Anda di halaman 1dari 32

TUGAS MAKALAH

SISTEM BAHAN BAKAR DIESEL

NAMA: AHMAD TOLA


NIM: 1923040014
KELAS: PTO 02

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan kami kesempatan dan kesehatan sehingga Penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan Judul “Sistem Bahan Bakar Diesel”.
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Sistem Bahan Bakar Diesel dengan Bapak Saharuna, S.Pd. M.Pd. sebagai dosen
pengampu yang telah memberikan tugas ini kepada kami, sebagai pelatihan dan
penambahan wawasan.
Pada kesempatan ini kami berterima kasih atas perhatiannya dan kami
berharap semoga makalah ini bermamfaat bagi kami dan kepada para
pembacanya.

Takalar, 09 November 2021

Ahmad Tola

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3
A. BAHAN BAKAR DIESEL....................................................... 3
B. ATURAN STANDAR EURO.................................................. 8
C. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI SISTEM BAHAN BAKAR
DIESEL............................................................................................ 15
BAB III PENUTUP........................................................................................ 27
A. Kesimpulan............................................................................... 27
B. Saran.......................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mesin diesel merupakan sistem penggerak utama yang banyak


digunakan baik untuk system transportasi maupun penggerak stasioner.
Dikenal sebagai jenis motor bakar yang mempunyai efisiensi tinggi,
penggunaan mesin diesel berkembang pula di bidang otomotif, antara lain
untuk bus, traktor, bulldozer, generator listrik darurat di mall, hotel dsb.
Motor diesel adalah motor pembakaran dalam yang beroperasi dengan
menggunakan minyak gas atau minyak berat, sebagai bahan bakar, dengan
suatu prinsip bahan bakar tersebut (diinjeksi) kedalam silinder yang
didalamnya terdapat udara dengan tekanan dan suhu yang cukup tinggi
sehingga bahan bakar tersebut secara spontan terbakar Motor diesel adalah
suatu motor bakar yang pada langkah pertama menghisap udara murni dari
saringan udara, sedangkan pemasukan bahan bakar dilakukan pada akhir
langkah kompresi yang mempunyai tekanan tinggi dan menghasilkan suhu
yang mampu menyalakan bahan bakar. Salah satu jenis penggerak yang
banyak dipakai adalah mesin kalor, yaitu mesin yang menggunakan energi
termal untuk melakukan kerja mekanik, atau yang mengubah energi termal
menjadi energi mekanik. Energi itu sendiri dapat diperoleh dengan proses
Pembakaran. Menurut pembakarannya motor bakar dibedakan atas dua
macam yaitu motor pembakaran dalam (internal combustion engines) dan
motor pembakaran luar (external combustion engines). Motor pembakaran
luar adalah suatu pesawat yang energinya untuk kerja mekanik yang
diperoleh dengan pembakaran bahan bakar dilakukan diluar motor tersebut,
seperti mesin uap dan turbin uap. Sedangkan motor pembakaran dalam ialah
suatu pesawat yang energinya untuk kerja mekanik yang diperoleh dari hasil
pembakaran bahan bakar dilakukan di dalam silinder motor itu sendiri,
seperti motor diesel dan motor bensin.

1
Mesin diesel adalah mesin yang sistem pembakarannya di dalam
(internal combution engine ) menjadi pilihan banyak pengguna motor bakar
untuk kendaraannya karena keunggulan effisiensi bahan bakar. Sebagai
efek dari semakin ketatnya peraturan terhadap pencemaran lingkungan
hidup, mesin diesel menjadi salah satu pilihan dalam pemakaian sistem
internal-combustion engine. Internal-combustion engine ini kita temui
dalam sistem mobil, kapal, alat pembangkit listrik portable, bus, traktor
dan lain-lain. Salah satu keunggulan mesin diesel adalah sistem
pembakarannya menggunakan Compression-ignition (pembakaran-tekan),
yang tidak memerlukan busi. Pada Motor Bakar Diesel salah satu system
terpenting adalah sistem aliran Bahan Bakar.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:


1. Apa itu bahan bakar diesel?
2. Bagaimana aturan mengenai standar euro?
3. Bagaimana perkembangan teknologi sistem bahan bakar diesel?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk;


1. Mengetahui bahan bakar diesel.
2. Mengetahui aturan standar euro.
3. Mengetahui perkembangan teknologi sistem bahan bakar diesel.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. BAHAN BAKAR DIESEL

Gambar 1 : Pengisian Bahan Bakar Diesel


Bahan bakar diesel secara umum adalah bahan bakar cair apapun yang
digunakan untuk mesin diesel. Jenis yang paling umum adalah minyak bahan
bakar yang berasal dari hasil distilasi fraksi minyak bumi, tetapi ada juga
produk selain dari turunan minyak bumi seperti biodiesel, diesel biomassa
menjadi cairan atau diesel gas menjadi cairan. Untuk membedakan jenis-jenis
diesel, bahan bakar dari minyak bumi umumnya disebut petrodiesel. Diesel
dengan sulfur ultra-rendah (ULSD) adalah standar untuk mendefinisikan
bahan bakar diesel dengan kandungan sulfur yang telah direndahkan.
Di Britania Raya, bahan bakar diesel untuk penggunaan jalan raya
disebut DERV, singkatan dari diesel-engined road vehicle (Kendaraan
bermesin diesel untuk jalan raya) yang besar pajaknya lebih tinggi dari diesel
untuk penggunaan non-jalan raya.
Pada bahan bakar berjenis bensin, ukuran yang digunakan adalah
Research Octane Number (RON) atau nilai oktan guna menunjukkan kualitas
bahan bakar tersebut. Semakin tinggi nilai oktannya, BBM lebih lambat
terbakar sehingga tidak meninggalkan residu pada mesin yang bisa

3
mengganggu kinerjanya. Sedangkan pada nilai oktan yang rendah, bensin
akan terbakar sebelum piston mencapai titik puncak dan mengakibatkan
knocking.
Berbeda dengan RON yang menunjukkan kualitas BBM berjenis
bensin, BBM untuk mesin diesel memiliki cara pengukuran berbeda. Ukuran
pada BBM diesel adalah Cetane Number (CN) atau Angka Setana. Angka
Setana bukan menunjukkan kualitas BBM seperti pada ukuran RON, namun
menunjukkan tingkat kepekaannya terhadap detonasi atau ledakan. Bahan
bakar dengan bilangan Setana yang tinggi akan mudah berdetonasi pada
motor diesel.
Kualiatas bahan bakar diesel bisa ditentukan melalui kadar angka
cetane. Angka cetane memiliki nilai 0 sampai 100 yang menunjukkan
pembakaran relative. Angka ini sekaligus sebagai salah satu sejumlah factor
terukur dari karakteristik keseluruhan dan kualitas solar. Jika bahan bakar
diesel memiliki angka 100, maka bahan bakar diesel ini memiliki cetane
murni dan akan sangat mudah terbakar. Karena semakin tinggi angka cetane,
semakin tinggi pula kualitas bahan bakar. Cetane ini lebih dipilih sebagai
standar penggambaran kemudahan pemabakaran relative bahan bakar diesel
karena paling mudah menyala dalam ruang pembakaran.
Bahan bakar dengan angka cetane tinggi akan menyala lebih cepat dan
melakukan proses pembakaran yang lebih efisien sehingga bisa meningkatkan
kinerja mesin. Sebaliknya, bahan bakar diesel dengan angka cetane rendah
menyebabkan mesin diesel berjalan lamban dan menyebabkan emisi yang
lebih tinggi akibat pembakaran yang tidak efisien. Selain itu,angka cetane
rendah juga cenderung membuat mesin sulit dinyalakan.
Secara sederhana, CN merupakan angka jumlah C16 di dalam bahan
bakar solar. Bahan bakar diesel sendiri terdiri dari C14 hingga C21. Semakin
banyak kandungan C16, maka bahan bakar diesel akan semakin mudah
terbakar sehingga pembakaran yang terjadi lebih sempurna dan efisien. Pada
ukuran RON, angka RON menunjukkan kualitas bahan bakar tersebut.
Namun pada ukuran CN, angka yang tertera menunjukkan kualitas penyalaan

4
bahan bakar diesel atau ukuran untuk menyatakan keterlambatan pengapian
dari bahan bakar itu sendiri.
Pada mesin bensin, pembakaran bahan bakar terjadi karena adanya
loncatan api listrik yang dihasilkan oleh dua elektroda busi. Sedangkan pada
mesin diesel, pembakaran terjadi karena kenaikan temperatur campuran udara
dan bahan bakar akibat kompresi torak hingga mencapai temperatur nyala.
Pada mesin diesel tertentu, bahan bakar dengan setana yang lebih tinggi akan
memiliki periode penundaan pengapian lebih pendek daripada bahan bakar
dengan setana yang lebih rendah. Angka Setana sendiri bukan satu-satunya
pertimbangan ketika mengevaluasi bahan bakar untuk mesin diesel. API
gravity, BTU konten, rentang destilasi, kandungan sulfur, stabilitas dan titik
nyala juga sangat penting.
Di Indonesia, spesifikasi mengenai bahan bakar diesel yang
dipasarkan sudah diatur dalam Surat Keputusan Dirjen Migas No. 3675
K/24/DJM/2006. Dalam SK tersebut dijelaskan standar mutu bahan bakar
diesel yang dipasarkan di Indonesia ada dua jenis yakni CN minimal 48 dan
51. Untuk mengetahui tingkatan CN produk bahan bakar diesel dari tiap
perusahaan energi, pengemudi bisa mencari tahu di masing-masing situs
perusahaan energi. Misalnya Pertamina, menawarkan tiga jenis bahan bakar
diesel yakni Bio Solar (CN 48), Dexlite (CN 51), dan Dex (CN 53).
Sama seperti mobil bensin, mobil bermesin diesel juga diberikan
rekomendasi bahan bakar yang sebaiknya digunakan. Misalnya, Mitsubishi
Pajero Sport direkomendasikan memakai bahan bakar diesel berkadar sulfur
rendah yakni 150-300 ppm. Jika melihat kadar sulfur tersebut, maka Pajero
Sport sebaiknya mengonsumsi bahan bakar Dex, jika mengisi di SPBU milik
Pertamina. Alasannya, Dex merupakan bahan bakar diesel CN 53 yang
memiliki kandungan sulfur maksimal 300 ppm. Sedangkan Dexlite (CN 51),
memiliki kandungan sulfur maksimal 1.200 ppm, dan Bio Solar (CN 48)
memiliki kandungan sulfur maksimal 2.500 ppm. Sebagai informasi,
kandungan sulfur dalam bahan bakar diesel merupakan salah satu hal yang
perlu diperhatikan. Pada bahan bakar Bio Solar yang berada di urutan

5
terbawah, kadar air dan sulfurnya cukup tinggi. Hal tersebut dapat menyumbat
komponen injector dan mengakibatkan pembakaran menjadi tidak. Dampak
negatifnya, mesin menjadi menggelitik dan tarikannya terasa kurang
bertenaga.
1. Macam-Macam Bahan Bakar Diesel
Bahan bakar diesel terbagi dalam beberapa macam yaitu:
a. Solar
Solar merupakan bahan bakar diesel yang memiliki angka
cetane sebesar 48 dan yang terendah dibanding jenis lainnya, serta
memiliki kandungan sulfur 2.500 ppm. Solar sangat cocok untuk
kendaraan generasi lama, umumnya banyak digunakan untuk angkutan
umum, seperti bus dalam kota.
b. Pertamina Dex
Pertamina Dex merupakan bahan bakar diesel dengan Cetane
Number tertinggi 53, yang menjaga mesin dan meningkatkan power
mesin secara maksimal, juga menjaga lingkungan dengan standar
EURO 3. Pertamina Dex, adalah bahan bakar minyak non subsidi jenis
diesel yang dirancang untuk merespon berkembangnya kendaraan
diesel yang membutuhkan performa mesin lebih baik serta ramah
lingkungan.
c. Pertamina Dexlite
Pertamina Dexlite merupakan varian bahan bakar diesel yang
memiliki angka Cetane minimal 51 dan mengandung Sulfur maksimal
1200 ppm, artinya Dexlite adalah jenis bahan bakar diesel yang
menghasilkan emisi yang ramah lingkungan serta pemakaian yang irit.
Pertamina Dexlite bisa digunakan untuk mobil berteknologi common
rail. Bahan bakar ini cenderung lebih bersih. Dengan kandungan sulfur
yang lebih kecil, membuat mesin dan gas buang kendaraan diesel jadi
lebih bersih. Pertamina Dexlite juga memiliki angka cetane lebih
tinggi, yakni 51 artinya pembakaran mesin lebih baik dan tenaga mesin
meningkat.

6
d. Biosolar
Jika solar berasal dari fosil, lain halnya dengan biosolar yang
berasal dari tanaman. Biosolar adalah jenis bahan bakar diesel yang
terbuat dari tanaman atau bahan nabati. Bahan pembuatan biosolar
biasanya adalah dari buah atau biji tanaman.

2. Istilah - Istilah Bioenergi


Bioenergi merupakan energi terbarukan yang berasal dari bahan
baku organik. Bahan Bakar Nabati (BBN)/Biofuel adalah salah satu energi
yang dihasilkan dari bahan baku bioenergi melalui proses/teknologi
tertentu. Bahan Bakar Nabati terdiri dari Biodiesel, Bioetanol dan Minyak
Nabati Murni. Adapun beberapa istilah bioenergy sebagai berikut:
a. B20 adalah program Pemerintah yang mewajibkan pencampuran 20%
Biodiesel dengan 80% bahan bakar minyak jenis Solar, yang
menghasilkan produk Biosolar B20. Program ini mulai diberlakukan
sejak Januari 2016 sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) Nomor 12 tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Menteri ESDM nomor 32 tahun 2008 tentang Penyediaan,
Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai
Bahan Bakar Lain.
b. B30 adalah program Pemerintah yang mewajibkan pencampuran 30%
Biodiesel dengan 70% bahan bakar minyak jenis Solar, yang
menghasilkan produk Biosolar B30. Program ini akan diberlakukan
mulai Januari 2020 sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) Nomor 12 tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Menteri ESDM nomor 32 tahun 2008 tentang Penyediaan,
Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai
Bahan Bakar Lain.

7
c. B100 adalah istilah untuk Biodiesel yang merupakan bahan bakar
nabati untuk aplikasi mesin/motor diesel berupa ester metil asam
lemak (fatty acid methyl ester/FAME) yang terbuat dari minyak nabati
atau lemak hewani melalui proses esterifikasi/transesterifikasi. Proses
transesterifikasi adalah proses pemindahan alkohol dari ester, namun
yang digunakan sebagai katalis (suatu zat yang digunakan untuk
mempercepat laju reaksi) adalah alkohol atau methanol.

Proses pembuatan Biodiesel umumnya menggunakan reaksi


metanolisis (transesterifikasi dengan metanol) yaitu reaksi antara minyak
nabati dengan metanol dibantu katalis basa (NaOH, KOH, atau sodium
methylate) untuk menghasilkan campuran ester metil asam lemak dengan
produk ikutan gliserol.

B. ATURAN STANDAR EURO

Pada saat ini sektor transportasi tumbuh dan berkembang seiring


dengan peningkatan ekonomi nasional maupun global. Pesatnya pertumbuhan
kendaraan bermotor berakibat meningkatnya penggunaan bahan bakar
minyak (BBM) di sektor transportasi. Dampaknya, gas buang (emisi) yang
mengandung polutan juga naik dan mempertinggi kadar pencemaran udara.
Emisi kendaran bermotor mengandung gas karbon dioksida (CO2),
nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), volatile hydro carbon
(VHC), dan partikel lain yang berdampak negatif pada manusia ataupun
lingkungan bila melebihi ambang konsentrasi tertentu.
Euro adalah standar emisi dari Eropa yang mengatur ambang batas
yang diperbolehkan pada kendaraan bermotor baru. Emisi kendaran bermotor
mengandung nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), total
hidrokarbon (THC), dan partikulat (PM) yang berdampak negatif pada
lingkungan dan makhluk hidup bila melebihi ambang konsentrasi tertentu.

8
Dalam upaya mengurangi emisi, Uni Eropa (European Union – EU)
menempuh cara dengan untuk menggunaan teknologi transportasi yang lebih
ramah lingkungan. Di awal 1990 EU mengeluarkan peraturan yang
mewajibkan penggunaan katalis untuk mobil bensin, sering disebut standar
Euro 1. Ini bertujuan untuk memperkecil kadar bahan pencemar yang
dihasilkan kendaraan bermotor. Lalu secara bertahap EU memperketat
peraturan menjadi standar Euro 2 (1996), Euro 3 (2000), Euro 4 (2005), Euro
5 (2009), dan Euro 6 (2014).
Persyaratan yang sama juga diberlakukan untuk mobil diesel dan
mobil komersial berukuran kecil dan besar. Standar emisi kendaraan
bermotor di Eropa ini juga diadopsi oleh beberapa negara di dunia.

Gambar 2 : Standar emisi kendaraan bermotor


Euro I sebagai standar emisi Eropa pertama diperkenalkan pada tahun
1992 yang membuat sistem injeksi dan catalytic converter menjadi kewajiban
pada mobil baru. Standar yang dikeluarkan pada Juli 1992 itu mensyaratkan
batas emisi CO 2,72 g/km dan HC+NOx 0,97 g/km untuk mesin bensin serta
diesel, dengan batas PM 0,14 g/km.

9
Secara bertahap Uni Eropa pun semakin memperketat menjadi standar
Euro II (1996), Euro III (2000), Euro IV (2005), Euro V (2009), dan yang
terakhir Euro VI (2014). Sebagai salah satu pionir standar ambang batas emisi
kendaraan bermotor, Euro pun ikut diaplikasikan pada beberapa Negara di
berbagai bagian dunia. Tak terkecuali Indonesia yang kini memberlakukan
Euro IV melalui Peraturan Menteri lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang baku Mutu Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O. Euro IV ini
mensyaratkan batas emisi Karbon Monoksida (CO) 1 g/km, Hidrokarbon
(HC) 0,1 g/km, Nitrogen Oksida 0,08 g/km untuk mesin bensin.
Sementara batasan Euro IV untuk mesin diesel adalah CO 0,50 g/km,
HC+NOx 0,30 g/km, NOx 0,25 g/km, dan Particulate Matter (PM) 0,025
g/km. Bahan bakar spesifikasi Euro 4 untuk mesin bensin adalah RON
(Research Octane Number) 90 yang tidak mengandung timbal (Pb) dengan
kandungan sulfur 50 ppm. Sementara itu untuk bahan bakar diesel spesifikasi
Euro 4 minimal memiliki Cetane Number (CN) 50 dengan kandungan sulfur
maksimal 50 ppm dan kekentalan (viscosity) paling sedikit 2 mm2/s dan
maksimal 4,5 mm2/s.
Penerapan standar emisi tersebut diikuti dengan peningkatan kualitas
BBM. Contohnya Euro 1 mengharuskan mesin diproduksi dengan teknologi
yang hanya menggunakan bensin tanpa timbal. Euro 2 untuk mobil diesel
harus menggunaan solar dengan kadar sulfur di bawah 500 ppm.
Pengurangan lebih banyak kadar sulfur di mesin bensin dan solar diatur
dalam Euro 3, Euro 4; dan untuk truk diesel diatur dalam Euro 5.

10
Gambar 3 : Standar Euro Untuk Mobil Bensin dan Diesel
Dalam menetapkan standar emisi kendaraan di suatu negara, pembuat
kebijakan harus mengetahui betul hubungan erat antara dua hal penting yang
berkaitan erat. Yakni antara standar emisi kendaraan dengan teknologi mesin
kendaraan dan kualitas BBM sehingga. Itu gunanya untuk menjamin bahwa
kualitas BBM yang tepat sudah harus tersedia .
Pada saat ini Indonesia masih menggunakan Euro2, berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 141/2003 tentang Ambang
Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru sejak 2007. Tapi
masih banyak kendaraan pribadi atau umum yang masih menggunakan
standar emisi Euro 1.
Pada 1 Agustus 2013 Pemerintah RI mulai menerapkan Euro 3 pada
kendaraan bermotor roda dua. Sepeda motor harus menggunakan BBM
standar Euro 3 dengan oktan 91 dan tanpa timbal. Tapi pelaksanaan kebijakan
juga belum efektif.

11
Gambar 4 : Standar Emisi di Beberapa Negara

Sektor transportasi diklaim sebagai salah satu sumber perubahan iklim


dunia. Hal ini jadi sorotan hingga berbagai negara di KTT Perubahan Iklim
atau Conference of Parties (COP) ke-21 di Paris pada Desember 2015,
berkomitmen menurunkan emisi gas buang sebesar 29 persen pada 2030.
Untuk selanjutnya Konferensi perubahan iklim COP26 akan diselenggarakan
di Glasgow, Skotlandia, pada 31 Oktober- 12 November 2021.
Poin konferensi itu mendorong penggunaan kendaraan listrik pada
sektor transportasi. Namun sebenarnya pada sisi lain, upaya menurunkan
emisi telah dimulai sejak lama berdasarkan standar Eropa.

12
Dalam upaya mengurangi emisi, pada 1992 Uni Eropa mengeluarkan
peraturan yang mewajibkan penggunaan katalis untuk mobil berbahan-bakar
bensin, yang kemudian disebut standar Euro 1. Sejak saat itu, lima set standar
telah ditetapkan Uni Eropa dengan tujuan meningkatkan kualitas udara, yakni
standar Euro 2 (1996), Euro 3 (2000), Euro 4 (2005), Euro 5 (2009), dan Euro
6 (2014).
1. Spesifikasi Standar Euro
Berikut pengertian spesifikasi standar Euro, mengutip laman resmi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
a. Euro 1
Konverter katalis dan bensin tanpa timbal untuk mobil mulai
diperkenalkan.

Batas emisi Euro 1 (bensin) CO: 2,72 g/km HC + NOx: 0,97 g/km
Batas emisi Euro 1 (diesel) CO: 2,72 g/km HC + NOx: 0,97 g/km PM:
0,14 g/km
b. Euro 2
Memperkenalkan batas emisi yang berbeda untuk mesin bensin
dan diesel pada keempat parameter emisi.

Batas emisi Euro 2 (bensin) CO: 2,20 g/km HC + NOx: 0,50 g/km
Batas emisi Euro 2 (diesel) CO: 1,00 g / km HC + NOx: 0,70 g/km
PM: 0,08 g/km
c. Euro 3
Memperkenalkan batas terpisah untuk emisi hidrokarbon dan
nitrogen oksida untuk mesin bensin dan mesin diesel.

Batas emisi Euro 3 (bensin) CO: 2,30 g/km HC: 0,20 g/km NOx: 0,15
g/km
Batas emisi Euro 3 (diesel) CO: 0,64 g/km HC: 0,56 g/km NOx: 0,50
g/km PM: 0,05 g/km

13
d. Euro 4
Pengurangan signifikan ambang batas untuk partikulat dan
nitrogen oksida dalam mesin diesel. Beberapa mobil bermesin diesel
baru memperoleh saringan partikel diesel (DPF) yang dapat
menangkap 99 persen partikulat.

Batas emisi Euro 4 (bensin) CO: 1,00 g/km HC: 0,10 g/km NOx: 0,08
g/km
Batas emisi Euro 4 (diesel) CO: 0,50 g/km HC + NOx: 0,30 g/km
NOx: 0,25 g/km PM: 0,025 g/km
e. Euro 5
Mengenalkan diesel particulate filters (DPFs) untuk semua
mobil diesel. Batas partikulat juga diperkenalkan untuk mesin bensin
direct injection.

Batas emisi Euro 5 (bensin) CO: 1,00 g/km HC: 0,10 g/km NOx: 0,06
g/km PM: 0,005 g/km

Batas emisi Euro 5 (diesel) CO: 0,50g/km HC + NOx: 0,23 g/km NOx:
0,18 g/km PM: 0,005 g/km PM: 6,0x10 ^ 11 /km
f. Euro 6
Penurunan hingga 67 persen tingkat nitrogen oksida yang
diizinkan pada bahan bakar diesel dan pengenalan batas jumlah
partikel untuk bensin. Produsen menggunakan dua metode untuk
memenuhi batas-batas diesel pada Euro-6.
Pertama, melalui reduksi katalitik selektif, yang melibatkan
cairan pengubah nitrogen oksida menjadi air dan nitrogen yang
disemprotkan ke dalam knalpot mobil.
Kedua, sistem resirkulasi gas buang dipasang menggantikan
sebagian gas buang untuk mengurangi jumlah nitrogen yang dapat
diubah menjadi NOx.

14
Batas emisi Euro 6 (bensin) CO: 1,00 g/km HC: 0,10 g/km NOx: 0,06
g/km PM: 0,005 g/km PM: 6,0x10 ^ 11 / km

Batas emisi Euro 6 (diesel) CO: 0,50 g/km HC + NOx: 0,17 g/km
NOx: 0,08 g/km PM: 0,005 g/km PM: 6,0x10 ^ 11 / km

D. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI SISTEM BAHAN BAKAR DIESEL

Penggunaan mesin diesel telah lama dikembangkan sejak awal abad


ke-19. Sebelum adanya mesin diesel pada kendaraan, awalnya para insinyur
terlebih dahulu mengembangkan teknologi mesin pembakaran internal yang
diprakasai oleh Nikolaus Otto asal Jerman pada 1876. Kemudian beberapa
insinyur lainnya juga mengembangkan teknologi sistem pembakaran agar
lebih sempurna, salah satunya Karl Benz yang memperoleh hak paten untuk
kendaraan yang digerakan oleh sebuah mesin bensin di tahun 1886. Hal inilah
yang menjadikan cikal bakal dimana mesin mulai dikembangkan lagi, salah
satunya mesin diesel. Mesin diesel mulai dikembangkan pada tahun 1892
oleh seorang insinyur Jerman yakni Rudolf Diesel. Ia memiliki hak paten
yaitu "proses dan aplikasi penggerak pembakaran internal", prinsip dasarnya
adalah ketika diperoleh tekanan ekstrem maka suhu dalam ruang pembakaran
internal akan meningkat, dan hal ini dapat digunakan untuk menyulut bahan
bakar.
Rudolf Diesel lahir di Paris tahun 1858 sebagai keluarga ekspatriat
Jerman. Ia melanjutkan studi di Politeknik Munchen. Setelah lulus dia bekerja
sebagai teknisi kulkas, namun bakatnya terdapat dalam mendesain mesin.
Diesel mendesain banyak mesin panas, termasuk mesin udara bertenaga solar.
tahun 1892 ia menerima paten dari Jerman, Swiss, Inggris, dan Amerika
Serikat untuk karyanya "Method of and Apparatus for Converting Heat into
Work" (Metode dan Alat untuk Mengubah Panas menjadi Kerja). Tahun 1893
ia menemukan sebuah "mesin pembakaran-lambat" yang pertama-tama
mengkompres udara sehingga menaikkan temperaturnya sampai di atas titik

15
nyala, lalu secara bertahap memasukkan bahan bakar ke dalam ruang bakar.
Tahun 1894 dan 1895 ia membuat paten di beberapa negara untuk mesin yang
ia temukan, pertama di Spanyol (No. 16.654), Prancis (No. 243.531) dan
Belgia (No. 113.139) bulan Desember 1894, Jerman (No. 86.633) tahun 1895,
dan Amerika Serikat (No. 608.845) tahun 1898. Ia mengoperasikan mesin
pertamanya tahun 1897.
Di Augsburg, 10 Agustus 1893, Rudolf Diesel menciptakan mesin
pertamanya, sebuah silinder tunggal 10-kaki (3,0 m) berbahan besi dengan
roda gila pada dasarnya. Diesel memerlukan waktu 2 tahun untuk
menyempurnakan mesinnya dan pada tahun 1896 ia mendemonstrasikan
model lainnya dengan efisiensi teoretis 75%, sangat jauh bila dibandingkan
dengan mesin uap yang hanya 10%. Tahun 1898, Diesel telah menjadi
jutawan. Mesin buatannya telah digunakan untuk menggerakkan transportasi
jalur pipa, pembangkit listrik dan air, mobil, truk, dan kapal, kemudian juga
menyebar sampai pertambangan, ladang minyak, pabrik, dan transportasi
antar benua..
Kemudian ia memamerkan penemuannya tersebut pada ajang Paris
Expo di tahun 1900. Saat itu Rudolf Diesel berhasil mengembangkan mesin
dimana ia menggunakan bahan bakar dari minyak kelapa sebagai penggerak
mesin diesel, hal ini menjadikannya sebagai mesin bio diesel yang pertama di
dunia. Atas penemuannya tersebut hingga saat ini mesin diesel masih
digunakan oleh beberapa kendaraan besar seperti bus dan truk hingga
kendaraan pribadi. Karena mesin diesel dapat menghasilkan torsi yang lebih
tinggi dan pembakaran yang lebih bersih sehingga menghasilkan tenaga yang
lebih besar. Berikut
1. Perkembangan Mesin Diesel Dari Tahun ke Tahun
Berikut perkembangan mesin diesel dari tahun ke tahun:
1892
Mesin Diesel pertama kali ditemukan oleh Rudolf Christian Karl
Diesel. Ia menerima patennya pada tanggal 23 Februari 1893.
1910

16
Mulanya mesin ini digunakan sebagai pengganti mesin uap. Sejak
tahun 1910 mesin diesel digunakan untuk kapal laut, lokomotif,
pembangkit listrik, dan peralatan berat lainnya.
1922
Mesin diesel mulai diaplikasikan untuk kendaraan. Tepatnya
sebuah traktor pertanian buatan Benz Sohne, diikuti tahun berikutnya oleh
Man-Benz pada truk ciptaannya. Tekanan bahan bakarnya adalah 100 bar.
1927
Mesin diesel mulai dipakai sebagai jantung pacu pada mobil
penumpang buatan Stoewer. Pada Tahun yang sama, Bosch pun membuat
pompa injeksi dan nosel pertama untuk mesin truk dengan tekanan lebih
dari 100 bar.
1975
Di tahun ini pompa injeksi dengan VE distributor mampu
menghasilkan tekanan bahan bakar sebesar 300 bar.
1989
Audi menerapkan teknologi pompa injeksi axial. Tekanan bahan
bakar yang dihasilkan mencapai 900 bar. (Audi 100 TDI, 1989)
1997
Teknologi common-rail diterapkan pada Alfa Romeo 156 2.4 JTD.
Tekanan bahan bakarnya jauh meningkat, jadi 1.350 bar.
1998
Pompa injeksi radial VP 44 ditemukan. Salah satu mobil yang
menggunakannya adalah BMW 320d. Tekanan bahan bakarnya mencapai
1.500 – 1.750 bar. Di tahun yang sama, tekanan bahan bakar VW Passat
TDI, bahkan mencapai 2.050 bar.
2003
Teknologi injektor Piezo pertama kali diterapkan pada Audi A6 3.0
TDI. Tekanan bahan bakarnya berada di angka 2.000 – 2.500 bar.

2014

17
Common-rail CRS3-25 tersedia di mobil produksi massal sejak
2014. Tekanan bahan bakarnya mencapai lebih dari 2.500 bar.

Mesin diesel menggunakan prinsip kerja hukum Charles, yaitu ketika


udara dikompresi maka suhunya akan meningkat. Udara disedot ke dalam
ruang bakar mesin diesel dan dikompresi oleh piston yang merapat dengan
rasio kompresi antara 15:1 dan 22:1 sehingga menghasilkan tekanan 40-bar
(4,0 MPa; 580 psi), dibandingkan dengan mesin bensin yang hanya 8 hingga
14 bar (0,80 hingga 1,40 MPa; 120 hingga 200 psi). Tekanan tinggi ini akan
menaikkan suhu udara sampai 550 °C (1022 °F). Beberapa saat sebelum
piston memasuki proses kompresi, bahan bakar diesel disuntikkan ke ruang
bakar langsung dalam tekanan tinggi melalui nozzle dan injektor supaya
bercampur dengan udara panas yang bertekanan tinggi. Injektor memastikan
bahwa bahan bakar terpecah menjadi butiran-butiran kecil dan tersebar
merata. Uap bahan bakar kemudian menyala akibat udara yang terkompresi
tinggi di dalam ruang bakar. Awal penguapan bahan bakar ini menyebabkan
sebuah waktu tunggu selagi penyalaan, suara detonasi yang muncul pada
mesin diesel adalah ketika uap mencapai suhu nyala dan menyebabkan
naiknya tekanan diatas piston secara mendadak.
Oleh karena itu, penyemprotan bahan bakar ke ruang bakar mulai
dilakukan saat piston mendekati (sangat dekat) TMA untuk menghindari
detonasi. Penyemprotan bahan bakar yang langsung ke ruang bakar di atas
piston dinamakan injeksi langsung (direct injection) sedangkan penyemprotan
bahan bakar kedalam ruang khusus yang berhubungan langsung dengan ruang
bakar utama di mana piston berada dinamakan injeksi tidak langsung (indirect
injection).
Ledakan tertutup ini menyebabkan gas dalam ruang pembakaran
mengembang dengan cepat, mendorong piston ke bawah dan menghasilkan
tenaga linear. Batang penghubung (connecting rod) menyalurkan gerakan ini
ke crankshaft dan oleh crankshaft tenaga linear tadi diubah menjadi tenaga
putar. Tingginya kompresi menyebabkan pembakaran dapat terjadi tanpa

18
dibutuhkan sistem penyala terpisah (pada mesin bensin digunakan busi),
sehingga rasio kompresi yang tinggi meningkatkan efisiensi mesin.
Meninggikan rasio kompresi pada mesin bensin hanya terbatas untuk
mencegah kerusakan pra-penyalaan.
Sistem pembakaran, mesin diesel ada dua macam, yakni direct
injection dan indirect injection. Direct injection awalnya hanya digunakan
oleh mesin diesel berkapasitas besar, sedangkan indirect injection pada mesin
diesel kapasitas sedang hingga kecil. mesin diesel yang masuk ke Indonesia
era 80-90-an, masih menggunakan sistem pembakaran indirect injection.
Indirect injection maka proses penyemprotan bahan bakar keruang bakar
tidak terjadi secara langsung, melainkan disemprotkan kedalam ruang atau
bilik terpisah, bukan ruang bakar utama.
Jadi untuk proses langkah kerjanya ialah ketika piston melakukan
langkah hisap dan kemudian melakukan langkah kompresi, setelah piston
mencapai titik mati atas, maka bahan bakar ini akan langsung disemprotkan
kedalam bilik kecil ini, dimana selanjutnya bahan bakar ini akan dibakar
menggunakan busi pijar yang kemudian proses pembakaran ini akan
dilanjutkan atau diteruskan kedalam ruang bakar utama. Untuk lebih jelas
mengenai sistem injeksi tidak langsung silahkan lihat gambar diatas.
Untuk mesin mobil diesel yang mengaplikasikan teknologi indirect
injection ini biasanya dilengkapi dengan busi pijar atau busi pemanas yang
digunakan untuk membantu proses pembakaran ketika kondisi mesin mobil
ini dingin sehingga gampang untuk dihidupkan.
2. Sistem injeksi generasi awal
Mesin asli Diesel menginjeksikan bahan bakar dengan bantuan udara
bertekanan, yang mengatomisasi bahan bakar dan memaksa bahan bakar
masuk dalam ruang bakar melalui nosel (menggunakan prinsip yang sama
dengan semprotan aerosol). Bukaan nosel ditutup oleh katup yang dikontrol
oleh camshaft untuk mengawali injeksi bahan bakar sebelum titik mati
atas/top dead centre. Menggunakan 3 tahap kompresor memang memakan
tenaga namun efisiensi dan output tenaga bersih yang dihasilkan diatas mesin

19
pembakaran lainnya pada waktu itu.
Mesin diesel saat ini menggunakaan tekanan sangat tinggi dengan
pompa mekanik dan menekan bahan bakar dengan injektor tanpa udara
bertekanan. Dengan diesel injeksi langsung, injektor akan menyemprot bahan
bakar melalui 4-12 orifice kecil pada noselnya. Mesin diesel injeksi generasi
awal selalu mempunyai pembakaran awal tanpa kenaikan tekanan yang
drastis ketika pembakaran. Saat ini riset sedang dilakukan untuk
menggunakan lagi beberapa bentuk injeksi udara desain asli Rudolf Diesel
untuk mengurangi polusi nitrogen oksida. Pada semua mesin diesel, mesin
diesel modern selalu mengacu pada desain asli Rudolf Diesel, di mana bahan
bakar menyala melalui kompresi tinggi.
Untuk aplikasi generator listrik, komponen penting dari mesin diesel
adalah governor, yang mengontrol suplai bahan bakar agar putaran mesin
selalu pada putaran yang diinginkan. Apabila putaran mesin turun terlalu
banyak kualitas listrik yang dikeluarkan akan menurun sehingga peralatan
listrik tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya, sedangkan apabila putaran
mesin terlalu tinggi maka dapat mengakibatkan over voltage yang bisa
merusak peralatan listrik. Mesin diesel modern menggunakan pengontrolan
elektronik canggih untuk mencapai tujuan ini melalui modul kontrol
elektronik (ECM) atau unit kontrol elektronik (ECU) - yang merupakan
"komputer" dalam mesin. ECM/ECU menerima sinyal kecepatan mesin
melalui sensor dan menggunakan algoritme dan mencari tabel kalibrasi yang
disimpan dalam ECM/ECU, dia mengontrol jumlah bahan bakar dan waktu
melalui aktuator elektronik atau hidraulik untuk mengatur kecepatan mesin.
3. Macam Macam Sistem Bahan Bakar Mesin Diesel
Mesin diesel adalah jenis mesin dengan karakteristik performa
yang handal dengan pemakaian bahan bakar yang irit. Karena keiritannya
itu mesin diesel banyak diaplikasikan pada jenis mobil niaga seperti truk
hingga bus besar. Secara umum ada dua jenis sistem bahan bakar pada
mesin diesel, yakni:
a. Sistem konvensional

20
Sistem bahan bakar konvensional menggunakan mekanisme
pompa injeksi untuk menginjeksikan sejumlah solar melalui injektor
dengan timming yang pas.
1) Komponen sistem bahan bakar diesel konvensional
 Tangki BBM, tangki bbm berfungsi menampung sumber
tenaga berupa solar yang akan diubah kedalam bentuk
panas melalui proses pembakaran mesin.
 Pompa primming, pada diesel konvensional pompa ini
terletak didekat pompa injeksi tekanan tinggii. Pompa
primming ini memiliki dua fungsi, yaitu menyalurkan solar
dari tanki ke pompa injeksi dan melakukan proses bleeding
 Filter solar, fungsi filter solar adalah menyaring aliran solar
dari kotoran dan air.
 Pompa injeksi, merupakan seperangkat pompa yang
berfungsi menekan sejumlah solar kedalam injektor dengan
tekanan tinggi sesuai timming mesin.
 Selang injektor tekanan tinggi, selang ini terbuat dari logam
dengan lekukan yang sudah dipatenkan. Fungsinya untuk
mengalirkan solar bertekanan tinggi dari pompa injeksi ke
dalam injektor.
 Injektor, merupakan aktuator ujung sistem bahan bakar
diesel dengan fungsi untuk mengabutkan solar bertekanan
kedalam ruang bakar.
 Return feed, fungsinya untuk mengalirkan kelebihan solar
dari pompa injeksi dan injektor kembali menuju tangki
bbm.
 Selang bahan bakar, selang ini terbuat dari karet biasa
seperti selang bahan bakar pada umunya dengan fungsi
sebagai media pengaliran solar dari tangki ke pompa
injeksi.
2) Prinsip Kerja Sistem Bahan Bakar Diesel

21
Prinsip kerja diesel fuel system adalah mengabutkan
sejumlah solar kedalam ruang bakar dengan tekanan tinggi sesuai
timming pengapian.
Itu artinya, solar yang keluar dari dalam injektor ada ketika
mesin berada pada top compression. Sementara solar yang keluar
juga dituntut agar bisa mengabut (menyebar) agar pembakaran bisa
merata secara serentak. Untuk itu, tekanan penginjeksian diesel
cukup besar mencapai 100 – 250 bar dengan tekanan kompresi
sekitar 40 bar dengan suhu 700 hingga 900 derajat celcius.
Sementara itu, solar memiliki titik nyala pada suhu 50
hingga 96 derajat celsius, dengan kondisi temperatur ruang bakar
mencapai 700 derajat celcius maka secara otomatis solar langsung
terbakar. Itulah sebabnya, pada mesin diesel tidak dilengkapi
dengan busi.

3) Cara Kerja Sistem Bahan Bakar Diesel

Gambar 5 : Cara Kerja Sistem Bahan Bakar Diesel


 Saat mesin start, maka engkol mesin akan berputar. Putaran

22
engkol akan disalurkan ke poros nok pompa melalui sebuah
timming chain.
 Putaran nok, akan menggerakan pompa primming sehingga
solar dari tanki tesedot naik melalui selang bahan bakar
melewati saringan solar dan masuk ke pompa injeksi.
 Dilain sisi, poros nok pompa injeksi juga akan mendorong
plunger secara tiba-tiba. Sehingga bahan bakar yang masuk ke
pompa injeksi akan tertekan oleh plunger melewati delivery
valve masuk ke selang injektor tekanan tinggi.
 Delivery valve merupakan bagian dari pompa injeksi yang
berfungsi menahan tekanan solar dari sisi injektor.
 Tekanan solar tersebut mendorong solar yang sebelumnya
sudah stanby didalam injektor, sehingga akan keluar dalam
bentuk kabutan.

4) Tipe Pompa Injeksi Pada Sistem Bahan Bakar Diesel


Secara umum ada tiga jenis sistem pompa injeksi pada
mesin diesel konvensional, yaitu:
a. Tipe inline
b. Tipe distributor
c. Tipe pneumatic
Pada tipe distributor, sebenarnya sama saja seperti tipe
inline. Namun perbedaan terletak pada bentuk pompa yang
melingkar. Keberadaan poros nok juga digantikan dengan sebuah
poros dengan pembagian tekanan secara rotary.
Sementara pada jenis pompa peneumatic, hampir sama
seperti pompa inline. Namun pada pompa ini biasanya juga
dilengkapi dengan katup gas untuk mengatur pasokan udara intake.

b. Sistem common rail

23
Sistem commonrail serupa dengan sistem EFI pada mesin
bensin, dimana pembukaan injektor sudah diatur oleh komponen
kelistrikan mesin. Sehingga volume dan timming penginjeksian bisa
berlangsung lebih efektif.
Common rail adalah suatu mekanisme injeksi bahan bakar yang
digunakan pada mobil diesel. Prinsip kerjanya mirip dengan electronic
fuel injection atau EFI pada mobil bensin.
Mekanisme ini terdiri atas beberapa komponen seperti fuel tank
untuk menyimpan bahan bakar, filter bahan bakar, supply pump, high
pressure pump, high pressure accumulator, injektor, katup pengatur
tekanan, sensor-sensor, dan electronic driver control (EDC).
Seluruh komponen tersebut bekerja dengan sinergi agar
common rail dapat memenuhi kebutuhan bahan bakar mesin. Dengan
begitu, pembakaran bahan bakar bisa tetap terjadi dan mobil pun bisa
berjalan lancar.
1) Cara kerja common rail
Cara kerja common rail pada mobil diesel hampir sama
dengan EFI (Electronic fuel injection). Kebanyakan mobil yang
beredar sekarang telah meninggalkan karburator dan
menggantinya dengan sistem injeksi bahan bakar. Jika
dibandingkan, sebenarnya cara kerja common rail dengan EFI
pada mobil bensin cukup mirip. Keduanya mengatur agar bahan
bakar dapat diinjeksikan secara otomatis pada mesin.
 Mula-mula, bahan bakar yang disimpan dalam fuel tank
dihisap oleh high pressure pump. Setelah melalui high
pressure pump, tekanan bahan bakar naik hingga mencapai
high pressure accumulator atau pipa rail.
 EDC kemudian mengatur agar timing serta durasi injeksi
bahan bakar tetap sesuai dengan kebutuhan mesin, tidak
kurang dan tidak lebih.
 Barulah setelah itu bahan bakar dibakar dalam ruang bakar.

24
Dengan pembakaran ini, mesin mobil diesel bisa tetap melaju.
 Sebaliknya, jika sistem injeksi bahan bakar mengalami
gangguan, pembakaran pun tidak akan berjalan normal.
Akibatnya, mobil pun akan berjalan tersendat-sendat atau
bahkan mogok.
2) Fungsi Common rail
Fungsi utama sistem common rail pada mobil diesel
adalah untuk memastikan agar injeksi bahan bakar bisa tetap
berjalan. Di samping itu, ada juga beberapa fungsi lain common
rail, yaitu:
a. Menyuplai bahan bakar
Mesin mobil memerlukan bahan bakar agar bisa
dioperasikan. Nah, common rail inilah yang bertugas untuk
menyuplai bahan bakar bagi mesin.
Saat Anda mengisi bahan bakar, common rail akan
menyimpannya dalam fuel tank. Saat dibutuhkan, common
rail akan mengambil bahan bakar yang tersimpan dan
mengolahnya melalui proses pembakaran bahan bakar.
b. Memberikan tekanan pada bahan bakar
Bahan bakar yang tersimpan pada fuel tank tidak bisa
diinjeksikan begitu saja. Agar bisa digunakan, bahan bakar
memerlukan tekanan dalam jumlah tertentu.
Common rail melalui high pressure pump memberikan
tekanan pada bahan bakar agar dapat mencapai high pressure
accumulator. Dengan tekanan dari common rail, bahan bakar
pun bisa digunakan di ruang bakar.
c. Mendistribusikan bahan bakar
Tidak hanya memberikan tekanan yang sesuai pada
bahan bakar, cara kerja common rail juga mencakup distribusi
bahan bakar.
Bahan bakar yang telah diberi tekanan harus

25
disalurkan pada silinder-silinder mesin agar mobil bisa tetap
berjalan. Common rail mendistribusikan bahan bakar
bertekanan ini melalui pipa rail.
d. Mengatur timing injeksi bahan bakar
Injeksi bahan bakar tidak bisa dilakukan secara asal-
asalan, harus dengan timing serta durasi yang tepat. Agar hal
tersebut dapat terjadi, maka common rail dilengkapi dengan
EDC.
Berkat EDC, common rail bisa mengatur timing
injeksi bahan bakar agar sesuai dengan langkah kerja masing-
masing silinder mesin mobil.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahan bakar diesel secara umum adalah bahan bakar cair apapun yang
digunakan untuk mesin diesel. Jenis yang paling umum adalah minyak bahan
bakar yang berasal dari hasil distilasi fraksi minyak bumi, tetapi ada juga
produk selain dari turunan minyak bumi seperti biodiesel, diesel biomassa
menjadi cairan atau diesel gas menjadi cairan. Untuk membedakan jenis-jenis
diesel, bahan bakar dari minyak bumi umumnya disebut petrodiesel. Diesel
dengan sulfur ultra-rendah (ULSD) adalah standar untuk mendefinisikan
bahan bakar diesel dengan kandungan sulfur yang telah direndahkan.
Euro adalah standar emisi dari Eropa yang mengatur ambang batas
yang diperbolehkan pada kendaraan bermotor baru. Emisi kendaran bermotor
mengandung nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), total
hidrokarbon (THC), dan partikulat (PM) yang berdampak negatif pada
lingkungan dan makhluk hidup bila melebihi ambang konsentrasi tertentu.

E. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan pelajarilah lebih dalam tentang


Sistem Bahan Bakar Diesel karena sistem bahan bakar merupakan hal yang
paling penting dalam suatu kendaraan dan dengan mempelajari lebih dalam
lagi maka kita akan mudah memahami tentang Sistem Bahan Bakar Diesel .

27
DAFTAR PUSTAKA

Momobil.id. 2019. Mengenal Ukuran CN Pada Bahan Bakar Diesel.


https://momobil.id/news/ mengenal-ukuran-cn-pada-bahan-bakar-
diesel/. Diakses pada 9 November 2021.
Wikipedia.org. 2021. Bahan Bakar Diesel. https://id.wikipedia.org/wiki/
Bahan_bakar_diesel. Diakses pada 9 November 2021.
Pertaminafuels.com.2020.Dexlite. https://www.pertaminafuels.com/diesel/dexlite.
Diakses pada 9 November 2021.
Pertaminafuels.com.2020. Pertamina Dex. https://www.pertaminafuels.com/
diesel/pertamina-dex. Diakses pada 10 November 2021.
Gardaoto.com. 2020. Apa Perbedaan Solar dan Biosolar. https://www.
gardaoto.com/blog/apa-itu-biosolar-apa-perbedaan-solar-dan-biosolar.
Diakses pada 10 November 2021.
Ebtke.esdm. 2019. Pahami Istilah B20, B30, B100, BBN, Dalam Bioenergi.
https://ebtke.esdm.go.id/post/2019/12/18/2433/pahami.istilah.b20.b30.
b100.bbn.dalam.bioenergi. Diakses pada 10 November 2021.
Rizqi, Muhammad Pradana. 2020. Mengenal standar euro, standar emisi eropa
yang jadi patokan kendaraan ramah lingkungan.
https://www.gridoto.com/read/222298773/mengenal-standar-euro-
standar-emisi-eropa-yang-jadi-patokan-kendaraan-ramah-lingkungan.
Diakses pada 10 November 2021.
Gaikindo.or.id. 2015. Mengenal standar emisi Euro.https://www.gaikindo.
or.id/mengenal-standar-emisi-euro-bag-1/. Diakses pada 10 November
2021.
Wahyu, Dwi R. 2017. Perkembangan mesin diesel dari yang konvensional sampai
commonrail.https://www.gridoto.com/read/221003891/ perkembangan
-mesin-diesel-dari-yang-konvensional-sampai-commonrail. Diakses
pada 10 November 2021.

28
Deltalube.com.2021. Sejarah dan perkembangan mesin diesel. https://www.
deltalube.com/sejarah-dan-perkembangan-mesin-diesel/#gsc.tab=0.
Diakses pada 10 November 2021.
Automotivexist.blogspot.com. 2016. Mengenal mesin indirect injection mobil.
https://automotivexist.blogspot.com/2016/10/mengenal-mesin-
indirect-injection-mobil.html. Diakses pada 10 November 2021.
Muchta , Amrie. 2017. Cara kerja sistem bakar diesel. https://www.autoexpose.
org/2017/08/cara-kerja-sistem-bakar-diesel.html. Diakses pada 10
November 2021.
Auto2000.co.id. 2021. Cara kerja common rail.https://auto2000.co.id/berita-dan-
tips/cara-kerja-common-rail#. Diakses pada 10 November 2021.

29

Anda mungkin juga menyukai