2021 04 - Perencanaan Jembatan Terhadap Gempa
2021 04 - Perencanaan Jembatan Terhadap Gempa
2019
SESI 04–
PERENCANAAN
JEMBATAN TERHADAP
GEMPA
SESI 04–
PERENCANAAN
JEMBATAN TERHADAP
GEMPA
Peta gempa dengan 7% terlampaui dalam umur rencana 75 tahun, dapat dilihat pada
peta gempa Indonesia 2017. Peta gempa ini digunakan dalam SNI 2833:2016.
• Jembatan harus dapat dilalui oleh semua jenis
Jembatan sangat kendaraan (lalu-lintas normal) dan dapat dilalui oleh
kendaraan darurat dan untuk kepentingan
penting keamanan/pertahanan segera setelah mengalami
gempa dengan periode ulang 1000 tahun
Catatan:
W(x) adalah beban mati tidak terfaktor pada
4. Dengan menggunakan periode alami jembatan (Tf)
bangunan atas dan bangunan bawah
dan spektrum yang sesuai tentukan koefisien
respons gempa elastis.
5. Hitung gaya gempa statik ekuivalen pe(x) sebagai :
Jumlah mode yang diperhitungkan minimal 3 kali jumlah bentang. Gaya dalam
pada komponen struktur serta deformasi struktur yang terjadi ditentukan dengan
memperhitungkan efek dari tiap-tiap mode yang berkontribusi. Respon total dari
suatu komponen struktur diperoleh dengan menggabungkan respon-respon dari
mode-mode berkontribusi dengan menggunakan aturan CQC (complete quadratic
combination) ataupun SRSS (squre root of sum of squares). Metode ini dapat
dilakukan dengan bantuan komputer.
Metode analisis riwayat waktu dilakukan untuk menghitung respon komponen dan
struktur jembatan dengan sistem struktur yang komplek. Untuk melakukan analisis
riwayat waktu diperlukan data percepatan gempa yang sesuai yang diperoleh dari:
1. Percepatan gempa buatan (artificial earthquake motion) yang sesuai dengan
kondisi lokal situs.
2. Rekaman percepatan gempa yang diskalakan menyesuaikan respon spektrum
desain di lokasi jembatan.
Paling sedikit digunakan 3 data percepatan gempa yang kompatibel dengan respon
spektrum situs struktur jembatan. Tiga komponen ortogonal (x, y dan z) gempa
rencana harus dimasukkan secara bersamaan saat melakukan analisis riwayat
waktu nonlinear. Perencanaan didasarkan pada pengaruh respon maksimum dari
tiga gempa masukan pada tiap arah utama. Bila terdapat 7 rekaman percepatan
maka perencanaan didasarkan pada respon rata-rata.
Jembatan dengan bentang tunggal di semua zona
gempa, gaya gempa rencana minimum pada
hubungan bangunan atas dan bangunan bawah
harus tidak lebih kecil dari perkalian As dengan beban
permanen struktur yang sesuai.
As = FPGA x PGA
• Tipe 2 : desain bangunan bawah elastis dengan bangunan atas daktail. Tipe struktur 2
menggunakan konsep terjadinya plastifikasi pada bagian struktur atas yaitu di diapragma.
Diapragma direncanakan untuk mengalami plastifikasi ketika gempa kuat terjadi.
• Tipe 3 : desain bangunan atas elastis dan bangunan bawah dengan mekanisme fusi
pada permukaan antara bangunan atas dan bangunan bawah. Tipe bangunan 3
menggunakan konsep perencanaan isolasi sistem struktur atas dengan struktur bawah
dengan menggunakan isolasi seismik.
Material baja yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi standar perencanaan jembatan baja
RSNI T-03-2005.
Untuk komponen yang bersifat
elastik, perbandingan lebar
terhadap tebal penampang tidak
melebihi batas rasio (λr)
sebagaimana ditentukan dalam
Tabel 12. Untuk komponen
daktail,
perbandingan lebar terhadap
tebal penampang tidak melebihi
batas rasio (λp ) sebagaimana
ditentukan dalam Tabel 12.
Titik las yang terletak di daerah inelastis pada komponen daktail harus
dibuat las penetrasi penuh. Las penetrasi sebagian tidak diperbolehkan
di daerah sendi plastis. Sambungan tidak diperbolehkan di daerah
inelastis pada komponen daktail.
Lateral stopper harus disediakan pada konstruksi jembatan untuk
membatasi pergerakan struktur atas agar tidak terjatuh dari
dudukannya.
Kriteria penerimaan kinerja struktur jembatan yang didesain dengan pendekatan desain gempa
berdasarkan gaya (forced based seismic design) untuk menyerap dan mendisipasi energi dengan cara
pembentukan sendi plastis di bagian-bagian tertentu pada elemen struktur jembatan.
Isolasi seismik pada jembatan bisa digunakan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada struktur
jembatan dengan cara mereduksi gaya gempa yang masuk ke struktur.
Konsep dasar penggunaan isolasi seismik adalah menggeser
periode getar alami struktur sehingga gaya gempa yang
bekerja pada struktur berkurang. Namun, hal yang menjadi
perhatian dalam penggunaan isolasi seismik adalah masalah
deformasi. Ketika periode getar struktur besar, maka deformasi
akan besar. Namun hal ini bisa diantisipasi dengan menaikkan
redaman pada sistem isolasi.
• Simplified Method
Metode ini digunakan pada jembatan dengan mode dasar dominan dan tidak terjadi
deformasi kopel pada arah tegak lurus.
• Single Mode Spectral Method
Metode ini digunakan pada jembatan dengan mode dasar dominan dan tidak terjadi
deformasi kopel pada arah tegak lurus, pada prosedur ini, properti elastis ekivalen yaitu
kekakuan linear efektif dihitung pada desain perpindahan dan digunakan
merepresentasikan kekakuan isolator nonlinear. Gaya gempa statik ekivalen diperoleh
dari perkalian koefisien gempa elastis dan beban mati struktur atas yang ditumpu oleh
isolation bearing.
• Multimode Spectral Method
Prosedur ini menggunakan respon spektra percepatan tanah redaman 5% dengan
modifikasi sebagai berikut:
Isolation bearing direpresentasikan dengan nilai kekakuan efektifnya
Respon spektrum dimodifikasi untuk memasukkan efek redaman yang lebih besar
yang berasal dari sistem isolasi.
• Analisis Riwayat Waktu
Analisis riwayat waktu harus dilakukan untuk sistem isolasi dengan rasio redaman lebih
besar dari 30% dan periode efektif lebih besar dari 3 detik. Sistem isolasi harus
dimodelkan menggunakan hubungan gaya-deformasi nonlinear yang diperoleh dari hasil
pengujian. Jumlah percepatan gempa yang digunakan minimal adalah 3 dengan 3
komponen ortogonal digunakan dalam analisis.
Lead Core Rubber (LCR) Friction Pendulum
Friction Pendulum Lead Core Rubber (LCR)
Kebutuhan terhadap evaluasi
kinerja struktur jembatan eksisting
menjadi menjadi salah satu isu Metode Evaluasi Jembatan Eksisting yang Sering
penting di Indonesia yang Digunakan
disebabkan oleh:
• Banyaknya kejadian gempa besar
terjadi di Indonesia akhir-akhir Analisis Riwayat Waktu
ini.
• Pemutakhiran peta gempa
Indonesia. Modal Pushover Analysis (MPA)
• Banyaknya jembatan yang
dibangun sebelum peta gempa
pada SNI 2833:2016 dibuat.
Time history analysis (THA): Modal Pushover Analysis:
• Metode ini adalah metode yang paling • Metode ini dikenal baik karena
baik dalam evaluasi kinerja struktur saat kemampuannya dalam mendeteksi
ini (elastis dan inelastis) karena bisa perilaku inelastis struktur.
mendeteksi mekanisme kerusakan pada • Bisa memperhitungkan efek higher
struktur pada setiap tahapan analisis. modes terhadap respon struktur.
• Diperlukan minimal 3 data percepatan • Diperlukan kurva respon spektrum
gempa dengan masing-masing data yang sesuai dengan kondisi tanah di
percepatan tersebut terdiri dari lokasi jembatan yang diamati, data ini
percepatan arah longitudinal, horizontal bisa diperoleh dari SNI 2833:2016.
dan vertikal (SNI 2833:2016). Data
• Waktu yang diperlukan untuk analisis
percepatan gempa tersebut harus
relatif lebih cepat jika dibandingkan
memiliki karakteristik yang sesuai
dengan respon spektrum di lokasi
dengan THA.
jembatan yang ditinjau.
• Data-data rekaman percepatan gempa
di Indonesia masih sangat terbatas. Berdasarkan pertimbangan-
• Dibutuhkan waktu yang cukup lama pertimbangan tersebut, maka MPA
untuk menganalisis struktur dengan banyak digunakan sebagai “tool” untuk
THA. evaluasi kinerja struktur jembatan
terhadap beban gempa.
Puslitbang jalan dan Jembatan melakukan evaluasi kinerja jembatan dengan pendekatan
pushover pada tahun 2011. Jembatan yang dievaluasi adalah jembatan Penggaron di Jawa
Tengah. Metode yang digunakan adalah metode Nonlinear Static Pushover (NSP)
berdasarkan FEMA-273 dan dibandingkan dengan Nonlinear Time History Analysis. Dari
analisis yang dilakukan, pada arah longitudinal diperoleh selisih nilai displacement demand
sebesar 39.05% dari perbandingan kedua metode tersebut. Sedangkan pada arah
transversal jembatan diperoleh hasil perbandingan 52.76%.
Studi kasus MPA dilakukan pada jembatan Wreksodiningrat, Propinsi Yogyakarta. Jembatan
yang dievaluasi adalah jembatan pelengkung beton bertulang dengan panjang 2 bentang
samping masing-masing 35m dan panjang bentang tengah 75m. Jembatan ini dievaluasi
terhadap beban gempa terbaru SNI 2833:2016.
Tahapan dalam melakukan MPA adalah sebagai berikut:
1. Lakukan analisis modal linear untuk mendapatkan mode shapes {φn} dan periode alami struktur (Tn).
2. Lakukan pushover analysis untuk mendapatkan kurva gaya geser (Vb) vs. Perpindahan pada titik
kontrol (udn) untuk tiap-tiap mode yang berkontribusi. Beban yang diterapkan berasal dari beban
mati, beban hidup dan beban dorong yang dihitung dengan persamaan :
Sn* mn (a)
3. Sederhanakan kurva Vbn-udn menjadi bilinear dan konversikan kurva-kurva tersebut ke dalam format
ADRS (Sa vs Sd) dengan persamaan:
V udn
Sa bn* Sd (b)
Mn ndn
4. Hitung spectra displacement demand (Sd) di titik kontrol menggunakan metode Capacity Spectrum
Method.
5. Lakukan langkah 2-4 untuk menentukan spectra displacement demand untuk tiap-tiap mode yang
berkontribusi. Sd maksimum akibat beban gempa ditentukan dengan mengkombinasikan Sd untuk
tiap-tiap mode dengan metode CQC atau SRSS.
6. Konversikan Sd maksimum dari tahap 5 ke dalam format perpindahan udn untuk mendapatkan
perpindahan maksimum struktur dengan Persamaan (b.1).
Transverse Direction Point Control 429
Period MPF
Mode MMPR
Second kN.m
1 0.845 -76.205 0.697
9 0.235 17.489 0.037
10 0.223 18.427 0.041
13 0.186 -23.266 0.065
42 0.077 -17.819 0.038
99 0.068 15.261 0.028
Total 0.905
Deformation (m)
Mode MMPR 0.150 0.200 0.153
Second kN.m (m)
0.15
1 0.845 -76.205 0.697 0.200 0.135
0.130
9 0.235 17.489 0.037 -
0.1
10 0.223 18.427 0.041 -
13 0.186 -23.266 0.065 -0.002 0.05
42 0.077 -17.819 0.038 0.000
99 0.068 15.261 0.028 - 0
Total (SRSS) 0.200 0 35 70 105 140
Deck Coordinate (m)
MPA NTHA
Pola perpindahan struktur di titik kontrol untuk setiap mode dikombinasikan dengan
aturan SRSS untuk memperoleh respon perpindahan struktur. Pada studi ini, respon
struktur dibandingkan dengan analisis nonlinear time history analysis (NLTHA). Dari
analisis yang dilakukan, diperoleh selisih displacemend demand (arah transversal
jembatan) antara MPA dan NL-THA sebesar 13.1%.