Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Sarapan, Kecukupan Energi, dan Protein terhadap Status Gizi Remaja Usia 16 – 18 Tahun di Provinsi Lampung (Analisa

Data Sekunder RISKESDAS 2010)

HUBUNGAN SARAPAN, KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN


TERHADAP STATUS GIZI REMAJA USIA 16-18 TAHUN DI
PROVINSI LAMPUNG
(ANALISA DATA SEKUNDER RISKESDAS 2010)

Irma Pertiwi1, Sandjaja2, Sugeng Wiyono3


1 Nutritionist
2 Departement of Nutrition Faculty of Health Sciences, Esa Unggul University
3Polytechnic of Health Jakarta II, Department of Nutrition, Ministry of Health

Republic of Indonesia
Jln. Arjuna Utara Tomang Tol Kebun Jeruk, Jakarta 11510
sugeng_gizi@yahoo.com

Abstract
There are many and lack of public awareness about breakfast and the number of
adolescents who are enrgy and protein consumption under %RDA. Purpose of this
study analyze the relationship breakfast, adequacy of energy and protein on the
nutritional status of adolescents aged 16-18 years old in the Province of Lampung.
This study used secondary data of Riskesdas 2010 with a cross sectional survey
design and analytic. Sampel obtained 387 people. Statistical testing using
independent t-test and chi-square test. The statistical tests showed no significant
association bertween breakfast energy intake (p≥0.05), protein intake (p≥0.05, and
no significant relationship between breakfast, sufficient energy (p≥0.05), protein
(p≥0.05) on the status adolescent nutrition. There needs to be outreach to teens
about the importance of breakfast and its benefits for the body, as well as
education about balanced nutrition.

Keywords : breakfast, energy, protein, teenagers

Abstrak
Masih banyak dan kurangnya kesadaran masyarakat mengenai sarapan dan
banyaknya remaja yang konsumsi energi dan protein dibawah %AKG. Tujuan
penelitian ini Menganalisa hubungan sarapan, kecukupan energi dan protein
terhadap status gizi remaja usia 16-18 tahun di Provinsi Lampung. Penelitian
ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2010 dengan pendekatan cross-
sectional dan design survey analitik. Sampel yang didapat 387 orang. Pengujian
statistik menggunakan uji t-test independen dan uji chi-square. Dari hasil uji
statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sarapan
asupan energi (p≥0.05), asupan protein (p≥0.05) dan tidak ada hubungan yang
signifikan antara sarapan, kecukupan energi (p≥0.05), protein (p≥0.05) terhadap
status gizi remaja. Perlu adanya penyuluhan kepada remaja mengenai
pentingnya sarapan dan manfaatnya bagi tubuh, serta penyuluhan mengenai
gizi seimbang.

Kata kunci: sarapan, energi, protein, remaja

Pendahuluan yang rutin sarapan setiap hari umumnya


Sebelum mengawali hari, sarapan bisa menjaga porsi makan pada makan
sangat diperlukan untuk menjaga selanjutnya.
kesehatan, pentingnya sarapan juga untuk Kebiasaan sarapan juga termasuk
mengisi “ bahan bakar” sehingga kedalam PUGS (Pesan Umum Gizi
kebutuhan energi terpenuhi sepanjang Seimbang) yang dibuat oleh DepKes pada
hari. Sarapan juga baik untuk tahun 2002, yaitu pada pesan ke-8 yang
menurunkan tingkat obesitas yang masih disebutkan “Biasakanlah sarapan untuk
menjadi masalah gizi di Indonesia, remaja memelihara ketahanan fisik dan

Nutrire Diaita Volume 6 Nomor 1, April 2014 24


 
Hubungan Sarapan, Kecukupan Energi, dan Protein terhadap Status Gizi Remaja Usia 16 – 18 Tahun di Provinsi Lampung (Analisa
Data Sekunder RISKESDAS 2010)

meningkatkan produktivitas kerja”. penting. Namun, mereka yang sarapan


Sarapan menyumbang 15-30% secara teratur hanya 60%. remaja putri
pemenuhan kalori dari kebutuhan sehari. melewatkan dua kali waktu makan dan
Kebutuhan energi sehari pada usia 16-18 lebih memilih kudapan. Sebagian besar
tahun yaitu sebesar 2.200 – 2.600 kkal. kudapan bukan hanya hampa kalori,
Namun sangat disayangkan sebesar 26,1 tetapi juga sedikit sekali mengandung zat
% anak Indonesia hanya mengonsumsi gizi, selain itu juga dapat menganggu
minuman (air putih, teh atau susu) dan nafsu makan (Daniel 1997, dalam
sekitar 44,6% yang kurang atau bahkan Arisman, 2004).
tidak sarapan (Riskesdas, 2010). Remaja putri merupakan golongan
Banyak masyarakat Indonesia umur yang sensitif terhadap perilaku
terutama anak-anak, remaja, dan dewasa makan. Golongan ini mulai menjaga
yang beranggapan salah mengenai penampilan tubuh diantaranya melalui
sarapan, mereka mengira hanya pembatasan diet, termasuk tidak sarapan
mengkonsumsi air putih, teh, kopi, susu (Soetardjo, 2011).
atau sepotong kue kecil untuk sarapan. Secara nasional prevalensi status
Selain itu makan pada jam 10 pagi atau gizi anak pendek terendah pada kelompok
jam istirahat sekolah atau kerja dianggap umur 16-18 tahun. Prevalensi status gizi
sebagai sarapan (Hardinsyah, 2013). anak kurus pada usia 16-18 tahun adalah
Status gizi adalah keadaan tubuh 8,9 persen (Riskesdas, 2010).
sebagai akibat dari konsumsi makanan Terkait dengan masalah gizi
dan penggunaan zat – zat gizi. Status gizi penduduk adalah masalah asupan
dibedakan antara status gizi buruk, makanan yang tidak seimbang. Secara
kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2009). nasional, penduduk Indonesia yang
Faktor – faktor yang mempengaruhi status mengkosnsumsi energi dan protein
gizi diantaranya adalah asupan energi dan dibawah kebutuhan minimal (kurang dari
zat gizi, jenis kelamin, kebiasaan makan, 70 persen dari angka kecukupan gizi bagi
aktivitas fisik, dan penyakit infeksi orang Indonesia) sebesar 40,7 %
(Brown 2005). sedangkan konsumsi protein (kurang dari
Masa remaja “jalan panjang” yang 80 persen dari angka kecukupan gizi bagi
menjembatani periode kehidupan anak orang Indonesia) sebesar 37%.
dan dewasa, yang berawal pada usia 9-10 Status gizi remaja usia 16-18 tahun
tahun dan berakhir di usia 18 tahun, berdasarkan Indeks Masa Tubuh/Umur
memang sebuah dunia yang “lenggang”; sebesar 1,3 % remaja yang sangat kurus di
dan rentan dalam artian fisik, psikis, Provinsi Lampung, 4,3% kurus, 93,8%
sosial dan gizi. Ada tiga alasan mengapa normal, dan 0,7% remaja yang gemuk.
remaja dikategorikan rentan. Pertama, Sedangkan dari tabel rata-rata kecukupan
percepatan pertumbuhan dan konsumsi energi dan protein dan
perkembangan tubuh memerlukan energi presentase kelompok umur 16-18 tahun
dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua, yang mengkonsumsinya tertinggi yaitu
perubahan gaya hidup dan kebiasaan sebesar 66,2% untuk konsumsi energi
pangan menuntut penyesuaian masukan yang kurang dari 70% dari AKG, dan
energi dan zat gizi lain. Ketiga, kehamilan, untuk konsumsi protein kurang dari 80%
keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan dari AKG sebesar 50,3% (Riskesdas, 2010).
alkohol dan obat, meningkatkan Dari hasil data Riskesdas 2010
kebutuhan energi dan zat gizi, disamping penulis ingin meneliti status gizi remaja
itu tidak sedikit remaja yang makan usia 16-18 tahun di Provinsi Lampung
secara berlebihan dan akhirnya yang rata-rata kecukupan konsumsi energi
mengalami obesitas (Arisman, 2004). dan proteinnya kurang dari kebutuhan
Penelitian yang dilakukan oleh minimal dilihat dari pola makan sehari
Daniel menunjukkan bahwa hampir 50% yaitu pola makan sarapan.
remaja, terutama remaja yang lebih tua
tidak sarapan. Penelitian lain Metode Penelitian
membuktikan masih banyak remaja (89%) Data yang digunakan dalam
yang menyakini bahwa sarapan memang penelitian ini adalah data sekunder yang
Nutrire Diaita Volume 6 Nomor 1, April 2014 25
 
Hubungan Sarapan, Kecukupan Energi, dan Protein terhadap Status Gizi Remaja Usia 16 – 18 Tahun di Provinsi Lampung (Analisa
Data Sekunder RISKESDAS 2010)

diperoleh dari data Riset Kesehatan Dasar Hasil dan Pembahasan


(Riskesdas) yang telah dilakukan oleh Penelitian ini dilakukan di Provinsi
Badan Penelitian dan Pengembangan Lampung, merupakan sebuah provinsi
Kesehatan (Balitbangkes) pada tahun paling selatan di Pulau Sumatera,
2010. Lokasi penelitian adalah Provinsi Indonesia. Di sebelah utara berbatasan
Lampung. Desain yang digunakan yaitu dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan.
cross-sectional (potong lintang) yaitu Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar
suatu penelitian untuk mempelajari Lampung, yang merupakan gabungan dari
dinamika korelasi antara faktor-faktor kota kembar Tanjungkarang dan
risiko dengan efek, dengan cara Telukbetung memiliki wilayah yang relatif
pendekatan, observasi atau pengumpulan luas, dan menyimpan potensi kelautan.
data sekaligus pada satu saat (point Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50
approach). Jumlah sampel dalam km2 dan terletak di antara 105°45’-103°48’
penelitian ini adalah seluruh remaja usia BT dan 3°45’-6°45’LS.Jumlah penduduk di
16-18 tahun di Provinsi Lampung yang provinsi Lampung ini adalah 7.608.405
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan jiwa dimana penduduk laki-laki sebanyak
dan mempunyai kebiasaan sarapan dilihat 3.916.622 jiwa dan penduduk perempuan
dari food recall. Berdasarkan data Nasional sebanyak 3.691.783 jiwa (2010) (BPS
Riskesdas 2010 menunjukkan jumlah Lampung).
remaja usia 16-18 tahun sebanyak 4318 Berdasarkan penelitian pada
jiwa. Sampel diambil secara acak kelompok usia responden yang paling
sederhana menurut kriteria inklusi dan banyak adalah usia 16 tahun sebanyak
eksklusi yang telah ditetapkan, maka 133 orang (35.2%) bila dibandingkan
diperoleh jumlah remaja usia 16-18 tahun dengan usia 17 tahun sebanyak 119 orang
di provinsi Lampung sebanyak 387 jiwa. (31.5%) dan usia 18 tahun sebanyak 126
(33.3%) dari total jumlah responden 387
orang dengan rata-rata usia responden 16
tahun 9 bulan.

Tabel 1
Karakteristik Responden
Nilai Nilai
Karakteristik Responden Mean ± SD
Minimum Maximum
Usia Responden : 16.9 ± 0.83
16 tahun 133 (35.2)
17 tahun 119 (31.5)
18 tahun 126 (33.3)
Jenis Kelamin :
Laki-laki 196 (51.9)
Perempuan 182 (48.1)
Waktu makan sarapan
387 (100)
Asupan energi pada sarapan
368 ± 153 48 860
Asupan protein pada sarapan
11.5 ± 7.1 0.45 45.9
Kecukupan energi sarapan :
Kurang
155 (41)
Cukup
223 (59)
Kecukupan protein sarapan :
Kurang
161 (42.6)
Cukup
217 (57.4)
Status Gizi :
Kurus 22 (5.8)
Normal 356 (94.2)
Z-score -0.50 ± 1.0 -5.99 2.26

Nutrire Diaita Volume 6 Nomor 1, April 2014 26


 
Hubungan Sarapan, Kecukupan Energi, dan Protein terhadap Status Gizi Remaja Usia 16 – 18 Tahun di Provinsi Lampung (Analisa
Data Sekunder RISKESDAS 2010)

Pada penelitian ini waktu makan Menurut penelitian Asrina (2013)


yang diteliti adalah waktu sarapan diketahui bahwa rata-rata asupan energi
responden. Responden yang diambil untuk laki-laki sebanyak 2403 (92%) dan
adalah yang sarapan dan mengonsumsi untuk perempuan sebanyak 2101 kkal
minimal karbohidrat dan protein sarapan (96%) hasil ini bila dbandingkan dengan
sebanyak 387 orang (100%) yang sarapan. AKG usia 16-18 tahun sudah mencukupi.
Lena Hallstrom menemukan bahwa Kecukupan gizi pada sarapan harus
di Eropa sekitar 34% remaja melewatkan memenuhi 15-30% kebutuhan energi
sarapan di pagi hari. Dan kebiasaan perhari, dalam penelitian ini hanya
sarapan pada remaja dipengaruhi oleh sebesar 20% dari total asupan protein.
kebiasaan orang tua mereka. Dan Michael Untuk responden remaja putra yang
Jack menemukan bahwa remaja yang termasuk kedalam kategori responden
memiliki kebiasaan sarapan memiliki dengan sarapan yang cukup jika asupan
kecenderungan untuk tidak mengalami protein pada sarapan ≥ 10.4 gram dari
obesitas. Sedangkan menurut data AKG dan responden remaja putra yang
Riskesdas (2010) masih sebesar 26.1% termasuk ke dalam kategori kurang jika
anak Indonesia yang hanya mengonsumsi asupan protein pada sarapan <10.4 gram
minuman (air putih, teh atau susu) dan dari AKG. Sedangkan untuk responden
sekitar 44.6% yang kurang atau bahkan remaja putri yang termasuk kedalam
tidak sarapan. kategori responden dengan sarapan yang
Dilihat dari jumlah asupan energi cukup jika asupanprotein pada sarapan ≥
tertinggi yang dikonsumsi oleh responden 8 gram dari AKG, dan kategori kurang jika
pada waktu sarapan adalah 860 kkal dan asupan protein pada sarapan < 8 gram
terendah 48 kkal, dengan rata-rata asupan dari AKG. Berdasarkan penelitian dari 387
368 kkal dengan SD sebesar 153 kkal. orang remaja yang sarapan dilihat dari
Kecukupan gizi pada sarapan harus total protein sarapan masih ada sebanyak
memenuhi 15-30% kebutuhan energi 161 orang (42.6%) yang kurang
perhari, dalam penelitian ini hanya memenuhi 20% dari kecukupan protein
sebesar 20% dari total asupan energi. sarapan dan sebanyak 217 orang (57.4%)
Untuk responden remaja putra yang yang sudah cukup memenuhi kecukupan
termasuk kedalam kategori responden protein sarapan.
dengan sarapan yang cukup jika asupan Secara nasional rata-rata
energi pada sarapan ≥350 kkal dan kecukupan konsumsi protein penduduk
responden remaja putra yang termasuk ke usia 16-18 tahun berkisar 88,3% -
dalam kategori kurang jika asupan energi 129.6%. dan remaja yang mengonsumsi
pada sarapan <350 kkal. Sedangkan dibawah kebutuhan minimal sebanyak
untuk responden remaja putri yang 35.6%. Pada penelitian ini sama dengan
termasuk kedalam kategori responden hasil penelitian Rizkia (2012) yang
dengan sarapan yang cukup jika asupan dilakukan di Provinsi Jawa Timur bahwa
energi pada sarapan ≥308 kkal, dan masih belum tercapainya angka
kategori kurang jika asupan energi pada kecukupan protein remaja usia 16-18
sarapan <308 kkal. Berdasarkan tahun di Jawa Timur.
penelitian dari 387 orang remaja yang Berdasarkan penelitian status gizi
sarapan dilihat dari total energi sarapan remaja dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
masih ada sebanyak 155 orang (41%) kurus dan sangat kurus. Sangat kurus
yang kurang memenuhi 20% dari dan kurus digabungkan menjadi satu
kecukupan energi sarapan dan sebanyak kelompok yaitu kurus, sedangkan normal
223 orang (59%) yang sudah cukup dan gemuk digabungkan menjadi satu
memenuhi kecukupan energi sarapan. kelompok yaitu normal. Dengan rata-rata
Secara nasional rata-rata nilai status gizi 1.94 dan SD 0.23.
kecukupan konsumsi energi penduduk
usia 16-18 tahun berkisar antara 69,5% - Hubungan Sarapan, Asupan Energi dan
84.3% . Dan sebanyak 54.5% remaja Protein Terhadap Status Gizi Remaja
mengonsumsi energi dibawah kebutuhan Dari uji t-test menghasilkan nilai p=
minimal (Riskesdas, 2010). 0.315 (p>0.05) sehingga dapat
Nutrire Diaita Volume 6 Nomor 1, April 2014 27
 
Hubungan Sarapan, Kecukupan Energi, dan Protein terhadap Status Gizi Remaja Usia 16 – 18 Tahun di Provinsi Lampung (Analisa
Data Sekunder RISKESDAS 2010)

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan berkolerasi positif dan signifikan dengan
antara rata-rata asupan energi pada energi harian pada BB. Pada penelitian
sarapan terhadap rata-rata status gizi yang dilakukan Tanja et all (2010) dalam
remaja. Hal ini sama dengan penelitian jurnalnya, menyatakan bahwa tidak ada
Zerifani (2011) yang menyatakan bahwa efek yang signifikan pada asupan energi
tidak ada hubungan antara kebiasaan pada makan siang (p=0.36), tetapi ada
sarapan asupan energi dan status gizi. pengaruh yang signifikan ketika sarapan
Dan dari hasil penelitian Yuliansyah (p=0.04) terhadap konsumsi energi total,
(2007) juga menyatakan bahwa tidak ada ini menunjukkan bahwa ketika responden
hubungan antara asupan energi dengan sarapan, mereka mengkonsumsi kalori
status gizi. Menurut Muhji, (2003) lebih dibanding ketika mereka tidak
mengatakan bahwa asupan energi yang diberikan sarapan. Ketika sarapan tidak
kurang dari kebutuhan berpotensi diberikan, menunjukkan bahwa mereka
terjadinya penurunan status gizi. secara signifikan lapar dan bisa
Hal ini tidak sesuai dengan jurnal mengkonsumsi lebih banyak makanan
menurut Muchlisa et.all dalam jurnal nya sebelum makan siang dari ketika mereka
menyatakan, bahwa korelasi antara sarapan (p< 0.001). Hal ini mungkin
asupan energi dan status gizi berdasarkan terjadi karena dilihat dari responden pada
IMT adalah bermakna. Penelitian ini juga kelompok yang mempunyai asupan energi
tidak sesuai dengan Volker et al. (2011), kurang sebagian besar mempunyai status
dalam jurnalnya, mengatakan bahwa gizi normal.
asupan energi pada makan pagi

Tabel 2
Analisis sarapan, asupan energi dan protein terhadap status gizi remaja
Variabel N Mean SD t-test p-value
status gizi
Energi Kurus 22 400 170 1.007 0.315
Normal 356 366 152
Protein Kurus 22 12.3 6.8 0.539 0.590
Normal 356 11.4 7.1

Dari hasil analisis uji t-test di Hal ini berbeda dengan hasil
dapatkan nilai p=0.590 (p>0.05) sehingga analisis penelitian ini, karena kurangnya
dapat disimpulkan bahwa Ho diterima konsumsi protein hewani pada remaja
berarti tidak ada hubungan yang pada pagi hari. Dan karena responden
signifikan antara asupan protein pada yang kurang asupan protein sudah
sarapan terhadap status gizi remaja usia termasuk kedalam kategori status gizi
16-18 tahun di Provinsi Lampung. Hasil normal.
ini sesuai dengan yang dikatakan oleh
Yuliansyah (2009) bahwa tidak ada Hubungan Sarapan, Kecukupan Energi
hubungan antara asupan protein dengan dan Protein Terhadap Status Gizi
status gizi. Hal ini dilihat dari kelompok Remaja
responden dengan tingkat protein kurang Sarapan yang baik adalah bila
ternyata lebih dari setengah jumlah selalu dilakukan pada waktu makan pagi
responden yang memilki status gizi hari bukan menjelang makan siang, dan
normal. tidak perlu dibedakan saat hari
Hasil ini berbeda dengan jurnal kerja/sekolah dan hari libur. Menurut
penelitian Soo (2007) dalam jurnal nya Khomsan (2005) sarapan sebaiknya
mengatakan konsumsi pangan protein menyumbang energi sekitar 25% dari
hewani, konsumsi daging adalah yang asupan harian. Oleh karena target asupan
tertinggi ' setiap hari ' makanan yang gizi harian yang ideal adalah memenuhi
dikonsumsi oleh responden, dan ada kebutuhan gizi (100% AKG) maka sarapan
perbedaan yang signifikan dalam yang dianjurkan adalah mengandung 15-
distribusi BMI antara responden. 30% zat gizi yang dilakukan antara

Nutrire Diaita Volume 6 Nomor 1, April 2014 28


 
Hubungan Sarapan, Kecukupan Energi, dan Protein terhadap Status Gizi Remaja Usia 16 – 18 Tahun di Provinsi Lampung (Analisa
Data Sekunder RISKESDAS 2010)

bangun pagi sampai jam 9 pagi energi sarapan dengan kategori kurang
(Hardinsyah, 2013). sebanyak 41.5% (termasuk yang tidak
Dari hasil analisis uji Chi-square sarapan). Diantara siswi yang asupan
diatas nilai p=0.992 (p>0.05) maka Ho energinya kurang, sebanyak 10% siswi
diterima artinya tidak ada hubungan ditemukan tidak pernah sarapan.
kecukupan energi pada sarapan dengan Hal ini dikarenakan karena food
status gizi remaja usia 16-18 tahun di recall yang pada data sekunder Riskesdas
Provinsi Lampung.Hasil ini sesuai dengan hanya 1x24 jam dengan ketentuan
penelitian yang dilakukan oleh Ulvie seharusnya 3x24 jam. Tetapi dari hasil
(2011) dalam jurnalnya yang menyatakan univariat terlihat bahwa masih banyak
bahwa tidak ada perbedaan yang yang kurang memenuhi kecukupan
bermakna asupan zat gizi energi dan sarapan seperti hanya mengkonsumsi
protein makan pagi pada siswa laki-laki minuman atau mengkonsumsi makanan
antara kelompok kasus dan kontrol. Rata- yang bukan selain karbohidrat atau
rata asupan zat gizi dan energi dan protein protein.
baik makan pagi maupun asupan zat gizi Menurut Khomsan (2005) alasan
total siswa laki-laki dan perempuan antara banyaknya anak yang tidak sarapan
kelompok kasus dan kontrol dibawah sebelum berangkat sekolah adalah karena
kecukupan zat gizi yang dianjurkan. tidak tersedia pangan untuk disantap,
Menurut Hermina dkk (2009) dalam pangan tidak menarik, jenis pangan yang
pada penelitiannya dari 217 jumlah siswi, disediakan monoton (membosankan), tidak
bahwa tidak semua siswi sarapan dengan cukup waktu (waktu terbatas) karena
asupan energi yang mencukupi (25%AKG) harus berangkat pagi.
asupan energi siswi dengan kategori
cukup sebanyak 58.5% sedangkan asupan

Tabel 3
Analisa Sarapan, Kecukupan Energi dan Protein Terhadap Status Gizi Remaja
Energi Status Gizi Jumlah p-
sarapan Kurus % Normal % value
Kurang 9 5.8 146 94.2 155 0.992
Cukup 13 5.8 210 94.2 223
Protein
sarapan
Kurang 9 6 152 94 161 0.869
Cukup 13 6 204 94 217

Dari hasil analisis uji Chi-square melainkan sepanjang siang dan sore juga.
diatas nilai p 0.869 (p>0.05) maka Ho Ini berarti bahwa sarapan pagi adalah
diterima artinya tidak ada hubungan faktor penentu bagi efisiensi kerja
kecukupan protein pada sarapan dengan sepanjang jam kerja.
status gizi remaja usia 16-18 tahun di Kekurangan penelitian ini
Provinsi Lampung. Hal ini sama dengan dikarenakan food recall yang pada data
penelitian yang dilakukan Toha (2004), sekunder Riskesdas hanya 1x24 jam
bahwa tidak ada hubungan tingkat dengan ketentuan seharusnya 3x24 jam.
kecukupan protein dengan IMT p>0.05 Tetapi dari hasil univariat terlihat bahwa
dengan rata-rata tingkat kecukupan masih banyak yg kurang memenuhi
protein 65.8%. kecukupan sarapan seperti hanya
Penelitian ini tidak sejalan dengan mengkonsumsi minuman atau
Novita (2012) yang mengatakan ada mengkonsumsi makanan yang bukan
hubungan antara status gizi dengan selain karbohidrat atau protein. Dan
kecukupan protein p<0.05. untuk mengetahui status gizi kurus,
Menurut Nadesul (1997) normal, dan gemuk dibutuhkan proses
membuktikan bahwa sarapan bukan yang panjang tidak cukup hanya dengan
hanya mempengaruhi kadar gula dalam food recall sehari.
darah dari pagi hingga siang saja,
Nutrire Diaita Volume 6 Nomor 1, April 2014 29
 
Hubungan Sarapan, Kecukupan Energi, dan Protein terhadap Status Gizi Remaja Usia 16 – 18 Tahun di Provinsi Lampung (Analisa
Data Sekunder RISKESDAS 2010)

Kesimpulan November 2013,


Dari hasil penelitian ini, http://www.health.kompas.com
menunjukkan bahwa nilai rata-rata
asupan energi dan protein pada sarapan Hermina, “Faktor-faktor yang
terhadap status gizi remaja. Tidak ada mempengaruhi kebiasaan makan
hubungan bermakna antara asupan energi pagi pada remaja putri di SMP”,
dan protein pada sarapan dengan status 2009. Diakses pada 6 Maret 2014,
gizi remaja. Dan dari hasil penelitian ini http://ejournallitbangkesdepkes.go.
tidak ada hubungan bermakna antara id
sarapan, kecukupan energi dan protein
terhadap status gizi remaja usia 16-18 Imania, R, “Perbandingan Status Gizi
tahun di Provinsi Lampung. Remaja Usia 15-18 Tahun di
Pedesaan dan Perkotaan di Provinsi
Daftar Pustaka Jawa Timur serta Faktor-faktor
Almatsier, S, “Prinsip Dasar Ilmu Gizi”, yang Mempegaruhinya”, Skripsi,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Jurusan Ilmu Gizi, Universitas
2009 EsaUnggul, Jakarta, 2012

Asrina, “Pengetahuan, Asupan, Status Gizi Michael. J,dan Merten, “Breakfast


Siswa dan Manajemen Consumption in Adolescen and
Penyelenggaraan Makanan di SMA Young Adulthood Parental Presence
Negeri 2 Tinggimoncong Kabupaten Comunity Context and Obesity,
Gowa Provinsi Sulawesi Selatan”, Journal of American Dietetic
Sulawesi Selatan, 2013 Asociation”, 2009.
http://www.jada.com, diakses pada
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 12 Februari 2014
“Statistik Kependudukan Provinsi
Lampung”, 2010. Diakses pada 15 Moehji. S, “Pengaturan Makanan dan Diit
Januari 2014, untuk Penyembuhan Penyakit”, PT
http://www.Lampungprov.co.id Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1992
Brown, “Nutrition Through The Life Cycle”,
2nd Edition, Wadsworth Inc, USA, Muchlisa, “Hubungan Asupan Zat Gizi
2005 dengan Status Gizi pada Remaja
Putri di Fakultas Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, “Pedoman Masyarakat Universitas Hasanuddin
Umum Gizi Seimbang”, Direktorat Makassar”, Skripsi, Jurusan
Jenderal Bina Kesehatan Kesehatan Masyarakat, Universitas
Masyarakat, Jakarta, 2002 Hasanuddin, Makasar, 2013

Departemen Kesehatan RI, “Hasil Laporan Muhammad, T, “Hubungan Antara Tingkat


Riskesdas 2010”, 2010. Diakses Kecukupan Energi dan Protein
pada 11 mei 2013, dengan Indeks Massa Tubuh dan
http://www.litbang.depkes.go.id Kadar Hemoglobin Penderita
Tuberulosis Paru”, Skripsi, Jurusan
Hallstrom, L, “Breakfast Habits and Gizi Universitas Diponegoro,
Factors Influency Food Choices at Semarang, 2004
Breakfast in Relation to Socio-
demographic and Family Factors Nadesul. H, “Pola dan Gaya Hidup Sehat”,
Among European Adolescents”, Puspawara, Jakarta, 1997
2010. Diakses pada 12 Februari
2014, http://www.j.appet.com Restiani. N, “Hubungan Citra Tubuh,
Asupan Energi dan Zat Gizi Makro
Hardinsyah, “Simposium Pekan Sarapan serta Aktivitas Fisik dengan Status
Nasional”, 2013. Diakses pada 17 Gizi Lebih pada Siswa SMP
Nutrire Diaita Volume 6 Nomor 1, April 2014 30
 
Hubungan Sarapan, Kecukupan Energi, dan Protein terhadap Status Gizi Remaja Usia 16 – 18 Tahun di Provinsi Lampung (Analisa
Data Sekunder RISKESDAS 2010)

Muhammadiyah 31 Jakarta Timur”, di Kota Yogyakarta”, Jurnal Media


Skripsi, Jurusan Gizi Universitas Ilmu Keolahragaan Indonesia,
Indonesia, Depok, 2012 Universitas Negeri Semarang, 2011.
Diakses pada 25 januari 2014,
Soetardjo. S, “Gizi Seimbang dalam Daur http://www.journal.unnes.ac.id
Kehidupan”, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2011 Volker, “Impact Breakfast on Daily Energy
Intake –an Analysis Absolute Versus
Soo Ko. M, “The Comparison in Daily Intake Relative Breakfast Calories”, The
of Nutrients, dietary Habits and Nutitional Journal, 2005
Body Composition of Female College
Students by Body Mass Indeks”. Yuliansyah. D, “Faktor-faktor yang
Diakses pada 19 Desember 2013, Berhubungan dengan Status Gizi
http://www.pubmed.com Remaja Putri di SMUN Toho
Kabupaten Pontianak”, Skripsi,
Tanja, “Effects of Eating Breakfast Jurusan Gizi Kesehatan Universitas
Compared with Skipping Breakfast Gadjah Mada, Yogyakarta, 2007
on Rating of Appetite and Intake at
Subsequent Meals in 8-to-10 y-old Zerifani, “Hubungan Asupan Energi,
Children”, 2010. Diakses pada 14 Protein dan Status Gizi Anak SD
Oktober 2013, http://www.ajcn.com yang Mempunyai Kebiasaan
Sarapan dan Jajan di SD
Ulvie. Y.N.S, “Tingkat Kesegaran Jasmani, Burankeng 02 Bekasi tahun 2012”,
Status Gizi dan Asupan Zat Gizi Skripsi, Jurusan Gizi Universitas
Makan Pagi pada Siswa SMP Negeri Esa Unggul, Jakarta, 2012

Nutrire Diaita Volume 6 Nomor 1, April 2014 31


 

Anda mungkin juga menyukai