STRUKTUR ALJABAR
(DASAR DASAR GRUP)
DISUSUN OLEH :
1. YELI MARYANI
NPM. 1984202028
2. IKA FITRI
NPM.1984202026
3. M ERLANGGA SAPUTRA
NPM. 19842020227
KELOMPOK : 3(TIGA)
PRODI : PENDIDIKAN MATEMATIKA V.B
DOSEN PEMBIMBING : HELNI INDRAYATI , M.Pd
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya
sehingga makalah ini yang berjudul “dasar – dasar grup” dapat tersusun hingga
selesai. Makalah ini diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Struktur aljabar. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih banyak kepada ibu
helni indrayati, M, Pd selaku dosen mata kuliah ini yang telah membimbing
hingga dapat terselesaikan.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para mahasiswa/mahasiswi maupun pembaca lainnya, untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, kami yakin masih banyak kekurangan makalah ini oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Grup adalah struktur aljabar yang sederhana , yaitu himpunan yang di lengkapi
dengan operasi biner yang memenuhi sifat assosiatif, mempunyai elemen identitas
dan memiliki invers. Struktur aljabar yang lebih sederhana lagi yaitu himpunan
yang di lengkapi dengan operasi biner yang memenuhi sifat assosiatif yang di
sebut semigrup. Semigrup belum tentu mempunyai elemen identitas di sebut
dengan monoid.
Struktur aljabar dari suatu semigrup pertama kalinya di temukan pada tahun 1928
oleh A. K.Suchkewitsch. struktur aljabar yang sederhana dari monoid dan grup,
semigrup penting sekali untuk di pahami sebelum mempelajari lebih jauh
mengenai keduanya (monoid dan grup).
Suatu elemen di dalam semigrup S di katakan saling anti invers jika memenuhi
X . y .x = y dan y . x . y = x, untuk setiap x, y ϵ S . definisi tersebut
Menjadi dasar untuk membahas sifat-sifat dari semigrup anti invers. Pada
semigrup anti invers terdapat subsemigrup anti invers yang membentuk grup.
Dalam penulisan tugas akhir ini, dengan menggunakan metode studi literatur,
penulisan akan membahas tentang pengembangan semigrup,yaitu semigrup anti-
invers.
1.2 Rumusan masalah
• sifat-sifat grup
• sifat-sifat subgrup?
1.3 Tujuan
Melalui makalah ini kita dapat mengetahui sifat-sifat dari dasar-dasar grup,
bagaimana cara penerapan dasar-dasar grup.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep semigrup yaitu suatu struktur aljabar dengn satu operasi biner (grupoid
terhadap penjumlahan atau perkalian yang memiliki prasyarat tertutup dan
assosiatif . sedangkan monoid adalah suatu struktur aljabar dengan satu operasi
biner (semigrup terhadap penjumlahan dan perkalian )yang setiap anggotanya
memiliki unsure satuan atau idenfikasi .
Definisi 1,1:
Suatu monoid (G*.) dikatakan suatu grup jika setiap anggotanya memiliki
unsure balikan atau
invers yaitu :
a € G Ǝ a € G sehingga a*a-1=a-1*a=e
Definisi 1,2:
1 Tertutup
2 Asosiatif
Misalkan a,b,c, € G
Maka (a*b)*c=a*(b*c)
Misalkan a, € G
Maka a*e = e * a = a
5
4 Adaya unsure balikan atau invers
Misalkan a, € G
Maka a*a-1=a-1*a=e
Contoh 3.1 ;
Penyelesaian
Table 1.1
- -1 1
-1 1 -1
1 -1 1
Dari table diatas .akan ditunjukan bahwa G ={-1,1} merupakan suatu grup
a. Tertutup
misalkan -1 dan 1 E G
-1, 1= -1
b. Assosiatif
6
a. (b.c)=1.(-1,-1)=1,1=1
sehingga (a.b),c=a.(b.c)=1
maka G assosiatif
-1 €,G
-1.e = e.(-1)=-1
1e = e.1=1
CONTOH 3.2
Penyelesaian :
7
Table 1.2
+ -1 1
-1 -2 0
1 0 2
CONTOH 3.3
Penyelesaian:
Table 1,3
+ 0 1 2 3 4 5
0 0 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5 0
2 2 3 4 5 0 1
3 3 4 5 0 1 2
4 4 5 0 1 2 3
5 5 0 1 2 3 4
8
Suatu grup terhadap penjumlahana ( G ,+), yaitu
a. tertutup
misalkan 0,1,2,3,4,5 € G
1+2=3
1+3=4
1+4=5
1+5=0
(a+b )+ c= ( 2+4)+5=0+5+0
a+(b+c)=2+(4+5)=2+3=5
sehingga:
(a+b)+c =a+(b+c)=5
Maka G assosiatif
0 +e =e + 0 = 0
1+e =e+1=1
9
2+e =e+2=2
3+e =e+3=3
4+e =e+4=4
5+e =e+5=5
€ G, pilih 4 € G ,
10
Maka G ada unsur balikan atau invers
Definisi 3.3:
1. tertutup
2. Asosiatif
Misalkan a,b,c € G
Misalkan a € G
Maka a*e * a= a
Misalkan a € G
5.Komutatif
Misalkan a,b € G
Contoh 3.4
Dari contoh 3.1 tunjuakn bahwa G ={-1, 1} adalah suatu grup komutatif
11
/ grup abelian terhadap perkalian ( G,.).
Penyelesaian :
Dari contoh 3.1 telah ditunjukan bahwa G ={-1, 1} adalah suatu grup
-1. 1 = -1
1.(-1) =-1
contoh 3,5 :
penyelesaian:
1+5=0
5+1=0
12
Sehingga 1+5=5+1=0
Teorema 3.1
a. jika a ϵ G, maka :
b. jika a, b ϵ G, maka
bukti :
Dalam operasi penjumlahan (+), teorema tersebut dapat di tulis sebagai berikut
:2.2 subgrup
Pada sub pokok bahasan ini akan diperkenalkan subgrup yang merupakan bagian
dari grup. Secara harfiah supgrup dapat diartikan sebagai grup bagian yang
mempunyai sifat-sifat dari grup. Adapun definisinya adalah sebagai berikut.
Definisi 3.2
misal (G,*) adalah suatu grup dan H ⊆ G. (H,*) di katakan supgrup dari (G,*),
jika (H,*) adalah suatu grup terhadap operasi yang ada dalam (G,*).
13
Dari definisi tersebut dapat di artikan bahwa untuk membuktikan bahwa
(h,*) adalah subgrup dari grup (G,*), harus melalui langkah – langkah sebagai
berikut:
Contoh 3.3
Dari contoh 3.1 tunjukan bahwa H = {1} adalah merupakan supgrup dari
Penyelesaian :
Dari tabel 3.1 akan di tunjukan H = {1} memenuhi syarat-syarat suatu grup :
a. tertutup
misalkan 1 ϵ H dan 1 . 1 = 1
b. assosiatif
misalkan a = 1, b = 1 dan c = 1 ϵ H
(a . b) . c = (1 . 1) . 1 . = 1 . 1 = 1
A . (b . c) . 1 (1. 1) = 1 . 1 = 1
• misalkan 1 ϵ G
14
1.e=e.1=1
Sehingga 1. 1 = 1 = e, maka =1
Contoh 3.4
Penyelesaian :
Sehingga H ⊆ G.
a. tertutup
misalkan 0, 2, 4 ϵ H
0+0=0
0+2=2
0+4=4
2+2=4
15
2+4=0
4+4=2
Karena hasilnya 0, 2, 4 ϵ H
b. assosiatif
misalakan a = 2, b = 2 dan c = 4 ϵ H
(a + b) + c = (2 + 2) + 4 = 4 + 4 = 2
a + (b + c) = 2 + (2 + 4) = 2 + 0 =2
sehingga :
(a + b) + c = a + (b + c) = 2
Maka H assosiatif.
•misalkan 0 ϵ G
0+e=e+0=0
•misalkan 2 ϵ G
2+e= e+2=2
•misalkan 4 ϵ G
4+e=e+4=4
16
•ambil sembarang nilai dari G, misalakan 0 ϵ G, pilih 0 ϵ G,
Sehingga 0 + 0 = 0 = e, maka =0
Sehingga 2 + 4 = 0 = e, maka =4
Sehingga 4 + 2 = 0 = e, maka =2
misalkan 4 ϵ H
4+e= 4+0=4
e + 4 = 0 + 4 =4
sehingga :
4+e=e+4=4
4 + (-4) = 4 – 4 = 0 = e
(-4) + 4 = -4 + 4 = 0 = e
Sehingga :
4 + (-4) = (-4) + 4 = 0 = e
17
Jadi, H = {0, 2, 4} memenuhi syarat-syarat suatu gru, sehingga (H, +)
Contoh 3.5 :
Dari contoh 3.3, tunjukan bahwa H = {1, 2, 3} adalah bukan merupakan subgrup
dari G = {0, 1, 2, 3, 4, 5} terhadap penjumlahan (G, +).
Penyelesaian :
sehingga H ⊆ G.
misalkan 2, 3 ϵ H
anggota atau elemen dari grup. Unsur dari grup ini dapat membentuk
atau membagun suatu subgrup, jumlah dari unsur suatu grup atau
Definisi 3.6 :
Misalkan (G,*) adalah suatu grup. Banyaknya unsur-unsur dari grup (G,*)
18
Grup hingga bila │G│ terhingga (finite) dan di sebut grup tak hingga bila
│G│tak hingga.
Definisi 3.7 :
Orde dari suatu unsur a dalam suatu grup (G,*) adalah bilangan bulat fositif
terkecil n, sedemikian hingga = e (e = 1, untuk perkalian) dan na = e (e = 0,
untuk penjumlahan).
Bila tidak ada bilangan seperti n tersebut, maka orde dari unsur tersebut tak
hingga.
Contoh 3.6 :
Contoh 3.7 :
Orde dari grup G = {0, 1, 2, 3, 4, 5} adalah 6 dan orde dari subgrup H = {0, 2, 4}
adalah 3.
Contoh 3.8 :
Penyelesaian :
a=0
= {0}
a = 1,
19
= {1, 2, 3, 0}
Sehingga │ │=4
a = 2,
= {2, 0}
Sehingga │ │=2
a = 3,
= {3, 2, 1, 0}
Sehingga │ │=4
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a.tertutup
b. assosiatif
2. suatu grup dikatakan grup komutatif atau grup Abelian jika memenuhi syarat-
syarat dari grup dan mempunyai sifat komutatif.
dengan kata lain, (G,*), adalah suatu grup dan H ⸦ G. (H,*) dikatakan
subgrup dari (G,*), jika (H,*) adalah suatu grup terhadap operasi yang ada (G,*)
4. misalkan (G,*) adalah suatu grup. Banyaknya unsur-unsur dari grup (G,*) di
sebut orde dari grup (G,*), di lambangkan dengan │G│. (G,*)
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa kekurangan dan masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karna itu, kami mengharapkan dari semua pihak untuk
memberi kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kelancaran pembuatan
makalah selanjutnya. Namun, kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi ki
semua.
21
DAFTAR PUSTAKA
Durbin J.R. 1985. Moder Algebra. New York: John Willey & Sons
Malang
22