Anda di halaman 1dari 40

ANALISIS DAMPAK KEHADIRAN MINIMARKET TERHADAP OMSET

PEDAGANG WARUNG KELONTONG DI JALAN MANURUKI MAKASSAR

MIRANTI
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar
Email: mirantimira589@gmail.com

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak kehadiran minimarket


terhadap omset pedagang warung kelontong di jalan Manuruki Makassar, faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan omset penjualan warung kelontong
akibat adanya minimarket dan strategi pedagang warung kelontong dalam
menghadapi dampak keberadaan minimarket di jalan Manuruki Makassar. Penelitian
ini tergolong kualitatif. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah pedagang
warung kelontong dan konsumen di jalan Manuruki Makassar. Metode pengumpulan
data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, dokumentasi. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama dengan cara wawancara
langsung dengan para pedagang warung. Data sekunder merupakan sumber data yang
dapat memberikan informasi atau data tambahan yang dapat memperkuat data pokok
baik berupa konsumen atau benda seperti majalah, buku, koran dan lain-lain. Teknik
pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi, wawancara langsung dengan pihak
terkait.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kehadiran minimarket memberi
dampak negatif terhadap omset pedagang warung kelontong di jalan Manuruki
Makassar. Pelayanan, lokasi yang dekat pemukiman, barang dagangan yang lebih
lengkap serta perubahan gaya hidup membuat konsumen lebih tertarik berbelanja di
minimarket dibanding di warung kelontong. Faktor modal yang kecil juga
mengharuskan pedagang warung berjualan seadanya hal tersebut berpengaruh
terhadap kelangsungan warung kelontong
Kata Kunci: Omset, Minimarket, Pedagang Warung Kelontong

I. PENDAHULUAN perubahan yang terjadi saat ini,

Perkembangan zaman yang terutama kondisi sosial ekonomi

semakin modern, membuat kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi status

manusia semakin meningkat. sosial ekonomi masyarakat maka

Kebutuhan manusia tersebut makin tinggi pula tuntutan terhadap

berkembang seiring dengan berbagai kebutuhan hidupnya dan tuntutan


terhadap pelayanan. Masyarakat pada perkembangan perekonomian,
saat ini menginginkan pelayanan yang teknologi, dan gaya hidup masyarakat.
memuaskan dan berkualitas, yaitu
Berdasarkan hasil survei AC
pelayanan yang sesuai harapannnya
Nielsen 2010 menyatakan bahwa
dan pada akhirnya dapat memuasakan
Indonesia adalah negara dengan
kebutuhan. Dalam berbelanja,
pertumbuhan pasar modern paling
konsumen cenderung menginginkan
cepat di Asia Tenggara sebesar 1,6%
kebebasan, mereka merasakan sensasi
per tahun selama 10 tahun terakhir.
me-time yang diberikan dalam
Selama satu dekade, peningkatan
memikirkan, memilih dan memutuskan
jumlah minimarket dari hanya sekitar
apa yang akan mereka beli. Hal ini
2000 menjadi lebih dari 11.500. Saat
adalah salah satu konsep yang paling
ini sulit berdiri di sudut kota tanpa
menonjol yang dimiliki ritel modern.
tidak melihat setidaknya dua
Sehingga keberadaan ritel modern
minimarket, yaitu Alfamart dan
berpengaruh pada berbagai hal,
Indomaret. Pangsa pasar minimarket
diantaranya adalah perubahan tata
tersebut telah meningkat hingga 17 %.
lingkungan, perubahan sosial dan
India dan Indonesia adalah satu-
ekonomi masyarakat.
satunya pasar di mana lebih dari 60%
Seiring dengan perkembangan pembeli utamanya adalah ibu rumah
zaman, keberadaan peritel tradisional tangga. Minimarket adalah salah satu
mulai tersaingi atau bahkan tergeser ritel modern yang tumbuh menjamur
oleh adanya bisnis ritel modern. Jenis- di tanah air. Seperti yang terjadi di
jenis ritel modern di Indonesia saat ini Makassar sekarang ini banyak
sangat banyak, yaitu Carrefour, Giant, minimarket yang letaknya saling
Lotte Mart, Superindo, dan lain-lain berdekatan di seluruh penjuru kota.
(Sujana,2012:31). Format-format ritel Begitu banyaknya sehingga kita biasa
modern ini terus berkembang sesuai menemui minimarket disetiap ruas
jalan. Kehadiran minimarket
sepertinya tidak mempertimbangkan strategis, memberi kenyamanan,
keberadaan peritel-peritel tradisional memperhatikan kebersihan ruangan,
seperti warung kelontong yang sudah memperindah penataan dan
ada sebelumnya. pengelompokan produk,
menyelenggarakan program promosi
Sebagian minimarket yang ada
di media cetak dan elektronik, adanya
di Makassar merupakan milik
hadiah atau undian yang diberikan,
perusahaan dan hanya sedikit yang
menyediakan area parkir, keramahan
merupakan milik perseorangan.
pelayanan, dan adanya papan petunjuk
Dengan modal yang besar minimarket
harga untuk memudahkan dalam
menawarkan pelayanan yang lebih
mencari produk sehingga membuat
baik dari peritel tradisional yang ada di
konsumen beralih dari warung kaki
sekitarnya. Selain pelayanan, mereka
lima/warung kelontong ke minimarket
juga menawarkan harga yang relatif
dan swalayan.
rendah, variasi barang yang banyak
dan tempat belanja yang nyaman. Dengan banyaknya dijumpai
Mereka berusaha untuk menambah minimarket diberbagai kota, maka
fasilitas dan meningkatkan kualitas keberadaan minimarket di tengah-
pelayanan menurut persepsinya tengah masyarakat menjadi semakin
sendiri. Minimarket di Makassar juga penting. Hal ini disebabkan selain
berlomba-lomba untuk memberikan karena adanya perubahan cara pandang
kelengkapan ketersediaan produk yang konsumen terhadap minimarket itu
dijual, meningkatkan kualitas produk, sendiri. Perilaku konsumen tersebut
memberi kesan terdapat produk- kemudian mengubah bisnis ritel
produk impor, kesan terdapatnya semula dipandang sebatas penyedia
produk-produk yang baru barang dan jasa, menjadi tidak sekedar
dipromosikan, memberikan potongan tempat berbelanja tetapi juga menjadi
harga (discount), menyiapkan paket- kebiasaan suka berkumpul
paket khusus, menempati lokasi yang (bersosialisasi).
Bagi kalangan pengusaha saja menjadi alternatif tempat rekreasi
terutama yang bergerak di bidang ritel, dan bersosialisasi.
menurunnya daya beli masyarakat
Peritel tradisional seperti
merupakan ancaman bagi
warung kelontong yang melayani
kelangsungan hidup perusahaan. Hal
konsumen menengah ke bawah saat
ini mengingat penurunan tersebut
itu lebih menjadi alternatif dari peritel
membawa dampak pada kemampuan
modern karena peritel modern masih
mengonsumsi/daya beli masyarakat
sangat sulit dijangkau. Sekarang ini
terhadap produk atau jasa yang
keadaan sudah banyak berubah.
ditawarkan di pasar, sehingga akan
Minimarket banyak bermunculan di
mempengaruhi penjualan dan laba
mana-mana, kondisi ini muncul
perusahaan. Menyikapi kondisi
sebagai konsekuensi dari berbagai
tersebut, perlu suatu kebijakan yang
perubahan masyarakat. Sebagai
mampu menyelamatkan dan
konsumen masyarakat menuntut
mempertahankan loyalitas konsumen
banyak hal yang berbeda di dalam
terhadap produk mereka. Loyalitas
aktivitas belanja. Kondisi ini ditambah
harus menjadi prioritas jika perusahaan
dengan semakin meningkatnya tingkat
menginginkan tetap bersaing dengan
pengetahuan, pendapatan dan jumlah
perusahaan lain. Membangun loyalitas
pendapatan ganda (suami-istri bekerja)
konsumen terhadap suatu produk,
dan dengan waktu yang terbatas.
tidak cukup hanya dengan gencarnya
Konsumen menuntut peritel untuk
promosi, lebih dari citra terhadap
memberikan nilai lebih dari setiap sen
produk maupun tempat memasarkan
uang yang dibelanjakannya. Peritel
produk menjadi salah satu alternatif
harus mampu mengakomodasi
lain yang dapat dilakukan. Maka
tuntutan tersebut jika tidak ingin
penting mengubah persepsi
ditinggal pelanggannya.
masyarakat dari sekedar belanja untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga Sementara itu peritel
tradisional seperti warung kelontong
tidak begitu mengalami peningkatan. Berbagai implikasi muncul sebagai
Manajemen pemasaran warung akibat dari semakin runcingnya
kelontong berjalan apa adanya dan persaingan antar peritel ini. Citra
tidak mengikuti perkembangan zaman minimarket memiliki dampak positif
dari tahun ke tahun. Peritel kecil dan dampak negatif bagi warung
seperti ini umumnya dimiliki oleh kelontong yang ada di sekitarnya.
perorangan dengan modal yang kecil Dampak positifnya yakni pelanggan
dan sumber daya manusia pengelola akan lebih tertarik untuk membeli
yang relatif rendah. Keadaan seperti barang di minimarket karena dari segi
ini tentu semakin memperkecil daya fasilitas, pelayanan dan jenis-jenis
saing warung kelontong terhadap produk yang diberikan itu memuaskan
peritel modern seperti minimarket. dari pada pedagang di warung
kelontong. Sedangkan dampak
“Citra perusahaan merupakan
negatifnya bagi warung kelontong
pandangan/persepsi masyarakat
yang ada di sekitarnya akan
terhadap nama atau produk atau
kehilangan pelanggan dan sepi.
sebagai penentuan posisi ritel secara
Berdasarkan hasil wawancara pada (8
efektif, baik dari segi nilai, kualitas
November 2018) salah satu karyawan
dan harga. Jika dilihat dari konsep
minimarket di Makassar, Ia
fungsional, citra ritel berkaitan dengan
mengatakan bahwa minimarket
barang dagangan, harga dan tata letak.
biasanya di akhir bulan atau tahun
Namun secara psikologis, citra
mengadakan promo barang atau
berkaitan dengan dengan nilai
undian kupon bagi yang belanja di atas
kepribadian perusahaan tersebut, mulai
kelipatan Rp 150.000 dan undian akan
dari perasaan bersahabat yang telah
diumumkan pada akhir tahun atau
ditimbulkan, perasaan memiliki serta
pertengahan tahun setiap dalam satu
nilai yang didapat dari arsitektur,
periode. Hal tersebut yang membuat
simbol, warna termasuk sikap dan
masyarakat lebih memilih berbelanja
karyawan”(Sunyoto,2015:213).
di minimarket dibandingkan dengan
warung kelontong atau kios eceran Kompas (Mei,2013) di beberapa kota,
yang di pasar. membatasi jarak minimal ritel modern
dengan ritel tradisional, yakni 500
Dari hasil pantauan di lapangan
meter. Dalam beberapa tahun terakhir,
peneliti menemukan minimarket
beberapa minimarket berjaringan
berdiri dekat dengan warung kelontong
dengan brand berbeda tumbuh dalam
dan ada beberapa warung yang tidak
radius cukup dekat kurang lebih 100
ramai lagi bahkan ada warung yang
meter. Pertumbuhan minimarket ini
sudah tutup. Hal ini sangat merugikan
jelas tidak sehat. Alasannya, karena
pedagang warung. Pemerintah kota
tidak adanya aturan yang tegas dalam
Makassar berupaya menyelamatkan
Perda yang mengatur jarak lokasi
pasar tradisional dari gempuran pasar
dagang antara peritel modern dan
modern. Namun, regulasi lokal seputar
peritel tradisional. Kalau pemerintah
penataan zonasi, pola kemitraan
daerah tidak secepatnya melakukan
dengan pelaku usaha lokal, waktu
pengaturan, maka potensi gejolak
operasi, serta jarak lokasi pasar
sosial akan muncul dari para pedagang
tradisional dan pasar modern belum
tradisional mulai dari warung
efektif. Melalui Peraturan daerah
kelontong hingga pedagang kaki lima.
No.15 Tahun 2009 yang mengatur
Seharusnya Perda No.15 Tahun
tentang perlindungan, pemberdayaan
2009 bisa memberikan perlindungan
pasar tradisional dan penataan pasar
bagi pelaku usaha ritel tradisional
modern di kota Makassar. Akan tetapi,
dengan membatasi ruang gerak peritel
Perda tersebut belum mengatur secara
modern yang terus melakukan
detail tentang zonasi, kemitraan
perluasan usaha hingga ke pelosok
dengan pelaku usaha lokal, waktu
daerah di Makassar.
operasi, dan jarak lokasi pasar
tradisional dengan pasar modern, Berdasarkan hasil observasi
khususnya minimarket berjaringan. dan wawancara (14 November 2018),
Seperti yang telah dikutip dari Harian salah satu pemilik ritel tradisional, Ibu
Ana yang warungnya berada sangat
dekat dengan minimarket. Menurutnya
Lokasi minimarket yang dekat
keberadaan minimarket menyebabkan
dengan pemukiman justru
warungnya sepi, penghasilan yang ia
menguntungkan bagi konsumen sebab
peroleh menjadi menurun. Dari total
tidak susah mencari kebutuhan yang
pendapatan Rp200.000,00 perharinya,
diinginkan. Pelayanan, kenyamanan
kini menurun menjadi Rp100.000,00
dan kelengkapan produk membuat
perhari. Hal lain dikarenakan
konsumen lebih tertarik berbelanja di
pengelolaan warung dengan skala kecil
minimarket. Keputusan lokasi sangat
sering mendapat kurang perhatian dari
penting karena berkaitan dengan
konsumen. Tak hanya itu, ada warung
potensi penjualan dan keuntungan,
yang masih buka meski keadaan
daya saing dan kesinambungan usaha.
warungnya tidak terurus dengan baik.
Keputusan penentuan lokasi
Barang yang dijual pun tersusun rapi
merupakan pengambilan keputusan
di lemari yang berdebu tapi tidak bisa
yang kompleks karena menyangkut
dijamin apakah masih baik atau sudah
banyak aspek yang harus
kadaluwarsa. Dalam hal tersebut,
dipertimbangkan (Sujana, 2012: 218).
campur tangan pemerintah sangat
Hal tersebut yang menyebabkan
berpengaruh untuk masa depan toko-
semakin banyaknya minimarket di
toko kecil. Pemerintah harusnya lebih
Makassar terutama di jalan Manuruki.
memperhatikan apa dampak
Tabel berikut menunjukkan beberapa
munculnya toko ritel modern terhadap
perbedaan harga kebutuhan sehari-hari
warung kecil.
konsumen di minimarket dan warung.
Tabel 1 Beberapa perbedaan harga kebutuhan sehari-hari konsumen di minimarket
dan warung.

Harga Barang (Rp)


No Jenis Barang Minimarket Warung Kelontong
1. Gula Pasir 1 kg Rp 12.500 Rp 13.000
2. Terigu 1 kg Rp 11.000 Rp 9.500
3. Minyak Goreng 1 Liter Rp 12.500 Rp 15.000
4. Susu Frisian Flag Rp 10.000 Rp 12.000
5. Rinso Rp 15.000 Rp 16.000
Sumber : katalog harga di minimarket dan warung kelontong di jalan Manuruki
Makassar (data diolah)

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa ada perbedaan harga


kebutuhan sehari-hari konsumen di minimarket dan warung kelontong. Di mana
harga kebutuhan sehari-hari di warung agak mahal dibanding di minimarket meski
selisih harganya hanya sedikit. Hasil pengamatan terhadap warung kelontong di jalan
Manuruki menunjukkan bahwa kondisi usaha dan kinerja menunjukkan penurunan
omset setelah beroperasinya minimarket di sekitar mereka. Akibat penurunan omset
pengeluaran maka perputaran persediaan barang pun menurun. Salah satu indikator
ketimpangan kekuatan antara ritel tradisional dan ritel modern dapat dilihat dari segi
pertumbuhan kedua jenis ritel tersebut.

Jumlah penduduk di Kecamatan Tamalate terus meningkat maka kebutuhan


sehari-hari juga ikut meningkat. Hal tersebut membuat para investor berlomba-lomba
untuk mengembangkan usahanya, khususnya dalam penyediaan kebutuhan harian
konsumen seperti minimarket bahkan supermarket. Hal ini disebabkan pasar modern
dinilai memiliki potensi yang tinggi oleh para pebisnis ritel.

Adapun kondisi ritel tradisional ibarat mati segan hidup pun tak mau. Hal ini
diakibatkan peneterasi ritel modern mulai merambah ke masyarakat menengah ke
bawah yang notabene merupakan segmentasinya pasar tradisional. Persoalan ini
penting untuk diperhatikan demi mempertahankan penghasilan pedagang warung
kelontong di tengah-tengah sulitnya memenuhi kebutuhan hidup. Terlebih lagi
apabila warung kelontong yang dijalankan merupakan tumpuan hidup keluarga,
bukan merupakan usaha sampingan. Penelitian ini akan menganalisis dampak
kehadiran minimarket terhadap omset pedagang warung kelontong di jalan Manuruki
Makassar. Dari latar belakang di atas, maka penelitian ini membahas tentang
“Analisis Dampak Kehadiran Minimarket Terhadap Omset Pedagang Warung
Kelontong Di Jalan Manuruki Makassar”.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

a. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Ritel

Ritel berasal dari bahasa prancis “Ritellier” yang berarti memecah sesuatu.
Dalam KBBI, eceran berarti satu-satu; sedikit tentang penjualan atau pembelian
barang. Secara harfiah kata ritel atau retail berarti eceran atau perdagangan eceran
dan peritel/retailer diartikan sebagai pengecer atau pengusaha perdagangan eceran
(Sujana,2012:19). Pengecer adalah perantara yang menjual produknya secara
langsung kepada konsumen. Harga eceran diklasifikasikan berdasarkan jasa, lini
produk, dan lokasi. Aspek penting dalam strategi distribusi setiap penjual adalah
memilih jenis gerai eceran yang benar. Pengecer kreatif harus inovatif dalam
berhubungan dengan pelanggan. Pedagang eceran dengan biaya operasi yang rendah
menarik pelanggan dengan tawaran murah tetapi dapat mengambil untung dari
pilihan persediaan dan pelayanan terbatas. Ketika toko pengecer ini menambahkan
lebih banyak bentuk jasa dan produksi baru untuk meluaskan daya tariknya, harganya
merangkak naik, mengakibatkan turunnya daya tarik pesaing-pesaing lain.
Usaha eceran atau ritel dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat di
dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk
penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis. Sopiah dan Syihabudin
(2008:225) menyatakan bahwa,
”Retailing merupakan semua kegiatan penjualan barang dan jasa secara langsung
kepada konsumen akhir untuk pemakaian pribadi dan rumah tangga, bukan untuk
keperluan bisnis”.

Jika institusi pabrikan, wholesaler atau retailstore menjual sesuatu kepada


konsumen akhir guna pemakaian non-bisnis, berarti telah melakukan penjualan
eceran. Menurut Sunyoto (2015:1) mengatakan bahwa,
“Retailling adalah semua aktivitas yang mengikut sertakan pemasaran barang dan
jasa secara langsung kepada pelanggan”.
Ritel adalah semua jenis usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan
kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi
penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi tersebut. Pengertian ritel
menurut Sunyoto (2015:1) menyatakan bahwa,

“Suatu kegiatan yang terdiri dari aktivitas-aktivitas bisnis yang terlibat dalam
menjual barang dan jasa kepada kepada konsumen untuk kepentingan sendiri,
keluarga ataupun rumah tangga”.
Pada saat ini bisnis ritel telah mengalami perubahan, yaitu terjadi peralihan dari
konsep toko-toko lokal yang independen atau toko-toko di jalan utama menjadi
situasi toko berskala nasional dan internasional dalam bentuk pusat-pusat
perbelanjaan yang modern. Bagi bisnis ritel yang tidak siap untuk masuknya
pendatang baru dengan penampilan yang lebih baik dan menarik, teknologi modern
serta manajemen yang lebih baik maka kemungkinan besar akan kalah bersaing
(Sunyoto,2015:2). Bisnis ritel adalah penjualan barang ecara eceran pada berbagai
tipe gerai seperti kios, pasar, butik dan lain-lain yang umumnya untuk dipergunakan
langsung oleh pembeli yang bersangkutan. Bisnis ritel di Indonesia dapat dibedakan
menjadi 2 kelompok besar, yakni ritel tradisional dan ritel modern.
Industri ritel memiliki kontribusi terbesar kedua terhadap pembentukan Gross
Domestic Product (GDP) setelah industri pengolahan. Selain itu, industri ritel pun
memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, khususnya
masyarakat Indonesia. Industri ritel menempatkan diri sebagai industri kedua
tertinggi dalam penyerapan tenaga kerja Indonesia setelah industri pertanian. Hal ini
mengindikasikan bahwa banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada industri
ritel.

Oleh karena itu, industri ritel dapat dikategorikan menjadi industri yang
merupakan hajat hidup orang banyak karena sekitar 10% dari total penduduk
Indonesia menggantungkan hidupnya dengan berdagang. Dengan karakteristik
industri ritel yang tidak membutuhkan keahlian khusus serta pendidikan tinggi untuk
menekuninya, maka banyak rakyat Indonesia, terutama yang tergolong dalam
kategori usaha kecil dan menengah masuk dalam industri ritel. Dalam
perkembangannya, justru pedagang kecil inilah yang mendominasi jumlah tenaga
kerja dalam industri ritel Indonesia. Pedagang-pedagang kecil ini menjelma menjadi
pedagang pasar tradisional, pedagang kelontong bahkan masuk dalam industri formal
yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL). Namun saat ini, hampir disetiap sudut-sudut jalan
perkotaan, sangat mudah kita jumpai hadirnya usaha ritel modern, baik berupa
hypermarket, supermarket, dan minimarket.

2. Ritel modern
Ritel modern pada dasarnya merupakan pengembangan dari ritel tradisional.
Format ritel ini muncul dan berkembang seiring perkembangan perekonomian,
teknologi dan gaya hidup masyarakat yang membuat masyarakat menuntut
kenyamanan yang lebih dalam berbelanja. Ritel modern adalah sebuah toko yang
menjual macam-macam kebutuhan pokok yang lengkap. Toko modern ini terletak di
tempat yang strategis dan selalu ramai dikunjungi banyak konsumen.
Umumnya ritel modern adalah perusahaan dengan skala yang cukup besar dan
saluran distribusi luas, sehinggga pembelian barang ke pemasok dapat dilakukan
dalam jumlah yang besar. Posisi tawar-menawar yang kuat memberi banyak
keuntungan bagi peritel modern. Selain bisa mendapatkan kemudahan dalam hal
jangka waktu pelunasan barang, diskon harga juga akan semakin mudah diperoleh
dengan posisi tawar yang kuat tersebut.

Keuntungan-keuntungan dari posisi inilah yang membuat pasar modern mampu


menerapkan harga murah dan bersaing. Ritel modern menawarkan berbagai produk
yang terjamin kualitas dan kuantitasnya. Manajemen ritel modern lebih terkelola,
harga pun sudah menjadi harga tetap (fixed price) yang tertera jelas pada rak sehingga
tidak diperlukan tawar-menawar dan konsumen dapat memperkirakan atau
menyesuaikan anggaran belanjanya dengan tepat. Tidak hanya itu, ritel modern juga
menawarkan promosi-promosi harga barang baru dan diskon-diskon yang menarik
minat konsumen untuk berbelanja di toko tersebut. Berpromosi sangat penting untuk
menunjukkan bahwa toko kita ada, menunjukkan kepada pasar sasaran akan
kesiapan/kesediaan kita untuk melayaninya. Adanya promosi menunjukkan bahwa
toko kita proaktif, bahwa penjualan itu bukan sekedar memajang barang
dagangan,lantas diam. Promosi adalah sinyal, tanda-tanda, dan semangat kehidupan
toko (Sujana,2012:206).

Kebangkitan pasar mengindikasikan bahwa ritel yang sukses di abad mendatang


harus merupakan ritel yang berorientasi pada konsumen. Kompetisi bukanlah
pembunuh absolut peritel di suatu pasar yang sedang tumbuh, karena pasar terus
memberi ruang. Peritel modern dan tradisonal pasti akan mati jika tidak memberi
tempat penting bagi konsumen pada pusat fokus bisnis mereka. Konsumenlah yang
memberi darah hidup dan memberi arahan bisnis. Ketika konsumen bergerak maka
peritel harus bergerak agar bisa mengimbangi keinginan konsumen. Tapi itu saja
tidak cukup, mereka yang bergerak satu langkah di depan konsumenlah yang akan
keluar sebagai pemenang. Selain itu, konsumen pada saat ini cenderung bersikap
lebih cerdik, suka memilih, lebih penuntut, mempelajari dengan baik produk dan
pelayanan yang ditawarkan kepadanya, memiliki tingkat loyalitas yang rendah, sangat
sensitif terhadap harga, memiliki waktu yang relatif terbatas, serta selalu mencari
nilai (value) yang tertinggi bagi dirinya (Foster,2008:19).

Menurut Kanjaya (2010:129-130), dalam bisnis ritel ada beberapa keunikan yang
telah dibangun sepanjang sejarahnya, yaitu :

a. Kekuatan Pembeli dan Skala Ekonomi


Membeli dengan lebih baik, lebih pintar dan lebih murah. Keterampilan dan
kemampuan inilah yang membuat pemain besar semakin dominan dan unggul dalam
persaingan harga.

b. Efisiensi dalam Manajemen Jaringan Persediaan


Manajemen jaringan persediaan atau Supply Chain Management (SCM) adalah
proses penyatuan bisnis dari pemakai akhir melalui para penyalur asli yang
menyediakan produk, jasa pelayanan dan informasi untuk menambah nilai pelanggan.
Ritel merupakan mata jaringan yang paling utama dalam jaringan persediaan karena
ritel yang akan berinteraksi secara langsung dengan kosumen akhir. Mereka
menghubungkan pelanggan akhir dengan penjual yang menyediakan barang
dagangan. Pedagang ritel bertanggung jawab untuk menganalisis keinginan dan
kebutuhan pelanggan dan bekerja dengan anggota yang lain pada manajemen rantai
pasokan supply chain management, pabrikan, perusahaan transportasi, untuk
memastikan bahwa barang dagangan yang diinginkan pelanggan tersedia ketika
mereka menginginnya.

Keandalan dalam logistik telah menjadi kunci kesuksesan rantai ritel dengan
banyak gerai seperti minimarket. Hal ini didukung oleh teknologi informasi yang
canggih untuk memproses data penjualan barang secara akurat, rute pengantaran yang
efisien, terukur, dan tepat waktu dan pemesanan barang yang canggih. Sentra
distribusi merupakan jantung bagi bisnis ritel dengan banyak gerai.
c. Harga dan Promosi
Menciptakan citra harga murah, promosi yang menarik dan mencapai positioning
di pikiran konsumen dalam persepsi “toko termurah” menjadi faktor penting dalam
kesuksesan bisnis ritel di zaman ekonomi yang serba tidak stabil. Promosi harga
murah setiap saat (Every Day Low Price/EDLP) dan harga tinggi-rendah (HighLow-
Pricing/H-LP) digunakan sebagai strategi untuk memengaruhi pola belanja
konsumen.

d. Pembedaan Format
Format ritel dibentuk untuk menyelaraskan segmen pasar yang dituju sehingga
penawaran menjadi tajam dan konsumen lebih mudah mendapatkan pilihan mereka.
Ritel modern terdiri atas toko modern dan pusat perbelanjaan. Toko modern adalah
toko dengan sistem pelayanan mandiri, sistem harga pasti, menjual berbagai jenis
barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, grosir, departement
store, hypermarket dan speciality store. Sedangkan pusat perbelanjaan adalah suatu
area tertentu yang terdiri atas satu atau beberapa bangunan yang dijual atau
disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan
perdagangan barang.

Untuk menanggulangi ketimpangan antara pasar modern dan pasar tradisional


maka telah diatur dalam Perpes No 112 tahun 2007 yang menyebutkan bahwa setiap
ritel modern wajib memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar,
keberadaan ritel tradisional dan jarak antara ritel modern dengan warung dan toko
tradisional yang telah ada. Di dalam Perpres tersebut telah diatur secara ketentuannya
baik dari segi izin, aturan lokasi, dan dampak bagi pelaku penjual eceran. Beberapa
ciri-ciri dari pengelolaan ritel modern menurut Utami (2008:8) adalah sebagai berikut
:

a. Lokasi strategis merupakan faktor penting dalam bisnis ritel


Lokasi merupakan faktor yang sangat penting dipertimbangkan dalam
pengelolaan ritel, mengingat sekali keputusan pilihan lokasi ditetapkan, maka
akan diikuti oleh konsekuensi investasi maupun strategi yang kompleks. Pilihan
lokasi dalam suatu area perdagangan seperti mall dan plaza, banyak
dipertimbangkan dalam paradigma ritel modern dewasa ini karena beberapa
aspek, antara lain kemudahan akses oleh pelanggan; keamanan dan fasillitas yang
lebih terjamin baik bagi peritel, pelanggan maupun pemenuhan terhadap
kebutuhan pelanggan tempat (one stop shopping).

b. Prediksi cermat terhadap potensi pembeli


Dalam keputusan pemilihan lokasi, peritel juga harus mempertimbangkan
potensi pembeli pada lokasi tersebut. Potensi pembeli dapat dilihat dari
perspektif kuantitas atau jumlah pembeli potensial dan perspektif kualitas atau
kemampuan/daya pembeli potensial.

c. Pengelolaan bisnis barang dagangan terarah


Pengelolaan barang dagangan yang terarah harus disesuaikan dengan segmen
pasar yang dilayani dan hal ini akan berimplikasi terhadap strategi bauran ritel
yang akan ditetapkan oleh peritel yang memiliki paradigma pengelolaan ritel
modern.

d. Seleksi merek bersifat ketat


Ritel modern seringkali mematok untuk menyiapkan merek-merek produk
barang dagangannya yang mempunyai pangsa pasar yang cukup besar (biasanya
merek-merek yang mempunyai peringkat lima teratas dalam hal penguasaan
pangsa pasar). Hal ini memenuhi kebutuhan pelanggan dalam hal penyediaan
merek-merek favorit pelanggan.

e. Seleksi ketat terhadap pemasok


Pemasok yang baik akan memperhatikan kualitas barang dagangan,
kesinambungan pengiriman untuk menjaga ketersediaan barang dagangan di
toko, maupun mekanisme pembayaran barang dagangan.

f. Melakukan pencatatan penjualan dengan cermat


Paradigma ritel modern mensyaratkan untuk melakukan pencatatan dengan
cermat berangkat dari pemikiran bahwa bisnis ritel adalah bisnis yang sangat
detail dan hanya memiliki margin keuntungan yang sangat kecil. Paradigma ritel
modern melakukan pencatatan penjualan dengan cermat bahkan dengan bantuan
software yang memungkinkan melakukan pencatatan ribuan transaksi setiap
harinya.

g. Melakukan evaluasi terhadap keuntungan per produk


Melalui evaluasi keuntungan per produk, peritel dapat mengklasifikasikan mana
produk- produk yang tergolong sebagai produk cepat laku (fast moving product)
dan mana yang dikelompokkan sebagai produk yang kurang laku (Slow Moving
Product).

h. Arus kas terencana


Perencanaan arus kas memegang peranan penting karena menentukan
kelangsungan jumla persediaan barang dagangan dalam jangka pendek. Pada ritel
modern perencanaan kas memperhatikan jumlah barang yang terjual sehingga
mempermudah memperkirakan arus kas.

i. Pengembangan bisnis terencana


Pengembangan bisnis ritel modern lebih terarah karena melibatkan dana besar
dan melibatkan pengelola yang professional dan memperhatikan perencanaan
strategis perusahaan.

Ritel modern ini menggunakan disebut swalayan. Menurut Sujana


konsep melayani sendiri atau biasa (2012:40-43), ada beberapa
bentuk/format ritel modern yang kelontong, minimarket menerapkan
umum dikenal yaitu: sistem swalayan, di mana pembeli
mengambil sendri barang yang ia
1. Minimarket
butuhkan dari rak-rak dagangan dan
Dalam dunia perdagangan saat ini,
membayarnya di kasir. Sistem ini juga
toko barang kebutuhan sehari-hari
membantu agar pembeli tidak
dengan ruangan yang tidak terlalu luas
berhutang. Minimarket yang ada di
(minimarket) bukan lagi istilah asing
Indonesia adalah Alfamart, Indomaret,
bagi masyarakat umum, terutama yang
dan lain-lain. Sebagai minimarket
tinggal di kota-kota besar. Minimarket
yang menyediakan barang kebutuhan
adalah sarana atau tempat usaha untuk
sehari-hari suasana dan keseluruhan
melakukan penjualan barang-barang
minimarket sangat memerlukan suatu
kebutuhan sehari-hari secara eceran
penanganan yang profesional dan
langsung kepada konsumen dengan
khusus agar dapat menciptakan daya
cara pelayanan mandiri (Peraturan
tarik pada minimarket. Tata letak
Daerah Kota Makassar Nomor 15
minimarket dapat mempengaruhi
Tahun 2009 Tentang Perli
sirkulasi kembali untuk berbelanja.
ndungan,Pemberdayaan Pasar
Kadang-kadang suasana yang nyaman
Tradisional Dan Penataan Pasar
bersih dan segar lebih diutamakan
Modern Di Kota Makassar).
daripada hanya sekedar harga rendah
Minimarket adalah toko yang mengisi
yang belum tentu dapat menjamin
kebutuhan masyarakat akan warung
kelangsungan hidup dari minimarket
yang berformat modern yang dekat
tersebut. Salah satu usaha yang
dengan permukiman penduduk
dilakukan oleh pengusaha minimarket
sehingga dapat mengungguli toko atau
ini untuk menarik konsumen agar
warung. Minimarket menjual segala
melakukan pembelian yaitu melalui
macam barang dan makanan, namun
promosi.
tidak selengkap dan sebesar sebuah
supermarket. Berbeda dengan toko
Minimarket mengisi kebutuhan langsung kepada konsumen dengan
masyarakat berformat modern serta cara pelayanan mandiri (Peraturan
belanja sedikit di tempat nyaman, Daerah Kota Makassar Nomor 15
perilaku konsumen yang menyukai Tahun 2009 Tentang
tempat belanja bersih, sejuk, dan Perlindungan,Pemberdayaan Pasar
tertata rapi membuat minimarket Tradisional Dan Penataan Pasar
menjadi lebih unggul dari warung Modern Di Kota Makassar). Barang
kelontong. Minimarket merupakan yang dijual di supermarket meliputi
jenis ritel modern yang paling agresif kebutuhan masyarakat sehari-hari
memperbanyak jumlah gerai dan seperti makanan, perabotan rumah, alat
menerapkan sistem franchise dalam mandi, alat tulis, dan lain-lain.
memperbanyak jumlah gerai mereka. Minimarket mempunyai jenis usaha
Tujuannya adalah untuk memperbesar dalam pengelolaan perusahaannya.
skala usaha (sehingga bersaing dengan Contohnya: FoodMart, Superindo,
skala usaha supermarket dan Hero, dan lain-lain.
hypermarket), yang pada akhirnya
Pastinya pertumbuhan ritel modern
memperkuat posisi tawar-menawar
seperti minimarket tidak dapat
mereka ke pemasok.
dipungkiri menimbulkan keluhan dari
2. Supermarket pelaku usaha (pedagang) tradisional
Supermarket memiliki skala usaha khususnya pedagang warung kecil.
yang besar dan letaknya berada di Pedagang warung kecil tertekan omset
keramaian kota, seperti di dalam mall penjualannya seiring dengan makin
atau mendekati perkantoran. tidak terkendalinya pendirian
Supermarket adalah sarana atau tempat minimarket di sekitar lokasi dagangan
usaha untuk melakukan penjualan mereka. Pemerintah melalui Perpres
barang-barang kebutuhan rumah No.112 Tahun 2007 telah menyusun
tangga termasuk kebutuhan sembilan regulasi mengenai penataan dan
bahan pokok secara eceran dan pembinaan pasar tradisional, pusat
perbelanjaan, dan toko modern. 1. Insentif
Namun Perpres 112 ini perlu Insentif merupakan alat yang dapat
akomodasi lebih lanjut dengan digunakan untuk memberi dorongan
perumusan Perda dan Perwali agar kepada karyawan agar bertindak
dapat disesuaikan dengan kondisi sesuai dengan target yang
daerah setempat sehingga dapat diinginkan. Insentif juga
menjembatani keseimbangan memotivasi karyawan untuk lebih
kepentingan pedagang warung kecil giat melaksanakan aktivitas yang
dan ritel modern. konsisten dan sesuai dengan tujuan
ritel. Program pemberian insentif
Dari pantauan di lapangan terlihat
diberikan dalam bentuk bonus dan
beberapa minimarket yang berdiri
pemberian hadiah lainnya bagi
sangat dekat dengan lokasi penjualan
karyawan yang memiliki kinerja
pedagang warung kecil. Hal ini sangat
tinggi. Program ini hendaknya
merugikan pedagang kecil. Oleh
memberi memberi peluang untuk
karena itu, penerapan jarak minimal
mendapatkan penerimaan yang
pendirian minimarket merupakan salah
lebih besar dengan resiko minim
satu substansi penting yang harus
bagi setiap karyawan.
diatur tegas dalam perda. Demikian
juga dengan penetapan regulasi 2. Budaya organisasi
tentang jam operasional dan Ijin Usaha Budaya organisasi adalah satuan
Toko Modern (IUTM), terutama nilai-nilai, tradisi dan kebiasaan
minimarket. dalam suatu perusahaan yang
mendasari perilaku karyawan atau
Ritel pada umumnya menggunakan
keorganisasian. Budaya dalam
tiga cara untuk memotivasi kinerja
konteks ini adalah terkait dengan
karyawannya yaitu insentif, budaya
hasil dari tindakan dan perilaku
organisasi dan membangun komitmen
karyawan.
karyawan (Sunyoto,2015:158-159).
3. Membangun Komitmen Karyawan
Komitmen adalah sikap yang pedagang yang berjualan di pasar
mencerminkan loyalitas pekerja tradisional. Ritel tradisional adalah
pada suatu pekerja pada suatu sebuah toko yang menjual barang
organisasi dan merupakan proses di barang kebutuhan pokok dalam
mana pekerja tersebut menyatakan kehidupan sehari-hari. Toko ini
perhatian mereka terhadap didirikan oleh satu orang sebagai
organisasi, tentang kelanjutan usaha di rumah untuk membantu
keberhasilan dan kesejahteraan kebutuhan ekonomi keluarga.
organisasi tersebut. Komitmen ini
Industri ritel telah bergeser dari
bisa timbul dari hubungan timbal
perdagangan barang ke arah
balik yang terjadi antara perusaan
pemasaran konsumen. Dahulu peritel
dan karyawannya. Maka dari itu,
dapat menikmati bisnis ritel secara
perusahaan biasanya menciptakan
fantastis hanya dengan kemampuan
hubungan tersebut dengan cara:
mendapatkan produk secara rutin
mengembangkan keterampilan
dengan meletakkan produk di rak toko,
karyawan, memberdayakan
tempat konsumen akan berlomba
karyawan secara efektif, dan
untuk menemukannya. Kini dengan
menciptakan hubungan kerjasama
berlimpahnya produk di pasar,
yang baik antar karyawan yang ada.
kemampuan mendapatkan stok dan
3. Ritel Tradisional meletakkan produk di lokasi strategis
Ritel didefinisikan sebagai di dalam toko tidak cukup untuk
perusahaan yang menjual barang meraih pangsa pasar di industri ritel.
eceran selain bentuk ritel modern. Berbelanja kini bukan hanya rutinitas
Bentuk dari perusahaan ritel untuk mendapatkan produk kebutuhan
tradisional adalah warung kelontong sehari-hari. Belanja kini juga menuntut
yang menjual barang-barang pemenuhan kepuasan emosi
kebutuhan yang berada di wilayah konsumen. Masih sedikit peritel
perumahan, pedagang kaki lima, Indonesia yang memberikan perhatian
terhadap aspek pemasaran, sehingga b. Tidak memperhitungkan potensi
hal ini menjadi tantangan yang sangat pembeli .Peritel tradisional
menarik (Competitive Advantage) bagi biasanya tidak mampu
pelakunya. memprediksi kemampuan daya
beli konsumen potensial yang
Menurut Utami (2008:8),
mempunyai kebutuhan terhadap
beberapa ciri-ciri pengelolaan ritel
barang yang dijual oleh peritel
tradisional adalah sebagai berikut:
tradisional. Mereka tidak
a. Kurang memilih lokasi. Dalam melakukan pengamatan terlebih
bisnis ritel, lokasi merupakan hal dahulu terhadap pelanggan
yang sangat penting, bila potensial di lokasi yang mereka
keputusan pilihan lokasi telah rencanakan.
ditetapkan, maka akan diikuti oleh c. Jenis barang dagangan yang tidak
konsekuensi investasi maupun terarah .Keragaman barang
strategi yang kompleks. dagangan yang sesuai dengan
Paradigma pengelolaan ritel kebutuhan, jenis/klasifikasi barang
tradisional sering kali dihadapkan maupun variasi merek untuk
pada pilihan yang sulit untuk setiap kategori barang dagangan
memutuskan lokasi ritel karena sering kali diabaikan oleh peritel.
terkendala permodalan. Pengelola Pembelian barang untuk
ritel tradisional biasanya persediaan seringkali
memutuskan untuk memilih lokasi memperhatikan diskon yang
yang saat itu telah dimiliki atau diberikan oleh agen daripada
kebetulan telah tersedia, misalnya kebutuhan pelanggannya sehingga
lokasi rumah yang dimiliki yang barang yang dijual tidak terarah
digunakan sekaligus sebagai dan tidak sesuai dengan kebutuhan
tempat usaha ritelnya, sehingga konsumen.
lokasi ritel kurang strategis. d. Tidak ada seleksi merek. Seleksi
merek terhadap barang yang dibeli
cenderung tidak mendasarkan merupakan hal yang sangat
pada preferensi keinginan penting dalam bisnis ritel.
konsumen namun ketersediaan Kesuksesan ritel akan sangat
barang oleh pemasok. tergantung pada ketersediaan dan
e. Kurang memperhatikan pemasok. keragaman barang dagangan.
Ritel tradisional cenderung untuk Apabila aliran dana tunai tidak
memilih pemasok yang dapat terencana dengan baik, maka
memberikan termin pembayaran peritel tidak akan mampu
paling lama, sehingga menjamin ketersediaan barang
mengabaikan kualitas barang yang dagangan bagi pelanggannya.
dibeli dari pemasok. i. Pengembangan bisnis tidak
f. Melakukan pencatatan penjualan terencana. Rendahnya kontrol dan
sederhana. Sebagian besar ritel mekanisme untuk melakukan
tradisional melakukan pencatatan evaluasi usaha mengakibatkan
penjualan secara sederhana, peritel tradisional sering kali tidak
bahkan banyak peritel tradisional mampu melakukan perencanaan
yang tidak melakukan pencatatan yang matang dalam melakukan
penjualan sama sekali. pengembangan bisnisnya.
g. Tidak melakukan evaluasi Berikut ini yang termasuk ke
terhadap keuntungan per produk. dalam ritel tradisional yaitu :
Sebagai implikasi lanjutan dari
1. Warung Kelontong
tidak terarahnya barang dagangan
Kata warung kelontong terdiri
dan tidak dilakukannya pencatatan
dari dua suku yaitu warung dan
penjualan, maka ritel tradisional
kelontong. Dalam Kamus Besar
dihadapkan pada kendala untuk
Bahasa Indonesia didapatkan dari
melakukan evaluasi terhadap
Yayasan Lembaga Sabda (YLSA),
keuntungan per produk.
“warung adalah tempat berjualan
h. Arus kas tidak terencana
makanan dan minuman sedangkan
Pengelolaan aliran dana tunai
kelontong adalah barang-barang untuk dan memuaskan kebutuhan atau
keperluan sehari- hari”. Warung keinginan pembeli/konsumen agar
kelontong yaitu warung yang dicapai mufakat dan manfaat baik bagi
menyediakan kebutuhan rumah tangga si penjual maupun si pembeli yang
seperti sembilan bahan pokok berkelanjutan dan menguntungkan
(sembako), makanan dan barang kedua belah pihak. Omset adalah
rumah tangga. Warung ini ditemukan penghasilan yang diperoleh dari hasil
berdampingan dengan pemilik rumah penjualan suatu barang dagangan atau
yang tidak jauh dengan masyarakat produk selama suatu masa jual.
seperti perkampungan, dan Menurut Swastha (2008:14)
perumahan. Warung kelontong mengatakan bahwa,
merupakan pertama kali yang
“Omset penjualan adalah
melayani kebutuhan masyarakat akumulasi dari kegiatan
sebelum minimarket. Pedagang penjualan suatu produk barang
barang dan jasa yang dihitung
warung ini berhasil membiayai secara keseluruhan selama
kebutuhan keluarga dan dapat kurun waktu tertentu secara
terus menerus atau dalam satu
membiayai pendidikan anaknya proses akuntansi”.
sampai ke perguruan tinggi.
Dari definisi di atas dapat

4. Omset Penjualan disimpulkan bahwa omset penjualan


adalah keseluruhan jumlah penjualan
Kata Omset berarti jumlah,
barang/jasa dalam kurun waktu
sedang penjualan berarti kegiatan
tertentu, yang dihitung berdasarkan
menjual barang yang bertujuan
jumlah uang yang diperoleh. Seorang
mencari laba/pendapatan. Jadi omset
pengelola usaha dituntut untuk selalu
penjualan berarti Jumlah
meningkatkan omset penjualan dari
penghasilan/laba yang diperoleh dari
hari ke hari, dari minggu ke minggu,
hasil menjual barang/jasa. Penjualan
dari bulan ke bulan dan dari tahun ke
adalah proses di mana si penjual atau
tahun. Hal ini diperlukan kemampuan
produsen memastikan mengaktifkan
dalam mengatur modal terutama modal positif terhadap keuntungan usaha.
kerja agar kegiatan operasional Bila omset penjualan warung
perusahaan dapat terjamin tradisional meningkat, maka besarnya
kelangsungannya. keuntungan yang diperoleh warung
tradisional juga akan meningkat.
Pada penelitian ini, omset
Begitu juga sebaliknya, bila omset
penjualan yang diperoleh dari warung
penjualan warung tradisional menurun
kelontong dari hasil menjual barang
maka keuntungan yang diperoleh
tentunya bertujuan untuk mencari
warung tradisional pun juga akan
keuntungan/laba. Di mana omset
menurun.
penjualan mempunyai pengaruh yang
b. kerangka pikir

PERKEMBANGAN SEKTOR RITEL

Kondisi Umum Kondisi Umum


Pedagang Minimarket
Warung
kelontong

Persaingan Industri Ritel

Perubahan Omset Usaha Pedagang


Warung kelontong

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan


Omset Pedagang Warung Kelontong Akibat
Adanya Minimamarket

Omset Modal Lokasi


Diversifikasi
Penjualan Usaha Usaha
Produk

Strategi Pedagang Warung Kelontong Dalam


Mengahadapi Dampak Keberadaan
Minimarket
III. METODE PENELITIAN tempat ini adalah letak minimarket
A. Jenis Penelitian yang saling berhadapan dengan
Jenis penelitian yang digunakan warung kelontong memberikan
oleh peneliti adalah metode penelitian persaingan yang ketat.
kualitatif. Metode Penelitian kualitatif
C. Metode Pengumpulan Data
didefinisikan sebagai metode
penelitian ilmu-ilmu sosial yang Dalam melakukan penelitian
mengumpulkan dan menganalisis data peneliti menggunakan beberapa
berupa kata-kata (lisan maupun metode, diantaranya:
tulisan) dan perbuatan-perbuatan
1. Penelitian kepustakaan (Library
manusia serta peneliti tidak berusaha
Research). Pada penelitian ini
menghitung atau mengkuantifikasikan
dilakukan dengan mencari referensi
data kualitatif yang telah diperoleh dan
dan teori-teori yang berhubungan
dengan demikian tidak menganalisis
dengan ritel modern dan ritel
angka-angka (Afrizal, 2015:13).
tradisional yang dapat dijadikan
B. Lokasi penelitian
dasar dalam membahas masalah
Penelitian ini dilaksanakan di yang ditemukan.
jalan Manuruki Makassar. Jalan 2. Penelitian lapangan (Field
Manuruki Makassar dipandang cocok Research) yaitu peneliti
untuk melaksanakan penelitian ini. menggunakan penelitian dengan
Pemukiman padat penduduk yang datang langsung ke lapangan atau
merupakan pangsa pasar peritel yang objek penelitian. Pada metode
mengelilingi minimarket dan warung penelitian ini, peneliti melakukan
kelontong menjadi alasan yang kuat peninjauan pada ritel modern dan
untuk memilih tempat ini. Alasan yang ritel tradisional di Manuruki dan
tidak kalah kuatnya dalam pemilihan juga pada konsumen untuk
mengumpulkan data, informasi, dan kelontong di jalan Manuruki
materi lainnya yang diperlukan Makassar :
selama proses analisis. a. Ibu Arli
D. Sumber Data b. Ibu Aisyah
c. Ibu Ana
Di dalam penelitian ini sumber
d. Ibu Ariani
data yang digunakan adalah :
e. Ibu Suci
1. Sumber data primer f. Riska
Sumber data primer merupakan g. Muliati
data yang diperoleh dari para h. Yuli
pemilik ritel tradisional, pegawai 2. Data Sekunder
ritel modern, dan pelanggan. Data sekunder diperoleh
Teknik yang digunakan dalam melalui studi kepustakaan. Studi
mengumpulkan data primer dalam kepustakaan dilakukan melalui
penelitian ini adalah melalui penelusuran bahan pustaka,
wawancara. Wawancara penelusuran internet, jurnal dan
merupakan salah satu teknik dokumentasi berkas penting
pengumpulan data dengan cara
E. Teknik Pengumpulan Data
melakukan tanya jawab secara
lisan dan langsung antara dua Dalam penelitian ini digunakan
orang atau lebih. untuk pengumpulan data sebagai
Sumber data dalam hal ini berikut:
adalah informan, di sini informan
1. Observasi
yang dimaksud dalam wawancara
Observasi dilakukan untuk
penelitian ini yaitu pedagang
mengumpulkan data melalui
warung kelontong karena sebagai
pengamatan secara langsung
inti permasalahan yang dibahas
kepada objek penelitian.
pada penelitian ini. Berikut ini
Termasuk kegiatan langsung para
nama toko/pedagang warung
pebisnis ritel, mulai dari kegiatan mempersiapkan bahan secara
pembelian barang sampai pada lengkap dan cermat akan tetapi
penjualan barang ke konsumen. cara penyampaiannya dilakukan
2. Wawancara secara bebas dan berlangsung
Dalam hal ini peneliti dalam suasana tidak formal dan
menggunakan wawancara tidak kaku.
mendalam untuk mencari dan 3. Dokumentasi
mengungkap data secara Dokumentasi adalah ditujukan
mendalam tentang rumusan yang untuk memperoleh data langsung
akan digali dalam penelitian. dari tempat penelitian, meliputi
Wawancara dilakukan untuk buku-buku yang relevan,
memperoleh data secara langsung peraturan-peraturan, laporan
dan mendalam dari pebisnis ritel. kegiatan, foto-foto, data yang
Dengan wawancara, kita dapat relevan penelitian. Metode ini
memperoleh informasi mengenai untuk mencatat data-data sumber
karakteristik pebisnis ritel yang yang tersedia dalam bentuk
berkaitan dengan faktor dan dokumen-dokumen atau arsip-
dampak penjualan arsip lainnya.
Dalam melakukan wawancara 4. Studi Pustaka
peneliti menggabungkan jenis Di dalam pengumpulan data
wawancara terstruktur dan tidak studi pustaka, peneliti
terstruktur. Wawancara terstruktur memperoleh data-data dari buku
artinya peneliti melakukan serta bacaan-bacaan lain yang
wawancara langsung dengan cara berhubungan dengan judul
mengajukan pertanyaan kepada penelitian ini.
responden dengan suatu pedoman
yang tegas. Sedangkan wawancara
tidak terstruktur artinya peneliti
melakukan wawancara dengan
F. Penentuan Informan kemanusiaan dari suatu kehidupan
sosial. Peneliti tidak dibatasi lagi oleh
1. Informan
angka-angka, perhitungan statistik,
Informan dalam penelitian variabel yang mengurangi nilai
adalah orang atau pelaku yang benar- keunikan individual.
benar tahu dan menguasai masalah,
2. Teknik Penentuan Informan
serta terlibat langsung dengan masalah
penelitian. Dengan mengunakan Pemilihan informan sebagai
metode penelitian kualitatif, maka sumber data dalam penelitian ini
peneliti sangat erat kaitannya dengan adalah berdasarkan pada asas subyek
faktor-faktor kontekstual. Jadi, dalam yang menguasai permasalahan,
hal ini sampling dijaring sebanyak memiliki data, dan bersedia
mungkin informasi dari berbagai memberikan informasi lengkap dan
sumber. Maksud kedua dari informan akurat. Informan yang bertindak
adalah untuk mengali informasi yang sebagai sumber data dan informasi
menjadi dasar dan rancangan teori harus memenuhi syarat, yang akan
yang dibangun. Pada penelitian menjadi informan narasumber dalam
kualitatif, peneliti berusaha memahami penelitian ini adalah
subjek dari kerangka berpikirnya pemerintahan/aparatur kecamtan dan
sendiri. Dengan demikian yang masyarakat. Selain itu, informan juga
terpenting adalah pengalaman, harus memiliki beberapa kriteria yang
pendapat, perasaan, dan pengetahuan perlu dipertimbangkan yaitu subjek
partisipan. Oleh karena itu, semua yang telah lama dan intensif menyatu
perspektif menjadi bernilai bagi dengan suatu kegiatan atau medan
penelitian. Peneliti tidak melihat benar aktivitas yang menjadi sasaran atau
atau salah, namun semua data penting. perhatian penelitian dan ini biasanya
Pendekatan ini sering disebut juga ditandai oleh kemampuan memberikan
sebagai pendekatan yang humanistik, informasi di luar kepala tentang
karena peneliti tidak kehilangan sisi sesuatu yang ditanyakan. Serta Subjek
masih terikat secara penuh serta aktif menganalisis data dalam penelitian ini
pada lingkungan dan kegiatan yang adalah sebagai berikut:
menjadi sasaran atau penelitian.
1. Reduksi Data (Data Reduction).
G. Teknik analisis data Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang
Menurut Sugiyono (2010: 335),
pokok, memfokuskan pada hal-hal
mendefinisikan bahwa
yang penting, dicari tema dan
“Teknik analisis data adalah polanya dan membuang hal yang
proses mencari data, menyusun
tidak perlu. Dengan demikian data
secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, yang telah direduksi akan
catatan lapangan, dan
memberikan gambaran yang lebih
dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam jelas, dan mempermudah peneliti
kategori, menjabarkan ke dalam
untuk melakukan pengumpulan
unit-unit, melakukan sintesis,
menyusun ke dalam pola memilih data selanjutnya, dan mencarinya
mana yang penting dan yang akan
bila diperlukan.
dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah 2. Penyajian Data (Display Data).
dipahami oleh diri sendiri maupun
Yang paling sering digunakan
orang lain”.
untuk menyajikan data dalam
Teknik analisis data yang
penelitian kualitatif adalah dengan
digunakan dalam penelitian ini adalah
teks dan naratif. Pada tahap ini
analisis data induktif. Analisis data
peneliti menyajikan data-data
induktif adalah penarikan kesimpulan
yang telah direduksi ke dalam
yang berangkat dari fakta-fakta
laporan secara sistematis.
khusus, untuk kemudian ditarik
3. Penarikan Kesimpulan
kesimpulan secara umum.
(Conclusion). Kesimpulan awal
Menurut Sugiyono (2010:341), yang dikemukakan masih bersifat
adapun langkah-langkah untuk sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap adalah peneliti itu sendiri. Instrumen
pengumpulan data berikutnya. penelitian yaitu peneliti akan
Kesimpulan dalam penelitian melakukan interaksi langsung dengan
kualitatif mungkin dapat subjek penelitian saat dilakukan
menjawab rumusan masalah yang pengumpulan data. Berhubungan
dirumuskan sejak awal, tetapi instrumen penelitian kualitatif adalah
mungkin juga tidak, karena peneliti itu sendiri, maka dalam
masalah dan rumusan masalah penelitian ini, peneliti terjun ke
dalam penelitian kualitatif masih lapangan dengan membawa diri sendiri
bersifat sementara dan akan untuk menghimpun sebanyak mungkin
berkembang setelah penelitian data, dengan membawa alat bantu
berada di lapangan. yang diperlukan antara lain: pedoman
H. Desain Penelitian wawancara, catatan lapangan, alat
perekam serta kamera.
Adapun desain penelitian yang
digunakan dengan mengumpulkan data IV. Pembahasan Hasil Penelitian
yang ada kaitannya dengan variabel
yang akan diteliti melalui observasi, Berdasarkan Peraturan Daerah

wawancara, dan dokumentasi. Kota Makassar Nomor 15 Tahun 2009

Selanjutnya dari hasil pengumpulan Tentang Perlindungan, Pemberdayaan

data akan diolah dan dianalisis untuk Pasar Tradisional dan Penataan Pasar

memperoleh kesimpulan. Penelitian ini Modern Di Kota Makassar. Tujuan

menggunakan metode survei yang dari terbitnya Peraturan daerah ini

dilakukan kepada peritel yang ada di ingin melindungi pasar tradisional dan

Jalan Manuruki Makassar. ekonomi kecil dari gencarnya


pembangunan pasar modern di kota
I. Instrumen penelitian
Makassar. Akan tetapi, dalam
Instrumen utama pengumpulan pelaksanaannya masih kurang optimal,
data pada sebuah penelitian kualitatif dari segi isi Peraturan Daerah tersebut
masih perlu diperjelas mengenai aturan menguntungkan. Memberikan
lokasi pasar seperti zonasi pasar pedoman bagi penyelenggaraan ritel
tradisional dan pasar modern yang tradisional, pusat perbelanjaan, dan
masih kurang jelas. Selainf itu, aturan toko modern. Memberikan norma-
perizinan dan pendirian pasar juga norma keadilan, saling
kurang optimal ditandai dengan menguntungkan dan tanpa tekanan
semfakin menjamurnya pasar modern dalam hubungan antara pemasok
dan toko modern di kota Makassar barang dengan toko modern.
yang berdampak terhadap Pengembangan kemitraan dengan
keberlangsungan pasar tradisional. usaha kecil, sehingga tercipta tertib
persaingan dan keseimbangan
Beberapa kebijakan pemerintah
kepentingan produsen, pemasok, toko
telah dikeluarkan untuk menata
modern dan konsumen.
pengelolaan pasar, baik pasar modern
maupun pasar tradisional. Akan tetapi, pendirian
Implementasi kebijakan ini menuntfut minimarket di Kelurahan Manuruki
komitmen lebih besar agar dapat tidak mengacu pada peraturan daerah
dilaksanakan secara konsisten. tersebut. Minimarket berdiri didekat
Merespon keresahan tersebut, warung kelontong yang berarti tidak
pemerintah Indonesia mengeluarkan ada jarak antara keduanya. Pendirian
Perpres Nomor 112 Tahun 2007 pusat perbelanjaan dan toko modern
tentang penataan dan pembinaan pasar wajib menyediakan fasilitas parkir
tradisional, pasar modern dan pusat kendaraan bermotor dan tidak
perbelanjaan. Adapun arah kebijakan bermotor yang memadai di dalam area
yang ingin dicapai antara lain bangunan serta batasan luas lantai
pemberdayaan pasar tradisional agar penjualan minimarket kurang dari 400
dapat tumbuh dan berkembang serasi, m2 (empat ratus meter persegi).
saling memerlukan, saling Keterbatasan lahan parkir pada salah
memperkuat, serta saling satu minimarket di Kelurahan
Manuruki membuat pengunjung harus melakukan promosi penjualan dengan
memarkir kendaraannya di tepi jalan. harga lebih murah dari harga jual di
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota warung kelontong. Terkadang mereka
Makassar Nomor 15 Tahun 2009 pasal melakukan promo harga barang jauh di
7 ayat 6, pendirian minimarket baik bawah harga ritel pada umumnya. Hal
yang berdiri sendiri maupun yang tersebut berdampak pada keberadaan
terintegrasi dengan pusat perbelanjaan warung kelontong dilihat dari aspek
atau bangunan lain wajib omset.
memperhatikan:
Dari segi kepemilikan modal
1) Kepadatan penduduk usaha sendiri, tidak sedikit pedagang
2) Perkembangan pemukiman baru yang tidak memiliki cukup modal
3) Aksesibilitas wilayah (arus lalu untuk menyediakan barang
lintas) dagangannya. Sehingga banyak
4) Dukungan/ketersediaan pedagang yang hanya menjualkan
infrastruktur barang seadanya. Banyak pula
5) Keberadaan Pasar Tradisional dan pedagang yang modal usahanya
warung/toko di wilayah sekitar bersumber dari pinjaman, sehingga
yang lebih kecil daripada pendapatan mereka berkurang untuk
Minimarket tersebut. melunasi pinjaman. Sedangkan
pedagang yang cukup modal mereka
Berdasarkan Peraturan Daerah
mampu memperluas tempat
Kota Makassar Nomor 15 Tahun 2009
dagangannya. Sehingga mereka dapat
Pasal 11 ayat 2, toko Modern dilarang
menambah varian dan kuantitas
melakukan promosi penjualan dengan
komoditas dagangannya lebih banyak
harga lebih murah dibandingkan
dan lebih komplit.
dengan harga di pasar tradisional
terdekat untuk barang-barang Hal ini juga didukung oleh
kebutuhan pokok masyarakat. Akan penelitian terdahulu dari Andi Tenri
tetapi, minimarket di Manuruki selalu Ola (2016) bahwa keberadaan
minimarket telah menandakan dahsyat dan signifikan jika warung
kapitalisme telah memasuki daerah kelontong berada pada jarak di bawah
pemukiman penduduk. Di mana modal 1 km dengan minimarket. Berdasarkan
hanya dikuasai oleh satu pihak saja. penuturan informan didapatkan
Siapa yang kuat dan siapa yang besar informasi bahwa minimarket yang
ialah yang mengusai perekonomian. pertama kali berdiri adalah Indomaret
Seperti teori Karl Marx di mana ia enam tahun yang lalu kemudian
menegaskan bahwa emansipasi disusul empat tahun kemudian oleh
manusia hanya dapat dicapai dengan Alfamart. Kebetulan informan memilki
perjuangan antar kelas. Kelas sosial dua buah warung kelontong yang
menurut Karl Marx merupakan gejala berlokasi di sebelah Indomaret dan di
khas yang terdapat pada masyarakat tempat lain. Menurutnya, omset
pasca feodal. Marx kemudian penjualan mengalamai penurunan dari
menyebutkan di dalam struktur kelas tahuun ke tahun semenjak adanya
ada perbedaan, yakni antar kelas minimarket. Sebelumnya warung
borjois dan proletar. Di mana kaum kelontong miliknya berkembang pesat
borjois adalah para pemilik modal hingga ia membesarkan warungnya
sedangkan proletar kaum kelas bawah. dan memiliki cabang di tempat lain.
Jika kita kaitkan dengan teori Karl Akan tetapi, semenjak adanya
Marx borjois dapat kita liat pada minimarket tersebut pendapatan
minimarket sedangkan proletar dapat warungnya terus menurun dan
kita liat pada pedagang kecil di sekitar terancam bangkrut.
jalan Manuruki Makassar.
Penelitian lain yang sejalan
Berdasarkan data yang dengan penelitian ini Dathiessa
diperoleh mengenai perubahan omset Claudia Horax (2013), menyatakan
penjualan, modal usaha, lokasi usaha bahwa kehadiran minimarket
dan diversifikasi produk, di mana memberikan pengaruh negatif salah
turunnya omset penjualan secara satunya terhadap UMKM sektor
perdagangan salah satunya warung seberapa besar permintaan yang
tradisional yang jaraknya kurang dari dilakukan. Semakin besar permintaan
satu kilometer dari minimarket yang terjadi tentu akan semakin besar
mengalami penurunan keuntungan pula pendapatan yang diperolehnya.
secara signifikan dan dampak dari Dan sebaliknya semakin kecil
adanya minimarket terhadap eksistensi permintaan yang terjadi, semakin kecil
warung kelontong. Keberadaan pula pendapatan yang diperolehnya.
minimarket di jalan Manuruki Dan inilah yang terjadi pada warung
dirasakan mengganggu dan kelontong setelah adanya minimarket.
memberikan dampak negatif bagi Pendapatan yang dulu dikatakan
perekonomian pedagang warung lumayan kini untuk mendapatakan
kelontong yang terletak disekitar keuntugan sangat sulit sekali, karena
minimarket. Hal ini dibuktikan dengan konsumen yang sudah beralih ke toko
jarak antara pelaku usaha satu dengan modern tersebut. Karena sepinya
yang lain saling berdekatan, pelanggan bahkan beberapa warung
berhadapan, bahkan saling kelontong tidak membuka penuh
berdampingan. Hal ini menyebabkan tokonya dan tidak jarang pula warung
berkurangnya pelanggan yang tersebut ditutup. Sehingga hal ini
berbelanja di warung kelontong sangat berpengaruh terhadap
sehingga omset yang diperoleh pendapatan pedagang warung.
pedagang warung kelontong menjadi
Sebagian besar alasan di atas
berkurang dan barang dagangan
dapat teratasi dengan berbelanja di
menjadi tidak laku yang dapat
minimarket yang mengutamakan
menyebabkan kerugian bagi pedagang
konsep kenyamanan bagi konsumen
warung kelontong.
termasuk di dalamnya kelengkapan
Dari pembahasan di atas sudah produk yang dalam hal ini adalah
jelas bahwa pendapatan suatu usaha produk-produk dasar kebutuhan rumah
termasuk warung kelontong tergantung tangga, tata letak produk yang baik
dan tidak campur aduk, lokasi yang usaha pada posisi yang
dekat dengan pemukiman dan harga menguntungkan dan dapat
yang tidak terlalu tinggi. Dampak dari dipertahankan terhadap kekuatan-
adanya minimarket terhadap warung kekuatan yang menentukan persaingan
kelontong akan berpengaruh terhadap industri.
modal, kegiatan usaha, omset
V. KESIMPULAN DAN
penjualan, konsumen dan pendapatan
SARAN
(Bahtiar,2016).
A. Kesimpulan
Menurut peneliti, perkembangan Berdasarkan hasil penelitian yang
ekonomi saat ini memicu persaingan telah dilakukan, maka kesimpulan
semakin bebas dan ketat sehingga dari penelitian ini adalah sebagai
diperlukan suatu strategi bersaing yang berikut :
baik dan terpadu karena persaingan 1. Dampak keberadaan minimarket
adalah kunci dari keberhasilan atau terhadap warung kelontong di
kegagalan suatu usaha. Kemampuan jalan Manuruki yaitu mengalami
untuk dapat memenuhi kebutuhan penurunan omset penjualan,
konsumennya merupakan suatu berkurangnya pembeli, dan
tantangan yang harus dihadapi oleh mengalami penurunan barang
setiap organisasi bisnis. Kebutuhan keluar sehingga banyaknya
masyarakat yang makin meningkat barang menjadi kadaluwarsa.
berdampak pada persaingan semakin 2. Konsumen lebih banyak
meningkat tajam sehingga harus berbelanja produk dan barang di
mampu mendeteksi apa yang menjadi minimarket. Tetapi konsumen
kebutuhan pasar atau keinginan tetap memilih berbelanja
konsumen serta membaca dan keperluan dapur, di warung
menterjemahkan setiap perubahan kelontong dikarenakan harga yang
situasi sebagai peluang. Tujuan lebih murah. Dengan alasan
strategi bersaing adalah menjadikan kenyamanan dan pelayanan
sehingga konsumen lebih suka yang dijualnya sesuai dengan
berbelanja di minimarket. harga. Sikap terbuka atau jujur
3. Adanya minimarket di jalan terhadap konsumen atau pembeli
Manuruki Makassar memberi harus dijaga. Di samping itu,
dampak positif bagi masyarakat perlu juga memperhatikan
konsumtif, karena masyarakat perilaku pembeli serta kritik dari
dapat memilih barang yang para pembeli. Tidak kalah penting
dibutuhkannya. Selain itu, adalah perlunya sesama para
masyarakat juga diberi pelayanan pemilik warung kelontong untuk
yang memuaskan oleh minimarket membentuk kelompok atau
berupa pendingin udara, sistem mengorganisir diri. Dengan
pembayaran yang cepat. membentuk kelompok atau
B. Saran organisasi maka para pemilik
Adapun saran-saran yang dapat warung kelontong akan lebih
disampaikan sehubungan dengan memiliki kekuatan untuk
hasil penelitian ini adalah sebagai mengusulkan kepada pemerintah
berikut: untuk membatasi pendirian
1. Peneliti menyarankan kepada minimarket.
Pemerintah sebaiknya membatasi 3. Sebaiknya sesama pemilik
minimarket sesuai regulasi warung kelontong membentuk
pemerintah agar tidak merugikan kelompok atau mengorganisir diri.
warung kelontong . Dengan membentuk kelompok
2. Kepada pemilik warung atau organisasi maka para pemilik
kelontong disarankan agar lebih Warung kelontongakan lebih
memperhatikan usaha memiliki kekuatan untuk
peningkatan dan perbaikan mengusulkan kepada pemerintah
pelayanan, membuat warung lebih untuk membatasi pendirian
menarik secara fisik, dan minimarket.
menjamin agar kualitas barang
VI. DAFTAR PUSTAKA

Minimarket. Jakarta: Raih Asa Sukses.Sujana, Asep ST.2012. Manajemen


Sunyoto, Danang. 2015. Manajemen Bisnis Ritel. Yogyakarta: (CAPS) Center For
Academic Publishing Service.
Ruhadi, Dr, dkk. 2017. Ritel Pengelolaan Dan Pemasaran. Bandung: Alfabeta.
Basu, Swastha dan Irawan. 2008. Manajemen Pemasaran Modern.Yogyakarta:
Liberty Offset.
Siregar,Syofian.2013.Metode Penelitian Kuantitatif.Jakarta: Prenadamedia Group.
Hartman, Laura & Joe Desjardins. 2008. Etika Bisnis. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan“Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Foster, Bob.2008. Manajemen Ritel. Bandung: Alfabeta.
Sopiah dan Syihabudin. 2008. Manajemen Bauran Ritel. Yogyakarta: Andi.
Utami,Christina Whidya. 2010. Manajemen Ritel. Jakarta: Salemba Empat
2008. Strategi Pemasaran Ritel. Jakarta: PT.Macanan Jaya Cemerlang.
BPS. 2018. Kecamatan Tamalate Dalam Angka Tahun 2018. Makassar
Meshvara, Kanjaya dan Yongky Susilo. 2010. Retail Rules: Melihat Keunggulan Dan
Potensi Bisnis Ritel Makanan Di Masa Depan. Jakarta: Erlangga.
Afrizal. 2015. Metode Penelitian Kualitatif:Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers,
http://kamus.sabda.org/kamus/warung/2014/10/24
Safitri, Ahmad Reza. 2010. Dampak Retail Modern Terhdap Kesejahteraan pedagang
Pasar Tradisional Ciputat Tanggeran Selatan. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Aramiko,Sari Wahyu. 2011. Dampak Pasar Ritel Modern Terhadap Pasar Dan
Pedagang Ritel Tradisional Di Kota Tengerang Selatan Dan Penanggulangannya.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Marwing, Suprianto. 2017. Analisis Bangkitan Tarikan Pengunjung Minimarket Di
Kota Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar.
Bahtiar. 2016. Analisis Dampak Kehadiran Usaha Ritel Modern Terhadap Ritel
Tradisional Pada Kelurahan Manuruki. Skripsi. Universitas Negeri Makassar

Riska. 2017. Analisis Motivasi Belanja Konsumen Minimarket dan Warung


Kelontong Dalam Perspektif Islam (Studi Di Kelurahan Bulurokeng Kota
Makassar). Skripsi. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Istiatin, Hj dan Hj. Sudarwati. 2015. Analisis Strategi Pemasaran Bisnis Retail Di
Lottemart Surakarta. Jurnal Paradigma Vol.12 No.02.
Kasmiruddin. 2013.Analisis Kekuatan Persaingan Bisnis Ritel Modern Di Pekanbaru
(Sebagai Suatu Formulasi Strategi Bersaing). Jurnal Aplikasi Bisnis,Vol.4 No.1.
Herawat, Arvinia, Ari Pradhanawati dan Reni Shinta Dewi. 2013. Pengaruh Bauran
Pemasaran Ritel terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Kepuasan Pelanggan Pada
Konsumen Alfamart di Kecamatan Tembalang Semarang. Jurnal sosial politik.
Utomo, Tri Joko.2010. Lingkungan Bisnis dan Persaingan Bisnis Ritel. Fokus
Ekonomi Vol.5 No.1 Hal .70-80. Diakses tanggal 3 Oktober 2018.
Soliha,Euis. 2008. Analisis Industri Ritel Di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Vol.15 No.2,Hal 128-142.

Widiandra, Damasus Ottis dan Hadi Sasana. 2013. Analisis Dampak Keberadaan
Pasar Modern Terhadap Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Tradisional (Studi
Kasus di Pasar Tradisional Kecamatan Banyumanik Kota Semarang). Jurnal
Ekonomi Diponegoro Vol.2 No.1 Hal 1-6.
Listihana, Wita Dwika, Afvan Aquino & Arizal. 2014. Dampak Keberadaan
Minimarket Terhadap Modal Kerja Dan Pendapatan Warung Tradisional Di
Kecamatan Rumbai Dan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmiah Ekonomi
dan Bisnis Vol.11 No.1 Hal 553-562.
Suhartanto, Dwi, Ruhadi, and N Triyuni. Tourist Loyalty Toward Shopping
Destination: The Role Of Shopping Satisfaction And Destination Image.
European Journal Of Tourism Research 2016.13:p.84-102.
Nielsen, AC. 2010. Retail and Shopper Trends Asia Pacific 2010: The Latest in
Retailing and Shopper Trends for the FMCG Industry.
William Steel., et al. E-Commerce And Its Effect Upon The Retail Industry And
Government Revenue. New Zealand Institute For The Study Of Competition
And Regulation: New Zealand
Suhartanto, Dwi. Managing Guest As An Asset: A Conceptual Review In The
Context Of accomodation services. International Scientific Journal Turizam
.2015.19(4):p.183-192.

Anda mungkin juga menyukai