Anda di halaman 1dari 28

KODE ETIK AHLI GIZI

DAN

PENJELASAN PELAKSANAAN
KODE ETIK AHLI GIZI

DEWAN PIMPINAN PUSAT


PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Sambutan Ketua Umum DPP PERSAGI
Keputusan Penetapan Kode Etik Ahli Gizi
Mukadimah
Kode Etik
Bab I : Kewajiban Umum
Bab II : Kewajiban kepada Klien
Bab III : Kewajiban kepada Masyarakat
Bab IV : Kewajiban terhadap Teman Seprofesi
Bab V : Kewajiban terhadap Mitra Kerja
Bab VI : Kewajiban terhadap Profesi dan Diri Sendiri
Bab VII : Penetapan Pelanggaran
Bab VIII : Penutup
Penjelasan Kode Etik dan Pedoman Pelaksanaan
KATA PENGANTAR

Kongres Persatuan Ahli Gizi Indonesia tahun 2014 di Yogyakarta


mengamanatkan salah satunya adalah melakukan revisi terhadap isi dari
Kode Etik Ahli Gizi yang telah disahkan dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 374/MENKES/SK/III/2007. Menindaklanjuti hal
tersebut, Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Ahli Gizi Indonesia (DPP
PERSAGI) membentuk Tim Penyusun Revisi Kode Etik dan Pedoman
Pelaksanaannya dengan Surat Keputusan Ketua Umum DPP PERSAGI
tanggal 2 Januari 2018 Nomor: 2397/SK/DPP-PERSAGI/I/2018.
Tim penyusun dalam melaksanakan tugasnya mengacu pada Kode Etik Ahli
Gizi yang sudah ada dan pada penulisan saat ini disempurnakan. Dalam
Kode Etik Ahli Gizi yang sudah ada tersebut, format dan isinya terdiri dari:
Mukadimah; Batang Tubuh meliputi beberapa BAB, yaitu: I) Kewajiban
Umum, II) Kewajiban terhadap Klien, III) Kewajiban terhadap Masyarakat,
IV) Kewajiban terhadap Teman Seprofesi dan Mitra Kerja, V) Kewajiban
terhadap Profesi dan Diri Sendiri, VI) Penetapan Pelanggaran, dan VII)
Kekuatan Kode Etik.
Mengacu pada Kode Etik tersebut, selanjutnya Tim Penyusun melakukan
telaah dan dilanjutkan dengan revisi terhadap uraian-uraian dari Batang
Tubuh tersebut guna menyesuaikan dengan tantangan permasalahan yang
ada saat ini. Dalam revisinya Kode Etik Ahli Gizi disusun dalam Bab-Bab
dan Pasal-Pasal, serta Penjelasan Pasal per Pasal. Revisi Kode Etik Ahli Gizi
didiskusikan dan disempurnakan pada pertemuan Pra Kongres PERSAGI
yang dihadiri oleh Para Ketua DPD dari 30 Provinsi yang diselenggarakan
pada tanggal 27-28 April 2018.
Untuk menegakkan etika dan disiplin Ahli Gizi maka Kode Etik Ahli Gizi ini
dijadikan sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kegizian kepada
masyarakat.
Akhirnya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu memberikan masukan
untuk penyempurnan, dalam rangka menyusun Kode Etik Ahli Gizi dan
Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Ahli Gizi ini dapat diselesaikan dengan
baik.

Jakarta, November 2019


Tim Penyusun
SAMBUTAN KETUA UMUM
DEWAN PIMPINAN PUSAT PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA
(DPP PERSAGI)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
bimbingan, petunjuk dan kekuatan-Nya kepada kita semua, atas selesainya
Kode Etik Ahli Gizi dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Ahli Gizi.
Organisasi Profesi Ahli Gizi menyambut gembira dengan tersusunnya Kode
Etik Ahli Gizi dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Ahli Gizi yang
merupakan hasil karya dan kerja tim penyusun.

Kode Etik Ahli Gizi ini sesungguhnya merupakan pedoman etika para Ahli
Gizi, dan telah disesuaikan dengan perkembangan tantangan permasalahan
yang ada saat ini. Uraian lebih rinci tentang Kode Etik Ahli Gizi dapat
dimanfaatkan oleh tenaga gizi yang saat ini selaras dengan Undang-Undang
Nomor 36 tahun 2014 yang terdiri dari Nutrisionis dan Dietisien. Kode Etik
Ahli Gizi ini dapat dimanfaatkan oleh institusi pendidikan tenaga gizi
Kementerian Kesehatan, Kementerian Riset-Teknologi dan Pendidikan
Tinggi, Organisasi Profesi, Kolegium, Rumah Sakit Pendidikan, yang
merupakan acuan dalam mengatur kewenangan pemberian pelayanan gizi
kepada masyarakat, untuk meningkatkan mutu pelayanan di tanah air kita,
sesuai pedoman etika profesi.

Sebagai Ketua Organisasi Profesi Persatuan Ahli Gizi Indonesia, saya


mengucapkan selamat dan penghargaan yang tinggi kepada Tim Penyusun
yang selama ini telah bekerja keras menyusun Kode Etik Ahli Gizi dan
Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Ahli Gizi ini.

Kode Etik Ahli Gizi dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Ahli Gizi ini untuk
dilaksanakan oleh para Ahli Gizi dalam melaksanakan tugasnya.
Perlu dipahami bahwa Kode Etik Ahli Gizi adalah merupakan pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan Ahli Gizi dalam melaksanakan tugas
dan kehidupan sehari-hari yang terkait erat dengan Moral. Selain itu, Kode
Etik Ahli Gizi juga merupakan kesanggupan Ahli Gizi untuk mentaati
kewajiban dan menghindari larangan sesuai dengan ketetapan terkait
dengan peraturan perundang-undangan dan peraturan praktik apabila
tidak ditaati atau dilanggar dapat dijatuhkan sanksi.
Kode Etik dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik ini bukanlah sesuatu yang
statis, tapi perubahan teknologi dan ilmu pengetahuan akan menuntun
dilakukan perubahan dan penyesuaian terhadap Kode Etik ini. Oleh sebab
itu sangat terbuka bagi kita untuk melakukan perbaikan Kode Etik dan
Pedoman Pelaksanaannya di masa datang. Kami berharap para Ahli Gizi
tidak ragu-ragu memberikan masukan dan dapat melakukan
penyempurnaan dalam forum kongres PERSAGI.
Semoga Kode Etik Ahli Gizi dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Ahli Gizi
ini bermanfaat bagi kita semua dan masyarakat, dalam rangka
mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat sesuai dengan tujuan
Pembangunan Nasional.
Untuk mengimplementasikan Kode Etik Ahli Gizi, DPP PERSAGI
membentuk Majelis Kehormatan Etik Ahli Gizi.
Akhirnya kami mengucapkan selamat menjalankan profesi gizi dengan baik
dan benar. Semoga peran Ahli Gizi dalam meningkatkan dan memperbaiki
gizi serta kesehatan di Indonesia semakin dirasakan masyarakat.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dr. Minarto, MPS


Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (DPP PERSAGI)
SURAT KEPUTUSAN
DEWAN PIMPINAN PUSAT PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA
Nomor: 3229/SK/DPP-PERSAGI/X/2018

TENTANG
PENYEMPURNAAN KODE ETIK AHLI GIZI PERIODE 2014-2019
Menimbang : 1. bahwa dalam menjalankan profesi gizi diperlukan
kode etik yang digunakan sebagai pedoman;
2. bahwa Kode Etik Ahli Gizi merupakan pedoman
bagi Tenaga Gizi dalam menjalankan praktik
keprofesian gizi;
3. bahwa Kode Etik Ahli Gizi yang ada saat ini perlu
disempurnakan dengan situasi yang berkembang
selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang gizi;
4. bahwa Kode Etik Ahli Gizi sebagaimana dimaksud
dalam butir 3 ditetapkan dengan Keputusan DPP
PERSAGI;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga DPP
PERSAGI Tahun 2014-2019;
3. Ketetapan Kongres PERSAGI Tahun 2014 di
Yogyakarta tentang Program Kerja;
4. Surat Keputusan Ketua Umum DPP PERSAGI
nomor: 2313/SK/DPP-PERSAGI/XI/2017 tanggal:
17 November 2017 tentang Pembentukan Majelis
Etik Ahli Gizi;
Memperhatikan : Hasil Kongres Persatuan Ahli Gizi Indonesia tahun
2014 di Yogyakarta;

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Menyempurnakan Kode Etik Ahli Gizi berdasarkan
amanat Kongres Tahun 2014-2019 berupa Kode Etik
Ahli Gizi dan Penjelasan Pelaksanaan Kode Etik Ahli
Gizi;
Kedua : Menerapkan Penyempurnaan Kode Etik Ahli Gizi Tahun
2018 sebagaimana dalam Diktum Pertama sebagai
pedoman etik bagi Tenaga Gizi Indonesia dalam
menjalankan profesi gizi nya;
Ketiga : Dalam penerapan Kode Etik Ahli Gizi sebagaimana
dimaksud dalam Diktum Kedua, seluruh Tenaga Gizi
(Nutrisionis dan Dietisien) Indonesia wajib memegang
teguh Kode Etik tersebut;
Keempat : Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Dewan Pimpinan Daerah
(DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PERSAGI se-
Indonesia wajib menerapkan Kode Etik Ahli Gizi
sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua kepada
seluruh anggotanya di wilayah kerja masing-masing;
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan, akan
diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 18 Oktober 2018

DEWAN PIMPINAN PUSAT


PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA
Ketua Umum,

Dr. Minarto, MPS


KODE ETIK
AHLI GIZI
MUKADIMAH

Sejak lebih dari 2400 tahun yang lalu Hippocrates atau yang lebih dikenal
sebagai bapak Ilmu Kedokteran Dunia telah mengemukakan adanya
hubungan yang erat antara makanan dan kesehatan seseorang. Istilah “let
your food be your medicine and your medicine be your food”, merupakan
filosofi hubungan makanan dan kesehatan yang telah mendunia.

Kemudian pada tahun 1863, seorang filsuf dari Jerman, Ludwig Andreas
Feurerbach mengatakan, “Der Mensch ist, was er ißt”, yang berarti “A man
is what he eats” Istilah ini kemudian sejak tahun 1942 populer dengan,
“You are what you eat”.

Perjalanan waktu membuktikan bahwa pendapat para filsuf tersebut benar


adanya, karena permasalahan gizi muncul disebabkan ketidak mampuan
manusia menerapkan konsep apa dan berapa banyak makanan yang
seyogyanya dimakan sesuai dengan kebutuhan gizi tubuh. Christian
Eijkman tahun 1885 telah membuktikan dalam penelitiannya di Batavia
atau Jakarta bahwa kekurangan vitamin B yang terdapat di pericarpium-
kulit ari beras sebagai penyebab penyakit beri-beri. Penelitian ini telah
membuatnya memenangkan Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran tahun
1929 bersama Gowland Hopkins, dan laboratorium tempatnya dulu bekerja
di Batavia sekarang dijadikan lembaga penelitian biologi molekular,
Lembaga Biologi Molekul Eijkman.

Dari pendapat para Filosof dan Ahli Kesehatan tersebut tentang hubungan
antara gizi dengan kesehatan, saat ini sudah menjadi premis bahwa ketidak
mampuan menerapkan konsep gizi sehat ini dapat menimbulkan penyakit
yang disebut kekurangan dan kelebihan zat gizi atau sering disebut sebagai
masalah gizi ganda. Manifestasi penyakit karena kekurangan gizi ini pada
masyarakat dikenal dengan istilah gizi buruk, stunting atau pendek dan
sangat pendek, serta berbagai kekurangan zat gizi mikro, yang
menyebabkan terjadinya anemia gizi besi, gondok endemik dan defisiensi
vitamin A. Sementara masalah kelebihan zat gizi, terutama kelebihan
asupan energi, protein dan lemak, menyebabkan munculnya berbagai
penyakit degenerative, seperti Penyakit Jantung Koroner, Diabetes Militus
dan lain sebagainya, yang prevalensinya semakin meningkat. Kedua
masalah besar gizi ini pada akhirnya sangat berpengaruh terhadap
produktivitas sumber daya manusia Indonesia, baik sekarang maupun
dimasa yang akan datang.

Berbagai kajian tentang sebab munculnya masalah gizi yang sampai saat
ini masih diderita oleh sebagian masyarakat Indonesia, para Pakar Gizi dan
Pembangunan umumnya sepakat bahwa masalah gizi ini disebabkan oleh
banyak faktor, baik yang bersifat mikro maupun makro. Multidimensi
berbagai faktor tersebut menyangkut pengetahuan gizi dan kesehatan pada
masyarakat, konsumsi pangan, ketersediaan pangan, kemiskinan, gaya
hidup, lingkungan, tenaga gizi, dan fasilitas pelayanan kesehatan, sosial
budaya dan bahkan keadaan politik disuatu wilayah atau negara.

Upaya penanggulangan masalah gizi di Indonesia telah dirintis sejak tahun


1950-an oleh Prof. Dr. Poorwo Soedarmo yang dikenal sebagai Bapak Gizi
Indonesia. Berbagai Program Perbaikan Gizi telah dilakukan disertai dengan
slogan penyuluhan gizi yang sangat terkenal yaitu “Empat Sehat Lima
Sempurna”, yang kini telah berkembang menjadi pesan dasar “Gizi
Seimbang”. Menyadari perlunya tenaga khusus untuk menangani masalah
gizi tersebut, maka tanggal 4 September 1950, beliau mendirikan Sekolah
Ahli Makanan di Jakarta, yang sekarang berkembang menjadi bermacam
jenis Pendidikan Tenaga Gizi atau Ahli Gizi di berbagai Perguruan Tinggi.

Senada dengan ungkapan Hipocrates yang menyatakan agar makanan


menjadi landasan tercapainya kesehatan seseorang. Dalam menjalankan
tugasnya Ahli Gizi di Indonesia senantiasa bertumpu pada motto “Svastha
Harena”, istilah dari bahasa sanskerta yang mengandung makna berupaya
untuk mencapai, mempertahankan dan memperbaiki kesehatan melalui
makanan.

Berkenaan dengan sebutan profesi Ahli Gizi, dalam Undang-Undang RI


nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan disebutkan bahwa Tenaga
Gizi terdiri dari Nutrisionis dan Dietisien. Disadari bahwa begitu luas dan
kompleksnya masalah gizi, maka Ahli Gizi dalam praktik keprofesiannya
akan sering berinteraksi dan berkolaborasi dengan individu, teman sejawat,
masyarakat, institusi pemerintah dan lain sebagainya. Oleh karena itu
diperlukan Kode Etik sebagai pedoman dalam menjalankan tugasnya, agar
nilai-nilai etika profesi senantiasa mewarnai setiap Ahli Gizi sewaktu
memberikan pelayanan gizi nya.

Pada akhirnya, Kode Etik Ahli Gizi ini selain memberikan pedoman bagi
Ahli Gizi dalam menjalankan tugasnya, juga sekaligus memberikan
perlindungan etik dan kepastian hukum. Maka dengan Rahmat Tuhan Yang
Maha Esa, dan untuk menjamin kesungguhan Ahli Gizi dalam menjalankan
profesinya, DPP PERSAGI membakukan nilai-nilai, etika dan tanggung
jawab profesi Ahli Gizi dalam suatu Kode Etik Ahli Gizi yang nilainya
dilandasi azas-azas ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
dalam bab dan pasal-pasal berikut ini.
KODE ETIK AHLI GIZI

BAB I
KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1
Setiap Ahli Gizi/Tenaga Gizi menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah Ahli Gizi.

Pasal 2
Setiap Ahli Gizi/Tenaga Gizi wajib menghayati dan mengamalkan kode etik
ahli gizi.

Pasal 3
Setiap Ahli Gizi berperan dalam meningkatkan dan mempertahankan
keadaan gizi, kesehatan, serta meningkatkan kecerdasan, dan produktivitas
masyarakat.

Pasal 4
Seorang Ahli Gizi wajib berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar kompetensi yang tertinggi.

Pasal 5
Seorang Ahli Gizi dalam menjalankan pekerjaannya menunjukkan sikap
dan moral yang baik, bersikap jujur, tulus dan adil, tidak mementingkan
diri sendiri, serta tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan
hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 6
Seorang Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya
berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan harus menghindarkan
diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal 7
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa saling menghormati dan
menghargai dalam melakukan kerjasama berdasarkan prinsip kemitraan
dengan sesama profesi dan para profesional di bidang kesehatan maupun
bidang lainnya.
Pasal 8
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjunjung tinggi penegakan
hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan kepentingan
masyarakat luas dan bangsa sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN

Pasal 9
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien yang
dilayani baik pada saat klien masih atau sudah tidak dalam melakukan
pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila
diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.

Pasal 10
Setiap Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan
menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani, peka terhadap
perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal jenis
kelamin, usia, suku, agama, ras, serta status sosial.

Pasal 11
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan gizi tepat,
cepat, dan akurat, serta bersikap tulus ikhlas sesuai dengan kompetensi
yang dimilikinya untuk kepentingan klien.
BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT

Pasal 12
Setiap Ahli Gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan kepentingan
masyarakat dengan memiliki kepekaan sosial, lingkungan, dan kepedulian
yang tinggi, serta berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi masyarakat.

Pasal 13
Setiap Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya
tentang informasi yang salah dan praktik yang tidak etis berkaitan dengan
gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet.

Pasal 14
Setiap Ahli Gizi berkewajiban peka terhadap status gizi masyarakat untuk
mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizi
masyarakat.

Pasal 15
Setiap Ahli Gizi dalam mempromosikan produk makanan tertentu
berkewajiban senantiasa menghindari hal-hal yang menyebabkan salah
interpretasi atau menyesatkan masyarakat.

BAB IV
KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN SEPROFESI

Pasal 16
Setiap Ahli Gizi memperlakukan teman seprofesinya sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan.
Pasal 17
Setiap Ahli Gizi berkewajiban selalu menyebarluaskan ilmu pengetahuan
dan keterampilan terbaru kepada sesama profesi.

BAB V
KEWAJIBAN TERHADAP MITRA KERJA

Pasal 18
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menggunakan setiap kesempatan
untuk menjalin dan meningkatan hubungan profesi dengan mitra kerja
atau profesi lain dengan saling mempercayai, dan menghargai.

Pasal 19
Setiap Ahli Gizi dalam melakukan praktik kegizian termasuk melakukan
promosi gizi, memelihara dan mempertahankan status gizi individu dan
masyarakat berkewajiban bekerjasama dan menghargai berbagai disiplin
ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat.

Pasal 20
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menyediakan sumber informasi
dan memberikan informasi terkait kegizian yang bersifat ilmiah, tepat, jelas,
tidak bias, akurat, terkini, kepada mitra kerja/profesi lain jika diperlukan.

BAB VI
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI DAN DIRI SENDIRI

Pasal 21
Setiap Ahli Gizi berkewajiban mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi
ketentuan yang dicanangkan dan ditetapkan oleh profesi gizi.
Pasal 22
Setiap Ahli Gizi senantiasa aktif mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi terkini dan mutakhir serta peka terhadap
perubahan lingkungan untuk memajukan dan memperkaya praktik
kegizian.

Pasal 23
Setiap Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak
boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi.

Pasal 24
Setiap Ahli Gizi berkewajiban melakukan perbuatan yang tidak melawan
hukum, dan memaksa orang lain untuk melawan hukum.

Pasal 25
Setiap Ahli Gizi senantiasa memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar
dapat bekerja dengan baik.

Pasal 26
Setiap Ahli Gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik individu dan
profesi.

BAB VII
PENETAPAN PELANGGARAN

Pasal 27
Pelanggaran terhadap ketentuan kode etik ini diatur tersendiri oleh Majelis
Kehormatan Etik dan Disiplin Ahli Gizi.
BAB VIII
PENUTUP

Pasal 28
Kode etik diberlakukan setelah disahkan oleh sidang tertinggi profesi sesuai
dengan ketentuan yang tertuang dalam anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga profesi gizi.
PENJELASAN KODE ETIK AHLI GIZI INDONESIA
PASAL DEMI PASAL

KODE ETIK AHLI GIZI

BAB I
KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1
Setiap Ahli Gizi menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
sumpah ahli gizi.
Yang dimaksud Ahli Gizi/Tenaga Gizi berdasarkan Undang-Undang RI
nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan: adalah Nutrisionis dan
Dietisien.
Setiap Ahli Gizi dinyatakan sah apabila telah melalui proses sumpah ahli
gizi untuk melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu pengambilan sumpah
ahli gizi merupakan saat yang sangat penting bagi ahli gizi karena pada
kesempatan tersebut dia berikrar bahwa dalam mengamalkan profesinya
dia akan selalu mendasarinya dengan kesanggupan pada saat sumpah.
Sumpah ahli gizi bermakna juga pada kewajiban-kewajiban kepada Tuhan
Yang Maha Esa, sesama manusia, bangsa negara Republik Indonesia,
teman sejawat, dan profesinya.
Naskah sumpah adalah dokumen yang memuat isi Sumpah/Janji Ahli Gizi
yang ditanda-tangani di atas materai, yang berisikan:

Saya bersumpah/berjanji, bahwa sebagai NUTRISIONIS;


sebagai DIETISIEN.

(dibacakan berurutan oleh Pengambil Sumpah dan ditirukan oleh peserta,


sesuai kualifikasi jenis tenaga gizinya)

1. Saya akan melaksanakan tugas saya sebaik-baiknya menurut peraturan


perundangan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab dan
kesungguhan;
2. Saya akan berempati, membela hak dan menghargai tradisi, budaya dan
spiritual klien yang saya layani;
3. Saya akan mengabdikan ilmu dan keterampilan saya dengan jujur dan
adil sejalan dengan kode etik profesi saya;
4. Saya akan menjaga martabat dan menghormati keluhuran profesi, dan
terus menerus mengembangkan ilmu gizi;
5. Saya akan membina kerjasama, keutuhan dan kesetiakawanan dengan
teman sejawat dan profesi lainnya dalam melaksanakan tugas;
6. Saya tidak akan membeda-bedakan pangkat, kedudukan, keturunan,
golongan, suku, bangsa dan agama dalam melaksanakan tugas atas
dasar kemanusiaan; dan
7. Saya tidak akan menginformasikan kepada siapapun segala rahasia yang
berhubungan dengan tugas saya, kecuali jika diminta oleh Pengadilan
untuk keperluan kesaksian.

Sumpah/janji ini saya ikrarkan dengan sungguh-sungguh, penuh kesadaran dan


dengan mempertaruhkan kehormatan saya sebagai NUTRISIONIS/DIETISIEN.

Bagi yang beragama Islam: “Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada
saya”
Bagi yang beragama Katolik: “Kiranya Tuhan menolong saya”
Bagi yang beragama Kristen Protestan: “Kiranya Tuhan menolong saya”
Bagi yang beragama Hindu: “Om Santi Santi Santi Om”
Bagi yang beragama Budha “ Sadhu Sadhu Sadhu”
Bagi yang beragama Kong Hu Cu “..............”
(opsional, sesuai Agama masing-masing)

Pasal 2
Setiap Ahli Gizi wajib menghayati dan mengamalkan kode etik ahli gizi.
Cukup jelas

Pasal 3
Setiap Ahli Gizi berperan dalam meningkatkan dan mempertahankan
keadaan gizi, kesehatan, serta meningkatkan kecerdasan, dan
produktivitas masyarakat.
Setiap Ahli Gizi harus berperan dalam berbagai upaya sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan
masyarakat melalui kegiatan edukasi, promosi, pencegahan, intervensi
dietetik, dan pemeliharaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kecerdasan dan produktivitas masyarakat.
Pasal 4
Seorang Ahli Gizi wajib berupaya melaksanakan profesinya sesuai
dengan standar kompetensi yang tertinggi.
Yang dimaksud dengan kompetensi tertinggi dalam melaksanakan tugas
profesinya adalah melaksanakan kegiatan sesuai dengan perkembangan
ilmu gizi mutakhir, sarana dan prasarana, dengan memperhatikan etika,
agama, hukum, dan budaya.

Pasal 5
Seorang Ahli Gizi dalam menjalankan pekerjaannya menunjukkan sikap
dan moral yang baik, bersikap jujur, tulus dan adil, tidak
mementingkan diri sendiri, serta tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pengertian secara umum pada pasal 5 ini bahwa secara adil tidak
membeda-bedakan pelayanan kepada klien dan tidak ditujukan untuk
memperoleh keuntungan pribadi tetapi lebih didasari sikap kemanusiaan
dan mengutamakan kepentingan klien. Menghindari promosi dan penjualan
produk-produk tertentu dari perusahaan tertentu yang tidak sesuai dengan
kaidah-kaidah keilmuan dan peraturan perundang-undangan.

Pasal 6
Seorang Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya
berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan harus
menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pengertian seorang ahli gizi harus sadar bahwa kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki adalah karunia dan kemurahan Tuhan Yang
Maha Esa. Menggunakan kesarjanaannya dengan baik dan tepat tidak
untuk memuji diri sendiri.
Pasal 7
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa saling menghormati dan
menghargai dalam melakukan kerjasama berdasarkan prinsip
kemitraan dengan sesama profesi dan para profesional di bidang
kesehatan maupun bidang lainnya.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, seorang ahli gizi harus
bekerjasama dan saling menghormati dengan profesi lain, dengan
mempertimbangkan faktor keyakinan, agama, suku, golongan, dan
sebagainya. Selain itu, juga berpegang pada prinsip kemitraan, pendekatan
multidisiplin, dan lintas sektoral dengan mempertimbangkan fakta-fakta
dan kajian hasil penelitian ilmiah.

Pasal 8
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjunjung tinggi penegakan
hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan kepentingan
masyarakat luas dan bangsa.
Dalam melakukan praktik mandiri setiap Ahli Gizi harus memiliki SIP yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang, dan mengikuti peraturan
perundangan yang berlaku berkaitan dengan tugasnya.
Untuk mendapatkan SIP setiap Ahli Gizi harus telah mengikuti sumpah
profesi memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) Nasional dan Surat Tanda
Registrasi (STR) yang masih berlaku.

BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN

Pasal 9
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien
yang dilayani baik pada saat klien masih atau sudah tidak dalam
pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila
diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.
Cukup Jelas
Pasal 10
Setiap Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa
menghormati dan menghargai kebutuhan unik setiap klien yang
dilayani, peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak melakukan
diskriminasi dalam hal jenis kelamin, usia, suku, agama, ras, serta
status sosial.
Yang dimaksud dengan kebutuhan unik setiap klien antara lain adalah pola
konsumsi makanan klien berdasarkan faktor jenis kelamin, usia, suku,
agama, ras, serta status sosial, ekonomi, dan budaya.

Pasal 11
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan gizi
tepat, cepat, dan akurat, serta bersikap tulus ikhlas sesuai dengan
kompetensi yang dimilikinya untuk kepentingan klien.
Dalam melakukan tindakan dan keputusan profesional seorang ahli gizi
senantiasa berpihak kepada kepentingan klien dan masyarakat. Pemberian
pelayanan gizi kepada klien senantiasa berdasarkan pengetahuan dan ilmu
gizi mutakhir yang dilakukan secara tulus ikhlas sesuai kompetensinya.
Sikap tulus ikhlas disertai dengan keramah tamahan dalam melayani klien
akan memberi kesan yang baik sehingga klien akan secara suka rela dan
spontan menjawab secara terbuka hal-hal yang perlu diketahui oleh ahli
gizi dalam menunjang penegakan diagnosa dan intervensi gizi yang tepat.

BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT

Pasal 12
Setiap Ahli Gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan
kepentingan masyarakat dengan memiliki kepekaan sosial, lingkungan,
dan kepedulian yang tinggi, serta berkewajiban senantiasa berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat.
Yang dimaksud dengan kepekaan sosial adalah mempertimbangkan strata
sosial misalnya masyarakat kaya, miskin, status pendidikan (SD, SMP,
SMA, Perguruan Tinggi).
Pasal 13
Setiap Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya
tentang informasi yang salah dan praktik yang tidak etis berkaitan
dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/terapi diet.
Setiap Ahli Gizi harus menghindari informasi yang salah dan tidak etis
terutama dalam memberikan informasi tentang makanan yang baik dan
bermanfaat (seperti memberikan konseling, penyuluhan), serta terapi
gizi/terapi diet berdasarkan kompetensi dan ilmu yang dimiliki.

Pasal 14
Setiap Ahli Gizi berkewajiban peka terhadap status gizi masyarakat
untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizi
masyarakat.

Setiap Ahli Gizi dalam memberikan pelayanan gizi dan kesehatan kepada
masyarakat wajib memperhatikan aspek promotif (promosi, edukasi dan
penyuluhan gizi dan kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif
(pengobatan), rehabilitatif (pemulihan). Masalah gizi yang terjadi di
masyarakat secepatnya dilakukan intervensi agar tidak menimbulkan
masalah gizi yang berlanjut. Misalnya kejadian masalah gizi buruk saat ini
apabila tidak dilakukan intervensi dengan baik akan berakibat pada
rendahnya kualitas generasi yang akan datang (lost generation).

Pasal 15
Setiap Ahli Gizi dalam mempromosikan produk makanan tertentu
berkewajiban senantiasa menghindari hal-hal yang menyebabkan salah
interpretasi atau menyesatkan masyarakat (sesuai peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku).
Setiap Ahli Gizi dalam melaksanakan pekerjaannya harus berupaya
memberikan informasi secara benar, dan mencegah informasi yang
menyesatkan masyarakat berdasarkan peraturan/perundangan yang
berlaku. Misalnya dengan tidak mempromosikan penggunaan makanan dan
minuman pabrikan yang tidak sesuai dengan peraturan, seperti susu
formula sebagai Pengganti Air Susu Ibu (PASI).

BAB IV
KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN SEPROFESI

Pasal 16
Setiap Ahli Gizi memperlakukan teman seprofesinya sebagaimana
dirinya ingin diperlakukan.
Cukup Jelas

Pasal 17
Setiap Ahli Gizi berkewajiban selalu menyebarluaskan
ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada teman seprofesi.
Cukup Jelas

BAB V
KEWAJIBAN TERHADAP MITRA KERJA

Pasal 18
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menggunakan setiap
kesempatan untuk menjalin dan meningkatkan hubungan profesi
dengan mitra kerja atau profesi lain dengan saling mempercayai, dan
menghargai.
Cukup Jelas

Pasal 19
Setiap Ahli Gizi dalam melakukan praktik kegizian termasuk
melakukan promosi gizi, memelihara dan mempertahankan status gizi
individu dan masyarakat, berkewajiban bekerjasama dan menghargai
berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat.
Cukup Jelas
Pasal 20
Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menyediakan sumber
informasi dan memberikan informasi terkait kegizian (profesi) yang
bersifat ilmiah, tepat, jelas, tidak bias, akurat, terkini, kepada mitra
kerja/profesi lain jika diperlukan.
Cukup Jelas

BAB VI
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI DAN DIRI SENDIRI

Pasal 21
Setiap Ahli Gizi berkewajiban mentaati, melindungi dan menjunjung
tinggi ketentuan yang dicanangkan dan ditetapkan oleh profesi.
Setiap Ahli Gizi dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Kode Etik
Ahli Gizi

Pasal 22
Setiap Ahli Gizi berkewajiban aktif mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi terkini, mutakhir serta peka terhadap
perubahan lingkungan untuk memajukan dan memperkaya praktik
kegizian.
Ahli Gizi dalam melaksanakan tugasnya senantiasa mengikuti
perkembangan terakhir dalam bidang keilmuan gizi melalui seminar dan
sejenisnya, pendidikan, pelatihan, membaca jurnal yang terkait gizi dan
kesehatan.

Pasal 23
Setiap Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk
tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi.
Cukup Jelas
Pasal 24
Setiap Ahli Gizi berkewajiban melakukan perbuatan yang tidak
melawan hukum, dan memaksa orang lain untuk melawan hukum.
Cukup Jelas

Pasal 25
Setiap Ahli Gizi berkewajiban memelihara kesehatan dan keadaan
gizinya agar dapat bekerja dengan baik.
Cukup Jelas

Pasal 26
Setiap Ahli Gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik profesi.
Cukup Jelas

BAB VII
PENETAPAN PELANGGARAN

Pasal 27
Pelanggaran terhadap ketentuan kode etik ini diatur tersendiri dalam
Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin Ahli Gizi.
Uraian tentang pelanggaran dan sanksi terhadap ketentuan kode etik dan
disiplin ahli gizi akan dibuat tersendiri yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari kode etik ahli gizi.

BAB VIII
PENUTUP

Pasal 28
Kode etik diberlakukan setelah disahkan oleh sidang tertinggi profesi
sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga profesi gizi.
Cukup Jelas

Anda mungkin juga menyukai