Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

1. Definisi
Penyakit DBD adalah penyakit infeki virus dengue akut disebabkan oleh
virus dengue, virus dengue ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti atau nyamuk
aedes albapictus, yang masuk kedalam tubuh melalui gigitannya (Wijaya dan
Putri, 2013).
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti, yang ditandai dengan demam
mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yag jelas, lemah/lesu, perdarahan,
lebam/ ruam. Kadang kadang mimisan, bercak darah, muntah darah, dan
kesadaran menurun shock (depkes R1,2000). Demam berdarah Dengue adalah
Infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthropadborn Virus) dan di
tularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides albipices dan Aedes aegypti).
Depkes, 2002.
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang diesebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (betina), terutama menyerengan
anak, remaja, dan dewasa dan seringkali menyebabkan kematian bagi penderita.
Depkes RI, 2004.
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang teradapat pada
anak-anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang
disertai leucopenia, dengan atau tanpa tanda ruam dan limfadenopati.

2. Klasifikasi
Klasifikasi DBD menurut WHO (1997) berdasarkan beratnya penyakit:
a. Derajat 1 disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji perdarahan yaitu uji
turniket positif

1
2

b. Derajat 2 (sedang)
Seperti derajat 1disertai pendarahan spontan pada kulit dan atau perdarahan
lainnya.
c. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah,tekanan nadi
menurun (20 mmhg atau kurang)
d. Derajat 4
Terdapat dds dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

3. Etiologi
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue
yang termaksud kelompok B Arthopod Borne virus (Arboviroses) yang sekarang
dikenal sebagai flavivirus, famili flaviviricae, dan mempunyai 4 jenis sirotive
yaitu: DEN 1,DEN-2, DEN-3 merupakan sirotife yang domina dan diasumsikan
banyak yang menujukan manespestasi kinik berat (Hadinegoro, 2001).

4. Patofisiologi
Virus akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
pertama-tama terjadi veremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-
bintik merah  pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti  pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati, dan
pembesaran limpa. Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan
menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia
yang berlanjut akan menyebabkan pendarahan kaena gangguan trombosit dan
kelainan koagulasi dan sampai  pada pendarahan kelenjar adrenalin .Yang
menentukan beratnya penyakit adalah meningkatnya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunya volume plasma. Terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diathasis hemorahagic renjatan pasti terjadi secara akut.
Adanya kebocoran plasma ke darah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum,
pleura dan pericardium yang pada otopsi tenyata melebihi cairan yang diberikan
3

melalui infuse. Jika renjatan atau syok, hipovelmik berlangsung lama akan
timbul anoreksia  jaringan metabolic dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik.Re-infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anametik
antibodi,sehingga menimbulkan kosentrasi kompleks antigen antibodi (konfleks
virus antibodi) yang tertinggi terdapatnya komlesk virus antibodi dalam sirkulasi
darah mengakibatkan hal sebagai berikut :
a. Kompleks virus antibodi akan mengaktifasi sistem komplemen,yang
berakibat dilepasnya anafilatoksin C3 a dan C5a.C5a menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembulu darah dan menghindarka
plasma melalui idotel dinding tersebut, suatu keadaan yang sangat
berperan terjadi rejatan.
b. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami
metamorfosis. Trombosis yang mengalami kerusakan metamorposis akan
dimusnakan oleh sisterm retikuloenteloal dengan akibat trombositopenia
hebat dan pendarahan.pada keadaan agresii, trombosit akan melepaskan
vasoakatif (histin dan serotonini) yang bersifat meingkatkan permeabilitas
kapiler dan melepaskan trambosit faktor 111 yang merangsang koagulasi
intravaskuler.
c. Terjadinya aktivasi faktor hagemen (faktor XII)yang akibat kahir
terjadinya pembekuan intravaskuler yang meluas.dalam proses aktivitas
ini,plasminogen akan menjadi plasmi yang berperan dalam membentukan
anafilatoksi akan merangsang sistem kinik yang berperan dalam proses
meningginya permeabilitas dinding pembuluh
4

Pathway DBD

Nyamuk Aedes Aegypti yang mengandung virus dengue

Menggigit Manusia

Virus Dengue Masuk Dalam Aliran Darah

Terjadi Veremia

Suhu Meningkat Nyeri Otot Hepatomegali Depresi Sumsum

Hipertermi Malaise Kurang informasi tentang Trombosit Menurun


penyakit
Hipotalamus Anoreksia Trombosit Topenia Berlebihan
Abnormal MK : Kurang pengetahuan
Mual,Muntah MK: Kekurangan Volume Cairan Pendarahan

MK: Perubahan Nutrisi Kurang


MK : Hipertemia Hipolemia

MK: Resiko Syok

5. Manifestasi Klinis
Diagnosa penyakit dbd dapat dilihat berdasarkan kriteria diangnosa
klinis dan laboratosi berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnosa
klinis dan laboratosi
a. Diagnosa klinis
1. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 (38-40).
5

2. Manipestasi perdarahan dengan batuk: uji trourniquet positif, petekae


(bintik merah pada kulit) perdarahan kecil di dalam kulit (ekomosis),
Perdarahan konjungtiva (perdarahan pada mata) efitaksi (perdarahan
hidung) perdarahan gusi (muntah darah) melena (BAB darah) dan
hamatusi (adanya darah dalam urin).
3. Perdarahan pada hidung.
4. Rasa sakit pada otot dan persendihan,timbul bintik bintik merah pada
kulit akibat pecahnya pembulu darah.
5. Pembesaran hati (hepatomegali).
6. Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 200 mmhg atau
kurang,tekanan sistolik sampai 80 mmhg atau lebih rendah.
7. Gejala klinis lainnya yang serng menyertai yaitu anokresia (hilangnya
nafsu makan) lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit perut.
b. Diagnosa laboratoris
1. Trombositopeni pada hari ke 3 sampai ke 7 ditemukan penurunan
trombosit hingga 100.000/mmhg.
2. hemokosentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak 20% atau lebih Pada
DBD menurut WHO 1986, adalah:
a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 3 sampai 7 hari,kemudian turun
secara lisin, demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anokresia,
malesie, nyeri pada punggung, tulang persedian san kepala.
b. Manispestasi perdarahan, seperti uji turniquet suatu positif, fetekia,
purpura, ekomosis, epiktosis, perdarahan gusi, hematosis dan melena
c. Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus.
d. Dengan tanpa ranjatan, ranjatan yang terjadi pada suatu demam
biasanya mempunyai prognosis buruk.
e. Kenaikan nilai HT, hemokonsentrasi, yaitu sedikitnya 20%

6. Pemeriksaan Diagnostik
Lakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, hitung trombosit, uji
serologi HI (haemagglutination inhibiting antibody), dengue blot.
6

Trombositopenia ringan sampai nyata bersamaan dengan hemokonsentrasi


adalah gejala yang spesifik. Leukosit normal pada 1-3 hari pertama, menurun
saat akan terjadi syok, dan meningkat saat syok teratasi (Mansjoer 2009).
Pemeriksaan diagnostik DBD:
1. Darah lengkap : hemokonsentrasi ( hematokritmeningkat 20% atau lebih ),
trombositopenia ( 100.000/mm3 atau kurang )
2. Serologi : uji HI (hemoaglutination inhibition test)
3. Rontgen thoraks : efusi pleura

7. Komplikasi DBD
Penyakit DBD ini juga berpotensi menyebabkan berbagai komplikasi. Di
antara komplikasi demam berdarah adalah sebagai berikut.
a. Dehidrasi
b. Bradikardi
c. Hipotensi
d. Pendarahan
e. Jumlah platelet yang rendah
f. Kerusakan hati
g. Gangguan ginjal dan paru-paru
h. Risiko kematian

8. Penatalaksanaan DBD
Penatalaksanaan untuk klien dengan DBD adalah penanganan pada derajat I
hingga derajat IV.
1. Derajat I dan II
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus ringer laktat (RL) dengan
dosis 75 ml / KgBB / hari untuk anak dengan berat badan kurangdari 10
Kg atau berama di berikan oralit, air buah atau susu secukupnya, atau
pemberian cairan dalam waktu 24 jam
1. 100 ml / KgBB/24 jam untuk anak dengan BB <25Kg.
2. 75 ml / KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 20-30Kg.
3. 60 ml / KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40Kg.
7

4. 50 ml / KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 41-40Kg.


b. Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder.
c. Pemberian antieperetka untuk menurunkan panas .
d. Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc / KgBB / hari.
2. Derajat III
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infuse RL dengan dosis 20 ml /
KgBB/ jam, apabila ada perbaikan lanjutan pemberian RL 10 ml /
KgBB/ jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah cairan
berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam, di kurang cairan yang sudah
masuk dengan perhitungan sebagai berikut.
1. 100 ml / KgBB / 24 jam untuk anak dengan BB <25Kg.
2. 75 ml / KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30Kg.
3. 60 ml / KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40Kg.
4. 50 ml / KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50Kg.
b. Pemberian plasma atau plasma espander (dextran L atau lainya )
sebanyak 10 ml / KgBB / jam dan dapat di ulang maksimal 10 ml / KgBB
/ 1 jam, dan satunya pemberian plasma ekspander (dextran L) sebanyak
20 ml / KgBB / jam selama 1 jam, jika membaik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan diatas.
c. Apabila satu jam pemberian RL 10 ml/ kgBB / jam keadaan tensi
menurun dan di bawah 80 mmHg, maka penderika harus mendapatkan
plasma ekspander sebanyak 10 ml / kgBB / jam di ulang maksimal 30 mg
/ kgBB / 24 jam. Bila baik, lanjutkan cairan RL sebagaimana perhitungan
di atas.
3. Derajat IV
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infuse RL dengan dosis 30ml /
kgBB / jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjitkan RL sebanyak
10 ml / kgBB / jam, sebagaimana perhitungan di atas.
b. Apabila keadaan tensi memburuk maka harus di pasang dua saluran
infuse dengan tujuan satu untuk RL 10 ml / kgBB / 1jam dan satunya
pemberian plasma ekspander (dekstran L) sebanyak 20 ml / kgBB / jam,
8

selama 1 jam, jika membaik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan


diatas.
c. Apabila keadaan juga masih memburuk, maka berikan plasma ekspander
20 ml / kgBB / jam, jika membaik lanjutkan RL sebagaimana
perhitungan diatas.
d. Apabila masih tetap memburuk, maka berikan plasma ekspander 10 ml /
kgBB / jam, di ulangi maksimum 30 ml / kgBB / 24 jam,jika membaik
berikan RL sebagaimana perhirungan di atas.
e. Jika setelah dua jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukkan
perbaikan, maka konsultasikan ke bagian anastesi
f. untuk perlu tidaknya di pasang central vascular pressure / CVP.

9. Asuhan Keperawatan Secara Teoritis Pada Klien DBD


1. Pengkajian
a. Identitas Klien : terdiri dari nama, alamat, umur, status, diagnosa medis,
tanggal MRS, keluarga yang dapat dihubungi, catatan kedatangan, no MR.
b. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan Utama
Biasanya pasien dating ke RS dengan keluhan demam lebih dari 3 hari,
tidak mau makan, terdapat bintik merah pada tubuh.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Suhu tubuh meningkat sehingga menggigil yang menyebabkan sakit
kepala.
b. Tidak nafsu makan, mual dan muntah, sakit saat menelan, lemah.
c. Nyeri otot dan persendian
d. Konstipasi dan bisa juga diare
e. Mukosa mulut kering, pendarahan gusi, lidah kotor
f. Batuk ringan
g. Mata terasa pegal, sering mengeluarkan air mata (lakrimasi), foto
fobia
h. Ruam pada kulit (kemerahan)
9

i. Pendarahan pada kulit ptekie, ekimosis, hematoma, dan pendarahan


lain : epistaksis, hematemesis, hematuria,melena.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu.
a. Pernah penderita DHF
b. Riwayat kurang gizi
c. Riwayat aktivitas sehari-hari
d. Pola hidup (life style).
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya penderita DHF dalam keluarga.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Pengkajian Umum
a. Tingkat Kesadaran : komposmentis, apatis, somnolen, sopor, koma.
b. Keadaan Umum : sakit ringan, sedang, berat
c. Keadaan Gizi : tinggi badan & berat badan dengan gizi baik, sedang,
buruk.
d. Tanda-tanda vital : suhu meningkat, tekanan darah pada DF & DHF
dapat meningkat, sedangkan pada DSS dapat menurun, nadi pada DF
& DHF trikardi, sedangkan pada DSS dapat cepat dan lemah serta
ada proses penyembuhan bradikardi, pernafasan dapat normal dan
meningkat, pada DSS cepat dan dangkal.
2. Pengkajian Sistem Tubuh.
1. Integumen : ruam, ptekie, ekimosis, purpura, hematoma, hiperemi,
sedangkan pada DSS dapat lembab, dingin, dan sianosis, pada hidung,
kuku, kaki, dan tangan.
2. Kepala dan leher : pembesaran kelenjar limfe (+) dan (-)
3. Mata : conjungtiva hyperemia, lakrimasi, foto fobia
4. Sistem Kardiovaskuler : pada DHF dapat hipotesis dan hipertensi,
takikardi dan dapat bradikardi.
5. Abdomen : hepatomegali, splenomwgali dan nyeri tekan hepar
6. Muskuloskeletal : nyeri sendi dan otot
10

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia dan sakit saat menelan
d. Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus
Tujuan : Suhu tubuh klien kembali normal
Kriteria hasil :
1. Keadaan umum membaik.
2. Suhu tubuh 36,5-37,50C
Intervensi :
a. Kaji saat timbulnya demam
Rasional :
Dapat diidentifikasi pola / tingkat demam
b. Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensis, pernafasan setiap 3 jam
Rasional :
Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
klien.
c. Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
Rasional :
Penjelasan tentang kondisi yang dialami klien dapat membantu
mengurangi kecemasan klien
d. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dilakukan
Rasional :
11

Untuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk lebih
komperatif
e. Jelaskan pentingnya tirah baring bagi klien dan akibat jika hal tersebut
tidak dilakukan
Rasional :
Keterlibatan keluarga sangat berate dalam proses penyembuhan klien
dirumah sakit
f. Anjurkan klien banyak minum kurang lebih 2,5-3 liter / hari dan jelaskan
manfaatnya
Rasional :
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
g. Berikan kompes dingin (pada axial dan lipat paha) dan anjurka memakai
pakaian yang tipis
Rasional :
Kompres dingin akan dapat membantu menurunkan suhu tubuh, pakian
tipis akan dapat membantu meningkatkan penguapan panas tubuh
h. Berikan terapi (antipiretik) sesuai dengan program dokter
Rasional :
Antipiretik yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapat meregulasi
suhu tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan mendekati suhu normal.

Diagnosa 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan


permiabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan : untuk menjaga agar pemenuhan kebutuhan cairan tubuh tetap
memadai (adekuat)
Kriteria hasil :
1. Pengeluaran urin yang memadai/adekuat.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Membran mukosa lembab
4. Turgor kulit baik
12

5. Pengisian kapiler < 3 detik


Intervensi :
a. Catatan karakteristik muntah dan drainase.
Rasional : Untuk menandakan dengan gejala distress gaster.
b. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
Rasional : Perubahan tekanan darah dan nadi sebagai indikator terjadi
dehidrasi.
c. Pertahankan tirah baring.
Rasional : Untuk menurunkan kerja gaster sehingga mencegah terjadinya
mual dan muntah.
d. Berikan cairan per oral 2 liter/hari
Rasional : Untuk menetralisirkan asam lambung.
e. Jelaskan pada pasien untuk menghindari kafein.
Rasional : Kafein dapat merangsang produk asam lambung.
f. Berikan terapi antibiotik, antasida, dan vitamin K sesuai program medis.
Rasional : Untuk mengatasi masalah gastritis dan hematemesis.

Diagnosa 3 : Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan mual, muntah, anoreksia dan sakit saat menelan.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu menghabiskan makanan yang telah disediakan
2. BB stabil
3. Mukosa bibir mual dan muntah
4. Tidak ada kelemahan
Intervensi
a. Kaji faktor-faktor penyebab
Rasional :
Penentu faktor penyebab, akan menentukan intervensi / tindakan
selanjutnya
13

b. Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup


Rasional :
Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga klien termotivasi
untuk mengkonsumsi makanan
c. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak
munah teruskan (15-30cc setiap ½-1jam
Rasional :
Menghindari mual muntah dan distensi perut yang berlebihan
d. Lakukan perawatan mulut yang baik setelah muntah
Rasional :
Bau yang tidak enak pada mulut meningkatkan kemungkinan muntah
e. Ukur berat badan setiap hari
Rasional :
Berat badan merupakan indicator terpenuhi tidaknya kebutuhan nutrisi
f. Catat jumlah porsi yang dihabiskan klien
Rasional :
Mengetahui jumlah asupan / memenuhi nutrisi klien

Diagnosa 4 : Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan


perdarahan yang berlebihan
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x 24 jam
diharapkan tidak terjadi tanda-tanda syok
Kriteria Hasil :
1. Tidak terjadi syok
2. Jumlah terombosit meningkat (dalam batas normal)
Intervensi :
a. Monitor keadaan umum pasien
Rasional: untuk memonitor keadaan kondisi pasien selama perawatan.
b. Observasi vital sign
Rasional : untuk memastikan tidak terjadi syok
14

c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan
jika terjadi perdarahan.
Rasional : dengan melibatkan pasien dan keluarga maka tanda-tanda
perdarahan dapat segera di ketahui dan tindakan yang cepat dapat segera di
berikan.
d. Kolaborasi pemberian cairan intravena:
Rasional: cairan intravena di perlukan untuk mengatasi kehilangan cairan
tubuh yang hilang.

Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber


informasi
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x 24 jam
diharapkan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit meningkat
Kriteria Hasil :
1. Klien tenang
2. Klien tidak cemas
3. Klien dan keluarga tidak banyak bertanya
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan keluarga tentang
penyakitnya
b. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakit dan
kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui kondisinya klien dan keluarga merasa
tenang.
c. Anjurkan keluarga untuk memperhatikan diet makannya
Rasional : diet pola makan yang tepat dapat membantu proses
penyembuhan.
15

4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan
klien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang
berfokus pada klien. Dan berorientasi pada hasil, sebagaimana digambarkan
dalam rencana. Fokus utama dari komponen implementasi adalah pemebrian
asuhan keperawatan yang aman dan individual dengan pendekatan multifocal
(Christensen & Kenney, 2009).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis dalam
mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis, dan membandingkan status
kesehatan klien dengan criteria hasil yang diinginkan, serta menilai derajat
pencapaian hasil klien. Evaluasi adalah suatu aktivitas yang terus-menerus
(Christensen & Kenney, 2009).
Evaluasi dibagi menjadi 2 komponen yaitu :
1. Formatif
a. Tiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan.
b. Evaluasi proses.
c. Biasanya berupa catatan perkembangan.
2. Sumatif
a. Rekapan terakhir secara paripurna.
b. Catatan naratif.
c. Penderita pulang/ pindah.
Metode evaluasi dengan pendekatan SOAP yaitu :
a. Subjektif adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien
setelah tindakan yang diberikan.
b. Objektif adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
16

c. Analisis adalah membandingkan antara nformasi subjektif dan objektif


dengan tujuan dan criteria hasil , kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
d. Planning adalah rencana keperawatan lanjutanyang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa ( S1 Keperawatan, 2012).

Anda mungkin juga menyukai