Anda di halaman 1dari 14

BAB VII

GROUP DECISSION SUPPORT


RIFALDO PIDO, S.T.,M.T
UNIVERSITAS GORONTALO

3.1 PENGERTIAN

Sistem pendukung keputusan kelompok (Group Decision Support System) adalah sistem yang


digunakan oleh sekelompok orang yang ingin memecahkan masalah dengan teknologi
komunikasi, komputasi dan pendukung keputusan. Sistem pendukung keputusan kelompok
memberikan penyediaan sesuatu yang mendukung komunikasi bagi anggota yang tergabung
dalam kelompok. Di era globalisasi ini, sistem pendukung keputusan kelompok sangat
membantu suatu organisasi ataupun perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan
multinasional, karena sistem pendukung keputusan kelompok membuat rapat menjadi
fleksibel karena memudahkan perusahaan untuk mengadakan rapat tanpa harus berkumpul
bersama dalam waktu dan tempat yang sama. (Turban, 1955).

3.2 JENIS- JENIS PENGATURAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN


KELOMPOK

Sistem pendukung keputusan kelompok berkontribusi pada pemecahan masalah dengan


menyediakan lingkungan yang memfasilitasi komunikasi kelompok. Empat jenis pengaturan
sistem pendukung keputusan kelompok digunakan dan didasarkan pada ukuran kelompok dan
tempat anggota berada. Di setiap pengaturan, anggota kelompok bisa bertemu secara
serentak. Artinya, mereka bisa bertemu pada waktu bersamaan atau pada waktu yang berbeda
ketika semua anggota kelompok tidak dapat hadir secara bersamaan.

Berikut ini adalah pembahasan singkat keempat jenis setting sistem pendukung keputusan
kelompok:

a. Decision room: untuk sebuah kelompok kecil dalam pertemuan tatap muka.
Decision room mendukung kelompok kecil yang berukuran mulai dari tiga
sampai sekitar 24 orang yang perlu bertemu secara tatap muka.
Beberapa decision room dapat mendukung kelompok yang tidak lebih dari 10
orang, sementara ada juga yang dapat mendukung kelompok yang memiliki
jumlah lebih besar.

b. Local area decision network : untuk sebuah kelompok kecil yang anggotanya
tersebar.

Bila beberapa anggota kelompok tidak dapat bertemu secara tatap muka dan
menyebar di wilayah yang terbatas, local area decision network dapat
digunakan. Misalnya, anggota kelompok dapat bertemu di kantor pada waktu
yang berbeda menggunakan papan buletin terkomputerisasi, atau mungkin
juga bertemu secara bersamaan dengan menggunakan real-time editor
dokumen.

c. Sidang legislatif: untuk sebuah kelompok besar dalam pertemuan tatap muka.

Bila suatu kelompok terlalu besar untuk decision room, diperlukan ruang


sidang legislatif. Meskipun batas antara kelompok yang "kecil" dan kelompok
"besar" tidak didefinisikan dengan ketat, kelompok 50 sampai 100 orang pada
umumnya sudah dianggap besar.

d. Computer-mediated conference : untuk sebuah kelompok besar yang tersebar secara


geografis.

Beberapa aplikasi otomasi kantor seperti konferensi komputer, konferensi


audio, dan konferensi video memungkinkan anggota kelompok yang tersebar
secara geografis untuk berkomunikasi. Dengan menggunakan Konferensi
Mediasi Komputer, tidak perlu menjadwalkan pertemuan terlebih dahulu.
Peserta mengirimkan input mereka ke database pusat atau kotak surat
elektronik, dan peserta lainnya merespons input tersebut dan akhirnya
keputusan dibuat berdasarkan konsensus.

3.3 KOMPONEN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELOMPOK

Sistem pendukung keputusan kelompok (GDSS) terdiri dari 3 komponen utama, yaitu
perangkat keras, perangkat lunak, dan manusia.
1. Perangkat keras: perangkat keras meliputi alat elektronik seperti komputer, peralatan
yang digunakan untuk jaringan, papan display elektronik dan peralatan audio visual.
Perangkat keras juga meliputi fasilitas konferensi, termasuk pengaturan fisik, seperti
ruangan, meja dan kursi yang ditata sedemikian rupa sehingga mereka dapat
mendukung diskusi kelompok dan kerja tim.
2. Perangkat lunak: Perangkat lunak mencakup berbagai macam alat dan teknik, seperti
kuesioner elektronik, alat brainstorming elektronik, organizer gagasan, alat untuk
menetapkan prioritas, dan alat formulasi kebijakan. Berikut adalah penjelasan singkat
tentang beberapa software tool tersebut, sebagai berikut:

a. Kuesioner elektronik: Informasi yang dihasilkan dengan menggunakan


kuesioner membantu panitia pertemuan untuk mengidentifikasi masalah yang
perlu mendapat perhatian, sehingga memungkinkan panitia membuat rencana
pertemuan terlebih dahulu.
b. Electronic brainstorming tools: Alat ini memungkinkan para peserta untuk
secara bersamaan menyumbangkan gagasan mereka pada pokok pembicaraan
pertemuan. Karena identitas setiap peserta tetap rahasia, individu
berpartisipasi dalam pertemuan tersebut tanpa rasa takut dikritik.
c. Idea Organizer: idea organizer membantu dalam menyatukan, mengevaluasi
dan mengkategorikan gagasan yang dihasilkan selama aktivitas brainstorming.
d. Alat untuk menetapkan prioritas: Alat ini meliputi sekumpulan teknik, seperti
pemungutan suara sederhana, urutan peringkat dan beberapa teknik tertimbang
yang digunakan untuk memilih dan menetapkan prioritas dalam pertemuan
kelompok.
e. Alat pembentukan kebijakan: software tool Ini memberikan dukungan yang
diperlukan untuk mengubah kata-kata pernyataan kebijakan menjadi sebuah
kesepakatan.

Penggunaan alat-alat perangkat lunak tersebut dalam sebuah pertemuan


kelompok membantu pengambil keputusan kelompok untuk merencanakan ,
mengatur ide, mengumpulkan informasi, menetapkan prioritas, mengambil
keputusan dan mendokumentasikan proses pertemuan. Hal tersebut membuat
pertemuan menjadi lebih produktif.
3. Manusia: dalam pelaksanaan rapat menggunakan Sistem pendukung keputusan
kelompok, dibutuhkan seorang fasilitator terlatih yang membantu proses persidangan,
dan staf ahli untuk mendukung perangkat keras dan perangkat lunak. Komponen
sistem pendukung keputusan kelompok bersama-sama menyediakan lingkungan yang
baik untuk mengadakan pertemuan kelompok.

3.4 PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM GRUP

Beberapa hal dasar dalam pengambilan keputusan grup:

1. Grup. Istilah grup (atau workgroup – kelompok kerja) mengacu pada 2 atau lebih
orang(sampai 25 orang) yang misinya adalah menampilkan task/tugas tertentu dan
bekerja sebagaisatu unit. Bisa permanen atau sementara. Bisa pada satu lokasi atau
bermacam lokasi, dapatbekerja pada waktu bersamaan atau waktu yang berbeda.
Dapat berupa komite, panel kajiulang, gugus tugas, dewan eksekutif, tim, atau unit
permanen.
2. Sifat pengambilan keputusan grup. Walaupun kebanyakan organisasi bisnis bersifat
hirarki, pengambilan keputusan biasanya merupakan proses saling berbagi (shared).
Pertemuan tatap muka diantara grup manajer merupakan elemen dasar mencapai
konsensus.Pertemuan grup dicirikan oleh aktivitas dan proses berikut:
a. Pertemuan adalah aktivitas gabungan, dilakukan oleh sekumpulan orang, biasanya
memilikistatus sama atau sebanding, umumnya melibatkan 5 sampai 25 orang.
b. Hasil dari pertemuan sebagian tergantung pada knowledge, opini, dan pertimbangan
daripartisipan.
c. Hasil dari pertemuan juga tergantung pada komposisi grup dan pada proses
pengambilankeputusan yang digunakan grup.
d. Perbedaan dalam opini dipengaruhi oleh tingkat orang yang hadir atau seringkali oleh
negosiasiatau arbitrasi.
3. Keuntungan dan keterbatasan bekerja dalam grup.

Keuntungannya adalah sebagai berikut:

a. Grup lebih baik daripada individu pada pemahaman masalah.


b. Orang mudah dinilai pada keputusan dimana mereka juga terlibat di dalamnya.
c. Grup lebih baik dibandingkan individu dalam menangkap kesalahan yang terjadi.
d. Grup memilih lebih banyak informasi (knowledge) daripada 1 orang anggota. Grup
dapatmengkombinasi knowledge tadi dan membuat knowledge baru. Sebagai
hasilnya, ada banyakalternatif untuk penyelesaian masalah, dan solusi yang lebih baik
dapat diturunkan.
e. Sinergi dapat dihasilkan.
f. Bekerja dalam grup dapat merangsang partisipan dan prosesnya.
g. Anggota grup akan menempelkan egonya dalam keputusan yang diambil, sehingga 
mereka akan bersungguh-sungguh dalam implementasinya.
h. Partisipasi para anggota dalam keputusan berarti bahwa akan terjadi lebih sedikit
penolakandalam implementasi.
i. Kecenderungan resiko dapat diseimbangkan. Grup melunakkan resiko tinggi yang
diambil dan mendorong ke arah konservatif.

Sedangkan gangguan dari proses grup adalah:

a. Tekanan sosial agar selalu menyesuaikan diri menghasilkan “pemikiran


grup”/groupthink (dimana orang mulai berpikir serupa, dan dimana ide baru tak bisa
ditoleransi).
b. Menghabiskan waktu, prosesnya lambat.
c. Keterbatasan koordinasi pekerjaan yang dilakukan grup dan perencanaan pertemuan
yang jelek.
d. Pengaruh yang tak layak dari grup dinamis (contoh, dominasi waktu, topik, atau opini
dari satuatau segelintir individu; ketakutan untuk bicara; kekakuan suasana).
e. Kecenderungan anggota grup untuk mengandalkan saja yang lain dalam mengerjakan
tugas.
f. Kecenderungan untuk mengkompromikan solusi walaupun kualitasnya rendah.
g. Analisis tugas yang tak lengkap.
h. Waktu yang tak produktif (sosialisasi, persiapan, menunggu orang).
i. Kecenderungan untuk mengulangi apa yang sudah dibicarakan.
j. Biaya yang lebih besar dalam pengambilan keputusan (banyaknya jam partisipasi,
biayaperjalanan, dan lain-lain).
k. Kecenderungan grup untuk mengambil keputusan yang lebih berisiko daripada
yangseharusnya.
l. Penggunaan informasi yang tak lengkap atau tak sesuai.
m. Representasi yang tak sesuai dalam grup.4.
4. Peningkatan kerja grup. Jika kita dapat mengurangi pelbagai fenomena yang
menyebabkanfungsi-fungsi yang tak jalan, keuntungan yang didapat bisa ditingkatkan.
Ilmuwan perilaku,pakar personal, pakar efisiensi, dan yang lain telah mengembangkan
pelbagai pendekatanuntuk menyelesaikan masalah ini. Salah satu dari pendekatan itu disebut
dengan “groupdynamics” (grup dinamis). 2 metodenya dijelaskan di bawah ini:

1) Teknik Grup Nominal (Nominal Group Technique - NGT).


a. NGT terdiri dari urutan aktivitas dalam proses pengambilan keputusan: (1) penelaran
ide secara diam-diam melalui tulisan, (2) pencatatan ide-ide dengan cara round-robin
pada flip chart, (3)diskusi ide secara berurutan, (4) pencatatan dan penentuan prioritas
secara diam-diam, (5)diskusi mengenai prioritas itu, dan (6) penentuan kembali dan
penilaian prioritas secara diam-diam.
b. Proses grup nominal berdasarkan riset sosial-psikologis yang mengindikasikan bahwa
prosedurini sangat ampuh dibandingkan dengan grup diskusi konvensional dalam hal
menghasilkaninformasi dengan kualitas yang lebih baik, dalam jumlah yang lebih
banyak, dan meningkatkandistribusi informasi pada tugas pencarian fakta.
c. Kesuksesan NGT dan metode yang serupa amat tergantung pada kualitas fasilitator
(semuapendekatan grup dinamis membutuhkan fasilitator) dan pada pelatihan yang
diberikan padapartisipan.
d. Juga pendekatan ini tak menyelesaikan bermacam-macam gangguan dari proses grup
(sepertiketakutan berbicara, perencanaan dan pengorganisasian pertemuan yang
buruk, kompromi,dan kekurangan akibat analisis yang tak sesuai).
2) Metode Delphi.
a. Dikembangkan oleh RAND Corporation, sebagai teknik untuk memanajemen grup
pakar dalammengambil keputusan, dalam rangka menghilangkan efek yang tak
diinginkan dari interaksidiantara anggota grup.
b. Para pakar tak perlu saling bertemu, bertatap muka; mereka tak tahu siapa yang
menulispenugasan atau opini (misal, perkiraan) berkenaan dengan isu yang
berkembang disertaidengan argumen dan asumsi.
c. Opini ini diajukan ke koordinator Delphi yang lalu mengedit, mengklarifikasi, dan
menyimpulkandata. Selanjutnya opini tadi disediakan sebagai umpan balik tanpa
disertai nama pengirimnya ke semua pakar bersama dengan putaran kedua dari isu-isu
atau pertanyaan. Pertanyaan dan umpan balik berkelanjutan dalam bentuk tulisan
untuk beberapa putaran, menjadi semakin lebih spesifik, sampai konsensus diantara
anggota panel tercapai, atau sampai para pakar tak lagi mengubah posisinya.
d. Keuntungan dari metode Delphi ini berasal dari anonymity (keadaan tanpa nama),
opini beragam (multiple opinions), dan komunikasi grup diantara anggota menyajikan
opini-opini danasumsi yang berbeda. Pada saat bersamaan, ini mencegah beberapa
efek negatif seperti perilaku mendominasi, “groupthink”, dan sikap keras kepala
seseorang dalam merubah pendiriannya, yang sering ditemukan dalam pertemuan
tatap muka.
e. Kekurangannya adalah: lamban, mahal, dan biasanya terbatas pada 1 isu (misal,
perkiraan teknologi, “go” atau “no go” dari suatu program).

3.5 TINGKATAN TEKNOLOGI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN (SPK)

Turban maupun Sparague and Watson menyatakan bahwa dalam merancang serta
menggunakan SPK dikenal tiga tingkatan teknologi yang berupa perangkat keras
(hardware) atau perangkat lunak (software). Tingkatan tersebut dipergunakan oleh
orang-orang dengan kemampuan teknik yang berbeda, dan pada dasarnya bervariasi
dalam cakupan tugas dimana mereka dapat diaplikasikan.
a. Specific Decision Support System (SDSS)
Specific Decision Support System (SDSS) adalah sistem yang ditujukan untuk
membantu pemecahan serangkaian masalah dengan karakteristik yang
spesifik. Melalui pengkombinasian model, basis data serta teknik representasi
tertentu, sistem ini menghasilkan berbagai alternatif yang akan memudahkan
pengambil keputusan dalam melaksanakan tugasnya. Sistem ini pada
hakikatnya, dapat juga digunakan untuk menjelaskan, memperkuat atau
memberikan justifikasi terhadap suatu keputusan yang akan diambil oleh
manajemen. Contoh dari SDSS ini adalah sistem interaktif grafik dalam
evaluasi penjadwalan produksi.
b. Decision Support System Generator (DSSG)
Menurut Sprague and Watson Decision Support System Generator
(Pembangkit Sistem Pendukung Keputusan) ini merupakan suatu paket yang
menghubungkan perangkat keras (hardware) dengan perangkat lunak
(software) yang menyediakan kemampuan untuk membangun suatu SDSS
secara cepat dan mudah. Salah satu contoh pengembangan pertama dari DSSG
adalah Geodata Analysis and Display (GADS). GADS ini berisi peta, kamus
data dan alternatif prosedur yang kemudian dipakai dalam pembuatan SDSS
pada sistem kepolisian di San Jose. Berikutnya adalah Interactive Financial
Planning System (IFPS) dari Executive Systems. DSSG diantaranya meliputi
fasilitas penyiapan laporan, bahasa simulasi, tampilan grafik, subrutin statistik,
dan sebagainya.
c. Decision Support System Tools (DSST)
Menurut Muhammad Ali Ramdhani sistem ini merupakan teknologi yang
paling dasar dalam merancang dan membangun SPK. DSST terdiri dari
elemen hardware dan software yang dapat memudahkan pengembangan SDSS
dan DSSG. Tingkatan teknologi ini yang paling banyak dikembangkan akhir-
akhir ini, termasuk didalamnya pengembangan bahasa untuk keperluan
tertentu, peningkatan sistem operasi untuk mendukung perancangan subsistem
dialog, perancangan grafik berwarna, dan perancangan subsistem lainnya.
Yang termasuk dengan kategori-kategori teknologi ini antara lain bahasa
pemrograman (BASIC, FORTRAN, DBASE IV, C, PASCAL, dan
sebagainya), sistem operasi komputer khusus, perangkat lunak pengakses data,
dan sebagainya.

3.6 KELEBIHAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELOMPOK

Di era yang serba canggih ini, sistem pendukung keputusan kelompok sangat berguna bagi
suatu organisasi atau kelompok dalam mangadakan rapat dan mengambil keputusan. Sistem
pendukung keputusan kelompok memiliki beberapa keuntungan, diantaranya :

1. Anonimitas. Kemampuan untuk bertukar gagasan atau preferensi secara anonim di


lingkungan sistem pendukung keputusan kelompok mendorong peningkatan
partisipasi oleh anggota kelompok dan akibatnya lebih banyak informasi dibagikan.
Peserta tidak lagi takut ditertawakan karena komentar "bodoh", peserta juga menjadi
lebih berani menyampaikan pendapat yang bertentangan dengan peserta lain maupun
dengan atasannya.
2. Komunikasi paralel. Dalam pertemuan lisan, orang harus mendengarkan orang lain
berbicara dan tidak dapat berhenti sejenak untuk berpikir, sistem pendukung
keputusan kelompok memungkinkan setiap orang untuk "berbicara" secara paralel
(mengetik dan bertukar komentar tertulis secara bersamaan melalui jaringan
komputer). Dalam pertemuan lisan yang umum, setiap orang hanya memiliki
beberapa menit untuk mengungkapkan gagasan dari seluruh keseluruhan pertemuan
seperti saat menggunakan sistem pendukung keputusan kelompok.

Komunikasi paralel juga berkontribusi terhadap peningkatan partisipasi dan sinergi


kelompok. Sinergi kelompok terjadi karena anggota kelompok lainnya akan dapat
merespon ide yang diusulkan dengan berbagai macam cara, karena tiap peserta
memiliki tingkat pemahaman informasi yang berbeda - beda. Selain itu, kelompok
secara keseluruhan akan lebih baik dalam mengidentifikasi kesalahan dalam sebuah
gagasan daripada orang yang mengusulkan gagasan tersebut. Membaca komentar dan
memberi rangsangan kreatif kepada orang lain dalam kelompok. Kritik lebih mudah
diterima karena idenya yang sedang dikritik, bukan pencetusnya. Semua faktor ini
berkontribusi terhadap peningkatan kepuasan dan peningkatan produktivitas karena
kelompok lebih cenderung menganggap gagasan sebagai gagasan kelompok daripada
gagasan individu karena semua gagasan telah digabungkan.

3. Automated record keeping. Sistem pendukung keputusan kelompok secara otomatis


mencatat komentar, suara dan informasi lainnya yang dibagikan oleh sebuah
kelompok ke file disk. Log diskusi otomatis ini mendukung pengembangan memori
organisasi dari pertemuan ke pertemuan. Selain itu, tidak perlu mencatat secara
manual. Para peserta dalam pertemuan lisan kadang lupa apa yang dikatakan
sebelumnya dalam pertemuan tersebut dan oleh karena itu mungkin lupa untuk
memberi komentar mengenai masalah yang sedang dibahas. Akhirnya, dalam
pertemuan lisan, peserta sering gagal untuk memahami apa yang dikatakan atau
mungkin tidak dapat memproses informasi dengan cukup cepat untuk berpartisipasi
secara efektif. Dalam pertemuan yang menggunakan sistem pendukung keputusan
kelompok, peserta dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk membaca komentar
yang tercatat agar lebih memahami maknanya.
4. Lebih terstruktur. Sistem pendukung keputusan kelompok dapat menyediakan struktur
pembahasan yang lebih baik daripada pertemuan lisan, hal tersebut membuat peserta
fokus pada pertemuan sehingga lebih sulit untuk menyimpang dari siklus pemecahan
masalah dan membuat keputusan yang tidak lengkap atau prematur. Kelompok yang
menggunakan sistem pendukung keputusan kelompok tetap fokus pada masalah yang
ada, dan tidak akan membahas atau mengobrol tentang topik lain dengan teman atau
orang yang ada di sebelahnya.
5. Karena anonimitas, komunikasi paralel, dan pencatatan otomatis, menyebabkan
keuntungan atau manfaat baru. Dengan menggunakan sistem pendukung keputusan
kelompok , peserta dalam kelompok mengalami kepuasan yang lebih besar dan
tingkat produktivitas menjadi meningkat ,karena sistem pendukung keputusan
kelompok mempersingkat waktu pertemuan dan mampu membuat keputusan yang
lebih baik.

3.7 KELEMAHAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELOMPOK

1. Komunikasi lambat. Kebanyakan orang mengetik lebih lambat daripada saat


berbicara, dan dalam beberapa kasus, peserta kelompok mungkin tidak dapat
mengetik sama sekali. Kebanyakan orang lebih suka bicara daripada mengetik.
Karena berbicara lebih cepat daripada mengetik, biasanya lebih efisien
menggunakan GDSS hanya untuk kelompok yang besar.
2. Penolakan terhadap perubahan. Kelemahan lainnya adalah sifat manusia yang
menolak terhadap perubahan. Orang terkadang diintimidasi oleh komputer dan merasa
terancam jika terpaksa menggunakannya di lingkungan pertemuan baru. Selain itu,
jika menggunakan sistem pendukung keputusan kelompok tentu akan melibatkan
beberapa pelatihan dalam penggunaan perangkat lunak dan beberapa orang mungkin
menolak terhadap pembelajaran bagaimana menggunakan sistem.
3. Kurangnya kekayaan media. Karena pertemuan yang menggunakan sistem pendukung
keputusan kelompok sangat bergantung pada informasi tertulis, bentuk komunikasi
lainnya diminimalkan. Misalnya, bahasa tubuh dan ekspresi wajah dapat membantu
anggota kelompok menentukan apakah sebuah komentar dimaksudkan untuk
bercanda atau sarkastik dalam pertemuan lisan, namun jika kita menggunakan GDSS,
kekayaan media ini menjadi hilang. Sistem pendukung keputusan kelompok dapat
membuat pertemuan menjadi sedikit impersonal dan benar-benar berorientasi pada
topik yang sedang dibahas.
4. Kemungkinan meningkatnya konflik. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan sistem pendukung keputusan kelompok adalah bahwa ada kemungkinan
terjadi konflik dan permusuhan karena anonimitas dalam pertemuan tersebut. Karena
kita tidak perlu mencantumkan identitas kita dalam pertemuan, itu memungkikan
peserta untuk dengan mudahnya menghina beberapa gagasan dan mungkin terlalu
kritis dalam komentar mereka. Serangan pribadi semacam itu juga dapat dilakukan
lebih mudah yang dapat melukai perasaan peserta lain.
5. Kemungkinan hilangnya beberapa peserta kunci. Beberapa orang yang biasanya
mendominasi pertemuan verbal mungkin cenderung menghindari rapat elektronik
karena mereka tidak dapat menggunakan keterampilan verbal mereka yang kuat
6. Penyalahgunaan teknologi. Misalnya kasus yang terjadi di Lantecorporation, salah
satu orang dalam pertemuan yang memanfaatkan teknologi di Lante Corporation
mengajukan banyak komentar selama diskusi elektronik, mensimulasikan beberapa
peserta. Dengan demikian, dia bisa membuatnya tampak seolah-olah lebih banyak
orang setuju dengan idenya daripada sebenarnya. Karena komentar bersifat anonim,
sulit untuk mencegah penyalahgunaan tersebut.
7. Biaya fasilitas sistem pendukung keputusan kelompok bisa melibatkan biaya
operasional yang cukup besar dan mungkin tidak efisien, kecuali jika diterima dan
digunakan secara teratur dan benar. Produk sistem pendukung keputusan kelompok
komersial yang paling banyak digunakan (GroupSystems from Ventana, TeamFocus
from IBM, dan VisionQuest from Collaborative Technologies).

3.8 CONTOH PERUSAHAAN YANG MENGGUNAKAN SISTEM PENDUKUNG


KEPUTUSAN KELOMPOK

Perusahaan IBM, begitu juga banyak perusahaan lain, memulai sistem pendukung keputusan
kelompok untuk memperbaiki pertemuan kelompok. Kasus khusus melibatkan manajer
pabrik karena tidak dapat mengidentifikasi penyebab masalah dengan shop floor control.
Setelah pertemuan selama dua jam dengan personil pabrik semua yang dihasilkan adalah
argumen dan perasaan buruk.

a. Jadi setelah bertemu dengan fasilitator system pendukung keputusan kelompok


perusahaan, manajer memutuskan untuk memiliki sepuluh karyawan pabrik, dirinya
sendiri, dan dua analis junior untuk berpartisipasi dalam sistem pendukung keputusan
kelompok. Mereka akan menggunakan brainstorming dan voting elektronik untuk
menyelesaikan masalah shop floor control.
b. Manajer dan fasilitator memutuskan topiknya adalah "Apa isu utama dalam
memperbaiki shop floor control?"
c. Setelah melakukan brainstorming selama 35 menit dan mengumpulkan 645 baris
saran, gagasan dan komentar tentang bagaimana memperbaiki shop floor control,
manajer menemukan bahwa dia mendapatkan informasi bermanfaat tentang masalah
ini untuk pertama kalinya.
d. Sebuah daftar disusun dari komentar dan kemudian anggota kelompok
menentukannya sesuai urutan kepentingannya. Hasilnya dipajang dan diskusi
berlangsung selama sepuluh menit. Manajer mengucapkan terimakasih kepada para
peserta dan memberikan hardfile dari semua diskusi dan hasil voting kelompok.

3.9 KESIMPULAN

Sistem pendukung keputusan kelompok adalah sistem informasi berbasis komputer yang
digunakan untuk memperbaiki pengambilan keputusan kelompok di suatu organisasi. Sistem
perangkat lunak, dan manusia. Sistem pendukung keputusan kelompok memiliki beberapa
keuntungan, diantaranya: Anonimitas, mempermudah komunikasi paralel, memudahkan
pencatatan karena sistem pendukung keputusan kelompok secara otomatis mencatat
komentar, suara, dan informasi lainnya yang dibagikan oleh sebuah kelompok ke file disk,
dan sistem pendukung keputusan kelompok juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya :
Komunikasi lambat, rawan terjadi penolakan terhadap perubahan, kurangnya kekayaan
media, kemungkinan meningkatnya konflik, rawan terjadinya penyalahgunaan teknologi, dan
sistem pendukung keputusan kelompok memerlukan biaya yang besar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Michael Liedtke. (2001). Group Decision Support Systems. Computer : Supported


Group Collaborative Work. https://www.scribd.com/presentation/3876315 4/GDSS-
presentation.

2. Muhammad Ali Ramdhani, (2001), Perancangan Sistem Pendukung Keputusan


Kriteria Majemuk Pada Pengambilan Keputusan Kelompok, Desertasi, Institut
Teknologi Bandung

3. Turban, Efraim, (1995).


Decision Support and Expert  Systems: Management Support Systems, Fourth
Edition, Prentice-Hall, Inc., United States of America,
4. Irfan subakti, (2002). Sistem Pendukung Keputusan, Jurusan Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

5. Sprague, Ralph, H & Hugh, J Watson, 1993, “Decision Support Systems”, Prentice
Hall, Inc.

PROFIL PENULIS

Rifaldo Pido, S.T.,M.T. Dilahirkan Pada Tanggal 05 Mei 1994 Lulus S1


di Program Studi Teknik Mesin Universitas Gorontalo (FT-UG) tahun
2016, lulus S2 di Program Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia,
Makassar (UMI) tahun 2019. Saat ini adalah dosen tetap di Program Studi
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Gorontalo, sekarang menjabat
sebagai kepala pusat studi kajian material dan energi terbarukan
(PUSKAMET) dan Sebagai direktur perusahaan CV. Coordinat Cartesian
Consultant (CCC). Dan untuk mewujudkan karir sebagai dosen
profesional, penulis pun aktif sebagai peneliti dibidang kepakarannya tersebut. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan didanai oleh internal perguruan tinggi dan juga Kemenristek
DIKTI.

Email penulis: rifaldopido813@gmail.com

DATA PENGIRIMAN DAN PENGAJUAN HKI


1. Untuk Pengiriman buku cetak, mohon isi data berikut

Nama Penerima : Rifaldo Pido


Alamat (lengkap): Fakultas Teknik, Universitas Gorontalo, Jl.A.A Wahab Limboto Kab.
Gorontalo
HP. Aktif : 085242303400

Note: alamat wajib mencantumkan kel./desa, kec., dan kab./kota


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Untuk pengajuan HKI, mohon mengisi data berikut sesuai yang tertera pada KTP:

Nama Lengkap: Rifaldo Pido


Alamat: lingkungan VI., RT/RW: 0/0,
Kel/Desa: Hutuo, Kec.: Limboto
Kab./Kota: Gorontalo
Provinsi: Gorontalo
Kode Pos: 96219
Email: rifaldopido813@gmail.com
Hp. Aktif: 085242303400
TTD DIATAS MATERAI

Pastikan Bertandatangan diatas MATERAI 10.000


menggunakan kertas putih bersih (tanpa nama
dibawahnya) dan warna pulpen yang jelas (hitam atau
biru)

Anda mungkin juga menyukai