Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN MATERI IPA

SISTEM REPRODUKSI PADA TUMBUHAN KELAS IX

A. Angiospermae

Tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) berasal dari kata angio yang berarti bunga dan spermae yang
artinya tumbuhan berbiji.

Angiospermae disebut tumbuhan berbiji tertutup, karena bijinya selalu diselubungi daun buah yang disebut
sebagai bakal buah.

Bakal buah dan bagian-bagian lain pada bunga nantinya akan tumbuh menjadi buah dan bakal biji.

Pada umumnya, tumbuhan berbiji tertutup memiliki kesamaan ciri dengan tumbuhan berbiji terbuka
(Gymnospermae).

Keunikan dari tumbuhan berbiji tertutup ada pada bijinya yang tersusun oleh kotiledon (keping lembaga).

Ciri-ciri Tumbuhan Angiospermae

Berikut ini adalah ciri-ciri dari tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).

• Bakal bijinya berada di dalam megasporofil yang termodifikasi menjadi daun buah (karpel).

• Daun dan buah berdaging tebal.

• Daun buah berfungsi melindungi biji agar tidak kekeringan pada saat mengalami dormansi (masa
istirahat).

• Tubuh terdiri dari akar, batang, daun dan bunga.

• Bunga terdiri dari kelopak, mahkota, benang sari, dan putik.

• Akarnya ada yang serabut dan ada pula yang tunggang.

• Batang ada yang berkambium dan ada juga yang tidak memiliki kambium.

• Memiliki pembuluh xilem yang diperkuat oleh serat dengan dinding sel tebal dan berlignin.

• Mempunyai beberapa tipe daun, antara lain, lurus, menyirip dan menjari.

• Mengalami pembuahan ganda.

Klasifikasi Angiopermae

Tumbuhan biji tertutup memiliki spesies yang sangat banyak, akan tetapi sampai saat ini terdapat delapan
kelompok Angiopermae yang masih hidup, sebagai berikut.

1. Amborella : semak atau perdu kecil yang hanya ada di Kaledonia Baru.
2. Nymphaeales : teratai (water lily).

3. Austrobaileyales : tumbuhan adas/pekak (star anise).

4. Chloranthales : tumbuhan aromatis dengan daun bergerigi.

5. Magnoliids : bunga magnolia dan black pepper.

6. Monocots : tumbuhan dengan satu kotiledon, seperti padi, jagung, kelapa, dan anggrek.

7. Ceratophyllum : tumbuhan akuatik yang sering digunakan untuk penghias akuarium.

8. Eudicots : tumbuhan yang memiliki dua kotiledon sejati, seperti kacang polong, buncis, mawar, bunga
matahari, dan apel.

Sampai pada akhir tahun 1990-an, sebagian besar ilmuwan secara sistematis membagi tumbuhan berbiji
tertutup menjadi dua kelompok berdasarkan jumlah daun lembaga (kotiledon).

Kelompok dengan biji yang memiliki satu daun lembaga (kotiledon) disebut monokotil, dan kelompok dengan
biji yang memiliki dua daun lembaga (kotiledon) disebut dikotil. Perbedaan ciri tumbuhan dikotil dan
monokotil dapat dibaca di sini.

Organ Reproduksi Tumbuhan Angiospermae

Ciri-ciri utama Angiospermae lainnya adalah adanya bunga, yang merupakan struktur reproduksi seksual khas
dari tumbuhan tersebut. Pada bagian bunga inilah terletak bakal buah dan bakal biji

Berikut ini adalah bagian-bagian lengkap bunga.

1. Mahkota Bunga

Mahkota bunga (Corolla) adalah salah satu perhiasan bunga selain kelopaknya. Mahkota bunga terdiri dari
helaian-helaian yang berukuran relatif besar dan berwarna mencolok yang disebut sebagai petal.
Warna yang mencolok tersebut bertujuan untuk memikat serangga penyerbuk agar hinggap dan menghisap
nektar untuk membantu penyerbukan.

2. Kelopak Bunga

Kelopak bunga juga menjadi salah satu perhiasan bunga. Kelopak bunga pada umumnya berwarna hijau dan
berbentuk menyerupai daun.

Fungsi mahkota bunga pada tumbuhan angiospermae adalah untuk melindungi mahkota bunga pada saat
masih kuncup.

3. Putik

Putik (Carpel) adalah alat reproduksi betina pada bunga dan berperan dalam menghasilkan bakal biji.

Pada putik terdapat ovarium, tangkai, dan stigma. Kepala putik (stigma) bersifat lengket dan berfungsi
menangkap serbuk sari kemudian menyalurkannya ke tangkai putik (style) untuk masuk ke ovarium.

4. Benang Sari

Benang sari (stamen) adalah alat kelamin jantan pada bunga. Bagian ini tersusun atas sebuah batang yang
disebut tangkai sari (filament) dan sebuah kantong, yaitu kepala sari (anther) tempat serbuk sari dihasilkan.

5. Tangkai Bunga

Tangkai bunga merupakan bagian yang menghubungkan antara bunga dengan batang tanaman.

B. Gymnospermae
Tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) adalah kelompok tumbuhan yang bijinya tidak tertutup
kulit buah. Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani, gymnos yang artinya telanjang
dan spermae yang berarti biji. Pada tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae), biji atau bakal biji selalu
terlindungi oleh bakal buah (ovarium), sehingga tidak akan tampak dari luar.\

Sedangkan pada Gymnospermae, biji akan langsung terlihat atau tampak diantara daun-daun penyusun
strobilus (runjung).

Ciri-ciri Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae)


• Bakal biji tidak terlindungi oleh daun buah.
• Berakar tunggang.
• Berdaun tebal, sempit, kaku seperti jarum.
• Batang tidak bercabang, berkayu, tumbuh tegak ke atas.
• Akar mengandung kambium dan memiliki kaliptra.
• Berkas pembuluh angkut belum berfungsi sepenuhnya baik, karena masih berupa tracheid.
• Batang mempunyai kambium dan floeterma (sarung tepung) yaitu endodermis yang mengandung
zat tepung.
• Alat kelamin terpisah, serbuk sari terdapat dalam strobilus jantan dan sel telur terdapat dalam
Petina.
• Pembuahan tunggal, antara penyerbukan dan pembuahan memiliki selang waktu panjang.
• Pada umumnya perdu atau pohon, tidak ada yang berupa herba.

Contoh dari tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) adalah sebagai berikut.


1. Melinjo
2. Pinus
3. Pohon Ginkgo
4. Pakis haji

Organ Reproduksi Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae)


Tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) tidak memiliki bunga seperti
tumbuhan Angiospermae. Akan tetapi, tumbuhan Gymnospermae memiliki alat reproduksi seksual yang
disebut strobilus atau runjung. Strobilus merupakan kumpulan sporofil, yaitu bagian daun yang berfungsi
menghasilkan spora serta sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis.
Pada tumbuhan pinus dan melinjo, terdapat dua jenis strobilus dalam satu pohon, yaitu stobilus jantan
dan strobilus betina. Sedangkan pada pakis haji, strobilus jantan dan strobilus betina terpisah atau tidak
berada dalam satu pohon. Di dalam strobilus jantan, terdapat ruang-ruang spora atau mikrosporangia.
Pada mikrosporangia, sel-sel akan membelah secara meiosis dan menghasilkan spora jantan
(mikrospora). Mikrospora selanjutnya berkembang membentuk serbuk sari.
Pada strobilus betina, tersusun atas banyak megasporofil (daun penghasil megaspora). Masing-masing
megasporofil mengandung dua bakal biji dan tiap bakal biji mengandung kotak spora (megasporangium).
Sel-sel dalam megasporangium akan mengalami pembelahan meiosis dan menghasilkan spora betina
(megaspora). Inti megaspora kemudian akan membelah secara mitosis membentuk sel telur.

Sistem Reproduksi Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae)


Reproduksi tumbuhan Gymnospermae diawali dengan proses penyerbukan dan dilanjutkan dengan
pembuahan tunggal (tiap inti sperma membuahi satu sel telur).
Penyerbukan yang terjadi pada tumbuhan berbiji terbuka selalu dilakukan dengan anomogani
(penyerbukan yang dibantu oleh angin), dimana serbuk sari akan langsung jatuh pada bakal biji.
Gamet jantan akan membelah untuk menghasilkan serbuk sari bersel empat yang akan dilepaskan ke
udara.

Sementara itu, sel telur juga terbentuk pada strobilus betina. Sel telur ini berasal dari pembelahan
megaspora. Setelah serbuk sari menempel pada strobilus betina, maka terjadi perkecambahan serbuk
sari. Serbuk sari selanjutnya membentuk buluh (tabung serbuk sari) dengan membawa inti sperma
menuju sel telur. Proses tersebut membutuhkan waktu hingga satu tahun lamanya.
Kemudian inti sperma akan bersatu dan melebur dengan sel telur sehingga terbentuklah zigot. Zigot
berkembang menjadi embrio dengan mengambil nutrisi dari endosperma. Pada saat itu, terbentuk
struktur tambahan berupa sayap tipis pada biji.
Selang satu tahun kemudian, kerucut betina akan melepaskan bijinya satu persatu dengan bantuan
angin.
Biji-biji yang bersayap tersebut akan terbang ke segala arah dan jika biji sampai pada lingkungan yang
sesuai, akan terjadi perkecambahan biji untuk membentuk tumbuhan baru.
Tumbuhan Gymnospermae juga dapat bereproduksi secara aseksual. Tumbuhan Gymnospermae yang
dapat bereproduksi secara aseksual, misalnya tumbuhan pakis haji dan pinus.
Tumbuhan pakis haji dapat reproduksi dengan menggunakan tunas yang disebut bulbil. Tumbuhan pinus
dapat berkembangbiak dengan menggunakan tunas akar.

C. Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan kelompok tumbuhan yang tidak berbiji, sudah memiliki
jaringan pembuluh, dan sudah mempunyai batang, daun, serta akar sederhana.
Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) seperti lumut. Metagenesis adalah
pergiliran keturunan yang melibatkan dua fase sekaligus, yaitu fase sporofit dan fase gametofit.

Sistem Reproduksi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)


Fase sporofit adalah ketika tumbuhan paku menghasilkan spora, sedangkan fase gametofit adalah pada
saat tumbuhan paku menghasil gamet (sel kelamin).
Fase gametofit tumbuhan paku bersifat haploid (n), sedangkan fase sporofit tumbuhan paku bersifat
diploid (2n). Protalium akan menghasilkan anteridium (organ reproduksi jantan) yang menghasilkan
sperma, juga menghasilkan arkegonium (organ reproduksi betina) yang menghasilkan ovum atau sel
telur. Tumbuhan paku yang dapat kita amati berada dalam tahap sporofit, karena dapat menghasilkan
spora. Jika kadar air pada kotak spora berkurang, kotak spora akan sobek dan mengeluarkan spora yang
ada di dalamnya.
Spora tersebar dan selanjutnya tumbuh menjadi protalium, jika lingkungannya sesuai untuk tumbuh.
Protalium menempel pada permukaan menggunakan rhizoid. Protalium berwarna hijau dan mempunyai
klorofil, sehingga dapat melakukan fotosintesis untuk berkembang.
Tahap gametofit dimulai ketika protalium tumbuh. Protalium akan berkembang dan menghasilkan
anteridium dan arkegonium.
Anteridium menghasilkan spora berflagel (berekor) dan arkegonium akan menghasilkan sel telur.
Anteridium dan arkegonium pada umumnya terdapat pada satu protalium. Kadar air yang tinggi
membantu sperma untuk bertemu dengan ovum, sehingga terjadi pembuahan dan menghasilkan zigot.
Fertilisasi terjadi jika sperma yang dihasilkan oleh anteridium sampai pada sel telur yang dihasilkan oleh
arkegonium. Meskipun memiliki flagel, sperma tumbuhan paku memerlukan air untuk pergerakannya.
Zigot yang tumbuh dan berkembang akan memulai tahap sporofit baru.
Reproduksi aseksual pada tumbuhan paku dilakukan dengan rhizoma. Rhizoma dapat tumbuh ke segala
arah dan membentuk koloni tumbuhan paku yang baru. Rhizoma adalah batang yang tumbuh di dalam
tanah.

Tumbuhan Paku Homospora dan Heterospora


Berdasarkan jenis sporanya, tumbuhan paku dibedakan menjadi tumbuhan paku homospora dan
tumbuhan paku heterospora. Tumbuhan paku homospora menghasilkan satu jenis spora yang tumbuh
menjadi protalium dan dalam satu protalium itu dihasilkan sperma dan ovum. Pada paku homospora,
sperma dan ovum dihasilkan pada satu protalium yang sama.
Sedangkan tumbuhan paku heterospora akan menghasilkan dua jenis spora, megaspora, dan
mikrospora. Megaspora tumbuh menjadi protalium betina yang menghasilkan ovum, dan mikrospora
tumbuh menjadi protalium betina yang menghasilkan sperma. Pada tumbuhan paku heterospora, sperma
dan ovum dihasilkan oleh protalium yang terpisah.

D. Tumbuhan Lumut
Tumbuhan lumut (Bryophyta) merupakan tumbuhan terestrial atau hidup di daratan. Lumut dapat
dengan mudah ditemukan pada tempat lembab dan teduh. Bentuk tubuh lumut ada yang berupa
lembaran dan ada juga yang mirip tumbuhan kecil. Akar sederhana pada lumut disebut rizoid. Rizoid
tersebut berfungsi untuk menyerap air dan garam mineral, serta untuk melekat pada habitatnya.
Tumbuhan lumut hanya tumbuh memanjang dan tidak tumbuh membesar.

Secara umum lumut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu lumut hati, lumut tanduk, dan lumut daun.

Organ Reproduksi Tumbuhan Lumut


Gametofit adalah bentuk tumbuhan lumut yang tapak hijau, berbentuk lembaran, dan membentuk alat
kelamin yang menghasilkan gamet.

Sel kelamin jantan dihasilkan oleh sel jantan yang disebut anteridium dan sel kelamin betina dihasilkan
oleh sel kelamin betina yang disebut arkegonium.

Baca : 8 Jenis Perkembangbiakan Vegetatif Alami pada Tumbuhan Dilengkapi Contohnya.

Lumut yang memiliki dua alat kelamin (anteridium dan arkegonium) disebut berumah satu (monoesis)
atau homotalus.

Sedangkan lumut yang hanya memiliki satu jenis alat kelamin disebut berumah dua (diesis) atau
heterotalus.

Sistem Reproduksi Tumbuhan Lumut


Di dalam siklus hidupnya, lumut akan mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) antara generasi
gametofit yang berkromosom haploid (n) dengan generasi sporofit yang berkromosom diploid (2n).
Tumbuhan Angiospermae, Gymnospermae, dan tumbuhan paku dapat dijumpai pada tahap sporofit.
Akan tetapi, tumbuhan lumut yang sering kita jumpai berada pada tahap gametofit. Reproduksi seksual
(generatif) tumbuhan lumut dimulai ketika spora berkecambah menghasilkan protonema. Protonema
kemudian tumbuh menjadi tumbuhan lumut. Dari ujung batang berkembang organ reproduksi betina
(arkegonium) dan organ reproduksi jantan (anteridium). Arkegonium menghasilkan sel telur atau ovum,
sedangkan anteridium menghasilkan sperma yang berflagela dua. Sperma kemudian berenang untuk
membuahi sel telur. Pembuahan akan dapat berlangsung dengan baik apabila lingkungannya basah dan
berair.
Hasil pembuahan tersebut membentuk zigot. Zigot selanjutnya tumbuh menjadi sporofit yang bersifat
haploid (n). Pada saat sporofit masak (umur 3 – 6 bulan) akan membentuk tangkai panjang (seta).
Ujung seta berupa kapsul yang disebut dengan sporogonium. Di dalam sporogonium terdapat spora.
Ketika spora telah masak, kapsul pelindungnya akan pecah, sehingga spora dapat dibebaskan. Spora
yang dibebaskan tersebut akan berkecambah dan memulai siklus hidup lumut kembali.
Tumbuhan lumut mengalami reproduksi aseksual (vegetatif) melalui kuncup atau gemmae dan
melakukan fragmentasi.

Fragmentasi terjadi ketika tumbuhan lumut melepaskan sebagian tubuhnya untuk menjadi individu baru.

Lumut Sebagai Tumbuhan Perintis


Meskipun tumbuhan lumut memerlukan kondisi yang lembab untuk tumbuh dan bereproduksi,
banyak jenis lumut yang dapat bertahan dalam kondisi yang kering dalam kurun waktu yang cukup lama.
Mereka dapat tumbuh pada tanah yang tipis dan pada tanah di tempat tumbuhan lain tidak dapat tumbuh.
Spora dari lumut akan dibawa oleh angin. Spora akan tumbuh menjadi tumbuhan baru jika ada air dan
beberapa komponen pendukung lainnya. Sering kali lumut merupakan tumbuhan yang pertama kali
tumbuh pada lingkungan yang sudah rusak misalnya akibat aliran lava atau akibat kebakaran hutan. Oleh
karena itu, lumut juga disebut organisme pioner atau tumbuhan perintis.

Sebagai tumbuhan pioner, lumut akan tumbuh dan mati membentuk nutrisi tanah. Proses ini
bersamaan dengan pelapukan bebatuan akibat panas, angin (pelapukan fisika), dan zat kimia lain seperti
zat asam atau oksigen (pelapukan kimia) yang akhirnya membentuk tanah, sehingga pada akhirnya
tumbuhan lain dapat tumbuh pada daerah tersebut.
Beberapa lumut juga dapat membantu menyimpan nitrogen dalam tanah dan menyimpan air. Kelompok
lumut lainnya juga dapat digunakan sebagai obat hepatitis, seperti kelompok lumut hati Marchantia
polymorpha.
Beberapa kelompok dari lumut daun seperti Sphagnum yang sudah lapuk dapat digunakan sebagai
bahan bakar seperti batu bara.

E. Tekhnologi Reproduksi Pada Tumbuhan

Setiap mahluk hidup memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi secara mandiri, Meski ada
juga yang memerlukan bantuan untuk bisa bereproduksi. Utamanya pada tumbuhan, ada banyak cara
yang dilakukan tumbuhan untuk mereproduksi dirinya secara mandiri, namun adakalanya untuk
mempercepat dan memperbanyak reproduksi pada tumbuhan diperlukan teknologi untuk
menerapkannya.

Dewasa ini teknologi reproduksi pada tumbuhan beragam jenisnya dan terus dikembangkan oleh
para peneliti. Teknologi reproduksi pada tumbuhan tentu berguna selain untuk mempercepat dan
memperbanyak kembang biaknya, juga untuk mengembangkan atau menciptakan jenis varietas baru
atas tumbuhan tersebut.

Ada 3 macam teknologi reproduksi pada tumbuhan yang bisa diterapkan antara lain hidroponik, kultur
jaringan tumbuhan, dan vertikultural.

1. Kultur Jaringan
Kultur jaringan tumbuhan merupakan metode yang bertujuan memperbanyak tumbuhan dengan cara
mengambil suatu bagian dari tanaman, seperti sel atau sekelompok sel, jaringan, ataupun organ.
Teknik kultur jaringan ini memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetative. Dalam
prakteknya, bagian tanaman yang sebelumnya diambil akan ditumbuhkan dalam kondisi steril pada
medium yang mengandung nutrisi dan zat pengatur tumbuh atau hormon. Bagian pada tanaman
akan dapat memperbanyak diri dan berkembang menjadi tanaman yang memiliki organ yang lengkap
yaitu akar, batang, dan daun.
https://www.google.com/search?q=gambar+kultur+jaringan&tbm=isch&ved=2ahUKEwikz6fn7Y30AhU_m0sFHUVbBdAQ2-
cCegQIABAA&oq=gambar+kultur&gs_lcp=CgNpbWcQARgAMgUIABCABDIFCAAQgAQyBQgAEIAEMgUIABCABDIFCAAQgAQyBQgAEIAEMgUIABCABDIFCAAQgA
QyBQgAEIAEMgQIABBDOggIABCABBCxAzoLCAAQgAQQsQMQgwFQ7A5Y6RlgoyRoAHAAeACAAfIDiAG_CpIBCTAuNS4xLjAuMZgBAKABAaoBC2d3cy13aXotaW
1nwAEB&sclient=img&ei=TsOLYaTwM7-2rtoPxbaVgA0&bih=625&biw=1366&rlz=1C1CHBD_enID915ID915#imgrc=sk9rdXqA9KdWHM

2. Hidroponik
Hidroponik adalah salah satu metode dalam budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa
menggunakan media tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan hara nutrisi bagi
tanaman. Para ilmuwan menemukan bahwa tumbuhan menyerap nutrisi yang penting dalam bentuk
ion-ion yang terlarut dalam air.

Dalam teknik ini kebutuhan air lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah,
sehingga cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas.

Adapun tanaman-tanaman yang reproduksinya bisa dilakukan dengan hidroponik seperti pada
tanaman darat atau sayuran yaitu tomat, terong, selada, dan sebagainya. Dimana tanaman tersebut
ada dalam wadah yang berisi nutrisi atau dengan ditambah medium yang tak larut air contohnya
kerikil, arang, sekam, ayu, dan lain sebagainya dapat ditumbuhkan secara langsung.

https://www.google.com/search?q=gambar+hidroponik+sederhana&rlz=1C1CHBD_enID915ID915&tbm=isch&source=iu&ictx=1&fir=6PLXNSaBEGkILM%252CxW-
wWfGtBK6BNM%252C_%253ByFZ8mojGb2dSbM%252CZoew4MmhICI-
5M%252C_%253BgEe03X90HStXxM%252CIUYvzSUyyW7j1M%252C_%253Bxwyf_21Bts2CfM%252CEjiv3imVIjO3QM%252C_%253BV8YgHRB1T98pcM%252Cdlt
a6_0P4QsxtM%252C_%253BuWKVlQDV2mr3SM%252CP0VDjb6Hp7Fk_M%252C_%253BFVkUgDnEe6hCtM%252CZoew4MmhICI-
5M%252C_%253BEjg0FK4RuyMyHM%252Cxpfw7IQGEtGhrM%252C_%253BWe_UuFvif06o-
M%252CchHwOdaig9TWXM%252C_%253Bris7R_OdmyX81M%252CX930_Oogk0_TTM%252C_%253BG0vqS9gDD5cnlM%252Cw9sZp-
eKKTwVyM%252C_%253BsEZx20PL5hllTM%252C3Z3EQzvUi0OoSM%252C_&vet=1&usg=AI4_-
kRuyCabQ0bua4iLwKW3HJBFeS18Hw&sa=X&ved=2ahUKEwjzkavk7Y30AhWSc30KHTtwAxIQ9QF6BAgQEAE&biw=1366&bih=625&dpr=1#imgrc=yFZ8mojGb2dSb
M
3. Vertikultural
Vertikultur merupakan teknik budidaya tanaman dengan cara membuat instalasi secara bertingkat
atau vertikal baik di dalam maupun diluar ruangan. Teknik vertikultur ini tidak hanya mampu
menghemat ruang, tetapi metode ini juga bisa berfungsi sebagai penghijauan yang mudah
diterapkan. Metode vertikultural ini cocok atau pantas diterapkan di daerah perkotaan dan
permukiman penduduk yang memiliki lahan terbatas, sehingga bisa mendapatkan suasana yang
lebih segar dan asri.

https://www.google.com/search?q=gambar+vertikultur+sayuran&tbm=isch&ved=2ahUKEwj93Y-g7o30AhVLhGMGHRuMDIAQ2-
cCegQIABAA&oq=gambar+vertiku&gs_lcp=CgNpbWcQARgAMgUIABCABDIFCAAQgAQyBQgAEIAEMgYIABAFEB4yBggAEAgQHjoECAAQQzoGCAAQBxAeOggIAB
CABBCxAzoLCAAQgAQQsQMQgwE6BAgAEAM6CAgAELEDEIMBOgoIABCxAxCDARBDUMEFWINdYMFuaABwAHgAgAGaBIgB8zSSAQwwLjUuNS4xMS4xLjGYA
QCgAQGqAQtnd3Mtd2l6LWltZ8ABAQ&sclient=img&ei=xcOLYb3nPMuIjuMPm5iygAg&bih=625&biw=1366&rlz=1C1CHBD_enID915ID915#imgrc=1jledwYa3XpSLM

DAFTAR PUSTAKA

https://www.amongguru.com/materi-ipa-kelas-9-smp-kurikulum-2013-teknologi-reproduksi-hewan/
(10/11/2021, 21:12 WIB)

Anda mungkin juga menyukai