lebih besar Konsumsi minuman ringan manis HFCS secara

teratur dapat secara kronis memperburuk peningkatan tonus

vasokonstriktor ginjal yang dapat membuat mereka cenderung mengalami

peningkatan risiko nefropati yang terjadi setelah iskemia ginjal lokal

(Chapman et al., 2020).


64

Faktor lain dalam kajian literature ini seperti minuman alkohol

dalam penelitian ini menjadi faktor prediktor yang menimbulkan penyakit

ginjal kronik dikarenakan alkohol dapat menyebabkan efek samping

seperti hipertensi, pendarahan otak, kecanduan alkohol, dan

kecenderungan kekerasan. alkohol berkontribusi terhadap kelebihan

volume, hipertensi, dan gangguan elektrolit (Fan et al., 2019).

Faktor nephrolithiasis juga menjadi faktor resiko yang

mempengaruhi terjadinya penyakit ginjal kronik, pada penelitian

(Kovesdy et al., 2017) nefrolitiasis adalah salah satu efek obesitas yang

berbahaya yang memiliki konsekuensi merusak ginjal yang luas. Batu

yang tidak terlalu besar dapat didorong oleh peristaltik otot-otot system

pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik

ureter mengeluarkan batu ke buli-buli. Batu yang ukurannya kecil <5mm

dapat keluar dengan spontan namun batu dengan ukuran lebih besar akan

tetap di ureter dan mengakibatkan periureteritis dan menimbulkan

obtruksi kronis berupa hidroureter atau hidronefrosis. Jika disertai dengan

infeksi sekunder dapat menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal,

ataupun pielonefritis dan pada keadaan lebih lanjut mengakibatkan

keruakan ginjal serta jika mengenai kedua sisi ginjal maka akan

mengakibatkan gagal ginjal permanen (Purnomo, 2011).


65

Faktor penyakit kolagen (systemic lupus erythematosus) juga

merupakan faktor resiko terjadinya penyakit ginjal kronik karena systemic

lupus erythematosus dapat menjadi penyebab pielonefritis ketika

dibiarkan akan menjadi kegagalan ginjal (Prabowo & Pranata, 2014).

Lupus termasuk penyebab terjadinya glomerulonephritis, setelah

terinfeksi kuman streptococcus terjadi kompleks antigen-antibody

leukosit polimorfonuklear (PMN) dan monosit makrofag kemudian

migrasi ke glomerulus dan terjadi interaksi makrofag dengan glomerulus

(sel mesangial, sel epitel atau endotel) menjadi teraktivasi yang

mengakibatkan pelepasan sitokinin pro inflamasi dan kemokin sehingga

terjadi kerusakan glomerulus yang fungsinya sebagai penyaring darah

yang masuk ke dalam ginjal. Jika keadaan tersebut dibiarkan, maka akan

terjadi faal ginjal (Prabowo, Eko & Pranata, 2014).

OAINS (obat anti inflamasi non steroid) juga dalam kajian

literature ini menjadi faktor penyebab terjadinya penyakit ginjal kronik,

pada penelitian (Pranandari & Supadmi, 2015) 114 sampel riwayat

penggunaan analgetika, anti inflamasi non-steroid sebagai faktor resiko

dari penyakit ginjal kronik. Obat yang bebas maupun diresepkan oleh

dokter selama bertahun–tahun beresiko menjadi nekrosis papiler dan

penyakit ginjal kronik (Pranandari & Supadmi, 2015; Aisyah, Hernawan,

& Ridha, 2015; Logani, Tjitrosantoso, & Yudistira, 2017). Obat NSAID

bekerja dengan melebarkan pembuluh darah, namun keadaan tersebut

mengakibatkan pengurangan aliran darah menuju ginjal sehingga


66

berpotensi menimbulkan kerusakan pada ginjal dan dapat melukai

jaringan ginjal. Selain itu, minuman bersoda dan jamu atau obat herbal

juga menjadi faktor terjadinya penyakit ginjal kronik (Delima et al., 2017;

Pongsibidang, 2017; Arifa, Azam, & Handayani, 2017; Ariyanto,

Hadisaputro, Lestariningsih, & Adi, 2018).

Dalam kajian literature ini, faktor yang mempengaruhi terjadinya

penyakit ginjal kronik adalah konsumsi obat herbal. Pada artikel

penelitian (Adhiatma et al., 2015) konsumsi obat herbal yang

berpengaruh ketika frekuensi konsumsi ≥4 kali per minggunya. Konsumsi

obat herbal belum memiliki standarisasi yang baku dalam segi keamanan

dan dosis tepat belum dapat dipastikan dengan jelas. Beberapa obat herbal

mengandung spesies beracun, alergen, dan logam berat sehingga

menyebabkan keracunan obat baik disengaja atau disengaja sebagai

penyebab reaksi yang merugikan dari herbal (Pongsibidang, 2017).

Berdasarkan data analisis, penelitian yang dilakukan oleh

(Yulianto & Basuki, 2017) pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani

terapi hemodialisis setelah inisiasi pertama rata-rata ketahanan hidup

secara umum selama 67,84 bulan atau ± 5 tahun, dengan frekueni

hemodialisis 2 kali tiap minggu, pada rentang usia 46-65 tahun, frekuensi

HD 3 kali dan ketahanan hidup pasien dengan riwayat Hipertensi dan

Diabetes Melitus lebih rendah. Penderita ketahanan hidup ≥ 5 tahun

memiliki kualitas hidup yang baik dan memiliki dukungan keluarga yang

sangat positif serta pola hidup sehat pada pasien tersebut diterapkan dan
67

rutin menjalani terapi hemodialisis. Penelitian serupa yang dilakukan oleh

(Zhou et al., 2019) dalam jendela 2 tahun dari 2094 responden, 286

(13,7%) kematian dalam 2 tahun setelah inisiasi ESRD, 142 (6,7%) 1

tahun , dan 77 (3,7%) 6 bulan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh (Cohen, Ruthazer, Moss, & Germain, 2015) kematian pada 6 bulan

awal adalah penyakit pembuluh darah perifer. Berdasarkan (Indonesia

renal registry, 2018) kematian pasien yang menjalani hemodialisa adalah

masalah kardiovaskuler.

Anda mungkin juga menyukai