Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Mekanisme Sensorik terhadap Rasa Nyeri

Michael Usup
102019042
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat, 11510
michael.102019042@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan,
baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah
salah satu tanda alami dari suatu penyakit yang pertama muncul dan menjadi gejala paling dominan
diantara pengalaman sensorik lainnya yang dinilai oleh manusia pada suatu penyakit. Rasa nyeri dapat
diterima oleh penderitanya sebagai suatu mekanisme untuk menghindari keadaan yang berbahaya,
mencegah kerusakan lebih jauh, dan untuk mendorong suatu proses penyembuhan. Nyeri di bagian
tubuh yang letaknya jauh dari jaringan menyebabkan rasa nyeri disebut nyeri alih. Nyeri alih merupakan
rasa nyeri somatik dalam atau rasa nyeri viseral yang terasa di daerah somatik superfisial. Nyeri ini
dialihkan ke suatu daerah di permukaan tubuh atau di tempat lainnya yang tidak tepat dengan lokasi
nyeri. Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah dan otak lebih
merespon daerah input sensorik yang tinggi dibandingkan dengan daerah asal nyeri.

Kata kunci : nyeri alih, saraf, sensorik

Abstract
Pain is an unpleasant sensory and emotional experience due to tissue damage, both actual and potential
or that is described in the form of such damage. Pain is one of the natural signs of a disease that first
appears and is the most dominant symptom among other sensory experiences assessed by humans in a
disease. Pain can be accepted by sufferers as a mechanism to avoid dangerous conditions, prevent
further damage, and to encourage a healing process. Pain in parts of the body that are located far from
the tissue that causes pain is called referred pain. Transfer pain is deep somatic pain or visceral pain
that is felt in the superficial somatic region. This pain is diverted to an area on the surface of the body
or in other places that are not appropriate to the location of pain. Transfer pain occurs if a nerve
segment serves more than one region and the brain responds more to the high sensory input area
compared to the area of origin of the pain.

Keywords : nerve, referred pain, sensory

1
Pendahuluan
Nyeri dikatakan sebagai salah satu tanda alami dari suatu penyakit yang pertama muncul dan
menjadi gejala paling dominan diantara pengalaman sensorik lainnya yang dinilai oleh manusia pada
suatu penyakit. Nyeri sendiri dapat diartikan sebagai suatu pengalaman sensorik yang tidak
mengenakkan yang berhubungan dengan suatu kerusakan jaringan atau hanya berupa potensi kerusakan
jaringan.
Walaupun terdapat ketidaknyamanan dari suatu nyeri, tetapi nyeri masih dapat diterima oleh
seorang penderitanya sebagai suatu mekanisme untuk menghindari keadaan yang berbahaya, mencegah
kerusakan lebih jauh, dan untuk mendorong suatu proses penyembuhan.
Seringkali seseorang merasakan nyeri di bagian tubuh yang letaknya jauh dari jaringan yang
menyebabkan rasa nyeri, ini disebut juga sebagai nyeri alih. Nyeri ini berasal dari suatu organ visera
yang kemudian dialihkan kesuatu daerah di permukaan tubuh atau di tempat lainnya yang tidak tepat
dengan lokasi nyeri.

Mekaninisme Sensorik
Tubuh manusia memiliki reseptor yang tidak hanya berfungsi untuk reseptor sensorik tetapi juga
digunakan untuk protein-protein yang mengikat neurotransmiter, hormon, dan zat-zat lain dengan
afinitas dan spesifisitas tinggi yang menjadi tahap pertama dari peristiwa yang mengawali terbentuknya
respon fisiologis spesifik. Keberadaan reseptor sensorik dapat membangkitkan potensial aksi di
neuron.1
Masukan aferen yang berasal dari reseptor di permukaan tubuh, sendi, otot biasanya mencapai
ambang kesadaran. Jenis masukan ini disebut informasi sensorik dan jalur masuknya dianggap sebagai
aferen sensorik. Informasi sensorik dibagi menjadi dua. Pertama adalah sensasi somatik/tubuh yang
berasal dari permukaan tubuh, termasuk sensasi somestetik dari kulit dan propriosepsi dari otot, sendi,
kulit, dan telinga dalam. Kedua, sensasi khusus (indera khusus) termasuk penglihatan, pendengaran,
pengecapan, dan penciuman.1
Reseptor sensorik tersebut akan membentuk suatu persepsi yaitu kesadaran akan lingkungan yang
berasal dari interpretasi masukan sensorik. Reseptor sensorik bersatu dengan sel-sel non saraf yang
melingkupinya dan membentuk alat indra. Tubuh kita memiliki empat jenis reseptor, yakni teleseptor
yang merupakan pernerima jarak jauh, eksteroreseptor yang berhubungan dengan lingkungan luar yang
dekat dan lokasi reseptor ini di permukaan tubuh (misal: mata, hidung, dll.), interoseptor yang berkaitan
dengan lingkungan dalam (misal: reseptor di usus halus), dan proprioseptor yang memberi informasi
mengenai posisi tubuh di suatu ruang pada suatu waktu tertentu. Komponen dalam propriosepsi tidak
hanya berkaitan dengan reseptor yang ada di dalam atau di dekat persendian saja, tetapi juga berkaitan
dengan reseptor raba dan tekan. Informasi propriosepsi disalurkan ke atas lewat columna dorsalis
medulla spinalis. Umumnya, masukan proprioseptif menuju ke serebelum, tetapi ada juga yang menuju
ke korteks lewat lemniskus medialis dan radiasi thalamus. Beberapa bukti menunjukkan bahwa

2
informasi proprioseptif disadari di kolumna anterolateral medulla spinalis. Kesadaran terhadap posisi
berbagai bagian tubuh dalam ruang bergantung pada impuls dari alat-alat indra dalam dan sekitar sendi.
Beberapa alat indra yang berperan adalah ujung-ujung saraf spray yang beradaptasi lambat serta badan
Pacini di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra, dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain,
serta dari kumparan otot diproses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.2
Rangsangan yang terdeteksi oleh reseptor akan diteruskan oleh neuron aferen ke Sistem Saraf
Pusat (SSP) dengan perambatan potensial aksi. Dengan demikian, reseptor harus mengubah bentuk
energi lain menjadi sinyal listrik (potensial aksi) yang dikenal dengan proses transduksi. Proprioseptor
otot memberi informasi umpan balik mengenai ketegangan dan panjang otot. Sebagai contoh,
proprioseptor kulit memberi tahu SSP tentang tekanan yang menyentuh kulit sementara proprioseptor
sendi memberi umpan balik tentang akselerasi, sudut, dan arah gerakan. Sedangkan proprioseptor di
telinga dalam bersama dengan yang ada di otot leher memberikan informasi tentang posisi kepala dan
leher sehingga SSP bisa mengorientasikan kepala dengan benar.
Informasi aferen akan dibawa ke medulla spinalis. Setelah sampai di medulla spinalis, informasi
ini kemungkinan dapat dibawa ke dua tujuan. Pertama, menjadi bagian dari lengkung refleks untuk
menghasilkan respons efektor yang sesuai. Kedua, dipancarkan ke atas ke otak melalui jalur asendens
untuk diproses dan kemungkinan bisa disadari. Jalur yang menyalurkan sensasi somatic sadar disebut
jalur somatosensorik yang secara sinaptis saling berhubungan untuk memroses informasi sensorik.
Bagian otak yang memproses somatosensorik ialah lobus parietalis. Di dalam SSP, informasi
somatosensorik akan diproyeksikan (disalurkan di sepanjang jalur saraf tertentu ke tingkat yang lebih
tinggi di otak) ke korteks somatosensorik. Korteks ini terletak dibagian depan masing-masing lobus
parietalis tepat di belakang sulkus sentralis. Bagian ini menjadi tempat proses awal di korteks dan
persepsi masukan somestetik serta masukan proprioseptif. Korteks somatosensorik akan
memproyeksikan masukan sensorik melalui serat-serat substansia alba ke daerah sensorik luhur yang
berdekatan untuk elaborasi/menggarap lebih lanjut, analisis, dan integrasi/pembauran informasi
sensorik. Daerah-daerah luhur ini penting untuk persepsi pola kompleks rangsangan somatosensorik,
misalnya apresiasi tekstur, kekerasan, suhu, bentuk, posisi, dan lokasi benda yang sedang dipegang
secara bersamaan.2

Nyeri Alih
Nyeri alih didefenisikan sebagai nyeri yang berasal dari salah satu bagian tubuh yang dirasakan
ditempat yang lain. Nyeri alih berkaitan dengan adanya nyeri viscera yang dialihkan sebagai nyeri
somatik. Umumnya bila dialihkan ke permukaan tubuh, nyeri viscera hanya terbatas pada segmen
dermatom tempat organ viscera tersebut berasal, dan tidak harus pada tempat organ tersebut berasal
dari dewasa.3
Sebagian besar viscera hanya dipersarafi oleh saraf otonom, sehingga nyeri visceral dihantarkan
melalui saraf otonom aferen. Nyeri viscera sering kali dialihkan ke daerah kulit (dermatom) yang

3
dipersyarafi oleh segmen medulla spinalis yang sama, hal ini karena nyeri visceral bersifat difus dan
sulit ditentukan lokasinya, sebaliknya nyeri somatic bersifat kuat dan dapat ditentukan lokasinya.
Cabang-cabang serabut nyeri viseral (tipe C) bersinaps dengan neuron yang bersamaan dan saling
berdekatan dengan serabut nyeri yang berasal dari kulit (tipa A delta) pada medula spinalis. Bila serabut
visera terangsang, sinyal nyeri yang berasal dari visera selanjutnya dijalarkan melalui beberapa neuron
yang sama dengan menjalarnya sinyal nyeri yang berasal dari kulit, dan akibatnya orang itu akan
merasakan sensasi yang benar - benar berasal dari kulit.
Nyeri viseral mempunyai letak nyeri alih yang khas untuk tiap viseral yang terkena. Beberapa teori
tentang terjadinya nyeri alih adalah teori dermatom. Pada teori ini nyeri alih terasa pada kulit yang
berasal dari dermatom yang sama dengan alat viseral yang terkena. Misalnya nyeri jantung dialihkan
ke lengan.3
Teori fasilitasi yang menjelaskan efek subliminal ferir yang menurunkan ambang neuron pada
jalur spinotalamik yang menerima impuls sarafaferen dari daerah somatik, sehingga sedikit saja aktifitas
pada jalur nyeri mengakibatkan neuron menjadi mudah dirangsang tanpa impuls saraf yang sampai ke
medula spinalis atau otak.
Teori konvergensi-proyeksi. Menurut teori ini, dua tipe aferen yang masuk ke segmen spinal (satu
dari kulit dan satu dari otot dalam atau visera) berkonvergensi ke sel-sel proyeksi sensorik yang sama
(misalnya sel proyeksi spinotalamikus). Karena tidak ada cara untuk mengenai sumber asupan
sebenarnya, otak secara salah memproyeksikan sensasi nyeri ke daerah somatik (dermatom).4

Struktur Makroskopik Saraf


Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung membentuk suatu
jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan
akson.
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf Badan sel berfungsi untuk
menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel,
sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel. Badan nisel merupakan
kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi sintesis protein.5
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit merupakan perluasan dari
badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan perjuluran
sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril.
Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan
berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel-sel
sachwann yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan
membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson

4
dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan
nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.

Struktur Mikroskopik Saraf


Sel Neuroglial biasa disebut glial merupakan perekat neuron yang sangat banyak sekitar 70-80%
yang ada di SPP. Di antara neuron-neuoron terdapat neuroglia yang merupakan sel-sel pendukung untuk
keefektifan kerja neuron. Sel glia ini dapat membantu neuron melekat pada tempatnya dan memberi
nutrisi.
Mikroglia adalah tipe dari sel glial yang merupakan sel imun pada sistem saraf pusat. Mikroglia,
sel glial terkecil dapat juga beraksi sebagai fagosit, membersihkan debris sistem saraf pusat. Mikroglia
adalah sepupu dekat sel fagosit lainnya, termasuk makrofaga dan sel dendritik. Mikroglia memainkan
beberapa peran penting dalam melindungi sistem saraf.
Astrosit atau Astroglia berfungsi sebagai “sel pemberi makan“ bagi neuron yang ada di dekatnya
serta berperan menyediakan nutrisi neuron dan mempertahankan potensial biolelektrik. Astrosit
dibedakan atas, Astrosit dengan beberapa juluran panjang disebut astrosit fibrosa dan berlokasi di
substansia putih, Astrosit protoplasmatis, dengan banyak cabang-cabang pendek ditemukan dalam
substansi kelabu. Badan sel Astrosit berbentuk bintang dengan banyak tonjolan dan kebanyakan
berakhir pada pembuluh darah sebagai kaki ‘perivaskular’ atau ‘foot processes’.
Oligodendrosit merupakan sel glia yang berperan membentuk selaput mielin dalam SSP. Sel ini
mempunyai lapisan dengan substansi lemak yang mengelilingi serabut-serabut akson sehingga
terbentuk selubung mielin. Dibanding astrosit, oligodendrosit mempunyai badan sel yang relatif lebih
kecil.6
Sel ependimal melapisi ventrikel otak dan canalis centralis di medulla spinalis. Ependimal ini
berbentuk kuboid dan memiliki silia dimana sel ini membentuk epitel plexus choroideus (struktur yang
membentuk cairan serebrospinal) yang merupakan tonjolan dari pia mater menuju ventrikel.
Perbedaan lain yang penting adalah neuroglia tidak pernah kehilangan kemampuan untuk
melakukan pembelahan. Kemampuan ini tidak dipunyai oleh neuron, khususnya neuron dalam SSP.
Karena alasan inilah kebanyakan tumor-tumor otak adalah Gliomas atau tumor yang berasal dari sel-
sel glia. Setiap impuls saraf akan berhubungan dengan sistem saraf, yang terdiri dari sistem saraf sadar
dan sistem saraf tak sadar atau sistem saraf otonom.

Struktur Makroskopik Otak


Otak manusia merupakan organ vital yang harus dilindungi oleh tulang tengkorak. Otak dilindungi
oleh suatu membran yang dinamakan meninges. Meninges dari dalam keluar terdiri atas tiga bagian,
yaitu pia meter, araknoid, dan duramater. Otak manusia dibedakan atas tiga bagian yaitu otak depan,
otak tengah, dan otak belakang.

5
Otak depan terdiri atas telensefalon dan diensefalon. Telensefalon merupakan bagian otak yang
berkembang secara cepat, baik menurut ukuran maupun kompleksitasnya. Telensefalon akan
berkembang menjadi serebrum atau otak besar dan diensefalon akan berkembang menjadi talamus dan
hipotalamus.
Otak besar merupakan bagian utama dan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari
volume seluruh bagian otak. Otak besar terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan (hemisfer
kanan) dan belahan kiri (hemisfer kiri). Struktur hemisfer akan mengatur kinerja anggota tubuh secara
berlawanan. Hemisfer kanan akan mengatur fungsi dari tubuh sebelah kiri dan sebaliknya, hemisfer kiri
mengatur fungsi tubuh di sebelah kanan. Otak besar berfungsi untuk mengatur seluruh, aktivitas tubuh
yang disadari, misalnya kesadaran, kemauan, ingatan, dan pertimbangan. Celebral Cortex merupakan
bagian dari Cerebrum yang berwarna abu-abu (substansi grissea) karena pada bagian ini banyak
terdapat badan sel saraf. Celebral Cortex memiliki empat area yang disebut lobus, yaitu lobus frontal,
lobus parietal, lobus oksipital, dan lobus temporal. Lobus frontal merupakan pusat kemampuan motorik
seperti kecerdasan, berbicara dan daya ingat atau memori.7
Diensefalon Bagian ini berada di dalam otak besar tepat di atas batang otak. Fungsi dari bagian ini
adalah sebagai penanggung jawab fungsi sensorik, kontrol nafsu makan, pengaturan suhu tubuh, dan
siklus tidur. Talamus dan hipotalamus adalah bagian diensefalon.
Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam sinkronisasi pergerakan kecil,
pusat relaksasi dan motorik, serta pusat pengaturan refleks pupil pada mata. Otak tengah terletak di
permukaan bawah otak besar (cerebrum). Pada otak tengah terdapat lobus opticus yang berfungsi
sebagai pengatur gerak bola mata. Pada bagian otak tengah, banyak diproduksi neurotransmitter yang
mengontrol pergerakan lembut. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini, orang akan mengalami penyakit
parkinson. Sebagai pusat relaksasi, bagian otak tengah banyak menghasilkan neurotransmitter dopamin.
Otak belakang merupakan bagian otak yang bersambungan dengan sumsum tulang belakang. Pada
bagian otak ini terdapat beberapa komponen utama yaitu serebelum, pons, dan medulla oblongata.
Otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan koordinasi gerakan otot. Otak kecil akan
mengintegrasikan impuls saraf yang diterima dari sistem gerak sehingga berperan penting dalam
menjaga keseimbangan tubuh pada saat beraktivitas. Kerja otak kecil berhubungan dengan sistem
keseimbangan lainnya, seperti proprioreseptor dan saluran keseimbangan di telinga yang menjaga
keseimbangan posisi tubuh. Informasi dari otot bagian kiri dan bagian kanan tubuh yang diolah di
bagian otak besar akan diterima oleh otak kecil melalui jaringan saraf yang disebut pons varoli. Di
bagian otak kecil terdapat saluran yang menghubungkan antara otak dengan sumsum tulang belakang
yang dinamakan medula oblongata. Medula oblongata berperan pula dalam mengatur pernapasan,
denyut jantung, pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, gerak menelan, dan batuk. Batas antara
medula oblongata dan sumsum tulang belakang tidak jelas. Oleh karena itu, medula oblongata sering
disebut sebagai sumsum lanjutan.8

6
Pons varoli dan medula oblongata, selain berperan sebagai pengatur sistem sirkulasi, kecepatan
detak jantung, dan pencernaan, juga berperan dalam pengaturan pernapasan. Bersama otak tengah, pons
varoli dan medula oblongata membentuk unit fungsional yang disebut batang otak (brainstem).

Kesimpulan
Dalam mekanisme sensorik merupakan fungsi utama yang diterima oleh tubuh kita. Sehingga,
sistem kerja saraf yang membantu dalam menyampaikan suatu pesan atau rangsangan melalui bagian-
bagian dalam saraf. Rangsangan yang juga mampu menimbulkan rasa nyeri pada tubuh kita sendiri.

Daftar Pustaka

1. Widjajakusumah HMD, Irawati D, Siagian M, Moeloek D, Pendit BU. Buku ajar fisiologi
kedokteran. Edisi 20. Diterjemahkan dari Ganong WF. Review of medical physiology. 20th
Ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001: 115-6, 135.
2. Pendit BU, Yesdelita N. Fisiologi manusia : dari sel ke system. Edisi 6. Diterjemahkan dari
Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 6th Ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009: 157-8, 201-3, 206.
3. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Ed. 6. Vol.2.
Jakarta: EGC, 2005.hal.1077.
4. Snell RS. Neuroanatomi klinik. Ed. 7.Jakarta: EGC, 2011.hal.427-8.
5. Lauralee, Sherwood,2012, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi-2, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
6. Sloane, Ethel. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula; alih bahasa, James Veldman, editor
edisi bahasa Indonesia, Palupi Widyastuti. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. Heryati,Euis dan Nur Faizah. 2008. “Psikologi Faal”, Diktat Kuliah. Fakultas Ilmu Pendidikan
UPI.
8. Syaifuddin. 2003. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan.Ed 2. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai