Anda di halaman 1dari 54

2nd – 5th September

2019
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan:
1. Mengetahui jenis-jenis kegagalan struktur jembatan akibat gempa.
2. Mengetahui jenis-jenis standar perencanaan terhadap beban gempa saat
ini.
3. Memahami prosedur analisis struktur jembatan terhadap beban gempa
berdasarkan SNI 2833:2016.
4. Mengetahui perkembangan teknologi seismic devices pada jembatan.
5. Mengetahui prosedur evaluasi kinerja jembatan eksisting akibat beban
gempa.
Urutan Materi Pelatihan:
1. Pendahuluan
2. Pembelajaran dari gempa terdahulu.
3. Jenis-jenis kerusakan struktur akibat beban gempa.
4. Standar-standar yang digunakan dalam perencanaan jembatan terhadap
beban gempa.
5. Prosedur perencanaan jembatan terhadap beban gempa.
6. Perhitungan beban gempa pada abutmen dan pilar.
7. Seismic devices pada jembatan: Isolasi seismik.
8. Metode evaluasi kinerja struktur jembatan eksisting terhadap beban
gempa.
Gempa merupakan salah satu dari beberapa beban yang bekerja pada
struktur. Banyak kerusakan dan kegagalan struktur yang terjadi pada
jembatan akibat gempa sehingga dalam perencanaan jembatan, beban
gempa harus dihitung secara tepat dan komponen-komponen struktur yang
direncanakan untuk memikul beban gempa harus direncanakan dengan baik.
No Gempa Pembelajaran Pasca Gempa

1. El Centro 1941, Ahli jembatan di California mulai mendesain jembatan dengan


Southern beban lateral (gempa) berdasarkan beban gempa El Centro
California (M6.9)
2. Prince Wiliam Terjadi banyak kerusakan pada struktur jembatan akibat
Sound 1964, kelongsoran. Namun tidak ada pembaruan pada Seismic Design
Alaska (M9.2) Criteria (NAS, 1973)
3. Niigata 1964 Banyak jembatan yang rusak, namun sama seperti gempa Alaska,
(M7.5) pembelajaran pasca gempa terfokus pada masalah geoteknik
(liquifaksi). (Wai Fah Chen and Lian Duan, 2014).
4 San Fernando Menyebabkan banyak struktur jembatan yang rusak. Sebagai
1971 (M6.6) respon terhadap gempa tersebut, dibentuk tim investigasi pasca
gempa (post earhtquake investigation team, PEQIT), memperbarui
kriteria desain seismik, membuat program retrofit pertama, diskusi
gempa tahunan (EERI, 1995a)
No Gempa Pembelajaran Pasca Gempa
5 Los Angles 1987 Banyak kejadian retak geser diagonal pada kolom-kolom
(M5.9) jembatan. Pasca gempa, Caltrans membuat program riset dan
screening program untuk retrofit kolom. Namun, sebelum
program tersebut selesai, pada tahun 1989 terjadi gempa Loma
Prieta yang memperparah krusakan pada jembatan beberapa
jembatan yang diretrofit.
6 Loma Prieta 1989 Pasca gempa ini terjadi, terdapat beberapa pelajaran penting:
(M6.9) • Tidak terjadi kerusakan yang berarti pada jembatan-jembatan
yang didesain setelah gempa San Fernando 1971.
• Gempa tersebut merupakan “Gempa Geoteknik” dengan
kerusakan serius terjadi pada jembatan-jembatan yang di
bangun pada kondisi tanah lunak (Zelinski, 1994).
No Gempa Pembelajaran Pasca Gempa
7 Northridge 1994 Pasca gempa ini terjadi, terdapat beberapa pelajaran penting:
(M6.7) • Dari data rekaman gempa pada stasiun pencatatan gempa Rinaldi
dan Pacoima Dam, para seismolog menyimpulkan bahwa near fault
effects berkontribusi terhadap kegagalan struktur jembatan yang
terjadi.
• Para ahli jembatan saat itu mulai mengkaji near fault efect terhadap
struktur jembatan.
• Jembatan-jembatan yang telah diretrofit tidak mengalami kerusakan
yang berarti pada saat gempa ini terjadi.
• Beberapa jembatan dengan pilar tinggi di bagian tengahnya
mengalami kegagalan karena pilar pendek tidak mampu menahan
perpindahan yang terjadi.
8 Kobe 1995 (M6.9) Percepatan gempa yang besar menghantam arah memanjang elevated
express way di pusat kota Kobe (EERI, 1995b; Chung et al., 1996;
Kawasima and Unjoh, 1997). Kejadian ini memperkuat argumen para ahli
bahwa efek near fault terhadap struktur sangat berbahaya. Pada saat
gempa ini terjadi, Jepang hanya mendesain struktur mereka dengan
beban gempa lepas pantai yang besar. Namun dari kejadian tersebut,
Jepang mendesain struktur mereka dengan menggunakan dua gempa
yaitu Great Kanto Earthquake dan large crustal earhtquake.
• Terjatuhnya girder dari dudukan girder (unseating) akibat
Kerusakan Struktur pergerakan pilar atau abutment sedangkan dimensi dudukan
Atas girder yang tersedia tidak cukup untuk mengakomodasi
deformasi yang terjadi pada pilar/abutmen.

• Salah satu penyebab kerusakan pada abutment adalah


Kerusakan Struktur penurunan tanah yang memicu terjadinya rotasi global struktur.
Bawah: Abutment dan • Kegagalan pada pilar secara umum disebabkan oleh kurangnya
Pilar tulangan confinement di daerah terjadinya sendi plastis dan
diskontinuitas tulangan lentur.

• Kerusakan pada sambungan terdiri dari kerusakan sambungan


Kerusakan pada antar girder dalam arah longitudinal jembatan seperti jembatan
Sambungan beton prategangan yang dibuat menerus dan kerusakan pada
join kepala pilar dan pilar (pilar tipe portal)

• Kerusakan pada fondasi terjadi akibat pembentukan sendi


Kerusakan pada Fondasi plastis terutama di ujung fondasi dekat pile cap.
Kegagalan bentang pada
jembatan Showa akibat liquifaksi
saat gempa Niigata 1964: tampak
areal jembatan (kiri) tampak
dekat keruntuhan dek (kanan).
(Courtesy: Kawashima.)

Pergerakan lateral struktur atas


jembatan Mercedes yang melintasi
rute 5 dekat Rancagua ketika
gempa Chile 2010, disebabkan oleh
tidak adanya diapragma ujung dan
penahan transversal. Terlihat
bahwa deformasi ekstrim terjadi
pada tulangan penahan gempa
vertikal. (photo: Ministerio de
Obras Públicas)
Kerusakan benturan: antara bentang-
bentang berdekatan di Interstate‐5
Santa Clara River, Los
Angeles ketika gempa Northridge
1994 (a) pada ujung abutment.
Nishinomiya Port in the 1995 gempa
Kobe (b). (NISEE, 2000.)

Abutment merosot dan kegagalan


rotasi pada jembatan Rio Bananito
ketika gempa Costa Rica 1990
: Observasi pasca gempa(a) dan sketsa
mekanisme kegagalan (b). (Priestley et
al., 1996.)
Kegagalan geser pilar
ketika gempa Chile
2010 pada jembatan
Juan Pablo
menyeberangi sungai
Bio-Bio, Concepción,
(photo: J. Arias).

Kegagalan lentur pada kolom, jembatan Bull Creek


Canyon Channel, gempa 1994 Northridge . (NISEE, 2000.)

Kegagalan confinement pada ujung pilar ketika gempa


Northridge 1994. (NISEE, 2000.)
Kegagalan lentur pada pangkal kolom jembatan Hanshin expressway, akibat kekurangan panjang
penyaluran tulangan dan kekurangan tulangan confinement ketika gempa Kobe 1995 : kegagalan yang
diamati (a) dan mekanisme kegagalan (b). (Courtesy: Kawashima.)
Kegagalan sambungan precast
Weak “knee” joints di China Basin Viaduct yang mengalami momen buka
girders di jembatan Napa River dan tutup ketika jembatan bergerak bolak-balik saat gempa (Elnashai
ketika gempa Loma Prieta dan Sarno, 2015)
1989, girder tertarik keluar
dari diapragma dan hampir
mengalami unseated.
(Elnashai dan Sarno, 2015).
Kegagalan pile penumpu jembatan beton bertulang
Kerusakan pondasi tiang pada Pier ketika gempa Loma Prieta 1989 (a) dan gempa Kobe
126 di Route 3 Expressway ketika 1995 (b). (NISEE, 2000.)
Gempa Kobe 1995. (Wai Fah Chen
dan Lian Duan, 2014).
 Peta Gempa yang termuat dalam SNI-03-1726-2002 dan SNI 2833-2008 adalah Peta
Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda
ulang 500 tahun atau mewakili kemungkinan terlampaui 10% dalam 50 tahun (Fahmi
Aldiamar, 2012).
 Peta gempa Indonesia 2010 yang telah diterbitkan dalam bentuk Surat Edaran Menteri
Pekerjaan Umum Nomor:12/SE/M/2010 meliputi peta percepatan puncak (PGA) dan
respon spektra percepatan 0.2 detik dan 1.0 detik di batuan dasar (SB) yang mewakili
tiga level hazard (potensi bahaya) gempa 500, 1000 dan 2500 tahun dengan
kemungkinan terlampaui 10% dalam 50 tahun, 10% dalam 100 tahun, dan 2% dalam 50
tahun (Fahmi Aldiamar, 2012).
 Berdasarkan hasil perbandingan masing-masing level gempa terhadap nilai annual rate
of exceedance (1/T), diketahui bahwa probabilitas terlampaui 10% dalam 100 tahun
menghasilkan nilai yang lebih besar dibandingkan probabilitas terlampaui 7% dalam 75
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas terlampaui 7% dalam 75 tahun akan
memberikan nilai percepatan puncak dan respon spektra yang lebih besar dibandingkan
dengan probabilitas terlampaui 10% dalam 100 tahun, sehingga disinyalir perlunya
pembuatan peta baru dengan probabilitas terlampaui 7% dalam 75 tahun (Fahmi
Aldiamar, 2012).

 Peta gempa dengan 7% terlampaui dalam umur rencana 75 tahun, dapat dilihat pada
peta gempa Indonesia 2017. Peta gempa ini digunakan dalam SNI 2833:2016.
Keterangan:
Keterangan:
• Jembatan harus dapat dilalui oleh semua jenis
Jembatan sangat kendaraan (lalu-lintas normal) dan dapat dilalui oleh
kendaraan darurat dan untuk kepentingan
penting keamanan/pertahanan segera setelah mengalami
gempa dengan periode ulang 1000 tahun

• Jembatan penting harus dapat dilalui oleh kendaraan


darurat dan untuk kepentingan keamanan/pertahanan
Jembatan penting beberapa hari setelah mengalami gempa rencana
dengan periode ulang 1000 tahun.

• Jembatan lainnya adalah jembatan yang masih dapat


dilalui kendaraan darurat dengan lalu-lintas yang
Jembatan lainnya terbatas setelah mengalami gempa rencana dengan
periode ulang 1000 tahun.
Dalam penetapan klasifikasi operasional jembatan, hal penting yang harus
diperhatikan adalah faktor lokasi jembatan. Jembatan-jembatan yang berada di
zona rawan tsunami, maka diklasifikasikan sebagai jembatan sangat penting,
sehingga harus didesain sesuai dengan klasifikasi sangat penting. Hal ini
disebabkan oleh ketika terjadi gempa kuat, jembatan harus bisa dilalui untuk
keperluan mitigasi tsunami.

Mengingat banyaknya wilayah pesisir Indonesia rentan terhadap bencana


tsunami, maka sangat disarankan jembatan-jembatan yang berada di wilayah
pesisir tersebut, didesain sebagai jembatan dengan klasifikasi sangat penting.
Kategori kinerja seismik menggambarkan variasi risiko seismik dan
digunakan untuk penentuan metode analisis, panjang tumpuan
minimum, detail perencanaan kolom, serta prosedur desain fondasi dan
kepala jembatan.
Gaya gempa rencana pada
bangunan bawah dan hubungan
antara elemen struktur
ditentukan dengan cara
membagi gaya gempa elastis
dengan faktor modifikasi respon
(R). Nilai R yang kecil (R = 0.8)
untuk hubungan elemen struktur
bangunan atas dengan kepala
jembatan bertujuan untuk
memastikan sambungan lebih
kuat dari pada komponen
struktur lainnya sehingga
transfer gaya dari struktur atas
ke struktur bawah dapat terjadi
ketika gempa terjadi.
• Metode spektra mode tunggal
Analisis Respon • Metode beban merata
Spektrum • Metode spektra multimode

Analisis Riwayat
• Analisis riwayat waktu
Waktu
1. Hitung perpindahan statik Vs(x) akibat beban
merata po (1 kN/m) seperti pada Gambar 19 dan
20.
2. Hitung faktor α, β,  dan dengan menggunakan
formula.

3. Hitung periode alami jembatan

Keterangan :
p0 adalah beban merata sama dengan 1
4. Dengan menggunakan periode alami jembatan (Tf) (kN/mm)
dan spektrum yang sesuai tentukan koefisien
vs(x) adalah deformasi akibat p0 (mm)
respons gempa elastis.
w(x) adalah beban mati tidak terfaktor pada
5. Hitung gaya gempa statik ekuivalen pe(x) sebagai :
bangunan atas dan bangunan bawah
(kN/mm)
, , dan  hasil perhitungan memiliki unit
6. Masukkan beban gempa statik ekuivalen pe(x) dan
(m2), (kN.mm), dan (kN.mm2).
hitung gaya-gaya yang terjadi.
1. Hitung perpindahan statik Vs(x) akibat beban
merata po (1 kN/mm) seperti pada gambar
dan
2. Hitung kekakuan lateral jembatan (K) dan total
berat (W) dengan menggunakan formula sebagai
berikut:

Catatan:
3. Hitung periode alami dengan menggunakan
W(x) adalah beban mati tidak terfaktor pada
persamaan:
bangunan atas dan bangunan bawah (N/mm).
L adalah panjang total jembatan (m).
Pe adalah gaya gempa statik ekivalen yang
4. Hitung gaya gempa statik ekuivalen pe sebagai:
mewakili ragam getar (N/mm).
C adalah koefisien gempa elastis.
Jembatan dengan bentang tunggal di semua zona
gempa, gaya gempa rencana minimum pada
hubungan bangunan atas dan bangunan bawah
harus tidak lebih kecil dari perkalian As dengan beban
permanen struktur yang sesuai.
As = FPGA x PGA

Jembatan pada zona gempa 1 tidak diperlukan


analisis gempa rinci tanpa melihat klasifikasi
operasional dan geometri. Namun demikian, harus
memenuhi persyaratan minimum berupa
persyaratan panjang perletakan minimum.
Layout memanjang jembatan

Suatu sistem struktur jembatan tiga bentang dengan


kategori kepentingan penting dan layout memanjang
serta dimensi abutment diperlihatkan pada gambar
di atas dan samping. Tentukanlah gaya gempa
rencana pada abutmen jika diberikan data-data
perencanaan sebagai berikut:

Dimensi abutment
Respon spektra di permukaan tanah di lokasi jembatan
Jembatan pada contoh 1 direncanakan dengan sistem pilar yang terdiri dari 6
kolom. Tentukanlah besar gaya gempa yang bekerja pada pilar untuk arah
longitudinal dan transversal jembatan jika diketahui data-data berikut:

Anda mungkin juga menyukai