Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

PEMERIKSAAN DARAH
(PRAKTIKUM DARING)

Disusun Oleh:
Ajeng Ayu Sofianti (11190161000029)

Kelompok 1:
Denaya Amalia (11190161000012)
Khintan Maharani S.Y.P (11190161000013)
Neng Metri Ayu. A (11190161000016)
Siti Wildatul Safaah (11190161000047)
Indana Zulfa (11190161000073)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
A. Tujuan
1. Menganalisis apusan darah pada manusia
2. Menganalisis dan memahami golongan darah dan rhesus pada manusia
3. Menganalisis ciri-ciri eritrosit dan leukosit pada manusia
4. Membuktikan dan mengetahui jumlah erirosit dan leukosit pada manusia

B. Hipotesis
1. Pada apusan darah mampu menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti morfologi
sel (eritrosit, leukosit, trombosit).
2. Penggolongan darah yang paling umum dilakukan yaitu sistem penggolongan
darah ABO dan untuk Rhesus terdapat rhesus positif (Rh+) dan Rhesus negatif
(Rh-).
3. Eritrosit terlihat berwarna bening transparan dan berbentuk bulat seperti cakram
dan tidak berinti. Sedangkan leukosit terlihat seperti tetesan setengah cair yang
disebut granula spesifik.
4. Eritrosit memiliki jumlah kira-kira 4,5-6 juta eritrosit dan jumlah leukosit normal
berada pada kisaran 3.200-11.000 mm3.

C. Tinjauan Pustaka
Hematologi Darah adalah medium untuk transportasi jarak jauh berbagai
bahan antara sel-sel itu sendiri (Sherwood L, 2001). Plasma adalah suatu cairan
kompleks yang berfungsi sebagai medium transportasi untuk zat-zat yang diangkut
dalam darah (Sherwood L, 2001) Leukosit adalah unit pertahanan tubuh (Sherwood L,
2001) Hematologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang darah dan
aspeknya pada keadaan schat atau sakit dalam keadaan normal volume darah manusia
t 7-8 % dari berat badan (Sherwood L. 2001) Perkembangan Struktur Dan Fungsi
Hematologi Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang berada dalam
ruang vaskuler, karena perannya sebagai media komunikasi antar sel ke berbagai
bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, membawa
zat nutrien dari saluran cerna ke jaringan kemudian mengantarkan sisa metabolisme
melalui organ sekresi seperti ginjal, menghantarkan hormon dan materi-materi
pembekuan darah (Desmawati, 2013).
Darah merupakan cairan tubuh yang berwarna merah dan terdapat di dalam
sistem peredaran darah tertutup dan sangat penting untuk kelangsungan hidup
manusia. Darah berfungsi memasukkan oksigen dan bahan makanan keseluruh tubuh
serta mengambil karbon dioksida dan metabolik dari jaringan. Mengetahui golongan
darah seseorang sangat penting diketahui untuk kepentingan medis yaitu salah satunya
untuk transfusi. Secara umum darah memiliki 4 golongan yaitu: golongan darah A
dimana golongan darah A mempunyai antigen A dan anti - B, golongan darah B yaitu
golongan darah yang memiliki antigen B dan anti – A, golongan darah O golongan
darah yang memiliki antibodi tetapi tidak memiliki antigen, dan golongan darah AB
golongan darah yang memiliki antigen tetapi tidak memiliki antibodi (Oktari Anita,
Silvia Daeninur N, 2016).
Terdapat beberapa contoh dari pemeriksaan darah yaitu, pemeriksaan darah
khusus, pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan darah
khusus meliputi gambaran darah tepi, jumlah eritrosit, hematokrit, indeks eritrosit,
jumlah retikulosit dan jumlah trombosit. Pemeriksaan darah rutin meliputi
hemoglobin, jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, laju endapan darah (Rosidah dan
Wibowo Cahyo, 2018).
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel darah dengan jumlah yang paling
banyak dalam tubuh manusia. Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut oksigen dan
mengantarkannya ke sel-sel tubuh. alam satu milimeter darah, terdapat kira-kira 4,5-6
juta eritrosit. Hitung jumlah eritrosit merupakan salah satu parameter hematologi yang
ditentukan guna membantu menegakkan diagnosis, menunjang diagnosis, membuat
diagnosis banding, memantau perjalanan penyakit, menilai beratnya sakit dan
menentukan prognosis (Wirawan, 2011) (Oktiyani Neni dkk, 2017).
Pada apusan darah tepi salah satu sel yang dapat diamati ialah leukosit.
Leukosit memiliki sebuah inti yang bentuk dan ukurannya bervariasi sehingga mudah
dibedakan dengan eritrosit dan trombosit. Terdapat 5 jenis leukosit yang utama, yaitu
neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan monosit (Riswanto, 2013 ; Palmer, et al.,
2015) (Ardina R dan Rosalinda S, 2018). Sel darah putih ini berperan sebagai sistem
imunitas atau membunuh kuman dan penyakit yang berada dialiran darah manusia.
Dalam keadaan normal nilai leukosit berjumlah 3200-10000 mm3. Leukosit ini
merupakan fungsi utama untuk pertahanan tubuh. Leukosit berfungsi sebagai
pertahanan tubuh melawan infeksi serta membunuh sel yang mengalami mutasi
(Griyartika Farida dan Keman Soedjajadi, 2020).
D. Hasil Pengamatan
1. Apusan Darah
Perbesaran: 10x Perbesaran: 40x

Sumber Data: Kelompok 1 (Kloter 1)

2. Pemeriksaan Golongan Darah

Nama Hasil Pengamatan Gol. darah


Anti-A Anti-B Anti-AB Anti-RH
Khintan + - + + A
Neng + - + + A
Indana - - - + O
Wilda - + - + B
Sumber Data: Kelompok 1 (Kloter 1)
Keterangan:
+ : Terjadi aglutinasi
- : Tidak ada aglutinasi

3. Menghitung Eritrosit

R1 (172 Eritrosit) R2 (105 Eritrosit)

R3 (112 Eritrosit) R4 (72 Eritrosit)


R5 (92 Eritrosit)

Sumber Data: Kelompok 1 (Kloter 1)

Keterangan:
∑ R1 = 172
∑ R2 = 105
∑ R3 = 112
∑ R4 = 72
∑ R5 = 92
Perhitungan:
N x 10000 = 553 x 10000 = 5.530.000

4. Menghitung Leukosit
W2 (88 Leukosit)

W1 (38 leukosit)

W3 (70 leukosit) W4 (34 leukosit)

W5 (50 leukosit)
Sumber Data: Kelompok 3

Keterangan:
∑ W1 = 32
∑ W2 = 88
∑ W3 = 70
∑ W4 = 34
∑ W5 = 50
Perhitungan:
𝑛
Jumlah leukosit = xp
𝑣
38+88+70+34+50
= x 20
5(1𝑥1𝑥1𝑥0,1)
560
= x 20
0,5

= 11.200 leukosit/mm3

E. Pembahasan
Praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan apusan darah, golongan
darah,menghitung jumlah eritrosit, dan menghitung jumlah leukosit. Pada percobaan
apusan darah dihasilkan bahwa apus darah ini mampu menilai berbagai unsur sel
darah tepi seperti morfologi sel (eritrosit, leukosit, trombosit). Tetapi pada hasil
percobaan tersebut menunjukkan bahwa sel darah yang paling banyak terlihat yaitu
eritrosit, eritrosit ini terlihat berwarna bening transparan dan berbentuk bulat seperti
cakram dan tidak berinti. Leukosit dan trombosit tidak terlihat mungkin dikarenakan
apusan darah masih terlalu tebal.
Dari percobaan golongan darah, di dapatkan hasil bahwa Khintan memiliki
golongan darah A dan Rhesus positif (Rh+), Neng memiliki golongan darah A dan
Rhesus positif (Rh+), Indana memiliki golongan darah O dan Rhesus positif (Rh+),
dan Wilda memiliki golongan darah B dan Rhesus positif (Rh+). Hasil tersebut
menujukkan bahwa golongan darah yang dimiliki oleh setiap orang berbeda karena
adanya antigen di dalam darah. Pada sistem penggolongan darah ABO, antigen A, B,
atau tidak adanya antigen A maupun B yang terdapat di permukaan sel darah merah
dapat menentukan jenis golongan darah dari setiap orang. Karena sifat golongan darah
sangat dipengaruhi oleh keturunan, sehingga genotip dari orangtua merupakan
merupakan penyumbang terbesar dalam menentukan keberadaan antigen pada anak-
anaknya.
Rhesus ini dapat ditentukan berdasarkan keberadaan antigen D, selain itu
golongan darah rhesus juga bersifat imunogenik. Jika darah mengalami aglutinasi atau
pengggumpalan maka hasil tersebut menunjukkan Rhesus positif (Rh+) dan jika darah
tidak mengalami aglutinasi atau pengggumpalan maka hasil tersebut menunjukkan
Rhesus negatif (Rh-). Sedangkan pada golongan darah, golongan darah A akan
mengalami aglutinasi atau pengggumpalan jika ditambahkan reagen anti-A. Pada
golongan darah B akan mengalami aglutinasi atau penggumpalan jika ditambahkan
reagen anti-B. Pada golongan darah AB akan mengalami aglutinasi atau
penggumpalan jika ditambahkan reagen anti-AB. Pada golongan darah O tidak akan
menggumpal jika ditambahkan reagen anti-A, anti-B maupun anti-AB. Aglutinasi
atau penggumpalan tersebut terjadi karena adanya reaksi antigen dan antibodi sejenis.
Jadi jika antigen dan antibodi tidak sejenis jika diberikan reagen maka tidak akan
menimbulkan aglutinasi. Sehingga tipe golongan darah akan mudah terdeteksi apabila
dengan menambahkan serum.
Percobaan selanjutnya yaitu menghitung jumlah eritrosit. Jumlah eritrosit
dihitung dengan hemositometer. Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa R1
172 eritrosit, R2 105 eritrosit, R3 112 eritrosit, R4 72 erisosit, dan R5 92 eritrosit. Dan
jumlah dari eritrosit yaitu 5.530.000. Hasil tersebut menunjukan bahwa jumlah
eritrosit normal karena jumlah eritrosit normal berkisar 4,5-6 juta eritrosit dan
memang pada dasarnya memiliki jumlah sel darah paling banyak dibandingkan sel-sel
darah lainnya. Hal itu lah yang menyebabkan darah berwarna merah. Pada percobaan
ini juga diamati bentuk eritrosit, eritrosit ini terlihat berwarna bening transparan dan
berbentuk bulat seperti cakram dan tidak berinti.
Dari hasil tersebut juga menunjukkan bahwa eritrosit mengalami penurunan,
penurunan eritrosit dapat disebabkan karena adanya proses hemolisis dan beberapa
faktor lain. Warna merah yang terdapat pada cairan plasma/ supernatan (hemolisis)
adalah salah satu parameter penurunan kualitas darah yang berpengaruh secara
langsung pada morfologi sel. Selain itu perubahan bentuk eritrosit dapat disebabkan
berkurangnya ATP pada eritrosit. Jumlah eritrosit juga akan menurun akibat dari
kesalahan perbandingan antara antikoagulan dan volume darah. Konsentrasi
antikoagulan yang tinggi menyebabkan hipertonisitas plasma sehingga sel eritrosit
akan menyusut karena air dalam sel akan berpindah keluar sel yang tekanan
osmotiknya lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan sel eritrosit mengalami
perubahan bentuk yang abnormal.
Menurut teori lain, semakin lama eritrosit berada di luar sistem peredaran
darah maka jumlah hitung sel-sel darah merah makin berkurang. Hal ini dikarenakan
sel-sel darah merah mengalami perubahan biokimiawi, biomekanis, dan reaksi
imunologis. Eritrosit merupakan sel darah yang paling mudah mengalami kerusakan
(Ekanem, et al., 2012 dalam Fitria, et al., 2016) (Arviananta Rizki dkk, 2020).
Dan percobaan yang terakhir yaitu menghitung jumlah leukosit. Jumlah
leukosit dihitung dengan hemositometer. Hasil percobaan tersebut menunjukkan
bahwa W1 38 leukosit, W2 88 Leukosit, W3 70 leukosit, W4 34 leukosit, dan W5 50
leukosit. Dan jumlah dari leukosit tersebut yaitu 11.200 mm3. Ada beberapa pendapat
mengenai jumlah leukosit ini, yaitu ada yang berpendapat bahwa jumlah leukosit
normal pada manusia yaitu 3.200 - 10.000 mm³ (Griyartika Farida dan Keman
Soedjajadi, 2020) dan ada yang berpendapat bahwa jumlah leukosit normal berada
pada kisaran 4.000-11.000 mm3 (KA. Bakri Syamsul, 2018). Jadi dapat disimpulkan
bahwa jumlah leukosit normal berada pada kisaran 3.200-11.000 mm3, hal tersebut
menunjukkan bahwa hasil dari jumlah leukosit praktikan masih terbilang normal.
Pada percobaan tersebut juga diamati bentuk leukosit, leukosit ini terlihat seperti
tetesan setengah cair yang disebut granula spesifik. Granulosit tersebut memiliki
sitoplasma dan berbentuk inti yang bervariasi. Perbandingan hasil pengamatan
perhitungan pada eritrosit dan leukosit yaitu pada jumlahnya eritrosit lebih banyak
dibandingkan jumlah leukosit.

F. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum pemeriksaan darah ini yaitu pada apusan
darah mampu menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti morfologi sel (eritrosit,
leukosit, trombosit). Penggolongan darah yang paling umum dilakukan yaitu sistem
penggolongan darah ABO, yang dibagi menjadi 4 golongan, A, B, O, dan AB. Dan
untuk rhesus terdapat rhesus positif (Rh+) dan rhesus negatif (Rh-). Eritrosit terlihat
berwarna bening transparan dan berbentuk bulat seperti cakram dan tidak berinti.
Eritrosit memiliki jumlah sel darah paling banyak dibandingkan sel-sel darah lainnya.
Dalam satu milimeter darah, terdapat kira-kira 4,5-6 juta eritrosit. Sedangkan leukosit
terlihat seperti tetesan setengah cair yang disebut granula spesifik. Granulosit tersebut
memiliki sitoplasma dan berbentuk inti yang bervarias. Jumlah leukosit normal berada
pada kisaran 3.200-11.000 mm3. Jadi jumlah leukosit lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah erirosit.

G. Daftar Pustaka
Desmawati. 2013. Sistem Hematologi & Imunologi. Jakarta: Penerbit In Media.
Rosidah, Wibowo Cahyo. 2018. Perbedaan Antara Pemeriksaan Antikoagulan Edta
Dan Heparin Terhadap Nilai Hematokrit (HCT). Jurnal Sains. 8(16): 16-21.
Oktari Anita, Silvia Daeninur N. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO
Metode Slide (Anita Oktari) Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO
Metode Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O. Jurnal
Teknologi Laboratorium. 5(2): 49-54.
Oktiyani Neni, Fahriyan, Muhlisin Ahmad. 2017. Akurasi Hitung Jumlah Eritrosit
Metode Manual dan Metode Otomatis. Medical Laboratory Technology
Journal. 3(2): 37-41.
Ardina R, Rosalinda S. 2018. Morfologi Eosinofil Pada Apusan Darah Tepi
Menggunakan Pewarna Giemsa, Wright, dan Kombinasi Wright-Giemsa.
Jurnal Surya Medika. 3(2): 5-12.
Griyartika Farida dan Keman Soedjajadi, 2020. Perbedaan Peningkatan Leukosit Pada
Radiografer Di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. 12(2): 97-106.
Arviananta Rizki, Syuhada, Aditya. 2020. Perbedaan Jumlah Eritrosit Antara Darah
Segar dan Darah Simpan di UTD RSAM Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada. 9(2): 686-694.
KA. Bakri Syamsul, 2018. Analisis Jumlah Leukosit Dan Jenis Leukosit Pada
Individu Yang Tidur Dengan Lampu Menyala Dan Yang Dipadamkan. Jurnal
Media Anlis Kesehatan. 1(1):83-91.

Anda mungkin juga menyukai