Daftar Isi
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................................
B. Rumusan Masalah Penelitian .........................................................................................
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................................
D. Ruang Lingkup Penelitian................................................................................................
E. Hipotesis .........................................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
BAB II
LANDASAN TEORI DAN TINJUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pasar
Menurut Boediono (2000:28) dalam Ilmu Ekonomi pengertian pasar tidak harus
dikaitkan dengan suatu tempat yang dinamakan pasar dalam pengertian sehari-hari.
Suatu pasar dalam Ilmu Ekonomi adalah dimana terjadi transaksi antara penjual dan
pembeli, barang yang ditransaksikan bisa berupa barang apapun, mulai dari beras dan
sayur-mayur, sampai jasa angkutan, uang dan tenaga kerja. Setiap barang ekonomi
mempunyai pasarnya sendiri-sendiri.
Selain itu, menurut Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007, pasar adalah area
tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu, baik yang disebut sebagai
pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan
maupun sebutan lainnya.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pasar adalah suatu tempat bertemunya
para pedagang dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli serta melakukan proses
tawar menawar.
a) Pasar Tradisional
Menurut Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007, pasar tradisional
adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk
kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda
15 yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat
atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli
barang dagangan melalui tawar menawar.
Berdasarkan uraian diatas, pasar tradisional adalah suatu pasar yang di
dalamnya terjadi sebuah transaksi secara langsung antara penjual dan pembeli
seperti proses tawar menawar serta bangunan yang seadanya yang telah
diberikan oleh pemerintah, tidak seperti pasar modern yang dimiliki atau didirikan
oleh orang-orang yang memiliki saham dan modal yang besar sehingga dapat
membangun pasar modern dengan dilengkapi fasilitas-fasilitas yang cukup baik.
Pasar tradisional biasanya terdapat disetiap daerah. Tidak memandang apakah
itu daerah perkotaan maupun daerah pedesaan. Pasar tradisional sendiri menjual
berbagai macam kebutuhan, mulai dari makanan, pakaian, perlengkapan rumah
tangga, elektronik, dan lain sebagainya.
b) Pasar Modern
Menurut Peraturan Presiden RI No.112 Tahun 2007, pada dasarnya pasar
modern tidak jauh berbeda dari pasar tradisional, namun pasar modern terdapat
penjual dan pembeli yang tidak bertransaksi secara langsung melainkan
konsumen atau pembeli melihat label harga yang terdapat dalam barang
tersebut, berada dalam bangunan serta pelayanannya dilakukan secara mandiri
atau swalayan dan dapat juga dilayani oleh pramuniaga. Adapun pasar modern
di daerah Kebumen keberadaan lokasinya terdapat didaerah perkotaan.
Barang yang dijual di pasar modern memiliki variasi jenis yang beragam.
Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan
barang impor. Barang yang dijual di pasar modern mempunyai kualitas yang
relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat
sehingga barang yang tidak memenuhi persyaratan akan ditolak.
2. Kualitas Produk
Dalam rangka menciptakan kepuasan pelanggan, produk yang ditawarkan pedagang
harus berkualitas. Istilah kualitas sendiri mengandung berbagai macam penafsiran.
Secara sederhana kualitas dapat diartikan sebagai produk yang bebas cacat.
Menurut Assauri (2009:361) kualitas produk merupakan faktor-faktor yang terdapat
dalam suatu barang atau hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai
dengan tujuan untuk apa barang atau hasil itu dimaksudkan. Dengan kata lain, kualitas
merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan daya saing produk yang harus
memberi kepuasan kepada konsumen yang melebihi atau paling tidak sama dengan
kualitas produk pesaing.
B. Tinjauan Pustaka
Menurut Poesoro (2007) pesatnya pembangunan pasar modern dirasakan oleh
banyak pihak berdampak terhadap keberadaan pasar tradisional. Di satu sisi, pasar modern
dikelola secara profesional dengan fasilitas yang serba lengkap; di sisi lain, pasar tradisional
masih berkutat dengan permasalahan klasik seputar pengelolaan yang kurang profesional
dan ketidaknyamanan berbelanja. Pasar modern dan tradisional bersaing dalam pasar yang
sama, yaitu pasar ritel. Hampir semua produk yang dijual di pasar tradisional seluruhnya
dapat ditemui di pasar modern, khususnya hipermarket. Hampir seluruh pasar tradisional di
Indonesia masih menghadapi masalah internal seperti lemahnya manajemen, minimnya
sarana dan prasarana, dan hanya sebagai salah sumber penerimaan retribusi.
Wiboonpongse dan Sriboonchitta (2006) mengemukakan bahwa salah satu
penyebab kurang berkembangnya pasar tradisional adalah minimnya daya dukung
karakteristik pedagang tradisional, yakni strategi perencanaan yang kurang baik,
terbatasnya akses permodalan yang disebabkan jaminan (collateral) yang tidak mencukupi,
tidak adanya skala ekonomi (economies of scale), tidak ada jalinan kerja sama dengan
pemasok besar, buruknya manajemen pengadaan, dan ketidakmampuan untuk
menyesuaikan dengan keinginan konsumen.
Keunggulan pasar modern antara lain melakukan beberapa strategi harga dan
nonharga, untuk menarik pembeli, mereka melakukan berbagai strategi harga seperti
strategi limit harga, strategi pemangsaan lewat pemangkasan harga (predatory pricing), dan
diskriminasi harga antarwaktu (inter-temporal price discrimination). Misalnya memberikan
diskon harga pada akhir minggu dan pada waktu tertentu. Sedangkan strategi nonharga
antara lain dalam bentuk iklan, membuka gerai lebih lama, khususnya pada akhir minggu,
bundling/tying (pembelian secara gabungan), dan parkir gratis. (Suryadarma et al, akan
diterbitkan).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif lapangan dan pendekatan ini di bidang
ekonomis. Penelitian ini dilaksanakan langsung ke tempat pasar tradisional dan pasar
modern yang ada di daerah Kebumen.
B. Sumber Data
Data penelitian ini diambil dari dua lokasi yang masing-masing jaraknya tidak terlalu
jauh. Data ini diambil dari beberapa kasus pedagang yang berkeluh kesah dengan omset
sehari-harinya. Dan pengumpulan data juga diambil dari beberapa informasi dari warga
sekitar dan media sosial atas hasi yang diperoleh.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian diamati dari bulan Oktober sampai bulan November 2021 yang dilakukan
di pusat pasar tradisonal yaitu Pasar Tumenggung Kebumen yang berada di Jalan
Pahlawan, Kepatihan, Kutosari, Kebumen, Jawa Tengah. Dan beberapa lokasi pasar
modern yaitu Jadi Baru, Rita, Alfamart, Indomart dan Mahya. Lokasi antar pasar modern
letaknya tidak terlalu jauh hanya sekitar 10 menit dari masing-masingpasar.
D. Teknik Pengumpulan Data
Tenik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu melalui wawancara. Peneliti
menggunakan teknik ini karena informasi yang didapat merupakan kefalidan (fakta) dari
pedagang dan pembeli dari masing-masing pasar. Dengan metode ini peneliti dapat
dengan mudah untuk menggali informasi lebih mendalam tentang pengaruh yang
ditimbulkan adanya pasar modern terhadap pasar tradisional. Dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data juga melalui berita-berita seperti surat kabar, media sosial, dan
pengamatan secara terus-menerus yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan
informasi semaksimal mungkin.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini diperoleh dari kualitatif lapangan dengan cara
wawancara, yang disajikan oleh peneliti dalam bentuk deskriptif. Dalam penelitian
digunakan cara berfikr induktif yaitu cara berfikir berdasarkan fakta empiris. Metode
berfikir induktif yaitu berpikir yang diambil dari fakta-fakta terkait yang ada dilapangan
dengan adanya pengaruh yang ditimbulkan oleh pasar modern terhadappasar tradisional
di daerah Kebumen.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Sejarah Pasar Tumenggungan Kebumen
Kebumen pada pra kolonial lebih dikenal dengan sebutan Panjer adalah sebuah
wilayah dari Kerajaan Mataram Islam. Nama Panjer, dihubungkan dengan sebuah
wilayah pemerintahan di wilayah Kebumen masa kejayaan Sultan Agung yang terdiri dari
Panjer Rooma dan ada Panjer Gunung. Pada zaman dulu, Panjer menjadi wilayah
penyedia logistik (lumbung padi).pada saat pasukan Sultan Agung saat akan menyerang
Batavia eksistensi wilayah Panjer tidak bisa dilepaskan dari dua dinasti yang pernah
berkuasa namun pada akhirnya saling berseteru yaitu Dinasti Arung Binang dan Dinasti
Kolopaking. Perseteruan yang terjadi dikarenakan Adipati Arungbinang bekerjasama
dengan VOC untuk menumpas Adipati Kolopaking yang mendukung Pangeran
Diponegoro.
Munculnya pasar Kebumen diperkirakan sekitar tahun 1670-an, tidak lama setelah
daerah ini dibuka oleh Pangeran Bumidirjo. Keberhasilannya membuka daerah ini
mendorong orang-orang dari berbagai pelosok di Kebumen dan sekitarnya berdatangan
untuk ikut serta membuka daerah itu. Sehingga dalam waktu yang tidak begitu lama
daerah yang semula sepi menjadi ramai dan padat penduduknya. Dalam bukunya Agus
M. Jumali menjelaskan sebagai berikut, “Peran pasar sebagai lembaga perekonomian
masyarakat menjadi semakin penting setelah Panjer Gunung dengan Panjer Roma
digabungkan pada tahun 1674 dan berpusat di Panjer Roma (kini ibu kota Kabupaten
Kebumen) dan rumah Katumenggungan yang tidak begitu jauh dari pasar tersebut (kini
Pasar Tumenggungan Kebumen)”. Eksistensi Pasar Kebumen yang sekarang menjadi
Pasar Tumenggungan, yaitu pasar yang muncul dengan sendirinya dikarenakan adanya
kebutuhan masyarakat dan berada di wilayah yang strategis karena letaknya yang tidak
jauh dari Sungai Luk Ulo.
Pada tanggal 2 Juli 2013, Pasar Tumenggungan melakukan revitalisasi yang
diresmikan oleh Menteri Perdagangan, Gita Wiryawan. Pasar Tumenggungan dibangun
dengan menghabiskan dana 51,9 milyar dan mampu menampung 3.123 pedagang. Dan
sebelum direvitalisasi hanya mampu menampung 3000 pedagang. Jadi ada kenaikan
dalam penampungan pedagang sebesar 123 pedagang tambahan.
Padaperesmian Pasar Tumenggungan yang telah direvitalisasi Menteri Perdagangan
menyerahkan secara simbolik 40 unit gerobak dan 100 unit tenda untuk PKL. Gita
Wirjawan mengatakan, setelah direvitalisasi pasar-pasar tersebut diharapkan dapat
menjadi barometer stabilitas harga, ketersediaan bahan pokok, dan dapat berperan
secara strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Kebumen,
yang pada akhirnya berkiprah dalam kemajuan perekonomian nasional.
Dari data ini diperoleh bahwa penelitian dilakukan dalam metode wawancara dan
pendapat tentang para pedagang mengenai dampak yang ditimbulkan atas adanya pasar
modern membuat menurunnya pendapat pedagang tradisional Pasar Tumenggungan.
Terjadinya persaingan antara pasar tradisional dengan pasar modern seperti JB, RITA,
Alfamart, dan Indomart sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumen. Perilaku konsumen
yaitu perilaku yang dilakukan oleh konsumen demi memenuhi kebutuhannya, kemudian
konsumen berusaha memenuhi kebutuhannya dengan cara membeli produk yang
diinginkannya. Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terbagi menjadi dua yaitu
faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari budaya, kelas sosial,
keluarga, kelompok referensi dan kelompok sosial. Sedangkan faktor internal sendiri
terdiri dari motivasi, persepi, belajar, kepribadian dan konsep diri, kepercayaan dan sikap.
Dengan faktor tersebut konsumen akan memilih sekaligus membandingkan berbelanja di
pasar tradisional Tumeggungan Kebumen atau berbelanja di RITA, JB,Alfamart maupun
di Indomaret. Dengan faktor tersebut konsumen akan memilih sekaligus membandingkan
berbelanja di pasar tradisional Tumeggungan Kebumen atau berbelanja di RITA,
JB,Alfamart maupun di Indomaret.
Dari perspektif pasar tradisional Tumenggungan Kebumen, keberadaan JB, RITA,
Alfamart dan Indomart yang dekat dengan pasar tradisional sangat mempengaruhi
keadaan bisnis perdagangan. Pedagang mengatakan bahwa kebanyakan pembeli saat
ini berbelanja di JB atau RITA karena hampir seperti mall. Pasar tradisional merupakan
cerminan masyarakat dan wadah bagi masyarakat menengah ke bawah untuk mencari
nafkah. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pasar modern adalah semacam
interaksi, pembeli dan penjual tidak secara langsung melakukan transaksi, tetapi
pembeli melihat label harga yang tertera pada barang (barcode), di dalam gedung,
mereka melakukan layanan mandiri (self service). atau menjualnya Staf menyediakan
layanan. Pasar modern biasanya berada di gedung-gedung mewah yang dilengkapi
dengan AC, kenyamanan, kebersihan, ragam produk, relatif lengkap, dan penggunaan
troli.
Herman Malano mengutip peneliatan Pariaman Sinaga dalam bukunya, “Selamatkan
Pasar Tradisional” menjelaskan, “Munculnya pasar-pasar modern memang
menguntungkan bagi konsumen, tapi merupakan suatu ancaman bagi keberadaan pasar-
pasar tradisional. Hasil survei lembaga riset AC Nielsen (2005) menyatakan jumlah pasar
tradisional di Indonesia sekitar 13.450 unit dengan jumlah pedagang
sebanyak 12.626.000 orang. Data itu belum mencakup PKL yang memadati areal pasar,
lokasi parkir dan ruas jalan (pen). Sementara itu pertumbuhan pasar modern
mencapai 31,4 persen dan pasar tradisional menurut 8,1 persen”.
Tak heran, dengan tingkat pertumbuhan yang signifikan antara pasar modern
(31,4%) dan pasar tradisional (8,1%), tidak mengherankan jika sebagian masyarakat
khawatir dengan keberadaan dan masa depan pasar tradisional. Ibih Hasan, Ketua
Umum Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional Indonesia (APPSI), mengatakan jika
keberadaan hypermarket dibiarkan melonjak seperti sekarang, maka dalam delapan
tahun ke depan, seluruh pasar tradisional di Indonesia yang berjumlah sekitar 13.650
unit akan berada dalam bahaya. Kekuatiran di atas sudah terbukti sebagaimana disitir
Herman Malano, “Menurut data APPSI (Asosiasi Pengusaha Pasar Seluruh Indonesia),
saat ini tercatat setidaknya 480 pasar tradisional di Indonesia yang mulai ditinggalkan
pedagang karena makin sepinya pembeli yang mengakibatkan turunnya omzet mereka”.
Hal senada diungkapkan Dede Kosasih, "Tetapi suatu hari nanti, pasar tradisional
mungkin hilang dari pandangan kota. Bukan karena beroperasinya pusat perbelanjaan,
supermarket, dan toko skala besar. Bukan karena perusahaan multinasional mulai
beroperasi. beroperasi di industri ritel yang dianggap global.Kekuatan kapitalisme yang
paling merusak adalah pedagang pasar tradisional sebagian besar adalah orang tua.
Anak-anaknya umumnya enggan mengikuti jejak langkah orang tuanya, mereka lebih
memilih bekerja di pabrik atau menjadi pelayan di toko-toko dari pada harus berjualan
sendiri di pasar”.
Bagi para pedagang tradisional di pasar Kebumentu Mongonggan, tren pertumbuhan
pasar modern pasti akan berdampak pada turunnya daya saing pasar tradisional dan
melemahkan posisi tawar pemasok yang juga pemasok pasar tradisional. Kualitas
pelayanan yang memuaskan menjadi alasan penting mengapa pasar modern dapat
menarik minat konsumen di berbagai daerah. Selain itu, pasar modern juga memiliki
keunggulan lingkungan, seperti nyaman, ber-AC, suasana bersih dan aman, dan ada
juga yang dilengkapi dengan fasilitas hiburan. Pasar tradisional Tumongangan yang
semula merupakan tempat belanja ibu-ibu masih memiliki konsumen yang didominasi
ibu-ibu. Pasar modern tidak hanya menarik minat belanja ibu-ibu yang biasa berbelanja di
pasar tradisional, tetapi juga menarik minat para pria, remaja, dan anak-anak yang
berbelanja sendiri. Ada anggapan bahwa pasar tradisional dan pasar moder menarik
segmen konsumen yang berbeda. Pasar tradisional umumnya menarik konsumen kelas
menengah ke bawah, sedangkan pasar modern menarik konsumen kelas menengah ke
atas. Keunggulan bersaing pasar tradisional adalah produk yang dijual murah dan segar,
sedangkan pasar modern memberikan kenyamanan dan kebersihan terbaik bagi pembeli.
Pasar modern menarik karena keunggulannya, antara lain pelaksanaan strategi
harga ganda dan non harga untuk menarik pembeli. Mereka menerapkan berbagai
strategi harga, seperti strategi pembatasan harga, strategi penetapan harga predator, dan
diskriminasi harga antarwaktu. Misalnya, menawarkan diskon harga pada akhir pekan
dan waktu tertentu. Pada saat yang sama, strategi non-harga termasuk periklanan,
pembukaan lebih banyak outlet, terutama di akhir pekan, bundling/tying (combined
buying). Hal ini membuat pembeli semakin tertarik untuk berbelanja di Rita, Jadi Baru dan
pasar modern lainnya.
3. Pasar Tradisional vs Pasar Modern
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Dampak
Keberadaan Pasar Modern Terhadap Pendapatan Para Pedagang Pasar Tradisional,
dapat disimpulkan bahwa kehadiran pasar modern telah memberikan dampak terhadap
pasar tradisional. Dampak keberadaan pasar modern terhadap para pedagang pasar
tradisional Punggur adalah penurunan pendapatansebesar 36,6% hal ini dapat dibuktikan
dari pendapat-pendapat pedagang pasar tradisional dengan jumlah pedagang pasar
tradisional 576 unit toko. Hadirnya pasar modern menjadi salah satu pesaing pedagang
pasar tradisional, pasar modern yang berdekatan dengan pasar tradisional telah menarik
konsumen untuk berbelanja di pusat pembelanjaan ini, sehingga telah membuat
eksistensi dan keberadaan pasar tradisional menjadi kurang diminati