Anda di halaman 1dari 18

GEOLOGI DAERAH MULYOREJO DAN SEKITARNYA

KECAMATAN SILO, KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR

Oleh :
Musa Isona Derebiˡ , Djauhari Noor2), dan Iit Adhitia Prihatna3)
)

Abstrak
Tujuan pemetaan geologi Daerah Mulyorejo dan sekitarnya, Kecamatan Silo,
Kabupaten Jember, Jawa Timur adalah untuk mengetahui tatanan geologi wilayah
tersebut mencangkup geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan sejarah geologi.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka,
penelitian lapangan, analisa laboratorium dan studio yang keseluruhan dituangkan dalam
sebuah laporan tugas akhir. Hasil yang dicapai dalam penelitian dan pemetaan geologi
daerah aerah Mulyorejo dan sekitarnya, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Jawa Timur
adalah sebagai berikut: Geomorfologi daerah penelitian secara morfogenesa dibagi
menjadi 2 (dua) satuan geomorfologi, yaitu: (1). Satuan geomorfologi perbukitan lipat-
patahan yang berstadia tua dan (2). Satuan geomorfologi dataran aluvial berstadia muda.
Pola aliran sungai berpola rektangular dengan stadia erosi sungai muda dan dewasa.
Stratigrafi daerah penelitian yang tertua hingga termuda adalah Satuan batuan breksi,
lava dan tuf (Formasi Merubetiri) yang berumur Miosen Awal dan diendapkan pada
lingkungan neritik tengah-neritik luar; Satuan batuan batupasir selang-seling
batulempung sisipan breksi dan tuf (Formasi Batuampar) berumur Miosen Awal yang
diendapkan pada neritik tengah-neritik luar. Kedua satuan memiliki hubungan yang saling
menjemari; Satuan batuan batupasir selang-seling batulempung Formasi Sukamade
diendapkan pada kala Miosen Tengah yang diendapkan pada lingkungan neritik tengah;
Satuan aluvial sungai menutupi satuan batuan yang ada dibawahnya yang dibatasi oleh
bidang erosi. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah struktur
kekar, struktur lipatan dan sesar. Struktur kekar yang di jumpai di lapangan berupa kekar
gerus (shear joint) dan kekar tarik (tension joint), sedangkan struktur lipatan yang
dijumpai berupa Sinklin Sumberuling, Antiklin Batuampar dan Sinklin Baban. Struktur
sesar yang berkembang adalah Sesar Mendatar Kali Hitam, Sesar Mendatar Baban, Sesar
Mendatar Tankinol, Sesar Mendatar Mulyorejo dan Sesar Mendatar Batuampar. Struktur
geologi yang terdapat di daerah penelitian terjadi dalam satu periode tektonik, yaitu pada
KalaMiosen Tengah bagian tengah hingga Kala Plistosen dengan arah gaya utama N 185 0
E atau berarah relatif utara-selatan.

Kata Kunci: Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geologi, Sejarah Geologi.

I. PENDAHULUAN Adapun tatanan batuan Zona


Pegunungan Selatan Bagian Timur,
khususnya di Lembar Jember, Jawa
1.1. Latar Belakang menurut Sapei, T., dkk. (1992) dari
Secara tektonik, Zona yang tertua hingga termuda adalah:
Pegunungan Selatan Jawa merupakan Formasi Merubetiri, Formasi
busur magmatik yang terbentuk dari Batuampar, Formasi Sukamade, Batuan
hasil kegiatan penunjaman Lempeng Terobosan Granodiorit, Dioarit, Dasit,
Hindia-Australia dan Lempeng Asia Formasi Puger; Formasi Mandiku;
pada Kala Oligosen Akhir - Miosen Formasi Argopuro, Formasi Bagor,
Awal. Busur magmatik ini membentang Formasi Kalibaru, Batuan Gunungapi
dari barat hingga ke timur sepanjang Raung dan Endapan Aluvial Kuarter.
Pulau Jawa (Katili, J.A., 1975).

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 1


Hasil penelitian dan pemetaan 11. 87" LS dan 113° 42' 59.26" BT -
kerentanan gerakan tanah di wilayah 113° 42' 49.52"BT. Luas wilayah
Kabupaten Jember yang dilakukan oleh penelitian yaitu 7 km x 7 km atau
Direktorat Volkanologi dan Mitigasi 49km².
Bencana Geologi (2011) menunjukan
bahwa di wilayah Kabupaten Jember,
Jawa Timur merupakan wilayah yang
memiliki kerentanan gerakan tanah
tinggi sampai rendah.
Berdasarkan sejarah tektonik dan
tatanan batuannya serta kerentanan
gerakan tanah maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dan
pemetaan geologi di Daerah Mulyorejo
dan sekitarnya, Kecamatan Silo, Gambar 1. Letak posisi geografi Daerah
Kabupaten Jember, Jawa Timur. Penelitian

1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian Kesampaian daerah penelitian,


yaitu daerah Mulyorejo dan sekitarnya,
Penelitian geologi yang dilakukan Kecamatan Silo, Kabupaten Jember,
di daerah Mulyorejo dan sekitarnya, Jawa Timur, dapat dilakukan dengan 2
Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, cara, yaitu dengan menggunakan kereta
Jawa Timur, dimaksudkan untuk api atau kendaraan roda 4. Jalur kereta
memenuhi salah satu persyaratan api dari Bogor ke Stasiun Senen, Jakarta
akademis pada Program Studi Teknik dan dilanjutkan menuju Kota Surabaya
Geologi, Fakultas Teknik, Universitas (Stasiun Gubeng), dengan waktu tempuh
Pakuan Bogor untuk memperoleh gelar sekitar 12 jam perjalanan. Kemudian
Sarjana Strata Satu (S-1). dari Stasiun Gubeng dilanjutkan ke Kota
Jember dengan menggunakan keretaapi
Tujuan dari penelitian ini adalah jurusan Surabaya - Banyuwangi yang
untuk mengetahui tatanan geologi di memakan waktu lebih kurang 5 jam.
daerah Mulyorejo dan sekitarnya yang Dari kota Jember dilanjutkan dengan
mencakup geomorfologi, stratigrafi, menggunakan kendaraan roda 4 ke kota
struktur geologi, sejarah geologi dan Kecamatan Silo dengan waktu tempuh
analisis kerentanan gerakan tanah di sekitar 2-3 jam perjalanan. Dari kota
daerah penelitian. kecamatan Silo ke daerah penelitian
yaitu Desa Mulyorejo ditempuh lebih
1.3. Lokasi Daerah Penelitian kurang sekitar 1-1,5 jam dengan
menggunakan kendaraan roda 2.
Secara adiministratif daerah
Adapun jalur dengan
penelitian berada di wilayah Kabupaten
Jember, Jawa Timur dan berada di 2 menggunakan kendaraan roda 4 (Bus
wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan Malam) dari kota Bogor menuju kota
Silo dan Kecamatan Tempurejo. Adapun Jember dengan waktu tempuh 18 jam
desa-desa yang ada di daerah penelitian perjalanan dengan rute perjalanan
adalah Desa Garahan, Desa Bogor-Jakarta - Cirebon-Tegal-
Karangharjo, Desa Harjomulyo, Desa Pekalongan-Kendal-Semarang-Pati -
Pace, Desa Sempolan, Desa Sidomulyo,
Bojonegoro-Lamongan-Surabaya-
Desa Silo, Desa Sumberjati dan Desa
Sanenrejo. Probolinggo-Lumajang dan Jember.
Dari kota Jember dilanjutkan dengan
Secara geografis daerah penelitian kendaraan roda 4 ke kota Kecamatan
terletak pada 8° 17' 27. 36" LS - 8° 27' Sumbersari - Kecamatan Pakusari -

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 2


Kecamatan Kalisat - Kecamatan Silo II. GEOLOGI UMUM
dengan waktu tempuh sekitar 2-3 jam
a. Geomorfologi
perjalanan. Dari kota kecamatan Silo ke
daerah penelitian ditempuh lebih kurang i. Fisiografi Jawa Timur
sekitar 1-1,5 jam dengan menggunakan
kendaraan roda 2. Berdasarkan bentuk fisiografinya,
pulau Jawa Bagian Tengah dan Timur
1.4. Metodologi Penelitian dapat dibagi menjadi 7 zona fisiografi
(Van Bemmelen, 1949), yaitu:
Metode penelitian dan pemetaan 1. Gunungapi Kuarter
geologi yang dipakai dalam penelitian 2. Zona Dataran Aluvial Jawa Utara,
ini melalui beberapa tahapan sebagai 3. Zona Antiklinorium Rembang -
berikut (Gambar 1.3): (1). Tahap Madura
Persiapan (studi pustaka dan persiapan 4. Zona Antiklinorium Bogor -
lapangan); (2). Tahap Pekerjaan Serayu Utara - Kendeng
Lapangan (Pemetaan Geologi); (3). 5. Pegunungan dan Kubah pada
Tahap Pekerjaan Laboratorium dan Zona Depresi Tengah,
Studio; (4). Tahap Penyusunan Laporan 6. Zona Pusat Depresi Jawa dan
Tugas Akhir. Zona Randublatung
7. Zona Pegunungan Selatan
1.5. Peneliti Terdahulu

Adapun peneliti-peneliti
terdahulu, yang pernah melakukan
penelitian dan pemetaan geologi
didaerah penelitian antara lain:
1. Van Bemmelen (1949), “The
Geology of Indonesia”.Vol. IA:
General Geology of Indonesia and
Adjacent Archipelagoes,
Gambar 2. Sketsa peta fisiografi sebagian Pulau
Government Printing Office, The Jawa dan Madura (modifikasi dari
Hague. van Bemmelen, 1949).
2. Sapei., T., Suganda, A.H.,
Surono, Ratman, N., dan Berdasarkan bentuk-bentuk
Wikarno, 1992. Peta Geologi bentang alam serta batuan-batuan yang
Lembar Jember, Jawa, Skala menyusun bentang alam yang ada di
1:100.000. Pusat Penelitian dan daerah penelitian, maka daerah
Pengembangan Geologi, (P3G), penelitian berada pada Zona
Bandung. Pegunungan Selatan.
3. Pulunggono, A. dan Martodjojo,
Soejono, 1994.Geotektonik Pelau ii. Geomorfologi Daerah Penelitian
Jawa Sejak Akhir Mesozoik
Hingga Kuarter, Makalah Berdasarkan genetika
Seminar Geologi, Jurusan Teknik, pembentukan bentang alamnya, serta
Universitas Gajah Mada, merujuk pada struktur, proses dan stadia
Yogyakarta. geomorfiknya, maka geomorfologi
daerah penelitian dapat dibagi menjadi
dua satuan, yaitu:
a. Satuan Geomorfologi Perbukitan
Lipatan Patahan
b. Satuan Geomorfologi Dataran
Aluvial

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 3


2.1.3. Pola Aliran Sungai

Secara umum pola aliran sungai


yang berada pada daerah penelitian
adalah berpola rektangular, pola aliran
sungai rectangular yang terdapat di
daerah penelitian umumnya dikontrol
oleh struktur geologi berupa kekar dan
patahan.
.
Stadia erosi sungai yang terdapat
Gambar 3. Peta Geomorfologi Daerah di daerah penelitian dapat dikelompokan
Penelitian menjadi 2, yaitu stadia erosi sungai
muda dan stadia erosi sungai dewasa.
1. Satuan Geomorfologi
Perbukitan Lipat Patahan Stadia erosi sungai muda dicirikan
oleh aliran sungai yang arus sungainya
Satuan ini dicirikan dengan relatif deras dengan erosi ke arah
bentuk perbukitan yang memanjang dari vertikal lebih kuat dibandingkan erosi ke
barat sampai ke timur searah dengan arah lateral dan proses sedimentasi yang
sumbu lipatan. Satuan geomorfologi ini masih sedikit. Profil lembah sungai yang
berada pada ketinggian 200-500mdpl, berbentuk menyerupai huruf “V” dengan
dengan kemiringan lereng berkisar 5 o- bentuk sungai relatif lurus, biasanya
30o. Jentera geomorfik pada satuan ini banyak dijumpai riam atau jeram.
dapat dikategorikan ke dalam stadia Sungai-sungai yang memiliki
tua,hal ini didasarkan pada bentuk stadium erosi muda pada daerah
relief topografi pada satuan penelitian terutama dijumpai pada
geomorfologi ini sudah memperlihatkan lereng-lereng bukit yang merupakan
bentuk topografi terbalik (reverse anak-anak sungai. Di daerah penelitian
topographic) dimana punggungan bukit dapat disimpulkan bahwa hampir
ditempati oleh struktur sinklin dan keseluruhan bang anak-anak sungai
lembahnya ditempati oleh struktur yang mengalir berada dalam stadia erosi
antiklin. muda.
2. Satuan Geomorfologi Dataran
Stadia erosi sungai dewasa
Aluvial
memiliki ciri-ciri adanya bentuk lembah
Secara genetik satuan sungai yang melebar menyerupai huruf
geomorfologi dataran aluvial dibentuk “U”, proses erosi kearah vertikal dan
oleh hasil pengendapan sungai dengan lateral sudah seimbang, dan bentuk
bentang alam berupa dataran.Satuan ini sungai sudah mulai bermeander serta
memiliki relief datar dengan kelerengan mulai terbentuknya gosong pasir dan
berkisar antara 3°-5°, dan berada pada point bar.
ketinggian 200-250 mdpl. Jentera Sungai-sungai yang memiliki
Geomorfik satuan ini dapat tahapan dewasa pada daerah penelitian
dikategorikan ke dalam stadia muda, terutama berkembang di bagian lembah
karena dicirikan oleh adanya proses diantara punggungan-punggungan bukit
sedimentasi yang masih berlangsung dan umumnya merupakan sungai utama,
hingga saat ini. yaitu Kali Batuampar, Kali Sumbermas,
dan Kali Hitam

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 4


2.2. Stratigrafi Tabel 1. Kolom Stratigrafi Lembar Jember

2.2.1. Stratigrafi Lembar Jember


Berdasarkan Stratigrafi Zona
Pegunungan Selatan Jawa Timur(Sapei,
T., Suganda, A.H., Surono, Ratman, N.,
dan Wikarno (1992),sebagai berikut:
1. Formasi Merubetiri
Formasi Merubetiri dicirikan oleh
perselingan breksi gunungapi, lava dan
tuf. Satuan batuan ini umumnya
berwarna abu-abu kehijauan sampai
kehitaman, padat, bersusunan andesit
dan basalt terpropilitisasi, terlipat dan
terkekarkan sangat kuat.
Dibagian atas formasi ini terdapat
Anggota Batugamping terdiri dari
batugamping bersisipan batugamping
tufan dan batunapal. Formasi Merubetiri
menjemari dengan Formasi Sukamade
dan Formasi Batuampar. Formasi ini
tidak mengandung fosil dan penentuan
umur formasi ini dengan disebandingkan
terhadap Formasi Mandalika di Lembar
Pacitan (Samodra &Gafoer, 1990) maka
umur Formasi Merubetiri diperkirakan
Oligosen Akhir hingga awal Miosen
Tengah.
Lokasi tipe dari Formasi 2. Anggota Batugamping Formasi
Merubetiri berada di sekitar G. Merubetiri
Merubetiri dan tebal formasi ini Anggota Batugamping Formasi
diperkirakan lebih dari 1000 meter. Merubetiri dicirikan oleh batugamping
bersisipan dengan batugamping tufan
dan napal dengan perlapisan yang cukup
baik dan tebal lapisan berkisar dari 7 -
100 cm. Anggota ini berada di bagian
atas dari Formasi Merubetiri dan
berumur Miosen Tengah. Lingkungan
pengendapan adalah laut dangkal
terbuka. Satuan ini tersingkap di bagian
tenggara dan di beberapa tempat sekitar
G. Merubetiri. Satuan ini diperkirakan
sebanding dengan bagian atas Formasi
Campurdarat pada Lembar
Tulungagung.

3. Formasi Batuampar
Formasi Batuampar dicirikan oleh
perselingan batupasir dan batulempung
bersisipan tuf, breksi dan konglomerat
dan umumnya berlapis baik. Sebaran
formasi ini dibagian tengah, tenggara

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 5


dan timur di sekitar lereng utara dan Tebal formasi ini diduga
timur G. Merubetiri dan beberapa bukit 400meter dan dijumpai setempat
di bagian baratdaya. Singkapan setempat menindih tak selaras Formasi
terbaiknya terdapat disepanjang Sungai Batuampar dan Formasi Sukamade. Di
Batuampar. daerah lain formasi ini dinamakan
Formasi ini diduga berumur Formasi Wonosari (Samodra & Gafoer,
Oligosen Akhir - awal Miosen Tengah. 1990). Atau Formasi Punung (Sartono,
Tebal diperkirakan tidak lebih dari 500 1964 dan Nahrowi, dkk., 1979).
m. Formasi ini diendapkan dalam
lingkungan laut dangkal terbuka dan 7. Formasi Mandiku
menjemari dengan Formasi Merubetiri. Formasi Mandiku terdiri atas
breksi gunungapi dan tuf breksi,
4. Formasi Sukamade berkomponen andesit dan basalt
Formasi Sukamade terdiri dari bersisipan tuf. Formasi ini tersebar
batulempung bersisipan dengan terutama disekitar G. Mandiku dan
batulanau dan batupasir. Struktur singkapannya menindih takselaras
sedimen yang banyak ditemukan adalah Formasi Batuampar dan tertindih tak
perlapisan sejajar, silangsiur, konvolut selaras oleh tuf Argopuro. Umur dari
dan lapisan bersusun setempat setempat Formasi Mandiku diperkirakan adalah
masif. Umur formasi ini berdasarkan Miosen Akhir Bagian Akhir.
foraminifera planktonik menunjukan
umur Miosen Tengah bagian bawah atau 8. Formasi Argopuro
Formasi Argopuro tersusun dari
N10-N12. Tebal formasi ini lebih kurang
tuf, tuf sela, tuf abu dan tuf kaca.
300 meter dan singkapan yang terbaik
Formasi ini diperkirakan berumur
terdapat disepanjang Sungai Sukamade
Pleistosen awal. Satuan ini berubah
Formasi ini diendapkan pada
secara berangsur breksi Argopuro.
lingkungan laut terbuka pada lereng
Satuan ini menindih takselaras diatas
bawah laut dan menjemari dengan
Formasi Mandiku dan tertindih selaras
batuan gunungapi Formasi Merubetiri.
oleh batuan gunungapi Kuarter.
Atas dasar hubungan menjemari ini,
umur Formasi Sukamade diduga 9. Formasi Bagor
Oligosen Akhir - awal Miosen Tengah. Formasi Bagor terdiri atas breksi,
konglomerat, batupasir tufan dan
5. Batuan Beku
batupasir. Formasi ini diperkirakan
Tubuh batuan terebosan ini terdiri
berumur Holosen Awal. Formasi Bagor
atas granodiorit, tonalit, diorit dan dasit.
menindih tuf Argopuro danmenjemari
Batuan terobosan diatas terutama
dengan breksi Argopuro. Lokasi tipenya
granodiorit dikenal sebagai “Granit
terletak di Pegunungan Bagor di antara
Merawan” berumur Miosen Tengah
Bondowoso dan Situbondo, Jawa Timur.
(Van Bemmelen, 1949). Batuan
terobosan ini diduga merupakan fase 10. Breksi Argopuro
akhir kegiatan magmatik Merubetiri. Breksi Argopuro terdiri atas
breksi gunungapi bersusun andesit dan
6. Formasi Puger
bersisipan lava. Formasi ini berumur
Formasi Puger terdiri atas
Pleistosen. Terdapat dan tersebar di
batugamping terumbu bersisipan breksi
bagian baratlaut lereng selatan G.
batugamping dan batugamping tufan.
Argopuro.
Lokasi tipe formasi ini terletak di
kecamatan Puger pada Lembar 11. Gumuk Gunungapi
Lumajang. Formasi ini diduga berumur Gumuk Gunungapi terdiri atas
akhir Miosen Tengah - Miosen Akhir sisa-sisa lava, breksi, tuf sela dan tuf
(Van Bemmelen, 1949 & Suwarti dan abu. Batuan Gunungapi ini berumur
Suharsono, 1988). Pleistosen.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 6


12. Formasi Kalibaru 2. Satuan Batuan Batupasir Selang
Formasi Kalibaru terdiri atas Seling Batulemung Sisipan Breksi
breksi lahar, konglomerat, batupasir dan Tuf
tufan dan tuf. Formasi ini umumnya 3. Satuan Batuan Batulempung
tidak padu, berlapis sangat landai Sisipan Batulanau dan Batupasir
berkisar 20-40 miring ke tenggara. Dari 4. Satuan Aluvial Sungai
struktur sedimen yang ditemukan, satuan
ini diduga diendapkan pada lingkungan
darat jauh dari sumbernya. Endapan
berupa lahar yang bersumber dari G.
Ijen Tua berumur Pleistosen Tengah.
13. Batuan Gunungapi Raung
Batuan Guanungapi Raung terdiri
atas lava breksi gunungapi, breksi lahar
dan tuf dan diperkirakan berumur
Holosen.
14. Endapan Kipas Argopuro Gambar 4. Peta Geologi Daerah Penelitian
Endapan Kipas Argopuro terdiri
atas endapan kipas hasil rombakan dari Berikut merupakan kolom stratigrafi
batuan gunungapi Argopuro. daerah penelitian.
Komponennya berukuran
UMUR LITOLOGI SATUAN BATUAN / FORMASI
bongkah, kerakal, dan kerikil.
Singkapannya terdapat di lereng selatan HOLOSEN
Satuan Aluvial Sungai

G. Argopuro. Umur endapan Kipas PLISTOSEN N21


Argopuro diperkirakan Holosen. A N20
P k
L h
I i
O r
S
15. Aluvium E
N
A
w
N19
Aluvium ini terdiri atas lumpur, a
l
pasir, kerikil, krakal, brangkal, dan
bongkah hasil endapan aktivitas sungai. N18
A
N17
Diendapkan Batuan Gunungapi Ruang, k
h N16
Endapan Kipas Argopuro dan Aluvium i
r N15
yang dibatasi dengan bidang erosi. T N14
e
Umur dari ketiga endapan ini adalah n N13
g
Holosen. a
N12
h N11 Satuan Batuan Batulempung
M N10 Sisipan Batupasir (Formasi
2.2.2. Stratigrafi Daerah Penelitian I
O N9 Sukamade)
S
E N8 Satuan Batuan Batupasir
Berdasarkan hasil pengukuran dan N A
w N7 Selang Seling Batulempung
pengamatan batuan-batuan yang a N6 Sisipan Breksi dan Tuf
l (Formasi Batuampar)
tersingkap di lapangan dan didukung N5 Satuan Batuan Breksi, Lava
N4 dan Tuf (Formasi
dengan analisa petrografi batuan di Merubetiri)
A N3
laboratorium, maka batuan-batuan yang O k
L h N2
terdapat di daerah penelitian I i N1
G r
dikelompokan menjadi 4 (empat) satuan O
S P19
batuan, dari tua ke muda adalah sebagai E A
P18
N w
berikut (Tabel 3.2): a P17
l
1. Satuan Batuan Breksi, Lava dan
Tuf Tabel.1 Kolom Stratigrafi Dearah Penelitian

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 7


Secara mikroskopis sayatan tipis
1. Satuan Batuan Batu Breksi, dari fragmen breksi yang diambil pada
Lava dan Tuf lokasi singkapan LP-49A
a. Penamaan memperlihatkan warna putih kecoklatan
Penamaan satuan batuan ini dalam posisi sejajar nikol, mempunyai
didasarkan pada singkapan-singkapan derajat kristalisasi hipokristalin, ukuran
batuan yang dijumpai di lintasan butir 0,5-2,36 mm, bentuk kristal
pemetaan berupa breksi, lava dan tuf. anhedral - subhedral, relasi
inequigranular, tekstur porfirik dengan
b. Penyebaran dan Ketebalan komposisi mineral plagioklas 40%,
Satuan breksi, lava dan tuf feldspar 35%, kuarsa 5%, piroksen 5%,
tersingkap di bagian selatan lembar peta. hornbled 3%, mineral bijih 2%, gelas
Satuan batuan ini tersingkap baik 10%.
terutama di sepanjang sungai yang ada Berdasarkan analisis sayatan tipis
di daerah penelitian terutama di daerah batuan diperoleh nama batuan
Baban Tengah dan Baban Timur. Satuan Trakhiandesit. Pemerian petrografis dari
batuan ini menempati sekitar ± 35% fragmen breksi yang diambil pada lokasi
dari luas daerah penelitian dan diberi pengamatan LP- 49A menunjukan
warna coklat pada peta geologi. warna putih kecoklatan dalam posisi
Kedudukan satuan batuan ini sejajar nikol, ukuran butir 0,01- 0,624
umumnya berarah barat-timur dengan mm, bentuk butir menyudut-
kedudukan N850E-N950E dengan membundar, terpilah buruk, kemas
kemiringan 40 -470.
0
bersinggungan, porositas interpartikel
Ketebalan satuan ini berdasarkan (ruang diantar butir), tersusun oleh
hasil pengukuran penampang geologi, mineral gelas 25%, feldspar 42%, kuarsa
maka satuan ini memiliki ketebalan ± 10%, lithik 20%, mineral bijih 3%.
375 meter. Berdasarkan klasifikasi Pettijohn (1996),
nama batuan adalah Crystall tuffs
(lampiran 2 analisia petrografi). T
Pemerian megaskopis batuan lava
c. Ciri Litologi berwarna abu-abu kehitaman, derajat
Ciri fisik litologi satuan batuan ini kristalisasi hipokristalin, granularitas
di lapangan umumnya berwarna abu-abu afanitik, bentuk kristal anhedral-
kehijauan sampai kehitaman, masif, subhedral, relasi inequigranular.
bersusunan andesit dan basalt Sedangkan pemerian secara mikriskopis
terpropilitkan, terlipat dan terkekarkan sayatan tipis batuan beku lava yang
sangat kuat. Breksi menunjukan kemas diambil pada lokasi singkapan LP-53
terbuka dan terpilah buruk. Lava pada sejajar nikol berwarna transparan,
berwarna hitam-coklat, berstruktur derajat kristalisasi hipokristalin, ukuran
bantal dan banyak mengandung urat butir 0,05-2,24 mm, bentuk kristal
kuarsa dan kalsit. Tuf terdiri dari tuf abu anhedral-subhedral, relasi in-
sampai tuf sela berlapis baik dan equigranular, tekstur porfiritik, tekstur
setempat berubah secara berangsur khusus berupa Amigdaloidal, komposisi
menjadi tuf breksi. mineral terdiri dari piroksen 20%,
Secara megaskopis, breksi plagioklas 65%, olivin 10%, dan mineral
berwarna abu-abu kecolatan, terdiri dari bijih 5%. Berdasarkan klasifikasi
fragmen batuan beku dan batuan William (1954), nama batuan lava
sedimen, bentuk butir menyudut sampai adalah Basalt (lampiran 1 analisa
menyudut tanggung, dengan ukuran petrografi).
fragmen 2-27 cm, pemilahan buruk, Pemerian batuan tuf secara
kemas terbuka, massa dasar tersusun megaskopis berwarna putih kecoklatan,
oleh pasir halus hingga pasir sangat ukuran butir debu/ash, sedikit lapili,
kasar dengan semen oksida besi. terdapat struktur vesikuler dengan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 8


mineral penyusunya mineral gelas. breksi, lava dan tuff yang terdapat di
Berdasarkan sayatan tipis tuf yang daerah penelitian diendapkan pada
diambil pada lokasi singkapan 42 lingkungan laut.
berwarna putih kecoklatan dalam posisi
sejajar nikol, ukuran butir 0,01 mm - f. Hubungan Stratigrafi
0,02 mm, bentuk butir menyudut- Hubungan stratigrafi satuan
membundar, pemilahan buruk, kemas batuan breksi, lava dan tuf dengan
bersinggungan, porositas interpartikel, satuan batuan batupasir selang-seling
tersusun oleh kristal 65%, gelas 25%, batulempung sisipan breksi dan tuf
lithik 10% dan berdasarkan analisis (Formasi Batuampar) adalah menjemari
sayatan tipis batuan diperoleh nama Tuf hal ini didasarkan pada kedudukan
Kristal (Pettijohn, 1996). (lampiran 1 batuan (jurus dan kemiringan) dimana
analisa petrografi). menunjukan perubahan facies.

d. Umur g. Kesebandingan Stratigrafi


Penentuan umur satuan batuan ini Satuan batuan breksi, lava dan tuf
dilakukan dengan melihat posisi T
yang terdapat di daerah penelitian
stratigrafi antara satuan batuan ini memilki ciri litologi yang sama dengan
dengan satuan batuan batupasir selang- ciri litologi dari Formasi Merubetiri
seling batulempung sisipan breksi dan yang tersusun dari breksi, lava dan tuf,
tuf. Kedua satuan batuan tersebut sehingga satuan batuan yang ada di
memperlihatkan hubungan yang saling daerah penelitian dapat disebandingkan
menjemari atau berubah facies dan hal atau identik dengan Formasi Merubetiri.
ini diketahui dari kedudukan lapisan
batuan yang menunjukan adanya 2. Satuan Batuan Batupasir Selang
kesinambungan ke arah lateral antara Seling Batulempung
satuan batuan breksi, lava dan tuf Sisipan Breksi dan Tuf
dengan satuan batuan batupasir selang-
seling batulempung sisipan breksi dan a. Penamaan
tuf. Dengan demikian dapat disimpulkan Penamaan satuan batuan batupasir
bahwa umur kedua satuan batuan selang-seling batulempung sisipan
tersebut adalah sama. breksi dan tuf didasarkan pada ciri fisik
Hasil penentuan umur satuan litologi yang dijumpai di lapangan yaitu
batuan batupasir selang-seling berupa batupasir yang berselingan
batulempung sisipan breksi dan tuf dari dengan batulempung sedangkan batu
kandungan foraminifera planktonik breksi dan tuf dijumpai sebagai sisipan.
diperoleh umur kisaran N5-N8 atau
Miosen Awal, dengan demikian maka b. Penyebalan dan Ketebalan
satuan batuan breksi, lava dan tuf juga Satuan batuan batupasir selang-
berumur N5-N8 atau kala Miosen Awal. seling batulepung sisipan breksi dan tuf
tersingkap di bagian utara dan tengah
e. Lingkungan Pengendapan lembar peta dengan pelamparan
Penentuan lingkungan batuannya berarah barat - timur. Satuan
pengendapan satuan batuan ini ini menempati sekitar ± 35% dari luas
didasarkan pada ciri fisik litologi yang daerah penelitian dan pada peta geologi
dijumpai di lapangan terutama diberi simbol warna kuning.
singkapan lava yang umumnya Kedudukan lapisan satuan batuan
memperlihatkan struktur bantal (Pillow ini di bagian utara memiliki jurus
lava) yang mengindikasikan lava yang N80°E-N95°E dengan kemiringan
terbentuk di lingkungan laut. lapisan berkisar 24°-27°, bagian Tengah
Berdasarkan struktur lava memiliki jurus N265°E-N275°E dengan
bantal tersebut maka penulis kemiringan 30°-35° dan bagian Selatan
menafsirkan bahwa satuan batuan memiliki jurusan N80°E-N95°E dengan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 9


kemiringan 7°- 24° sehingga Chiefly Volcanic Arenite. (Lampiran 1
membentuk struktur perlipatan sinklin - analisa petrografi).
antiklin. Pemerian megaskopis, breksi
Ketebalan satuan batuan batupasir berwarna abu-abu kecolatan, dengan
selang-seling batulempung sisipan fragmen berupa batuan beku dan
breksi dan tuf diukur dari penampang sedimen, berukuran 2-20cm, menyudut -
geologi dan diperoleh ketebalan ± 625 menyudut tanggung, kemas terbuka,
meter. pemilahan buruk, semen karbonat,
dengan masa dasar berukuran pasir halus
c. Ciri Litologi - pasir kasar.
Ciri fisik litologi satuan batuan ini Secara mikroskopis sayatan tipis
dicirikan oleh perselingan batupasir dan dari fragmen breksi yang diambil pada
batulempung dan bersisipan breksi dan lokasi pengamatan LP-26 pada posisi
tuf yang berlapis baik. Bagian bawah sejajar nikol berwarna putih kecoklatan
dari satuan ini berupa perlingan dengan ukuran butir 0,01-0,6 mm,
batupasir dan batulempung dengan bentuk butir menyudut tanggung -
ketebalan batupasir 5-20cm membundar, pemilahan buruk, kemas
danbatulempung 5-10cm, kearah bagian bersinggungan, porositas interpartikel
tengah dari satuan, ketebalan batupasir (ruang diantar butir), tersusun dari
10-25cm dan batulempung 10-20cm. mineral feldspar 43%, kuarsa 20%, lithik
Mulai bagian tengah satuan batuan, batu 20%, mineral bijih 5%, dan lempung
breksi dan tuff mulai muncul dengan 12%. Berdasarkan klasifikasi Gilbert
ketebalan breksi 15-50cm dan tebal tuf (1954) maka nama fragmen batuan
10-25cm. Bagian atas dari satuan batuan sedimen adalah Chiefly Volcanic Wacke
ini, perselingan antara batupasir dan . (lampiran 1 analisa petrografi).
batulempung semakin menebal dengan Secara megaskopis, Tuf memiliki
ketebalan lapisan batupasir 10-30cm dan ciri litologi berwarna putih kuning
tebal batulempung 20-35cm, tebal breksi sampai kemerahan, ukuran butir
20-50cm dan tebal tuf 10-20cm. debu/ash, terpilah baik, kemas tertutup.
Pemerian petrologi secara Secara mikroskopis sayatan tipis
megaskopis batupasir berwarna abu-abu tuf pada lokasi singkapan LP-03
kebiruan, ukuran butir pasir halus - pasir memperlihatkan warna transparan
sedang, bentuk butir membundar - dalam posisi sejajar nikol, ukuran butir
menyudut tanggung, terpilah buruk, 0,01-0,02 mm, menyudut - membundar,
kemas terbuka, semen karbonat struktur terpilah baik, kemas bersinggungan,
sedimen laminasi bersusun (graded tersusun oleh mineral gelas 55%,
bedding). Komposisi mineral kuarsa, feldspar 23%, kuarsa 10%, lithik 10%,
feldspar, litik. mineral bijih 2%. Berdasarkan
Sedangkan secara mikroskopis klasifikasi Pettijohn (1996) sayatan tipis
sayatan tipis batupasir pada lokasi batuan tersebut adalah Crystall tuffs
pengamatan LP-76 ber warna transparan (lampiran 1 analisa petrografi).
dalam posisi sejajar nikol, ukuran butir
0,05-0,6mm, bentuk butir membundar d. Umur
tanggung - membundar, terpilah buruk, Umur satuan batuan ini ditentukan
kemas tertutup (bersentuhan) hingga dengan menggunakan foraminifera
terbuak (mengambang), porositas planktonik dari sampel batuan yang
interpartikel (ruang diantara butir). diambil pada batulempung di lokasi
Massa dasar berupa lempung dan gelas. pengamatan LS-23 yang mewakili
Komposisi mineral terdiri dari: kuarsa bagian bawah satuan batuan ini dan
17%, feldspar 40%, lithik 35%, mineral sampel batuan yang diambil pada lokasi
bijih 3%, lempung 5%. pengamatan LS-51 yang mewakili
Berdasarkan klasifikasi Gilbert bagian atas dari satuan batuan ini.
(1954), maka nama batupasirnya adalah

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 10


Berdasarkan persebaran Satuan batuan batupasir selang-
foraminifera planktonik pada sampel seling batulempung sisipan breksi dan
LS-23 diperoleh kumpulan fosil-fosil tuf yang terdapat di daerah penelitian
Globorotalia mayeri, Globigerina memiliki ciri litologi yang sama dengan
foliata, dan , Globigerina espertura ciri litologi dari Formasi Batuampar,
yang menunjukan umur kisaran N5-N6 dengan demikian penulis menyatakan
atas dasar kemunculan fosil Globigerina bahwa satuan batuan ini dapat
mayeri dan punahnya fosil Globigerina disebandingkan atau identik dengan
espertura. Pada sampel LS-51 diperoleh Formasi Batuampar.
kumpulan fosil-fosil Globigerinoides
diminutus,dan Globorotalia cortinuosa 3. Satuan Batulempung Sisipan
yang menunjukan umur kisaran N7-N8 Batupasir dan Batulanau
atas dasar hadirnya fosil indek
Globigerinoides diminutus. a. Penamaan
Dengan demikian maka kisaran Penamaan satuan batuan ini
umur satuan batupasir selang-seling berdasarkan atas dasar ciri fisik litologi
batulempung sisipan breksi dan tuf yang dijumpainya disepanjang lintasan
adalah N5-N8 atau pada kala Miosen pemetaan berupa batulempung yang
Tengah (Zonasi Blow, 1969). bersisipan dengan batulanau dan
batupasir.
e. Lingkungan Pengendapan
Penentuan lingkungan b. Penyebalan dan Ketebalan
pengendapan satuan batuan ini Satuan batuan batulempung
didasarkan pada keterdapatan sisipan batupasir dan batulanau
foraminifera benthonik yang diambil di tersingkap di bagian utara lembar peta
lokasi pengamatan LS-23 yang mewakili dengan pelamparan berarah barat -
bagian bawah dari satuan tersebut. timur. Satuan batuan ini tersingkap
Berdasarkan sebaran kisaran terutama di sungai-sungai yang terdapat
kedalaman foraminifera benthonik seperti di sekitar Desa Kopi, Desa
yang terlihat pada sampel LS-23 Wringinanom, Desa Sumberuling, dan
menunjukan bahwa lingkungan Desa Duren. Satuan ini menempati
pengendapan satuan batuan batupasir selang-
sekitar ± 30% dari keseluruhan luas
seling batulempung pada bagian bawah
berkisar 30-200 meter dibawah muka air laut daerah penelitian dan pada peta geologi
atau neritik tengah - neritik luar. Dengan diberi simbol warna hijau.
demikian dapat disimpulkan bahwa satuan Kedudukan satuan batuan ini
batuan batupasir selang-seling batulempung menunjukan adanya arah kemiringan
sisipan breksi dan tuf diendapkan pada lapisan batuan yang saling berhadapan
kedalaman 30-200 meter dibawah muka air dimana sayap bagian sebelah utara
laut atau neritik tengah - neritik luar. memiliki kedudukan lapisan N80°E-
N95°E dengan kemiringan berkisar
f. Hubungan Stratigrafi antara 24°-27°, sedangkan sayap bagian
Hubungan stratigrafi satuan sebelah selatan memiliki kedudukan
batuan batupasir selang-seling batuan berkisar antara N265°E-N275°E
batulempung sisipan breksi dan tuf dengan kemiringan berkisar antara 30°-
dengan satuan batuan diatasnya yaitu 35° membentuk struktur sinklin dengan
satuan batulempung sisipan batulanau sumbu relatif berarah barat-timur.
dan batupasir adalah selaras didasarkan Ketebalan satuan batuan ini
pada kedudukan batuannya (jurus dan diukur dari penampang geologi dan
kemiringan) antara kedua satuan batuan diperoleh ketebalan sekitar 325 meter.
relatif sama.
c. Ciri Litologi
g. Kesebandingan Stratigrafi Ciri fisik litologi satuan batuan ini
adalah batulempung bersisipan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 11


batulanau dan batupasir. Satuan ini terkandung pada sampel batulempung
umumnya berwarna abu-abu kehijauan yang diambil pada lokasi pengamatan
sangat keras dan berlapis baik. Tebal LS-08 yang mewakili bagian tengah
lapisan rata-rata 30cm. Struktur sedimen satuan batuan ini.
yang banyak ditemukan adalah laminasi Berdasarkan persebaran
sejajar, struktur silang-siur, konvolut foraminifera planktonik pada tabel 3.6
dan lapisan bersusun (graded bedding) diperoleh kumpulan fosil-fosil
dan setempat-setempat masif. Batuan Globigerinoides sicanus, Globorotalia
klastik halusnya (batulempung dan mocea dan Globorotalia minima yang
batulanau) mengandung banyak menunjukan umur kisaran N9-N10 atas
foraminifera diantaranya Globorotalia dasar kemunculan fosil indeks
peripheroda, Globorotalia mayeri, dan Globigerinoides sicanus.
Globorotalia peripheroacuta. Berdasarkan hasil analisa
Pemerian petrologi secara sebaran fosil foraminifera planktonik
megaskopis, batulempung berwarna dari sampel yang diambil pada lokasi
abu-abu kehijauan, masif, ukuran butir pengamatan LS-08 yang mewakili
lempung dan tersusun dari mineral bagian tengah dari satuan batuan
lempung dan sedikit karbonat, diperoleh umur kisaran N9 - N10 atau
sedangkan batulanau berwarna abu-abu pada kala Miosen Tengah Bagian
kehijauan, ukuran butir 1/32-1/16mm, Bawah.
kemas tertutup, pemilahan baik,
sementasi karbonat, komposisi mineral e. Lingkungan Pengendapan
kuarsa, feldspar dan litik. Penentuan lingkungan
Pemerian petrologi secara pengendapan dari satuan batuan
megaskopis batupasir berwarna abu-abu batulempung sisipan batupasir dan
kebiruan, ukuran butir pasir halus-pasir batulanau dilakukan dengan
sedang, bentuk butir menyudut menganalisa fosil foraminifera
tanggung-membundar, terpilah sedang, benthonik dari sampel yang diambil
kemas tertutup, sementasi karbonat, pada lokasi pengamatan LS-08.
komposisi mineral terdiri dari kuarsa, Berdasarkan sebaran kisaran
feldspar, litik. kedalaman foraminifera benthonik
Pemerian petrologi secara seperti yang terlihat pada sampel LS-08
mikroskopis sayatan tipis batupasir yang menunjukan bahwa lingkungan
diambil pada lokasi pengamatan LP-108 pengendapan satuan batuan
pada sejajar nikol memperlihatkan batulempung sisipan batupasir dan
warna transparan, ukuran butir 0,05- 0,5 batulanau berkisar 20-70 meter dibawah
mm, bentuk butir membundar tanggung muka air laut atau neritik tengah.
- membundar, terpilah buruk, kemas
bersinggungan, porositas interpartikel f. Hubungan Stratigrafi
(ruang diantara butir). Komposisi Hubungan stratigrafi satuan
mineral: kuarsa 25%, feldspar 35%, batuan batulempung sisipan batupasir
lithik 30%, mineral bijih 5%, lempung dan batulanau dengan satuan diatasnya
5%. Berdasarkan analisa sayatan tipis yaitu satuan aluvial sungai adalah tidak
batuan yang diambil pada lokasi selaras dan dibatasi oleh bidang erosi.
singkapan 108, maka diperoleh nama
batuan Chiefly Volcanic Arenite g. Kesebandingan Stratigrafi
(Gilbert, 1954). Satuan batuan batulempung
sisipan batupasir dan batulanau yang
d. Umur terdapat di daerah penelitian memiliki
Penentuan umur satuan batuan ciri litologi yang sama dengan ciri
batulempung sisipan batupasir dan Formasi Sukamade yang terdiri dari
batulanau ini didasarkan pada kehadiran batulempung sisipan batupasir dan
fosil foraminifera planktonik yang batulanau sehingga dengan demikian

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 12


penulis menyatakan bahwa satuan Pegunungan Meratus di Kalimantan
batuan yang terdapat di daerah Selatan, sedangkan zona subduksinya
penelitian sebagai Formasi Sukamade. berada di selatannya mengikuti pola
busur magmatiknya.
3.2.4. Satuan Aluvial Sungai
Penamaan satuan ini
didasarkan pada ciri endapan berupa
material lepas hasil pengendapan sungai
dan berukuran lempung hingga
bongkah. Satuan ini tersebar disepanjang
Kali Batuampar dan Kali Sannen yang
berada di bagian selatan lembar peta dan
Kali Sumbermas yang terletak di bagian
utara lembar peta. Satuan ini menempati
±5% dari keseluruhan luas daerah
penelitian dan diberi simbol warna abu-
abu pada peta geologi. Ketebalan satuan
aluvial sungai di daerah penelitian
berdasarkan hasil pengamatan lapangan
memiliki ketebalan antara 1- 4 m. Gambar 5. Evolusi Zona Penunjaman Pulau
Satuan endapan ini disusun oleh material Jawa (Katili, J. A., 1975).
aluvial sungai yang bersifat lepas tidak
terkonsolidasi, berukuran lempung Sedangkan zona penunjaman kala
Oligosen, busur magmatis searah dengan
sampai bongkah berasal dari batuan
pulau Jawa, yaitu berarah barat - timur
yang ada di sekitar daerah penelitian. yang membentuk zona fisografi
Aluvial ini merupakan endapan hasil pegunungan selatan Jawa, sedangkan
transportasi oleh sungai dan proses zona penunjaman berada di bagian
pengendapan satuan endapan ini masih selatannya.
berlangsung sampai sekarang. Soejono Martodjojo dan
Pulunggono (1994) membagi pola
2.3. Struktur Geologi strruktur pulau Jawa menjadi 3 (tiga)
pola yaitu: (1). Arah Timurlaut -
2.3.1 Struktur Geologi Regional Baratdaya (NE-SW) yang disebut pola
Meratus; (2). Arah Utara - Selatan (N-S)
Perkembangan tektonik Pulau atau pola Jawa Barat dan (3). Arah Barat
Jawa dapat dipelajari dari pola-pola - Timur (E-W) atau pola Jawa.
struktur geologi yang berkembang dari Perubahan jalur penunjaman berumur
waktu ke waktu. Secara geologi Pulau Kapur yang berarah Timurlaut -
Jawa merupakan suatu komplek sejarah Baratdaya (NE-SW) menjadi relatif
penurunan cekungan (basin), Barat - Timur (E-W) sejak kala Oligosen
pensesaran, perlipatan dan vulkanisme sampai sekarang telah menghasilkan
di bawah pengaruh stress regime yang tatanan geologi Tersier di Pulau Jawa
berbeda-beda dari waktu ke waktu. yang sangat rumit disamping
Menurut Katili (1975) dalam Suyanto, mengundang pertanyaan bagaimanakah
dkk. (1977) bahwa evolusi zona mekanisme perubahan tersebut.
penunjaman Pulau Jawa pada zaman Kerumitan tersebut dapat terlihat pada
Kapur Akhir dan Oligosen menunjukan unsur struktur Pulau Jawa dan daerah
adanya perubahan tersebut. Pada sekitarnya.
penunjaman zaman Kapur Akhir busur Pola Meratus di bagian Barat
magmatik berada di Utara Pulau Jawa terekspresikan pada Sesar Cimandiri, di
dan berbelok ke timurlaut ke arah bagian tengah terekspresikan dari pola
penyebaran singkapan batuan Pra-

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 13


Tersier di daerah Karang Sambung.
Sedangkan di bagian Timur ditunjukkan
oleh sesar pembatas Cekungan Pati.
Cekungan Tuban dan juga tercermin dari
pola konfigurasi Tinggian Karimun
Jawa, Tinggian Bawean dan Tinggian
Masalembo. Pola Meratus tampak lebih
dominan terekspresikan di bagian timur.
Pola Jawa Barat berarah utara- Gambar 6. Pola umum struktur Pulau Jawa
selatan, di bagian barat tampak lebih (Soejono Martodjojo dan
Pulunggono, 1994).
dominan sementara perkembangan ke
arah timur tidak terekspresikan. Ekspresi
yang mencerminkan pola ini adalah pola Fakta lain yang harus dipahami
sesar-sesar pembatas Cekungan Asri, ialah bahwa akibat dari pola struktur dan
Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna. persebaran tersebut dihasilkan
Pola Jawa pada umumnya berupa cekungan-cekungan dengan pola yang
struktur regangan. tertentu pula. Penampang stratigrafi
Pola Jawa di bagian Barat pola ini yang diberikan oleh Martodjojo (1975)
diwakili oleh sesar-sesar naik seperti dalam Pulunggono, (1994) menunjukkan
sesar Beribis dan sesar-sesar dalam bahwa ada dua kelompok cekungan
Cekungan Bogor. Di bagian tengah yaitu Cekungan Jawa Utara bagian barat
tampak pola dari sesar-sesar yang dan Cekungan Jawa Utara bagian timur
terdapat pada zona Serayu Utara dan yang terpisahkan oleh tinggian Karimun
Serayu Selatan. Di bagian Timur Jawa. Kelompok cekungan Jawa Utara
ditunjukkan oleh arah Sesar Pegunungan bagian Barat mempunyai bentuk
Kendeng yang berupa sesar naik. geometri memanjang relatif Utara -
Dari data stratigrafi dan tektonik Selatan dengan batas cekungan berupa
diketahui bahwa pola Meratus sesar-sesar dengan arah Utara - Selatan
merupakan pola yang paling tua. Sesar- dan Timur - Barat. Sedangkan cekungan
sesar yang termasuk dalam pola ini yang terdapat di kelompok cekungan
berumur Kapur sampai Paleosen dan Jawa Utara bagian timur umumnya
tersebar dalam jalur Tinggian Karimun mempunyai geometri memanjang timur
Jawa menerus melalui Karangsambung - barat dengan peran struktur yang
hingga di daerah Cimandiri Jawa Barat. berarah Timur - Barat lebih dominan.
Sesar ini teraktifkan kembali oleh
aktivitas tektonik yang lebih muda. Pola 2.3.3 Mekanisme Pembentukan
Sunda lebih muda dari pola Meratus. Struktur
Data seismik menunjukkan Pola Jawa
bagian barat telah mengaktifkan kembali Dalam melakukan analisis struktur
sesar-sesar yang berpola Meratus pada geologi menggunakan model menurut
Eosen Akhir hingga Oligosen Akhir. Moody dan Hill (1956), untuk mengetahui
Pola Jawa menunjukkan pola hubungan antara tegasan utama dengan
termuda dan mengaktifkan kembali jenis struktur geologi yang dihasilkan.
seluruh pola yang telah ada sebelumnya Menerangkan bahwa jika gaya utama yang
(Pulunggono, 1994). Data seismik bekerja pada suatu lapisan batuan maka
menunjukkan bahwa pola sesar naik yang pertama kali terbentuk adalah lipatan
dengan arah barat - timur masih aktif dengan sumbu lipatan tegak lurus terhadap
gaya, apabila gaya terus berlangsung
hingga sekarang.
sampai melewati batas elastisitas batuan
yang ada maka akan terbentuk sesar naik
degan arah tegak lurus terhadap gaya
utama, kemudian bila gaya terus bekerja
maka akan terbentuk sesar mendatar yang

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 14


membentuk sudut lancip sekitar 30° Soejono Martodjojo dan Pulunggono
terhadap gaya, dan setelah gaya tersebut (1994) yang berpola barat-timur,
berhenti maka akan terbentuk sesar normal sedangkan pola struktur yang terdapat di
yang searah dengan arah gaya utama. daerah penelitian berpola barat- timur
maka dapat disimpulkan bahwa gaya
2.3.4 Urutan Pembentukan Struktur utama yang bekerja di daerah penelitian
Geologi adagional yang berarah utara-selatan.

Berdasarkan data dan pengamatan III. SEJARAH GEOLOGI


dilapangan dan dipadukan dengan
konsep pembentukan struktur dari Sejarah geologi daerah penelitian
Moody and Hill (1954), maka arah dimulai pada N5 atau Miosen Awal,
umum gaya yang bekerja di daerah yaitu mulai diendapkannya satuan
penelitian mempunyai arah N50E atau batuan breksi, lava dan tuf (Formasi
N1850E atau utara - selatan, dimana arah Merubetiri) pada lingkungan laut.
gaya adalah tegak lurus dari nilai rata- Pengendapan satuan batuan ini
rata jurus perlapisan di daerah penelitian bersamaan dengan pengendapan satuan
yang berarah N850 E - N950 E dan batuan batupasir selang-seling
N2750E – N2850E. batulempung sisipan breksi dan tuf
(Formasi Batuampar) pada kedalaman
Gaya yang bekerja di daerah 50-200m atau pada neritik tengah -
penelitian merupakan hasil aktivitas neritik luar. Pengendapan kedua satuan
tektonik yang terjadi pada N11 - N21 atau batuan ini berlangsung hingga N8 atau
kala Miosen Tengah Bagian Tengah - Miosen Awal Bagian Akhir. Kondisi
Pleistosen, sehingga gaya menekan paleogeografi pada kala N5-N8 di daerah
satuan batuan breksi, lava, tuf Formasi penelitian berupa laut dangkal.
Merubetiri; Satuan batuan batupasir
selang-seling batulempung sisipan Pada N9 atau awal Miosen Tengah
breksi dan tuf Formasi Batuampar dan di daerah penelitian mulai diendapkan
satuan batuan batupasir selang-seling satuan batuan batupasir selang-seling
batulempung Formasi Sukamade batulempung Formasi Sukamade pada
membentuk struktur lipatan berupa kedalaman 20-80meter atau neritik
Sinklin Sumber Uling, Antiklin tengah. Pengendapan satuan batuan ini
Batuampar dan Sinklin Baban berarah berakhir pada N10 dan kondisi
Barat-Timur. paleogeografi daerah penelitian pada
kala tersebut masih berupa laut dangkal.
Gaya yang menekan daerah ini
berlangsung hingga melewati batas Pada N11 atau Miosen Tengah
ambang elastisitas batuan, sehingga Bagian Tengah daerah penelitian mulai
menyebabkan terjadinya deformasi atau mengalami pengangkatan akibat
pergeseran membentuk sesar-sesar orogenesa yang mengakibatkan seluruh
mendatar Kali Hitam, Baban, Tankinol, satuan batuan yang ada di daerah
Mulyorejo, dan Batuampar. penelitian, yaitu Formasi Merubetiri,
Formasi Batuampar, dan Formasi
Keseluruhan struktur geologi Sukamade mengalami perlipatan
yang terdapat di daerah penelitian terjadi membentuk punggungan bukit dan
dalam satu periode tektonik, yaitu lembah yang berarah barat-timur.
dimulai dari N11 atau kala Miosen
Tengah Bagian Tengah hingga kala Pada kala Pliosen proses
Pleistosen dengan arah gaya utama orogenesa ini terus berlangsung
relatif sama, yaitu berarah N1850 E. sehingga mengakibatkan batuan-batuan
Apabila dikaitkan dengan pola struktur Formasi Merubetiri, Formasi Batuampar
yang terjadi selama zaman Tersier dari dan Formasi Sukamade mengalami

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 15


pensesaran berupa sesar geser jurus pelapukan dan denudasi yang
menganan (dextral srike slip fault) dan menghasilkan bentuk topografi
dilanjutkan dengan sesar geser jurus terbalik (reverse topography); (2).
mengiri (sinistral srike slip fault). Satuan geomorfologi dataran
aluvial yang disusun oleh material
Pada kala Plistosen, proses lepas hasil rombakan batuan yang
orogenesa di daerah penelitian masih lebih tua terbentuk akibat proses
terus berlangsung dan pada kala tersebut eksogenik berupa pelapukan, erosi
daerah penelitian diperkirakan sudah dan sedimentasi. Satuan
berupa daratan sehingga proses-proses geomorfologi ini masih berstadia
eksogenik (pelapukan, erosi/denudasi, muda dikarenakan proses ini
sedimentasi) mulai bekerja pada batuan- masih berlangsung hingga saat
batuan dari Formasi Merubetiri, Formasi ini. Pola aliran sungai di daerah
Batuampar, dan Formasi Sukamade. penelitian masih memperlihatkan
Hasil pelapukan dan erosi/denudari pola rektangular hal ini
kemudian masuk kedalam sistem sungai disebabkan kontrol struktur
yang terdapat di daerah penelitian dan perlipatan dan patahan. Stadia
diendapkan sebagai endapan aluvial. erosi sungainya masih
Proses ini terus berlangsung hingga saat menunjukan stadia erosi muda
ini. dan dewasa.

IV. KESIMPULAN 2. Tatanan batuan yang terdapat di


daerah penelitian dapat
Dari semua rangkaian penelitian dikelompokan menjadi 4 (empat)
yang telah dilakukan, berupa pemetaan satuan batuan litostratigrafi dari
geologi permukaan di daerah Mulyorejo tua ke muda yaitu: (1). Satuan
dan sekitarnya, Kecamatan Silo, batuan breksi, lava dan tuf
Kabupaten Jember, Jawa Timur, yang Formasi Merubetiri yang berumur
berkaitan dengan geomorfologi, Miosen Awal (N5-N8) dan
stratigrafi, struktur geologi dapat diendapkan pada lingkungan laut;
disimpulkan sebagai berikut: (2). Satuan batuan batupasir
selang-seling batulempung sisipan
1. Berdasarkan sejarah pembentukan breksi dan tuf Formasi Batuampar
bentangalamnya, satuan yang berumur Miosen Awal (N5-
geomorfologi yang terdapat di N8) yang diendapkan pada 30-200
daerah penelitian secara meter atau neritik tengah-neritik
morfogenesa dapat dikelompokan luar; (3). Satuan batuan batupasir
menjadi 2 (dua) satuan selang-seling batulempung
geomorfologi yaitu: (1). Satuan Formasi Sukamade yang berumur
geomorfologi perbukitan lipat- N9-N10 atau Miosen Tengah
patahan yang disusun oleh Bagian Bawah dan diendapkan
batuan-batuan sedimen dari pada kedalaman 20-70meter atau
Formasi Merubetiri, Formasi neritik tengh; Satuan aluvial yang
Batuampar dan Formasi tersusun dari material lepas
Sukamade yang asalnya terbentuk berukuran lempung hingga
di laut dangkal dan oleh gaya bongkah hasil pengendapan
endogen mengalami sungai dari proses eksogenik
pengangkatan oleh struktur berupa pelapukan, erosi/denudasi
lipatan dan pensesaran pada kala dan pengendapan dari batuan-
Miosen Tengah Bagian Tengah - batuan yang lebih tua dan satuan
Plistosen. Stadia geomorfik satuan ini dibatasi oleh bidang erosi
geomorfologi ini berada dalam dengan satuan batuan yang lebih
tahapan tua akibat proses tua dibawahnya.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 16


Direktoral Volkanologi dan Mitigasi
3. Struktur-struktur geologi yang Bencana Geologi Bandung,
berkembang di daerah penelitian 2011. Peta Zona Kerentanan
adalah kekar, lipatan dan sesar. Gerakan Tanah Kabupaten
Struktur kekar berupa kekar gerus Jember, Jawa Timur, DVMBG.
dan kekar tarik; Struktur lipatan Katili, J.A., (1975) dalam Suyanto, dkk.
berupa Sinklin Sumberuling, (1977), Evolusi Zona
Antiklin Batuampar dan Sinklin Penunjaman Pulau Jawa.
Baban. Struktur sesar yang Lobeck, A.K., 1939,
dijumpai berupa struktur sesar Geomorphology:An
mendatar Kali Hitam, Baban, Introduction to the Study Of
Batuampar, Mulyorejo dan Lndscapes, Mc. Graw-Hill Book
Tangki Nol. Struktur geologi di Campany, New York.
daerah penelitian terjadi pada kala Moody dan Hill; 1956, Wrench Fault
Miosen Tengah Bagian Tengah - Tectonics, Buletin of the
Pleistosen (N11 - N23) yaitu Geological Society of America.
diawali dengan terjadinya Soejono M dan Pulunggono, (1994).
pembentukan struktur lipatan Geotektonik Pulau Jawa sejak
berupa antiklin dan sinklin Akhir Mesozoikum-Kuarter,
kemudian disusul dengan Makalah Seminar Geologi,
terbentuknya sesar mendatar Jurusan Teknik , UGM,
menganan Kali Hitam dan Baban Yogyakarta.
dan dilanjutkan pembentukan Sharp dalam Sehultz (1955) dan Varnes
sesar-sesar mendatar mengiri dalam Schuster dan Krisek
Batuampar, Mulyorejo dan (1978); Klasifikasi Gerakan
Tangkinol. Arah gaya utama yang Tanah.
bekerja di daerah penelitian Sehyan,E, 1977. Dasar-dasar Hidrologi.
berarah N1850E atau beraha utara- Editor Soenardi Prawirahat
selatan. Mojo. Yogyakarta: UGM Press.
Soewarno, 1991, Hidrologi Pengukuran
dan Pengolahan Data Aliran
Sungai (Hidrometri), Nova
DAFTAR PUSTAKA Bandung.
T. Sapei dkk, 1992, Peta Geologi
Badan Koordinasi Survei Pemetaan Lembar Jember, Jawa skala
Nasional, 2001, Rupa Bumi 1:100.000. Pusat Penelitian dan
Digital Indonesia Lembar Pengembangan Geologi P3G,
Karangharjo No. 1607-623, Bandung, 1992.
Badan Koordinasi dan Pemetaan Thombury, W D (1954). Principles of
Nasional Cibinong Bogor. Geomorfhology, Second
Edition, John Welley and Sons
Blow, H. and Postuma J.A., 1969, Inc., New York, London,
Range Chrt, lale Miosen to Sydney, Toronto, 594p.
Recent Planktonik Van Bemmelen, R.W., (1949), “The
Foraminifera Biostratigraphy, Geologi of Indonesi”, Vol.IA;
proceedingog The Firt. General Geologi of Indonesia
Departemen Pekerjaan Umum, and adjacent Archpelagoes,
Direktoral Jenderal Penataan Goverenment Printing Office,
Ruang. Praturan Menteri the Hague, Martinus Nijhoff,
Pekerjaan Umum (Permenpu) Vol.IA, Netherlands.
no.22/PRT/2007. Pedoman Van Zuidam, R.A, 1983. Guide to
Penataan Ruang “Kawasan Geomorphologic Interpretation
Rawan Bencana Longsor”.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 17


an Mapping. ITC, Enschede, the PENULIS:
netherlands.
William, H; Turner, F.J., Gilbert, C.M; 1. Musa Isona Derebi ST. Alumni
1953 dan Pettijohn, 1996, (2019), Program Studi Teknik Geologi,
Petrography, An Intorduction Fakultas Teknik-Universitas Pakuan.
to The Study of Rock in Thin (Email : Musaisona151@gmail.com)
Section, W.H Freeman and 2. Ir. Djauhari Noor.,MSc), Staf Dosen
Campany New York. Program Studi Teknik Geologi,
Fakultas Teknik-Universitas Pakuan.
3. Iit Adhitia Prihatna, ST., MT, Staf
Dosen Program Studi Teknik Geologi,
Fakultas Teknik-Universitas Pakuan.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 18

Anda mungkin juga menyukai