Jurnal Upi - Uud 1945
Jurnal Upi - Uud 1945
2 (April 2019)
Abstract: The purpose of this article is 1) to describe the dynamics of the formulation of the opening of the third Constitution
on August 18, 1945, and 2) to describe the dynamics of the formulation of the opening of the third paragraph of
the Republic of Indonesia until the Presidential Decree of July 5, 1959. used in writing this article is a method
of historical writing. The findings indicate that on August 18, 1945, at the suggestion of Mr. I Gusti Ketut Pudja
The opening of the third paragraph of the 1945 Constitution which reads “On the blessing of the Grace of God
...” has been replaced with “On the blessing of God’s Grace ...”. The proposal also did not get a refusal from other
PPKI trial participants, so Sukarno finally ratified the aforementioned Opening with the approval of all PPKI
members. But precisely in the News of the Republic of Indonesia II No. 7 February 15, 1946 the changes have not
been made. Therefore, so that the next generation is not contaminated by amnesia suffered by its predecessor,
then the opening of the third Constitution must be immediately changed to “On the blessing of the Grace of God
Almighty”.
Abstrak: Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan dinamika perumusan Pembukaan Undang-
Undang Dasar alenia ketiga pada tanggal 18 Agustus 1945, dan untuk mendeskripsikan dinamika rumusan
Pembukaan Undang-Undang Dasar alenia ketiga dari Republik Indonesia Serikat sampai Dekrit Presiden 5
Juli 1959. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode penulisan sejarah. Hasil temuan
menunjukkan bahwa pada tanggal 18 Agustus 1945, atas usulan Mr. I Gusti Ketut Pudja Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 alenia ketiga yang berbunyi “Atas berkat Rahmat Allah…” telah diganti dengan “Atas
berkat Rahmat Tuhan…”. Usulan tersebut juga tidak mendapatkan penolakan dari peserta sidang PPKI
lainnya, sehingga Sukarno akhirnya mengesahkan Pembukaan tersebut di atas dengan persetujuan seluruh
anggota sidang PPKI. Akan tetapi justru dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No. 7 tanggal 15 Februari
1946 perubahan itu belum dilakukan. Diskursus dalam artikel ini menguraikan dinamika kalimat “Atas berkat
rahmat Allah” dan “Atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”.
Kata Kunci: Pembukaan, UUD 1945, Alenia Ketiga,
PENDAHULUAN
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Sebelum rapat tersebut dilaksanakan memang sempat
Agustus 1945 yang dibacakan oleh Ir. Sukarno dan Mohammad terjadi perselisihan pendapat antara perwakilan masyarakat
Hatta atas nama Bangsa Indonesia adalah titik kulminasi yang Indonesia bagain Timur dengan anggota PPKI yang mewakili
menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang golongan Islam, akan tetapi perselisihan tersebut dapat segera
Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan diselesaikan. Hingga akhirnya rapat pertama PPKI tanggal
makmur. Setelah Proklamasi Kemerdekaan dibacakan maka 18 Agustus 1945 berlangsung dengan lancar. Pembahasan
keesokan harinya, sabtu tanggal 18 Agustus 1945 bersidanglah masalah rancangan Undang-Undang Dasar yang telah
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di Gedung disiapkan oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan
Tyuuoo Sangi-In untuk mengesahkan Undang-Undang Dasar (BPUPK) (Dokuritso Zyunbi Cosakai), berhasil dibahas dan
(Simorangkir, 1984). Di awal sidang Sukarno selaku ketua ditetapkan dalam tempo kurang dari 2 (dua) jam (Posponegoro
PPKI menyatakan: dan Notosusanto, 2010). Dengan demikian, pada tanggal
“Sidang yang terhormat. Pada hari ini kita berada pada 18 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah memiliki landasan
satu saat yang mengandung sejarah. Pada hari ini kita kehidupan yang meliputi, yakni sebuah Undang-Undang
menyusun Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Dasar yang kini dikenal dengan nama Undang-Undang
yang kemerdekaannya kemarin, menurut kehendak Dasar 1945 yang terdiri dari Pembukaan, Batang Tubuh dan
rakyat, telah dipermaklumkan dengan proklamasi yang Penjelasannya. Menurut Simorangkir (1984: 225) menekankan
telah diumumkan pula kepada rakyat kira-kira jam bahwa:
setengah 12 (Nippon)…Janganlah kita terlalu tertarik “Ia (baca: Undang-Undang Dasar 1945) diperjuangkan,
oleh kehendak yang kecil-kecil, tetapi marilah kita dipersiapkan dan disusun dan suasana “perjuangan
menurut garis-garis yang besar saja yang mengandung supaya merdeka”. Dia dipersiapkan, disusun, disyahkan
sejarah” (Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha dan ditetapkan dalam semangat persatuan dan kesatuan.
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Ia, Undang-Undang Dasar 1945 itu, merupakan hasil
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), 1998). perjuangan, sebagai suatu “Karya Agung” dari seluruh
bangsa dan rakyat Indonesia”.
97
I Wayan Pardi
Kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945: Diskursus Pembukaan UUD 1945 dalam Perspektif Sejarah
Namun dalam catatan sejarah ketatanegaraan, bangsa dokumen/sumber tertulis yang penulis gunakan dalam
Indonesia tidak hanya pernah menggunakan satu undang- penulisan artikel ini adalah buku, artikel, laporan penelitian,
undang. Menurut Syahuri (2004), sejak 18 Agustus 1945 berita, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang berkaitan
hingga sekarang, bangsa Indonesia telah mengalami lima dengan judul artikel. Kedua, setelah data terkumpul maka
kali penggunaan konstitusi/Undang-Undang Dasar. Undang- penulis akan menyaring secara kritis terhadap sumber-
Undang Dasar 1945 berlaku sejak disahkan oleh PPKI pada sumber yang telah dikumpulkan melalui kritik sumber. Kritik
tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949, yang digunakan adalah kritik ekstern yaitu dengan menguji
kemudian diganti dengan Konstitusi Sementara Republik otentisitas atau keaslian sebuah sumber, kemudian juga
Indonesia Serikat (RIS) sebagai hasil kesepakatan Konferensi dilakukan kritik intern yaitu dengan mengkaji kredebilitas
Meja Bundar (KMB). Konstitusi Sementara Republik Indonesia atau dapat tidak dipercayai data yang terkumpul (Pageh, 2000:
Serikat (RIS) berlaku sampai dengan tanggal 17 Agustus 67).
1950, karena bentuk Negara Indonesia kembali ke bentuk Melalui kedua kritik tersebut maka diharapkan data-data
negara kesatuan seperti amanat UUD 1945 dengan konstitusi yang digunakan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
baru, yakni Undang-Undang Sementara 1950. Pada tanggal dan hasilnya dapat mendekati kebenaran. Ketiga, menafsirkan
5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan sebuah dekrit fakta-fakta yang telah didapat dan menghubungkan atau
yang salah satu isinya menyatakan Undang-Undang Dasar merangkaikannya sehingga menjadi bangunan cerita yang
1945 kembali digunakan di Republik Indonesia, sehingga jelas relevansinya dan masuk akal. Selain itu, melakukan
secara otomatis UUDS 1950 tidak berlaku lagi. Mulai 5 Juli interpretasi juga memungkinkan penulis melakukan proses
1959 sampai sekarang bangsa Indonesia tetap menggunakan seleksi terhadap fakta-fakta sejarah karena tidak semua fakta
Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu, dari tahun 1999-2002 dapat dan harus dimasukkan dalam cerita sejarah. Oleh karena
Undang-Undang Dasar 1945 telah mengalami empat kali itu, penting juga melakukan seleksi terhadap fakta-fakta yang
amandemen yang dilakukan oleh MPR. relevan dan bermakna dalam kisah sejarah yang dibuat.
Akan tetapi dibalik itu semua itu terdapat satu masalah Kelima, penulisan sejarah tentang dinamika perumusan dan
yang mengusik beberapa bagian dari masyarakat Indonesia, rumusan Pembukaan Undang-Undang Dasar Alenia Ketiga
yaitu Pembukaan UUD 1945 alenia ketiga yang lengkapnya dilakukan dengan menggunakan prinsip 5 W + 1 H.
berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa...”. Selain itu, juga menggunakan prinsip kronologi (urutan-
Persoalan tersebut akan muncul jika dikaitkan dengan urutan waktu terjadinya peristiwa), prinsip serialisasi (cara
komposisi agama yang ada di Indonesia. Kalimat tersebut membuat urutan-urutan peristiwa), prinsip kausasi (hubungan
akan dapat diterima oleh tiga agama besar di Indonesia, sebab akibat), prinsip koligasi (menghubungkan fakta-fakta
yakni Islam, Kristen Khatolik, dan Kristen Protestan, namun yang secara intrinsik dan memberikan arti bagi keseluruhan
tidak pada pemeluk agama Hindu, Buddha, Konghucu dan peristiwa masa lampau yang ingin dibangun). Bahkan, prinsip
penghayat kepercayaan. imajinasi juga digunakan untuk membuat analogi antara
Selain itu, narasi sejarah perdebatan sidang PPKI pada peristiwa di waktu yang lampau dengan tindakan di waktu
tanggal 18 Agustus 1945 umumnya hanya terhenti pada sekarang.
adanya kesepakatan antara golongan kebangsaan dengan
golongan Islam mengenai perubahan kalimat “Ke-Tuhanan HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- Dinamika Perumusan Pembukaan UUD 1945 Alenia Ketiga
pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” pada Pada Sidang Ppki Tanggal 18 Agustus 1945
Pembukaan UUD 1945 alenia keempat. Padahal selain itu, Pasca terdesaknya Jepang dalam Perang Asia Timur Raya,
ada persoalan lain yang sangat menarik untuk dikaji pada pada bulan September 1944 Perdana Menteri Koiso mengambil
Pembukaan UUD 1945 alenia ketiga yang sampai saat ini langkah strategis untuk mempertahankan pengaruh
masih membutuhan penjelasan hitoris proses perumusan dan Jepang terhadap Indonesia, yaitu dengan memberikan janji
penetapan serta dinamika yang menyertainya dalam panggung Kemerdekaan kepada bangsa Indonesia di kemudian hari. Janji
sejarah bangsa Indonesia. Berdasarkan latar belakang kemerdekaan tersebut tidak dapat dilakukan dengan serentak
di atas, maka tujuan penulisan artikel ini adalah untuk di seluruh wilayah Indonesia mengingat situasi yang berbeda
mendeskripsikan dinamika perumusan Pembukaan Undang- antara Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur
Undang Dasar alenia ketiga pada tanggal 18 Agustus 1945, dan juga perbedaan struktur komando angkatan perang
dan untuk mendeskripsikan dinamika rumusan Pembukaan Jepang yang menguasainya. Indonesia bagian barat berada di
Undang-Undang Dasar alenia ketiga dari Republik Indonesia bawah kekuasaan Angkatan Darat (Rikugun) pada dasarnya
Serikat sampai Dekrit Presiden 5 Juli 1959. sudah merupakan daerah belakang peperangan, sedangkan
Indonesia bagian timur berada di bawah kekuasaan Angkatan
METODE Laut (Kaigun) masih merupakan daerah mandala perang.
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini Sementara itu, dalam struktur angkatan perang jepang
adalah metode penelitian sejarah, yang langkah-langkah terdapat pula Komando Tentara Kawasan Selatan yang
meliputi: Pertama, Heuristik (Pengumpulan Data). Teknik menjadi komando utama Angkatan Perang Kekaisaran Jepang
studi dokumen adalah teknik yang penulis gunakan untuk dan membawahi kesatuan-kesatuan Angkatan Darat, baik
mengumpulkan data dalam penulisan artikel ini. Data dalam bentuk Army Group maupun Army. Pada tahun 1945
98
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, Vol. II, No. 2 (April 2019)
Panglima Tentara Kawasan Selatan adalah Marsekal Hisaichi, perubahan yang sangat penting karena menyangkut keutuhan
yang membawahi Tentara ke XVI untuk pulau Jawa dan Republik Indonesia, misalnya perubahan pada pasal 6 alenia 1
Tentara ke XXV untuk pulau Sumatera. Komando-komando yang sebelumnya berbunyi “Presiden ialah orang Indonesia Asli
angkatan darat inilah yang melaksanakan janji kemerdekaan yang beragama Islam” diganti menjadi “Presiden ialah orang
yang diucapkan Perdana Menteri Koiso. Sementara itu, wilayah Indonesia Asli, sedangkan “yang beragama Islam” dicoret.
Indonesia bagian timur yang berada di bawah komando Kemudian, Pembukaan UUD 1945 pada alenia keempat
angkatan laut Kekaisaran Jepang (Kaigun) tidak berada di yang sebelumnya berbunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban
bawah Komando Tentara Kawasan Selatan, yang merupakan menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, juga
komando utama angkatan darat. dirubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Dengan struktur komando seperti di atas, maka Dalam buku Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-
terbentuklah dua buah BPUPK (Dokuritso Zyunbi Cosakai) Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia
di Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. BPUPK untuk Pulau Jawa Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) (1998) Muhammad
dipimpin oleh dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat dibentuk Hatta selaku wakil ketua sidang PPKI menjelaskan mengenai
oleh dan bertanggungjawab kepada Saiko Sikikan (Panglima alasan perubahan di atas, yaitu:
Tentara) Tentara ke XVI. Sedangkan BPUPK untuk Pulau “…oleh karena penetapan yang kedua: Presiden Republik
Sumatera dipimpin oleh Muhammad Sjafei, yang dibentuk orang Islam, agak menyinggung perasaan dan pun
dan bertanggungjawab kepada Saiko Sikikan Tentara ke tidak berguna, oleh karena mungkin dengan adanya
XXV. Untuk Indonesia bagian timur tidak ada/dibentuk orang Islam 95% jumlahnya di Indonesia ini dengan
BPUPK. BPUPK untuk Pulau Jawa mempunyai arti penting sendirinya barangkali orang Islam yang akan menjadi
untuk Indonesia karena badan inilah yang menghasilkan Presiden sedangkan dengan membuang ini maka seluruh
rancangan Undang-Undang. BPUPK di Pulau Sumatera yang Hukum Undang-Undang Dasar dapat diterima oleh
baru dibentuk tanggal 25 Juli 1945 hanya dapat menyusun daerah-daerah Indonesia yang tidak beragama Islam
program-program jangka pendek. umpamanya yang pada waktu sekarang diperintah oleh
Pada tanggal 1 Maret 1945 Saiko Syikikan (Panglima Kaigun. Persetujuan dalam hal ini juga sudah didapat
Tentara Jepang) Kumakici Harada, mengumumkan antara berbagai golongan, sehingga memudahkan
pembentukan suatu Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan pekerjaan kita pada waktu sekarang ini. Berhubung
Kemerdekaan (BPUPK) (Dokuritsu Jumbi Cosakai), sebagai dengan itu juga berubah pasal 29. Ini bersangkutan
Kaico (ketua) ditunjuk dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat juga dengan Preambule. Pasal 29 ayat 1 menjadi begini:
(Sudiyo, 2002: 95). Setelah itu pada tanggal 29 April 1945, “Negara berdasarkan atas ke-Tuhanan Yang Maha Esa”.
pemerintah pendudukan Jepang secara resmi membentuk Kalimat yang di belakang itu yang berbunyai: “dengan
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan kewajiban” dan lain-lain dicoret saja”.
(BPUPK) (Dokuritsu Jumbi Cosakai). Sidang BPUPK dibagi
dalam dua periode, yaitu masa sidang pertama dari tanggal Perubahan di atas menurut Muhammad Hatta merupakan
29 Mei 1945-1 Juni 1945 dan sidang kedua dari tanggal 10 Juli perubahan yang “maha penting” karena akan mampu
1945-17 Juli 1945 (Basarah, 2017). menyatukan segala bangsa (baca: suku bangsa dan agama).
Pada tanggal 9 Agustus 1945 terbentuklah Panitia Sebelum diadakan perubahan memang terdapat keberatan
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) (Dokuritsu Zyunbi pemeluk agama lain terhadap anak kalimat “dengan kewajiban
Iinkai) (Sudiyo, 2002). Berbeda dengan BPUPK yang dibentuk menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, karena
untuk daerah-daerah tertentu di Indonesia, anggota dan penganut agama lain selain Islam di daerah Indonesia Timur
wilayah kerja PPKI (Dokuritsu Zyunbi Iinkai) sudah meliputi merasa didiskriminasikan dan jika hal tersebut tidak dirubah
seluruh Indonesia. Satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan maka mereka lebih suka berdiri di luar Republik Indonesia
17 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Posponegoro dan Notosusanto, 2010). Muhammad Hatta
(PPKI) mengadakan rapat dengan agenda untuk mengesahkan menyatakan:
Undang-Undang Dasar di Gedung Tyuuoo Sangi-In (Sekarang “…mereka mengakui, bahwa bagian kalimat itu
Departemen Luar Negeri). Rapat tersebut dilaksanakan (baca: dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam
pada tanggal 18 Agustus 1945 dipimpin oleh Ir. Sukarno bagi pemeluk-pemeluknya”) tidak mengikat mereka,
dengan wakil ketua Muhammad Hatta. Rapat yang semula hanya mengenai rakyat yang beragama Islam. Tetapi
direncanakan akan dilaksanakan pada pukul 09.30 tersebut tercantumnya ketetapan seperti itu di dalam suatu dasar
ternyata sampai lebih dari pukul 11.00 belum juga dimulai. yang menjadi pokok Undang-Undang Dasar berarti
Rapat baru bisa dilaksanakan pada pukul 11.30. Selain itu, mengadakan diskriminasi terhadap mereka golongan
terdapat pula tambahan anggota sidang Panitia Persiapan minoritas. Jika “diskriminasi” ditetapkan juga, mereka
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebanyak 6 (enam) orang, lebih suka berdiri berdiri di luar Republik Indonesia”
yaitu Wiranatakoesoema, Ki Hadjar Dewantara, Mr. Kasman, (Fauzi, dkk., 1983).
Sajuti, Koesoema Soemantri, dan Soebardjo.
Ada beberapa hal yang telah disepakati dalam Undang- Untuk membahas keberatan masyarakat Indonesia
Undang Dasar 1945 pada sidang-sidang sebelumnya yang bagian Timur terhadap anak kalimat “dengan kewajiban
akhirnya dirubah oleh peserta sidang PPKI. Beberapa menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dan
99
I Wayan Pardi
Kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945: Diskursus Pembukaan UUD 1945 dalam Perspektif Sejarah
“Presiden ialah orang Indonesia Asli yang beragama Islam”, Ketiga telah diganti dengan perkataan “Atas berkat Rahmat
maka Drs. Mohammad Hatta bersama K.H.A. Wachid Hasyim, Tuhan”. Usulan tersebut juga tidak mendapatkan penolakan
Ki Bagoes Hadikoesoemo, Mr. H. Teuku Moehammad Hasan, dari peserta sidang PPKI lainnya, sehingga Sukarno akhirnya
dan Mr. Kasman Singodimedjo mengadakan rapat menjelang mengesahkan Pembukaan tersebut di atas dengan persetujuan
pembukaan rapat pertama PPKI. Dalam waktu yang relatif seluruh anggota sidang. Menurut Simorangkir (1984: 215)
cepat disepakati untuk meniadakan anak kalimat yang diterimanya usul mengganti kata “Allah” menjadi “Tuhan”,
berkenaan dengan Islam itu demi persatuan dan kesatuan menggambarkan pula peran serta penganut agama lainnya
nasional (Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha (selain Islam) dalam persiapan/penyusunan UUD 1945.
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Secara lebih lengkap berikut ini adalah tabel perbandingan
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), 1998). perubahan Undang-Undang Dasar sebelum dan sesudah
Selain narasi besar perubahan UUD 1945 di atas, ditetapkan oleh PPKI di tabel 5.1,
sebenarnya terdapat perubahan lain yang diajukan oleh Undang-Undang Dasar yang disahkan oleh PPKI dengan
perwakilan masyarakat Indonesia Timur. Dalam rapat tersebut perubahan-perubahan seperti di atas, kemudian diumumkan
sempat ada usulan yang dikemukakan oleh Mr. I Gusti Ketut dengan resmi dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No.
Pudja mengenai naskah Pembukaan UUD 1945 Alenia Ketiga 7 tanggal 15 Februari 1946. Namun, yang menarik usul Mr. I
yang ditawarkan oleh Ir. Sukarno kepada peserta sidang PPKI. Gusti Ketut Pudja agar anak kalimat “Atas berkat Rahmat Allah
Usulan tersebut diawali dengan keterbukaan Sukarno sebagai Yang Maha Kuasa” diganti dengan “Atas berkat Rahmat Tuhan
kepala sidang untuk menampung segala macam pendapat dari Yang Maha Kuasa” yang telah disepakati dan disetujui sidang
berbagai golongan masyarakat, sehingga produk Undang- PPKI akan tetapi dalam penerbitan Berita Republik Indonesia
Undang Dasar yang dihasilkan merupakan hasil kesepakatan Tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946 perubahan itu belum
bersama. Sebagai catatan, tokoh Mr. I Gusti Ketut Pudja dilakukan” (Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha
sudah ditetapkan sebagai pahlawan nasional tahun 2011, atas Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia
jasanya mengembangkan pemikiran “Multikulturalisme”. Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), 1998: xxxi).
Berikut adalah cuplikan usulan tersebut dikutip dalam buku Kemungkinan besar hal ini merupakan kesalahan teknis
Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan dalam suasana revolusi saat itu” (Risalah Sidang Badan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) (1998: 530), yaitu: (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Katua Sukarno: (PPKI), 1998: 538). Untuk mempertegas bunyi alenia ketiga
Tuan-tuan, tidak ada lagi perubahan? Silakan Tuan Gusti. di dalam Pembukaan UUD 1945 yang diterbitkan oleh Berita
Anggota I Gusti Ktut Pudja: Republik Indonesia Tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946,
Ayat 3 “Atas berkat Rahmat Allah” diganti dengan “Tuhan” yaitu “Atas berkat Rachmat Allah Jang Maha Koeasa dan dengan
saja, “Tuhan Yang Maha Kuasa”. didorongkan oleh keinginan loehoer soepaja berkehidudoepan
Ketua Sukarno: kebangsaan jang bebas, maka rakjat Indonesia menjatakan
Diusulkan, supaya perkataan “Allah Yang Maha Esa” dengan ini kemerdekaanja”.
diganti dengan “Tuhan Yang Maha Esa”. Tuan-tuan
semua mufakat kalau perkataan “Allah” diganti dengan Dari Republik Indonesia Serikat (RIS) sampai Dekrit
“atas berkat Tuhan Yang Maha Kuasa”. Tidak ada lagi, Presiden 5 Juli 1959: Dinamika Rumusan Pembukaan UUD
Tuan-tuan? 1945 Alenia Ketiga
Kalau tidak ada lagi, saya baca seluruhnya, maka Menurut Syahuri (2004) sejak proklamasi kemerdekaan
kemudian saya sahkan. Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945
hingga sekarang, bangsa Indonesia telah mengalami lima kali
PEMBUKAAN penggunaan konstitusi, yaitu:
“…Atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan 1. Konstitusi Pertama, adalah Undang-Undang Dasar
dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya Negara Republik Indonesia yang ditetapkan oleh Panitia
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 18 Agustus 1945.
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya…”. 2. Konstitusi Kedua, adalah Konstitusi (Sementara)
Republik Indonesia Serikat (Konstitusi RIS) tahun 1949
Setuju, Tuan-tuan? yang merupakan hasul Konferensi Meja Bundar di Den
(Suara: Setuju) Haag pada tanggal 27 Desember 1949.
3. Konstitusi ketiga, adalah Undang-Undang Dasar
Dengan ini sahlah pembukaan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) tahun 1950 yang ditetapkan tanggal
Negara Indonesia. 15 Agustus 1950, dengan Undang-Undang nomor 7
tahun 1950
Berdasarkan kutipan pembicaraan sidang antara Mr. 4. Konstitusi Keempat, sama dengan konstitusi pertama
I Gusti Ketut Pudja dengan Ir. Sukarno yang merupakan yang berdasarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dikenal
ketua sidang PPKI dapat disimpulkan bahwa perkataan “Atas dengan istilah Undang-Undang Dasar 1945.
berkat Rahmat Allah” dalam Pembukaan UUD 1945 Alenia 5. Konstitusi Kelima, Undang-Undang Dasar Negara
100
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, Vol. II, No. 2 (April 2019)
Tabel 5.1. Perbandingan Perubahan Hukum Dasar Karya BPUPKI dan Undang-Undang Dasar PPKI
101
I Wayan Pardi
Kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945: Diskursus Pembukaan UUD 1945 dalam Perspektif Sejarah
atas dapat diketahui bahwa kesepakatan dalam sidang PPKI pro dan kontra (Posponegoro dan Notosusanto, 2010). Latar
tanggal 18 Agustus 1945 tidak serta merta ditinggalkan, belakang Presiden menawarkan untuk memberlakukan
melainkan tetap dijadikan bahan rujukan dalam penuangan Demokrasi Terpimpin diungkapkan oleh Mansoer (1977: 66-
kata “Tuhan” dalam Pembukaan Konstitusi RIS. Hal ini tidak 67), yaitu:
dapat dilepaskan karena Konstitusi RIS digarap bersama oleh “…pergolakan-pergolakan daerah dengan
wakil dari Republik Indonesia dan daerah-daerah bagian pemberontakannya PRRI/Permesta pada akhir
pada tanggal 29 Oktober 1949 (Kansil, 1979: 62). Hal lain tahun 1956, dinyatakannya seluruh Indonesia dalam
yang patut dicatat bahwa walaupun pada masa Republik keadaan darurat perang sejak 14 Maret 1957, retaknya
Indonesia Serikat Konstitusinya menggunakan Konstitusi Dwi Tunggal: Sukarno-Hatta, karena yang terkahir
RIS, akan tetapi di Negara Bagian Republik Indonesia masih mengundurkan diri dari Jabatannya Wakil Presiden…
menggunakan Undang-Undang Dasar 1945, sesuai Perjanjian Ditambah pula Konstituante yang bersidang, sebagai
Renville (Syahuri, 2004). hasil pemilihan umum, untuk menentukan Undang-
Pada tanggal 15 Agustus 1950 sejarah ketatanegaraan Undang Dasar Negara mencapai jalan buntu”.
Indonesia mengawali babak baru dengan dibacakannya
piagam terbentuknya Negara Kesatuan Repulik Indonesia Selain itu, usulan Presiden Sukarno untuk kembali
oleh Presiden RIS Ir. Sukarno (Sekretariat Negara Republik menggunakan UUD 1945 ditolak oleh Konstituante, dan
Indonesia, 1985: 43). Pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS setelah itu anggota Konstituante enggan untuk bersidang
secara resmi dibubarkan dan Indonesia kembali ke bentuk lagi. Keadaan tersebut oleh Presiden dianggap keadaan yang
Negara Kesatuan dengan menggunakan Undang-Undang membahayakan (Atmadja, 2010). Oleh sebab itu, maka
Dasar Sementara 1950. Adapun, Pembukaan atau Mukadimah pada hari minggu tanggal 5 Juli 1959 pukul 17.00, dalam
Undang-Undang Dasar Sementara tahun 1950 adalah sebagai suatu upacara resmi di Istana Merdeka, Presiden Sukarno
berikut: mengumumkan Dekrit Presiden dalam kerangka Demokrasi
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala Terpimpin. Secara garis besar Dekrit Presiden 5 Juli 1959
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia memuat 3 (tiga) keputusan, yaitu sebagai berikut:
harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri- 1. Pembubaran Konstituante;
kemanusiaan dan peri-keadilan. 2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah berlakunya lagi UUDS 1959; dan
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat 3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat
sentausa mengantarkan Rakyat Indonesia kedepan pintu Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbangan Agung
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, Sementara (DPAS) (Simorangkir, 1984: 122).
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Sebelum Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden
Dengan berkat dan rahmat Tuhan tercapailah tingkatan 5 Juli 1959, Departemen Penerangan Republik Indonesia
sejarah yang berbahagia dan luhur. pada bulan Feberuari 1959 mengeluarkan buku dengan
Maka demi ini kami menyusun kemerdekaan kami itu judul “Kembali Kepada Undang-Undang Dasar 1945”. Dalam
dalam suatu piagam Negara yang berbentuk republik buku tersebut dijelaskan salah satu putusan Dewan Menteri
kesatuan, berdasarkan pengakuan Ketuhanan Yang mengenai Pelaksanaan pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
Maha Esa, perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dalam rangka kembali ke Undang-Undang Dasar 1945 adalah
dan kedalilan sosial, untuk mewujudkan kebahagiaan, Undang-Undang Dasar 1945 ini dipertahankan sebagai
kesejahteraan, perdamaian dan kemerdekaan dalam keseluruhan (Departemen Penerangan, 1959: 6). Dengan
masyarakat dan Negara hukum Indonesia Merdeka yang kata lain, Undang-Undang Dasar 1945 yang disepakati untuk
berdaulat sempurna” (Tiga Undang-Undang Dasar, 1977: diterapkan melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan
90). Undang-Undang Dasar 1945 yang disahkan oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945 tanpa ada penambahan, pengurangan
Sama seperti Undang-Undang Dasar yang disahkan ataupun perubahan. Pada buku tersebut diuraikan pula
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada mengenai Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi:
tanggal 18 Agustus 1945 dan Konstitusi RIS, Pembukaan “Bahwa sesungguhnja Kemerdekaan itu ialah hak segala
UUDS 1950 alenia ketiga tetap menggunakan kata “rahmat bangsa dan oleh sebab itu, maka pendjadjahan diatas
Tuhan”. Hal ini juga sekaligus mendandakan bahwa para dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-
pendiri-pendiri bangsa menunjukkan konsistensi terkait apa kemanusiaan dan peri-keadilan.
yang telah mereka sepakati bersama sebelumnya. Dan perdjuangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia
Dinamika perubahan Undang-Undang Dasar di Indonesia telah sampailah kepada saat jang berbahagia dengan
tidak hanya berhenti disana karena pada tanggal 22 April 1959 selamat sentausa menghantarkan rakjat Indonesia
dalam pidato di depan sidang Konstituante, Presiden Sukarno kedepan pintu gerbang Negara Indonesia jang merdeka,
menganjurkan agar dalam rangka melaksanakan Demokrasi bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Terpimpin, Konstituante agar memberlakukan kembali UUD Atas berkat Rachmat Tuhan Jang Maha Kuasa dan dengan
1945. Sukarno menekankan bahwa Demokrasi Tertimpin didorongkan oleh keinginan luhur, supaja berkehidupan
adalah demokrasi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebangsaan jang bebas, maka rakjat Indonesia menjatakan
kebijaksanaan dan bukan oleh perdebatan dan perhitungan dengan ini kemerdekaanja.
102
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, Vol. II, No. 2 (April 2019)
Kemudian daripada itu, untuk membentuk Pemerintahan kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Oleh
Negara Indonesia jang melindungi segenap bangsa karena itu sistim Negara yang terbentuk dalam Undang-
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan Undang Dasar harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan
untuk memadjukan kesedjahteraan umum, mentjerdaskan berdasar atas permusyawaratan perwakilan.
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban 4. Pokok pikiran yang ke-4, yang terkandung dalam
dunia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi ,,pembukaan”, ialah Negara berdasarkan Ke-Tuhanan
dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan Negara dan beradab.
Republik Indonesia jang berkedaulatan rakjat dengan b. Penyusunan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
berdasarkan kepada: sesuangguhnya dilandasi oleh jiwa Piagam Jakarta 22
Ke-Tuhanan Jang Maha Esa, Juni 1945, sedangkan Piagam Jakarta itu dilandasi pula
Kemanusiaan jang adil dan beradab, oleh jiwa pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945, yang kini
Persatuan Indonesia, terkenal sebagai ,,Pidato Lahirnya Pancasila”.
dan Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat kebidjaksanaan c. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
dalam Permusjawaratan-Perwakilan serta dengan Pernyataan Kemerdekaan yang terperinci yang
mewudjudkan suatu keadilan sosia bagi seluruh rakyat mengandung cita-cita luhur dari Proklamasi
Indonesia” (Departemen Penerangan, 1959: 13). Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan yang memuat
Pancasila sebagai Dasar Negara, merupakan satu
Melihat isi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di rangkaian dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
atas dapat dengan mudah ditafsirkan bahwa pemerintah pada 1945, dan oleh karena itu tidak dapat dirubah oleh
waktu itu berkeinginan agar Republik Indonesia kembali siapapun juga, termasuk MPR hasil Pemilihan Umum,
menggunakan UUD yang telah ditetapkan pada tanggal 18 yang berdasarkan Pasal 3 dan Pasal 37 Undang-Undang
Agustsus 1945 oleh PPKI, yang substansi (Pembukaan dan Dasar berwenang menetapkan dan merobah Undang-
Pasal-Pasal) Undang-Undang Dasarnya dipertahankan secara Undang Dasar, karena merubah isi Pembukaan berarti
keseluruhan. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan apabila pembubaran Negara.
pada Pembukaan UUD 1945 alenia ketiganya tetap berbunyi Salah satu hal penting dari Tap MPRS Nomor XX/
“Atas berkat Rachmat Tuhan Jang Maha Kuasa” seperti apa MPRS/1966 Tahun 1966 adanya ketetapan bahwa “…merubah
yang diusulkan oleh Mr. I Gusti Ketut Pudja (Pageh, 2010). isi Pembukaan berarti pembubaran Negara”. Walaupun Tap
MPRS tersebut sekarang ini sudah tidak memiliki kekuatan
Kembali Kepada Pembukaan UUD 1945 Alenia Ketiga hukum (dicabut melalui Tap MPR Nomor 1/MPR/2003), akan
Pasca Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Presiden Sukarno secara tetapi hal tersebut dapat kita jadikan sebagai warning bahwa
sah (berdasarkan Hukum Darurat Negara/Staatsnoordrecht Pembukaan UUD 1945 bersifat sakral sehingga tidak ada
dan dukungan DPR) menetapkan berlakunya kembali satu lembaga negarapun yang dapat (berani) mengubahnya.
Undang-Undang Dasar 1945 yang ditetapkan oleh Panitia Dalam Tap MPRS tersebut juga ditekankan bahkan MPR hasil
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Pemilihan Umum pun yang berdasarkan Pasal 3 dan Pasal 37
Agustus 1945. Menurut Simorangkir (1984) Undang Dasar Undang-Undang Dasar berwenang menetapkan dan merobah
1945 yang ditetapkan kembali melalui Dekrit Presiden 5 Juli Undang-Undang Dasar tidak diperbolehkan untuk merubah
1959 bersifat “Tetap” dan tidak bersifat “Sementara” seperti 3 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
(tiga) UUD yang pernah berlaku sebelumnya. Dekrit Presiden Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan apabila ketika
5 Juli 1959 kemudian didukung lagi dengan adanya Ketetapan terjadi amandemen/perubahan UUD 1945 pada Era
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Reformasi yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan
Indonesia Nomor XX/MPRS/1966 Tahun 1966. Dalam Tap Rakyat (MPR) tahun 1999, seluruh fraksi di MPR membuat
MPRS tersebut dijelaskan mengenai pokok pikiran dan kesepakatan tentang arah perubahan UUD 1945, yaitu
ketentuan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, “sepakat untuk tidak mengubah Pembukaan UUD 1945…”
yaitu sebagai berikut: (kesepakatan tersebut dilampirkan dalam Ketetapan MPR No.
a. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tidak lain adalah IX/MPR/1999). Hal tersebut juga ditekankan oleh Rudy (2013:
penuangan jiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 133) bahwa begitu pentingnya kedudukan Pembukaan UUD
1945 ialah jiwa Pancasila, sesuai dengan penjelasan 1945 sehingga dalam periode amandemen UUD 1945 secara
otentik Undang-Undang Dasar 1945 mengandung masif disepakati bahwa Pembukaan (Preambule) UUD 1945
pokok-pokok pikiran sebagai berikut: untuk tidak diubah sama sekali.
1. ,,Negara’’-begitu bunyinya-melindungi segenap bangsa Namun berbeda dengan fakta-fakta sejarah di atas, realita
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan sejarah ketatanegaraan di Republik Indonesia menunjukkan
berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan adanya persoalan. Usulan Mr. I Gusti Ketut Pudja sebagai
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. perwakilan Indonesia bagian Timur mengenai pergantian
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh kata “Atas berkat Rahmat Allah” menjadi “Atas berkat Rahmat
rakyat. Tuhan” dalam Pembukaan UUD 1945 Alenia Ketiga tetap
3. Pokok yang ketiga yang terkandung dalam ,,pembukaan”, tidak ada perubahan (sampai sekarang).
ialah Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas
103
I Wayan Pardi
Kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945: Diskursus Pembukaan UUD 1945 dalam Perspektif Sejarah
104