Anda di halaman 1dari 4

BAB I

KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian

Fraktur maxila merupakan bagian dari trauma maxilafocial. Fraktur maxilafocial


atau fraktur wajah adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang epifisis atau tulang rawan sendi.
Menurut Reksoprodjo (1995) fraktur adalah suatu keadaan dimana tulang retak,
pecah, atau patah, baik tulang maupun tulang rawan.
Fraktur maksila adalah kerusakan pada tulang maxila yang seringkali terjadi akibat
adanya trauma, periodontitis maupun neoplasia.
Secara anatomis maksila atau rahang atas merupakan tulang berpasangan. Maksila
memiliki sepasang rongga berupa sinus maksilaris, keatas berhubungan dengan tulang frontal
dan tulang nasal, kelateral dengan zygoma dan inferior-medial pada prosesus frontalis
maksila. Maksila merupakan tulang yang tipis, pada bagian lateral lebih tebal dan padat, pada
bagian ini disangga oleh zygomatimaksilari
Maksila dibentuk oleh tulang maksila dan palatum, merupakan tulang terbesar
setelah mandibula

B. Etiologi

Penyebab fraktur fasiomaksila adalah trauma, misalnya yang diakibatkan kecelakaan


lalu lintas, jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, cedera olahraga, kecelakaan akibat
peperangan dan tindakkan kekerasan.
Penyebab fraktur terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas. Hal ini terjadi dikarenekan
kurangnya perhatian terhadap keselamatan jiwa pada saat berkendaraan.

C. Patofisiologi

Gaya yang menyebabkan cidera dapat dibedakan jadi 2, yaitu high impact atau law
impact. Keduanya dibedakan apakah lebih besar atau lebih kecil dari 50 kali gaya gravitasi.
Setiap ragion pada wajah membutuhkan gaya tertentu hingga menyebabkan kerusakan dan
masing-masing ragion berbeda-beda. Margo supraorbital, maxilla dan mandibula (bagian
symbisis dan angulus) dan frontal membutuhkan gaya yang high impact agar bisa mengalami
kerusakan. Sedangkan os zygoma dan os nasal dapat mengalami kerusakan hanya dengan
terkena gaya yang low impact.

D. Tanda dan Gejala


a. Nyeri hebat ditempat fraktur
b. Tak mampu menggerakan dagu bawah
c. Fungsi berubah
d. Bengkak
e. Kripitasi
f. Sepsis pada fraktur terbuka
g. Diformitas muka
h. Diplopia
i. Gangguan sensibilitas pipi dan bibir atas
j. Mal acclusi gigi

E. Penatalaksanaan

- Konserfatif : Immobilisasi mengistirahatkan daerah fraktur


- Operatif : Dengan pemasangan traksi, pen, screw, plate, wire (tindakan obsbarg)

F. Pemeriksaan Penunjang

a. X Ray
b. Bone scans, temogram atau MRI Scans
c. Arteriogram : Dilakukan bila ada kerusakan vaskuler
d. Cct kalau banyak kerusakan otot.

BAB II
LAPORAN KASUS

A. Pengkajian Pasien

1. Biodata pasien
Nama : Tn “E”
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Btn griya melati blok D no. 8
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
MRS Tanggal : 18-09-2017
No. Rekam Medis : 51 07 18
Ruang : Asoka

2. Keluhan
Data Subjektif : - Pasien mengatakan ia mengalami kecelakaan lalu lintas
- Menabrak mobil
Data Objektif : - Pasien nampak lemah

3. Riwayat Penyakit Terdahulu

- Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit maag

4. Riwayat Penyakit Sekarang

- Keluhan utama : - Pasien mengatakan ia mengalami kecelakaan lalu lintas


- Pendarahan hidung
- Pasien mengatakan sakit pada pipi dan hidung
- Keadaan umum : - Lemah
- Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 72x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,2°C
5. Genogram
6. Diagnosa Medis
Berdasarkan pemeriksaan tanda dan gejala dapat diagnosakan pasien mengalami frakture
maxilla focial.

7. Penatalaksanaan

1. Observasi tanda-tanda vital pasien


2. Observasi kondisi umum pasien
3. Pantau input dan output cairan
4. Beri posisi yang nyaman pada pasien
5. Anjurkan klien untuk tidak stres
6. Melayani Therapy obat
7. Melayani injeksi :
- Certriaxone
- Ranitidin
- Ketorolac

Anda mungkin juga menyukai