Askep Komunitas Pada Anak Usia Sekolah Compress
Askep Komunitas Pada Anak Usia Sekolah Compress
DOSEN PEMBIMBING:
Eka Misbahatul Mar’ah Has, S.Kep., Ns., M.Kep.
KELOMPOK 3 A2-2017
Sesi Putri Arisandi 131711133014
Rizky Nur Rochmawati 131711133029
Novianti Lailiah 131711133032
Rizka Amalia Setiaputri 131711133092
Annisa Fitria 131711133094
Alvira Eka Nadia W 131711133107
Ismatulloh Jihan Alim 131711133111
Della Yolina 131711133148
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA, 2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Komunitas
Pada Kelompok Anak Usia Sekolah” dengan baik. Dan kami ucapkan terimakasih
kepada Ibu Eka Misbahatul Mar’ah Has, S.Kep., Ns., M.Kep. yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Serta teman-teman angkatan
2017 yang senantiasa mendukung kami, khususnya kelas A2.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a) Tujuan umum:
4
Mengetahui dan memahami mengenai asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok anak usia sekolah.
b) Tujuan khusus
Untuk memahami konsep dan pengertian anak usia sekolah.
Untuk mengetahui tindakan promotive dan preventif dalam melakukan
intervensi keperawatan komunitas pada kelompok anak usia sekolah.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
1. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terdiri atas masa pranatal mulai
embrio (mulai konsepsi -8 minggu) dan masa fetus (9 minggu sampai
lahir), serta masa pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari), masa
bayi (29 hari-1 tahun), masa anak (1-2 tahun), dan masa prasekolah (3-
6 tahun).
2. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun ke atas, terdiri atas masa sekolah
(6-12 tahun) dan masa remaja (12-18 tahun).
3. Tahapan tumbuh kembang anak usia sekolah
Tahapan ini dimulai sejak anak berusia 6 tahun sampai organ-organ
seksualnya masak. Kematangan seksual ini sangat bervariasi baik antar jenis
kelamin maupun antar budaya berbeda. Berdasarkan pembagian tahapan
perkembangan anak, ada dua masa perkembangan pada anak usia sekolah,
19 yaitu pada usia 6-9 tahun atau masa kanak-kanak tengah dan pada usia
10-12 tahun atau masa kanak-kanak akhir. Setelah menjalani masa kanak-
kanak akhir, anak akan memasuki masa remaja. Pada usia sekolah, anak
memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih
muda. Perbedaan ini terlihat dari aspek fisik, mental-intelektual, dan sosial-
emosial anak. Pertumbuhan fisik pada anak usia sekolah tidak secepat pada
masamasa sebelumnya. Anak akan tumbuh antara 5-6 cm setiap tahunnya.
Pada masa ini, terdapat perbedaan antara anak perempuan dan anak laki-
laki. Namun, pada usia 10 tahun ke atas pertumbuhan anak laki-laki akan
menyusul ketertinggalan mereka. Perbedaan lain yang akan terlihat pada
aspek fisik antara anak laki-laki dan perempuan adalah pada bentuk otot
yang dimiliki. Anak laki-laki lebih berotot dibandingkan anak perempuan
yang memiliki otot lentur (Gunarsa, 2016).
Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode
pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi
perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak menjadi
matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat. Oleh
karena itu, masa ini sering disebut juga sebagai “periode tenang” sebelum
pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja, meskipun merupakan
7
masa tenang, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi
proses pertumbuhan fisik yang berarti.
8
ditandai oleh model ideologis penalaran moral, yang menjawab masalah sosiol
yang lebih luas ketimbang hanya situasi personal dan interpersonal.
1. Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi
rangsangan intelektuan, atau melaksnakan tugas-tugas belajar yang
menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti:
membaca, menulis dan menghitung).
Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih
bersifat imajinatif, berangan-angan (berkhayal), sedangkan pada usia
SD daya pikirnya sudah berkembang kearah berfikir konkret dan
rasional (dapat diterima akal). Pieget menamakannya sebagai masa
operasi konkrit. Pieget menamakannya sebagai masa operasi konkret,
masa berakhirnya berfikirn khayal dan mulai befikir konkret (berkaitan
dengan dunia nyata).
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru,
yaitu mengklasifikasiakn (mengkelompokkan), menyusun, atau
mengasiosikan (menghubungkan atau manghitung) angka-angka atau
bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan (angka),
seoerti menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Di samping
itu, pada masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan
masalah (problem solving) yang sedarhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjdi
dasardiberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan
pola pikir atau daya nalarnya. Kepada anak sudah dapat diberikan dasar-
dasar keilmuan, seprti membaca, menulis dan berhitung. Di sampin itu,
kepada anak diberikan juga pengetahuan-pengetahuan tentang
manusian, hewan lingkungan alam sekitar dan sebagainya. Untuk
mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak untuk
mengungkapkan pendapat,gagasan atau penilaiannya terhadap berbagai
hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi
dilingkunganya.
9
Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak, maka sekolah
dalam hal ini guru seyogyanya memberikan kesempatan kepada anak
untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau
pendapatnya tentang materi pelajaaran yang dibacanya atau yang
dijelaskan guru, membuat karangan, menyusun laporan (hasil study tour
atau diskusi kelompok).
2. Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah sarana komunikasi denagan dengan orang lain.
Dalam pewngertian ini mencakup semua cara untuk berkomunikasi,
dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan,
isyarat, atau gerak menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang,
tuilsan. Denagan bahasa, semua manusia, alam sekitar, ilmu
pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Usia sekoalah dasar ini merupakan msa perkembangan pesatnya
kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata
(vocabulary). Pada awal masa ini, anak suadah menguasai sekitar 2.500
kata, dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun) telah dapat menguasai
sekitar 50.000 kata. Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan
berkomunikasi dengan orang lain, anak suadah gemar membaca atau
mendengarkan cerita yang bersifat kritis (tentang perjalanan /
petualagan, riwayat para pahlawan, dsb). Pada masa ini tingkat berfikir
anak suadah lebih maju, dia banyak menanyakan soal waktu dan sebab
akibat. Oleh karena itu, kata tanya yang dipergunakan pun yang semula
hanya “apa”, sekarang sudah diikuti dengan pertanyaan :”dimana”,
“darimana”, “kemana”,”mengapa”, dan “bagaimana”.
Terdapat dus faktor penting yang mempemgaruhi perkembangan
bahasa, yaitu sebagai berikut:
a. Proses menjadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi
matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi ) untuk berkata-
kata.
10
b. Proses belajar, yang berati bahwa anak yang telah matang untuk
berbicara lalu mempelajari bahasaorang lain dengan jalan
mengimitasikan atau meniru ucapa/kata-kata yang didengarnya.
Di sekolah, diberikan pelajaran bahasa yang didengan sengaja
menambah pembendaharaan katanya,mengajar menyusun struktur
kalimat, peribahasa, kesusastraan dan keterampilan mengarang. Dengan
dibekali pelajaran bahasa ini, diharapkan peserta didik dapat menguasai
dan mempergunakan sebagai alat untuk:
a. Berkomunikasi dengan orang lain,
b. Menyatakan isi hatinya (perasaannya),
c. Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya,
d. Berfikir (menyatakan gagasan atau pendapat),
e. Mengembangkan kepribadiannya, seprti menyatakan sikap
dan kenyakinan.
3. Perkembangan sosial
Maksud perkembengan sosial disni adalah pencapai kematangan
dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan
moral (agama). Perkembangan sosial pada anak-anak sekolah dasar
ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan
keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya
(peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan
sosialnya telah tembah luas.
Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri-
sendri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau
sosiosentris (mau memperhatiakn kepentingan orang lain). Anak dapat
berminat terhadapat kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah
kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang),
dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.
Berkat perkembangan sosil, anak dapat menyesuaikan dirinya
dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan
masyarakat sekitarnya. Dalm proses belajar di sekolah, kematangan
11
perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan
memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga
fisik (seperti: membersihkan kelas dan halaman sekolah), maupun tugas
yang membutuhkan pikiran (seperti: merencanakan kegiatan camping,
membuat rencana study tour).
4. Perkembangan Emosi
Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahawa
pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh
karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol
ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak
melalui peniruan dan latihan (pembiasan). Dalam proses
peniruan, kemampuan orang tua daal mengendalikan emosinya sangat
berpengaruh. Emosi-emosi yang secara dialami pada tahap
perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, iri hati, kasih
sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senagng, nikmat, atau
bahagia).
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku
individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang
positif, seperti perasaan senang, bergairah, bersemangt atau rasa ingin
tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya
terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru,
membaca buku,aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas, dan disiplin
dalam belajar.
5. Perkembangan Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar sah atau baik-
buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin
anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan
memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini
(prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang
diterima anak mengenai benar- salah atau baik-buruk akan menjadi
pedoman pada tingkah lakunya di kemudian hari.
12
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau
tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini,
anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peratuaran.
Di samping itu , anak sudah dapat mengasosiakan satiap bentuk perilaku
dengan konsep benar-benar atau baik-buruk. Misalnya, dia memandang
atau menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada
orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk. Seadangkan
perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua dan guru
merupakan suatu yang benar/baik.
6. Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai
dengan ciri-cirisebagai berikut:
a. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai pengertian.
b. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional
berdasarkan kaiadah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator
alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
c. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan
kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai
agama sebagai kelanjutan periode sebrelumnya. Kualitas keagamaan
anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembetukan atau pendidikan
yang diterimanya. Berkaitan denag hal tersebut, pendidikan disekolah
dasar mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu,
pendidikan agama (pengajaran, pembiasan, dan penanaman nilai-nilai)
di sekolah dasar harus menjadi perhatian semaua pihak yang terlibat
dalam pendidikan di SD, bukan hanya guru agama tetapi kepala sekolah
dan guru-guru yang lainnya. Apabila semua pihak yang terlibat.
7. Perkembangan Motorik
Seiring perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka
perkembangan motorik anak sudah dapat terkodinasi dengan baik.
Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada
masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang
13
lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk
belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti menulis,
menggambar, melukis, mengetik (komputer), berenamg, main bola, dan
atletik.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor
penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan
maupun keterampilan. Oleh karaena itu, perkembangan motorik sanagat
menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Pada masa usia sekolah
dasar kematangan perkembangan motorik ini pada umumnya
dicapainya, karaena itu mereka sudah siap menerima pelajaran
keterampilan (Yusuf, 2016).
Sesuai perkembangan fisik (motorik ) maka di kelas-kelas
permulaan sangat tepat diajarkan :
a. Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar.
b. Keteramilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga (menerima,
menendang, dan memukul).
c. Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dan
sebagainya.
d. Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan,
ketertiban, dan kedisiplinan.
8. Perkembangan fisik
Perkembangan fiusik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum
memasuki masa remaja yang pertumbuhannya sangat cepat. Masa yang
tenang ini diperlukan oleh anak untuk belajar berbagai kemampuan
akademik. Anak lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat serta belajar
berbagai keterampilan. Kenikan tinggi dan berat badan bervariasi antara
anak satu dengan yang lain. Peran kesehatan dan gizi sangat penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
9. Perkembangan Bicara
Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam
berkelompok. Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Bertambahnya kosakata yang berasal
14
dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak pembendaharaan
kat yang dimiliki. Anak mulai menyadari bahwa komunikasi yang
bermakna tidak dapat dicapai bila anak tidak mengerti apa yang
dikatakan oleh orang lain. Hal ini mendorong anak untuk meningkatkan
pengertiannya.
10. Kegiatan Bermain
Permainan yang disukai cenderung kegiatan bermain yang
dilakukan secara kelompok, kecuali anak-anak yang kurang diterima di
kelompoknya dan cenderung memilih bermain sendiri. Bermain yang
sifatnya menjelajah, ketempat-tempat yang belum pernah dikunjungi
baik dikota maupun di desa mengasikkan bagi anak. Permainan
konstruktif yaitu membangun atau membentuk sesuatu adalah bentuk
permainan yang disukai anak serta mampu mengembangkan kreativitas
anak. Bernyayi meerupakan bentuk kegiatan kreatif lainnya. Sealain itu
bentuk permainan kelompok yang disenangi meruoakan permainan oleh
raga seperti basket, sepak bola, voleydan sebagainya. Jenis permainan
ini membantu perkembangan otok dan perkembangan tubuh.
11. Usia 10-12
Pada usia 10-12 tahun, perhatian membaca puncaknya. Materi
bacaan semakin luas. Anak-anak laki menyenangi hal-hal yang sifatnya
menggemparkan, misterius, dan kisah-kisah pertualangan. Anak
perempuan menyenagi cerita kehidupan seputar rumah tangga. Teman
sebaya umumnya dalah teman sekolah dan teman bermain di luar
sekolah. Pengaruah teman sebaya sangat besar bagi arah perkembangan
anak baik yang bersifat positf maupun negatif. Pengaruh positif terlihat
pada pengembanagan konsep diri dan pertumbuhan harga diri. Hanya
ditengah-tengah teman sebaya anak bisa merasakan dan menyadari
bagaimana dan dimana kedudukan atau posisidirinya. Keinginan untuk
berada ditengah-tengah temannya membawa anak untuk keluar rumah
menemuinya sepulng sekolah. Anak merasakan kesepian dirumah, tiada
teman. Kegiatan denag teman sebaya ini meliputi belajar bersama,
melihat pertunjukan, bermain, masak-masakkan, dan sebagainya.
15
Mereka sering melakukan kegiatan yang biasanya dilakukan orang
dewasa.
a) Penyimpangan Primer
a) Bersifat sementara
17
b) Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang
b) Penyimpangan Sekunder
c) Penyimpangan Individu
d) Penyimpangan Kelompok
e) Penyimpangan Situasional
18
Penyimpangan jenis ini disebabkan oleh pengaruh bermacam-
macam situasi yang sedang terjadi. Situasi yang dimaksud yaitu situasi
atau keadaan di luar kendali seorang siswa. Siswa terpaksa melakukan
tindakan menyimpang karena situasi yang memaksa siswa tersebut
melakukan tindakan menyimpang.
Male phenomenom: teori ini percaya bahwa anak laki-laki lebih nakal
daripada perempuan. Alasannya karena kenakalan memang adalah
sifat laki-laki atau karena budaya maskulinitas menyatakan bahwa
wajar kalau laki-laki nakal.
Menurut Taufiq Rohman D., dkk (2006: 102), ada beberapa faktor
penyebab terjadinya perilaku menyimpang antara lain sebagai
berikut:
23
dititipkan bersama nenek, kakak, atau sanak saudara lain sehingga
aktivitas mereka kurang terawasi secara maksimal.
1. Teori biologis
24
(b) Melalui pewarisan tipe-tipe kecenderungan yang
luar biasa (abnormal), sehingga membuahkan
tingkah laku delinkuen.
2. Teori psikogenis
3. Teori sosiogenesis
a) Upaya Preventif
b) Upaya Kuratif
c) Upaya Pembinaan
1) Pengendalian Preventif
2) Pengendalian Represif
3) Pengendalian Gabungan
5) Pengendalian Koersif
29
Pada masa ini anak mulai membandingkan kemampuannya dengan
teman sebaya bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar
untuk rendah diri.
e. Kesederhanaan
Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-anak pada masa apapun.
Orang yang lebih dewasa memandangnya sebagai perilaku yang kurang
menarik, sehingga anak menafsirkan sebagai penolakan yang dapat
mempengaruhi perkembangan konsep diri pada anak.
2) Bahaya Psikologi
a. Bahaya dalam berbicara
Kesalahan dalam berbicara seperti salah ucap dan kesalahan bahasa,
cacat dalam bicara seperti gagap atau pelat, akan membuat anak menjadi
sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja.
b. Bahaya emosi
Anak masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang meledak-ledak, cemburu sehingga
kurang disenangi orang lain.
c. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainan dan olahraga yang penting
untuk menjadi anggota kelompok. Anak yang dilarang berkhayal karena
membuang waktu atau dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain
akan mengembangkan kebiasaan penurut yang kaku.
d. Bahaya konsep diri
Anak mempunyai konsep diri yang ideal, biasanya merasa tidak puas
pada diri sendiri dan pada perlakuan orang lain. Anak cenderung
berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang
lain.
e. Bahaya moral
Ada enam bahaya umumnya dikaitkan dengan perkembangan sikap
moral dan perilaku anak-anak :
30
1) Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasarkan konsep-konsep media masa tentang benar dan salah
yang tidak sesuai dengan kode orang dewasa.
2) Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas dalam
terhadap perilaku.
3) Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa
yang sebaiknya dilakukan.
4) Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.
5) Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu
memuaskan sehingga perilaku menjadi kebiasaan.
6) Tidak sabar terhadap perbuatan orang lain yang salah.
f. Bahaya yang menyangkut minat
Tidak minat pada hal-hal yang dianggap penting oleh teman sebaya dan
mengembangkan.
g. Bahaya dalam penggolongan peran seks
Ada dua bahaya yang umum dalam penggolongan peran seks: kegagalan
untuk mempelajari organ seks, dan ketidakmampuan untuk melakukan
peran seks yang disetujui.
h. Bahaya dalam perkembangan kepribadian
Ada dua bahaya yang serius dalam perkembangan kepribadian periode
ini. Pertama, perkembangan konsep diri yang buruk yang
mengakibatkan penolakan diri, dan kedua, egosentrisme yang
merupakan lanjutan dari awal masa kanak-kanak. Egosentrisme
merupakan hal yang serius karena memberikan rasa penting diri yang
i. Bahaya hubungan keluarga
Pertentangan dengan anggota-anggota keluarga mengakibatkan dua hal:
melemahkan ikatan keluarga dan menimbulkan kebiasaan pola
penyesuaian yang buruk, serta masalah-masalah yang dibawa keluar
rumah. (Suprajitno 2004)
31
Pada anak usia sekolah, umumnya pada permulaan usia 6 tahun anak
mulai masuk sekolah, dengan demikian anak mulai mengenal dunia baru,
anak-anak mulai berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya dan
mulai mengenal suasana baru di lingkungannya. Hal-hal baru yang dialami
oleh anak-anak yang sudah mulai masuk dalam usia sekolah akan
mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Anak-anak akan merasakan
kegembiraan di sekolah, rasa takut akan terlambat tiba di sekolah,
menyebabkan anak-anak ini menyimpang dari kebiasaan makan yang
diberikan kepada mereka (Moehji, 2009).
Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan
teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira,
makannya teratur, bersih, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Ciri-ciri anak sehat adalah tumbuh dengan baik, yang dapat dilihat dari naiknya
berat badan dan tinggi badan secara teratur dan proporsional; Tingkat
perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya; tampak aktif/gesit dan
gembira; Mata bersih dan bersinar; Nafsu makan baik; Bibir dan lidah tampak
segar; Pernapasan tidak berbau; Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak
kering; dan Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
32
4. Karakteristik intelektual : anak mulai berani menyuarakan pendapatnya,
memiliki minat besar terhadap belajar, mulai terlihat memiliki
keterampilan, rasa ingin tahu yang kuat, dan memiliki perhatian terhadap
sesuatu yang singkat.
Berbagai macam masalah yang muncul pada anak usia sekolah, namun
masalah yang biasanya terjadi yaitu masalah kesehatan umum. Masalah
kesehatan umum yang terjadi pada anak usia sekolah biasanya berkaitan dengan
kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar,
kebersihan diri, serta kebiasaan cuci tangan pakai sabun (Permata, 2010).
33
Keberhasilan pelaksanaan program kerja UKS tergantung dari
keberhasilan masing-masing program kerja UKS. Menurut Mubarak dan
Chayatin (2009), program kerja UKS meliputi tiga unsur yaitu pendidikan
kesehatan di sekolah, pelayanan kesehatan di sekolah dan pembinaan
lingkungan sekolah yang sehat yang terwujud dalam Trias UKS. Terciptanya
kondisi lingkungan yang mendukung terhadap pelaksanaan proses belajar
mengajar tersebut diharapkan dapat berdampak terhadap meningkatnya
presatasi belajar yang akan dicapai oleh siswa.
1. Pengkajian
a. Data Komunitas
1) Demografi : Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak
usia sekolah menurut jenis kelamin, golongan umur.
2) Etnis : suku bangsa, budaya, tipe keluarga.
3) Nilai, kepercayaan dan agama : nilai dan kepercayaan yang dianut
oleh anak usia sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang
dianut, fasilitas ibadah yang ada, adanya organisasi keagamaan,
kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan oleh anak usia
sekolah.
b. Data Subsystem
Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :
1) Lingkungan Fisik
Inspeksi : Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan
lingkungan, aktifitas anak usia sekolah di lingkungannya, data
dikumpulkan dengan winshield survey dan observasi.
Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia
sekolah dari guru kelas, kader UKS, dan kepala sekolah melalui
wawancara.
Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah
yang kurang baik bagi perkembangan anak usia sekolah.
34
2) Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah,
bentuk pelayanan kesehatan bila ada, apakah terdapat pelayanan
konseling bagi anak usia sekolah melalui wawancara.
3) Ekonomi
Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua
siswa, jumlah uang jajan para siswa melalui wawancara dan
melihat data di staff tata usaha sekolah.
4) Keamanan dan transportasi.
Keamanan : adanya satpam sekolah, petugas penyebarang
jalan.
Transportasi Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia
sekolah, adanya bis sekolah untuk layanan antar jemput siswa
5) Politik dan pemerintahan
Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib
sekolah yang harus dipatuhi seluruh siswa.
6) Komunikasi
Komunikasi formal Media komunikasi yang digunakan oleh
anak usia sekolah untuk memperoleh informasi pengetahuan
tentang kesehatan melalui buku dan sosialisasi dari pendidik.
Komunikasi informal Komunikasi/diskusi yang dilakukan
anak usia sekolah dengan guru dan orang tua, peran guru dan
orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak
sekolah, keterlibatan guru dan orang tua dan lingkungan
dalam menyelesaikan masalah anak usia sekolah.
7) Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang
digunakan sekolah, dan tingkat pendidikan tenaga pengajar di
sekolah.
8) Rekreasi
35
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat
sarana penyaluran bakat anak usia sekolah seperti olahraga dan
seni, pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan
c. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
1) Identitas anak.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan.
3) Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.
4) Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari).
5) Pertumbuhan dan perkembangannya saat ini (termasuk
kemampuan yang telah dicapai).
6) Pemeriksaan fisik.
7) Lengkapi dengan pengkajian fokus
Bagaimana karakteristik teman bermain.
Bagaimana lingkungan bermain.
Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah.
Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan
adakah sarana yang dimilikinya.
Bagaimana temperamen anak saat ini.
Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang.
Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak.
Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini.
Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah.
Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah.
Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau
dirumah saat bermain.
Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa
ini.
Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa
jenisnya.
Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya.
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga.
36
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat dua sifat, yaitu :
1) Berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal sesuai usia anak.
2) Berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada
lima tugas keluarga yang bertujuan agar keluarga memahami dan
memfasilitasi perkembangan anak
1) Masalah aktual/risiko
Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan
tubuh.
Menarik diri dari lingkungan sosial.
Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah.
Mudah dan Sering marah.
Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah
yang dibebankan.
Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga.
Keengganan melakukan kewajiban agama.
Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal.
Gangguan komunikasi verbal.
Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat
banyak waktu yang digunakan untuk bermain).
2) Potensial atau sejahtera
Meningkatnya kemandirian anak.
Peningkatan daya tahan tubuh.
Hubungan dalam keluarga yang harmonis.
Terpenuhinya kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya.
Pemeliharaan kesehatan yang optimal
37
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Aktual
Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anak yang sakit
Tujuan: Hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan
dukungan yang adekuat.
Intervensi:
1) Diskusikan tentang tugas keluarga.
2) Diskusikan bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis saat
anggota keluarga sakit.
3) Kaji sumber dukungan keluarga yang ada disekitar keluarga.
4) Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya
pertolongan yang telah dilakukan.
5) Ajarkan cara merawat anak dirumah.
6) Rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai kemampuan keluarga
b. Resiko/resiko tinggi
Resiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yang terjadi pada anaknya.
Tujuan: ketidakharmonisan keluarga menurun
Intervensi:
1) Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga.
2) Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga.
3) Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani.
4) Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak.
5) Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan
masalah.
6) Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah.
7) Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu
membaut alternatif.
c. Potensial atau sejahtera
Meningkatnya hubungan yang harmonis antar anggota keluarga.
Tujuan: dipertahankanya hubungan yang harmonis.
38
Intervensi:
1) Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka pada
keluarga.
2) Diskusikan cara-cara penyelesaian masalah dan beri pujian atas
kemampuannya
3) Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga (anak usia
sekolah)
4) Diskusikan cara memenuhi kebutuhan anggota keluarga tanpa
menimbulkan maslaah.
39
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
SD Airlangga merupakan salah satu Sekolah Dasar di kota X tepatnya di
wilayah kecamatan Makmur Raya. SD Airlangga memiliki siswa sebanyak
235 siswa dengan rincian 30 siswa kelas 1, 35 siswa kelas 2, 35 siswa kelas
3, 40 siswa kelas 4, 45 siswa kelas 5 dan 50 siswa kelas 6 dengan jumlah
guru pengajar sebanyak 25 orang. Siswa SD Airlangga mayoritas beragama
islam dan bersuku Jawa. SD Airlangga terdiri dari 2 lantai, pada tiap lantai
ada 2 buah kamar mandi yang dipisahkan antara laki-laki dan perempuan.
Di SD Airlangga juga memiliki kebiasaan setiap hari Senin selalu
dilaksanakan upacara bendera, setiap hari Jumat ada senam bersama yang
kemudian dilanjutkan dengan sarapan bersama, siswa diminta untuk
membawa bekal dari rumah. SD Airlangga terletak di tengah kota namun
berbatasan dengan tempat pembuangan sampah, sehingga halaman samping
sekolah terlihat kumuh dan terkadang tercium bau tidak sedap di ruang
kelas. Setiap minggunya selalu ada laporan siswa yang mengalami sakit
perut di UKS, diduga karena sering mengkonsumsi jajanan di depan
sekolah.
40
siswa kelas 5 dan 50 siswa kelas 6. Jumlah guru pengajar di SD
Airlangga sebanyak 25 orang.
3. Kelompok etnis
Mayoritas siswanya berasal dari suku jawa
4. Nilai dan keyakinan
Mayoritas siswanya beragama islam.
No Elemen Deskripsi
1. Lingkungan SD Airlangga terdiri dari 2 lantai, lantai satu digunakan
untuk siswa kelas 1-3, musholla, ruang guru, kantin dan
UKS, lantai 2 digunakan untuk ruang kelas 4-6 dan
perpustakaan. Pada tiap lantai ada 2 buah kamar mandi yang
dipisahkan antara laki-laki dan perempuan
2. Lingkungan Terbuka Pada halaman depan sekolah terdapat penjual makanan kaki
lima dan pada halaman samping sekolah merupakan tempat
pembuangan sampah.
3. Batas Batas wilayah sebelah utara adalah Kantor Kecamatan
Mulyorejo, sebelah timur adalah Universitas Airlangga,
batas sebelah selatan Masjid Agung Kota dan batas sebelah
Barat adalah Taman kota dan tempat pembuangan sampah
kota
4. Kebiasaan Setiap hari Senin selalu dilaksanakan upacara bendera, setiap
hari Jumat ada senam bersama yang kemudian dilanjutkan
dengan sarapan bersama, siswa diminta untuk membawa
bekal dari rumah
5. Transportasi Siswa kebanyakan diantar jemput oleh orang tua dan
beberapa siswa yang tempat tinggalnya dekat dengan sekolah
membawa sepeda ataupun berjalan kaki.
6. Pusat Pelayanan SD Airlangga berdekatan dengan Masjid Agung dan taman
bermain
41
7. Toko/Warung/Pasar Terdapat beberapa toko swalayan di sekitar SD Airlangga
yang biasanya digunakan oleh warga setempat untuk
berbelanja kebutuhan sehari-hari
Waktu : 08.00-10.00
Peserta : Kepala sekolah, wali kelas 1-6, perwakilan orang tua siswa kelas
1-6
1. Apa yang biasanya dilakukan oleh siswa pada saat jam istirahat?
Ada beberapa siswa yang bermain di lapangan, sedangkan siswa yang
lain biasanya ke halaman depan sekolah untuk membeli jajanan pinggir
jalan.
2. Bagaimanakah pelaksanaan program UKS di SD Airlangga?
UKS digunakan ketika ada siswa yang sakit untuk istirahat sejenak, tapi
biasanya siswa yang sakit langsung diminta untuk beristirahat di rumah.
Program dokter kecil UKS belum dilaksanakan karena guru masih fokus
untuk mempersiapkan ujian sekolah bagi siswa kelas 6.
3. Apakah orang tua wali murid membawakan bekal makanan pada
anaknya agar tidak jajan sembarangan?
Ada 5 ibu yang menjawab kalau mereka tidak membawakan bekal
karena tidak sempat memasak ketika pagi karena mereka juga harus
bersiap berangkat kerja. Kalaupun dibawakan bekal hanya saat hari
jumat ketika ada acara sarapan bersama dan biasanya makanan tersebut
juga dibeli ketika berangkat ke sekolah pagi hari.
4. Apa sajakah sakit yang dikeluhkan oleh siswa ketika datang ke UKS?
Guru jaga UKS mengatakan bahwasannya siswa yang datang ke UKS
mengeluhkan sakit perut, terkadang badannya panas dan juga batuk
42
pilek. Tapi dalam satu minggu pasti ada siswa yang datang ke UKS
dengan keluhan sakit perut
5. Adakah fasilitas seperti wastafel yang dilengkapi dengan sabun untuk
cuci tangan di sekolah ini? Jika ada dimana?
Tidak ada, jika siswa ingin cuci tangan biasanya di toilet, di toilet siswa
tapi tidak ada sabun karena biasanya hanya digunakan untuk buang air
kecil saja.
43
4. Kesadaran para siswa dalam Belum pernah dilakukan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat penyuluhan tentang cuci
(PHBS) masih kurang, siswa tangan pada siswa SD
tidak melakukan cuci tangan Airlangga, kader dokter kecil
ketika akan mengkonsumsi juga belum dibentuk.
makanan dan tidak sedikit siswa
yang jajan sembarangan di depan
sekolah.
44
3.7 Intervensi Keperawatan :
1. Defisiensi Tujuan Primer: Pengetahuan: Domain 7 Demonstrasi, Senin, 16 Aula SD Pihak Sekolah: Iuran
kesehatan jangka Siswa SD Promosi Komunitas Ceramah September Airlangga Kepala Sekolah Mahasiswa
komunitas panjang : Airlangga kesehatan 5510 2019 Pihak Mahasiswa:
siswa SD Mengatasi kelas 1-6 182308 Pendidikan Pukul Novianti L
Airlangga b.d penyakit Perilaku kesehatan: 08.00-
ketidakcukup sakit perut yang Cuci tangan 09.00
an sumber yang sering meningkat sebelum
daya: diderita kan makan
pengetahuan oleh siswa kesehatan 6484
(00215) SD (1-3) Manajemen
Airlangga 180501 lingkungan:
Praktik gizi komunitas
Tujuan yang sehat dengan
jangka (1-3) mengajarka
pendek : n siswa
45
Mengatasi untuk
permasala membuang
han sampah
Perilaku pada
Hidup tempatnya
Bersih 6610
dan Sehat Identifikasi
yang resiko:
masih lingkungan
kurang kumuh
pad siswa dengan
SD mengajarka
Airlangga n kepada
siswa agar
tidak
mendekati
lingkungan
dekat TPS
karena
46
banyak
bakteri.
2. Perilaku Tujuan Sekunder: Pengetahuan: Domain 3 FGD (Focus Selasa, 17 Ruang Pihak Sekolah: Iuran
kesehatan jangka Guru dan Promosi Perilaku Group September rapat guru Kepala Sekolah Mahasiswa
siswa SD panjang: Orang tua kesehatan Manajemen Discussion) 2019 SD Pihak Mahasiswa:
Airlangga Perilaku siswa (1823) perilaku Pukul Airlangga Novianti L
cenderung kesehatan 182308 orang tua 08.00-
berisiko b.d siswa SD Perilaku agar tidak 11.00
kurang Airlangga yang membiarka
pemahaman tidak meningkat n anaknya
(00188) berisiko kan jajan
kesehatan sembaranga
Tujuan (1-3) n
jangka Domain 7
pendek: Deteksi Komunitas
Meningkatk Risiko (1908) 5510
an 190802 Pendidikan
kesadaran Mengidenti kesehatan:
Siswa agar fikasi Pentingnya
menerapkan kemungkin sekolah
47
perilaku an risiko menyediak
hidup kesehatan an fasilitas
bersih dan (1-3) wastafel
sehat di 190801 dan sabun
sekolah Mengenali untuk cuci
tanda dan tangan
gejala yang 6484
mengidenti Manajemen
fikasikan lingkungan:
risiko (1-3) komunitas
dengan
mengadaka
n kegiatan
kerja bakti
sekolah dan
memberi
batas
berupa
tembok
agar
48
sampah
dari TPS
tidak
masuk ke
halaman
sekolah
49
3.8 Rencana Strategis Penyelesaian Masalah
50
sumber daya: 3. 100% peserta yang hadir
pengetahuan memahami pentingnya
(00215) perilaku hidup bersih dan
sehat di sekolah
2. Perilaku Selasa, 17 1. Peserta yang hadir 15 orang
kesehatan siswa September 2. 100% peserta FGD aktif dalam
SD Airlangga 2019 Pukul kegiatan diskusi
cenderung 08.00-11.00 3. 100% peserta yang hadir
berisiko b.d memahami pentingnya perilaku
kurang hidup bersih dan sehat di sekolah
pemahaman
(00188)
51
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anak usia sekolah merupakan anak yang sedang berada pada periode usia
pertengahan yaitu anak yang berusia 6-12 tahun. Pada usia sekolah, anak
memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih
muda. Perbedaan ini terlihat dari aspek fisik, mental-intelektual, dan sosial-
emosial anak.
4.2 Saran
Pada kelompok anak usia sekolah yang memiliki sifat-sifat khusus, juga
diperlukan suatu intervensi khusus untuk meningkatkan kesehatan pada
kelompok mereka.
52
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, D. S. (2016). Psikologi Praktis: Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta:
PT. BPK Gunung Mulia.
Supariasa, & Hardiansyah. (2016). Nutrition Theory & Application. Jakarta: Book
EGC Medicine.
Prasetyo, Y.B. dkk. 2014. Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah Dalam
Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Pada Anak Usia Sekolah Dasar
di Lombok Timur. Jurnal Kedokteran Yarsi 22 (2) : 102-113
http://scholar.unand.ac.id/41305/5/kti%20full%20isny.pdf
53