Anda di halaman 1dari 3

Nama: Elsha

Nim: 2020203862201018
Prodi/ kelas: ALKS/ 2800B

UTS
Filosofi auditing
Mautz dan Sharaf yang menulis monografi The Philosophy ofAuditing(1993), bahwa
auditing merupakan disiplin tersendiri yang mengandung teori-teori. Keberadaan auditing
yang dilandasi atas teori telah diakui pentingnya oleh lembaga-lembaga maupun individu-
individu yang mengabdi dalam urusan akademis dan riset ilmiah dibidang auditing.
 Pendekatan filosofi mempunyai empat karakteristik, yaitu:
a. Komprehensif, bahwa kesemuanya ini diterapkan terhadap keseluruhan lingkup
pengalaman manusia.
b. Perspektif, Jika hal ini diterapkan pada pengembangan filosofi auditing kita akan
c. melihat kebutuhan akan pengesampingan kepentingan pribadi.
d. Insight, elemen ketiga dari pendekatan filosofi, menekankan dalamnya
Penyelidikan yang diusulkan.
 Metode pendekatan filosofi :
a. Pendekatan analitis:
Sikap filosofis berupaya merefleksikan sikap kritis dan analitis. Terhadap ide-ide
maupun gagasan yang selama ini diterima begitu saja oleh sebagian orang.
b. Pendekatan penilaian (valuation approach):
Jenis penilaian, yakni moral dan etika. Dengan pendekatan ini, bagaimana
sebaiknya seseorang berbuat, dan prinsip apa yang semestinya digunakan untuk
mengarahkan tindakan manusia.
Auditing pun telah mengembangkan tradisi dalam urutan sistematis pelaksanaan
kegiatannya.Proses auditing pada umumnya terdiri dari:
1. Penerimaan penugasan
2. Pengumpulan informasi umum
3. Pengujian mutu pengendalian secara terbatas
4. Penentuan jenis bukti dan luasnya bukti yang diperlukan
5. Pengumpulan bukti
6. Evaluasi dan analisis bukti
7. Perumusan judgment dan opini.
Siklus audit
Siklus audit adalah untuk memberikan informasi mengenai kewajaran penyajian laporan
keuangan, apakah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku atau tidak.
Audit adalah bentuk akuntabilitas perusahaan kepada para pemangku kepentingan.
Tujuan audit laporan keuangan dilakukan oleh akuntansi publik adalah agar berjalan secara
independen. Dalam pelaksanaannya, terdapat juga beberapa tahapan yang harus dilakukan
ketika melakukan audit laporan keuangan.
Siklus audit adalah proses memastikan laporan keuangan benar. Sedangkan siklus
akuntansi adalah perumusan laporan keuangan. Menyusun laporan keuangan adalah
langkah kunci dalam siklus akuntansi.
Norma dan kode etik audit
Etika dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
kebiasaan sedangkan etika merupakan ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral
dimana dalam penyelidikan tersebut dilakukan dengan tiga pendekatan. Tiga
pendekatan tersebut adalah pendekatan etika deskriftif, etika normatif dan metaetika.
Kode etik harus memiliki empat komponen, yaitu Prinsip –prinsip, Peraturan perilaku,
Interprestasi dan Ketetapan etika.
Sementara itu prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan itu sendiri meliputi
delapan butir pernyataan (IAI, 1998, dalam Ludigdo, 2007). Kedelapan butir
pernyataan tersebut merupakan hal-hal yang seharusnya dimiliki oleh seorang
akuntan.Delapan butir tersebut adalah tanggungjawab profesi, kepentingan publik,
intergritas, obyektifitas, kompetensi dan kehati –hatian profesional, kerahasiaan,
perilaku profesional, dan standar teknis
Bukti audit
Dalam buku Auditing & Assurance Services: A Systematic Approach, Messier, Glower,
dan Prawitt (2006) menjelaskan bahwa bukti audit adalah seluruh informasi yang
digunakan oleh auditor untuk mencapai kesimpulan yang menjadi dasar pendapat audit
dan mencakup informasi yang terdapat dalam catatan-catatan akuntansi yang mendasari
laporan keuangan serta informasi lainnya. Sedangkan Mulyadi (2002) menyatakan bahwa
bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain
yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar
yang layak untuk menyatakan pendapatnya.
Bukti audit terdiri atas data akuntansi dan informasi pendukung lainnya, yang digunakan
auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut.
Kertas kerja
Kertas kerja adalah semua catatan tentang informasi atau bukti yang dikumpulkan auditor
untuk menunjukkan pekerjaan yang telah mereka lakukan, metode dan prosedur yang
mereka ikuti dan kesimpulan-kesimpulan yang telah mereka lakukan. Dengan kertas kerja
tersebut auditor menyusun laporannya kepada klien, serta membuktikan luas auditnya dan
membuktikan kemampuan profesionalnya dalam melaksanakan audit.
Tujuan utama kertas kerja adalah:
a. sebagai alat koordinasi
b. sebagai alat pengkajian
c. sebagai dasar penyusunan laporan audit
d. sebagai pendukung pendapat auditor. Pada umumnya kertas kerja audit dapat
dikategorikan beberapa golongan yaitu program audit, kertas kerja neraca, jurnal
penyesuaian dan reklasifikasi, skedul utama, dan skedul pendukung.
Selain itu, hubungan antara kertas kerja yang satu dengan kertas kerja yang lain pada
dasarnya saling berkaitan dan kertas kerja tersebut akhirnya akan mendukung informasi
atau data yang disajikan dalam laporan keuangan. Dan sistem pengarsipan kertas kerja
dibagi menjadi dua yaitu arsip permanen dan arsip tahun berjalan.
Untuk mencapai mutu kertas kerja yang baik seperti yang diharapkan, maka berikut uraian
pedoman dasar pembuatan kertas kerja yaitu setiap kertas kerja harus bertujuan, setiap
topik dibuatkan kertas kerja tersendiri, adanya identitas yang benar, setiap kertas kerja
harus diberi indek atau indek silang, semua langkah-langkah atau prosedur audit yang
telah dilakukan harus dinyatakan pada kertas kerja yang bersangkutan, dalam kertas kerja
harus termasuk pula komentar auditor yang mencerminkan kesimpulan terhadap setiap
aspek pekerjaan, hindarilah pekerjaan menulis kertas kerja kembali, kertas kerja yang
sudah selesai pekerjaannya harus disimpan tersendiri dan terpisah dengan kertas kerja
yang belum selesai.
Selain itu, setiap kertas kerja harus diberi indek, subindek atau indek silang secara lengkap
dan sistematis baik selama atau setelah audit maupun kesimpulan. Pemberian indek ini
dimaksudkan untuk mempermudah pengarsipan dan pencarian kembali terhadap kertas
kerja tersebut bila sewaktu-waktu diperlukan.
Kertas kerja audit akuntan yang disusun selama pelaksanaan audit, baik yang disusun oleh
auditor sendiri maupun yang disusun oleh klien untuk auditor, adalah milik auditor
(akuntan publik). Oleh karena itu semua kertas kerja tersebut harus disimpan oleh auditor
dengan sebaik-baiknya, dalam arti disimpan secara teratur sesuai dengan urutan yang
logis.

Anda mungkin juga menyukai