Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Usia Ibu Hamil dan Jarak antar Kehamilan pada

Risiko Perdarahan Postpartum

Abstrak
Salah satu permasalahan kesehatan yang tak kunjung terselesaikan adalah tingginya
angka kematian ibu di Indonesia. Penyebab terbesar tingginya angka ini adalah komplikasi
saat persalinan yang salah satunya adalah perdarahan postpartum. Secara harafiah,
perdarahan postpartum berarti perdarahan yang terjadi setelah persalinan. Pengeluaran darah
yang melebihi jumlah normal mengakibatkan anemia berat yang dapat berujung pada
kematian ibu. Perdarahan postpartum dapat disebabkan oleh banyak hal dan faktor, baik
faktor fisiologis maupun psikis. Kondisi rahim yang kurang prima untuk menerima
kehamilan merupakan pemicu terbesar. Jarak antar kehamilan dan usia ibu yang tidak ideal
merupakan hal yang dapat mempengaruhi kondisi rahim dan organ-organ lain sehingga dapat
memperbesar risiko terjadinya komplikasi. Dalam tulisan ilmiah ini, akan dijabarkan tentang
pengaruh jarak antar kehamilan dan usia ibu terhadap risiko terjadinya pendarahan
postpartum beserta jarak dan rentang usia ideal untuk kehamilan untuk meminimalisasi risiko
perdarahan postpartum. Dengan ditulisnya tulisan ini diharapkan juga dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang isu perdarahan postpartum.

Kata kunci : perdarahan postpartum, jarak antar kehamilan, usia ibu

Abstract
One of the unsolved health problem is the high rate of maternal mortality. The
biggest cause of this problem is maternal complications, one of them is postpartum
hemorrhage. Postpartum hemorrhage literally means bleeding that happens after childbirth.
Excessive bleeding can cause severe anemia that leads to maternal death. Postpartum
hemorrhage can be caused by many factors, either physiological or psychological. The
inadequate condition of the uterus to bear pregnancy is the biggest cause. Not ideal
interpregnancy interval and maternal age can affect the uterus and other organs it enhance
the risk of maternal complications. In this scientific writing, the effect of interpregnancy
interval and maternal age on postpartum hemorrhage risk along with the ideal

1
interpregnancy interval and maternal age to minimize the risk of postpartum hemorrhage. By
writting this, it’s also expected to increase social awareness about this issue.

Pendahuluan
Bagi seorang wanita yang telah menikah, mengandung dan melahirkan umumnya
merupakan salah satu sumber kebahagiaan dan kebanggaan terbesar. Sayangnya, proses
kehamilan dan persalinan tidaklah sesederhana yang semua orang harapkan. Dalam
perjalanannya, banyak sekali hal-hal yang harus diperhatikan beserta risiko dan komplikasi-
komplikasi yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Dikarenakan hal tersebut, eorang wanita harus
rela mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan anaknya.
Kasus kematian ibu akibat melahirkan bukanlah hal yang baru. Sejak zaman dahulu
kala, proses persalinan memang telah dikenal sebagai ajang hidup dan mati bagi seorang ibu.
Sebagai masalah kesehatan yang mendesak untuk diselesaikan, tingginya angka kematian ibu
di Indonesia masih memprihatinkan. Pada tahun 2012, terdapat 359 kematian ibu dari
100.000 kelahiran hidup. Dari sekian banyak komplikasi persalinan penyebab kematian ibu,
yang terbesar adalah perdarahan, terutama perdarahan postpartum. 1 Perdarahan postpartum
memberikan kontribusi yang cukup besar, yaitu 25% bagi terjadinya kematian meternal.
Perdarahan ini menyebabkan ibu kehilangan banyak darah sehingga bisa mengakibatkan
kematian dalam waktu singkat.2
Pendarahan postpartum dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya umur ibu,
paritas, ukuran janin yang besar, kehamilan kembar, partus lama, jarak antar kehamilan, dan
anemia berat pada ibu.3 Di antara faktor-faktor tersebut, dua di antaranya, umur ibu dan jarak
antar kehamilan, merupakan faktor yang dapat dicegah sedari dini. Oleh karena itu,
dibutuhkan perhatian yang lebih khusus dari masyarakat beserta pemerintah sebagai upaya
untuk menekan angka kematian ibu khususnya di Indonesia.

Tinjauan Pustaka
Pendarahan postpartum merupakan salah satu komplikasi yang terjadi pada saat
persalinan. Perdarahan postpartum adalah perdarahan melebihi jumlah normal, yaitu 500 cc
yang terjadi tidak lama setelah persalinan vaginal. Perdarahan postpartum dibagi menjadi dua
bentuk, yaitu perdarahan postpartum primer dan perdarahan postpartum sekunder. Perdarahan
postpartum primer terjadidalam rentang waktu 24 jam pertama setelah melahirkan dan
biasanya disebabkan oleh atonia uteri, tertinggalnya plansenta, atau robekan pada jalan lahir.
Atonia uteri sendiri adalah berkurang atau ketiadaan kontraksi uterus yang efisien setelah

2
plasenta lepas. Sementara itu, pendarahan postpartum sekunder terjadi dalam rentang waktu
di atas 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh tertinggalnya sebagian plasenta atau
membrannya, terbukanya kembali luka, atau infeksi pada tempat menempelnya plasenta.
Seorang ibu yang baru melahirkan dapat didiagnosis dengan perdarahan postpartum jika
terjadi pendarahan segera setelah bayi lahir setelah maupun sebelum plasenta lahir, jumlah
darah yang keluar sekitar 400-500 cc, dapat diikuti dengan penurunan kesadaran, perubahan
sistem kardiovaskuler, dan dan umumnya darah keluar mendadak tanpa disadari.4,5
Tabel 1. Diagnosis perdarahan postpartum5

Gejala dan tanda yang selalu Gejala dan tanda yang Kemungkinan diagnosis
ada kadang ada
a. Uterus lembek dan a. Syok Atonia uteri
tidak berkontraksi
b. Perdarahan setelah
perdarahan primer
a. Perdarahan segera a. Pucat Robekan pada jalur lahir
b. Darah segar mengalir b. Lemah
tidak lama setelah c. Menggigil
anak lahir
c. Uterus berkontraksi
dengan baik
d. Plasenta keluar
dengan lengkap
a. Plasenta belum keluar a. Tali pusat terputus Retensio plasenta
setelah 30 menit b. Invertia uteri akibat
b. Perdarahan segera tarikan
c. Perdarahan berlanjut
a. Plasenta atau a. Tinggi fundus uteri Sebagian plasenta tertinggal
sebagian selaput tidak tidak berkurang
lengkap meskipun uterus
b. Perdarahan segera berkontraksi

3
a. Uterus tidak teraba a. Syok neurogenik Invertio uteri
b. Lumen vagina teraba b. Pucat dan limbung
masa
c. Tali pusat terlihat
d. Nyeri
a. Sub involusio uterus a. Anemia Perdarahan terlambat
b. Perut bawah nyeri b. Demam endometritis atau akibat
jika ditekan masih terdapat sisa plasenta
c. Perdarahan lebih dari dalam rahim
24 jam setelah
persalinan
Meskipun di negara-negara maju seperti Inggris Skotlandia jumlah kematian ibu
akibat pendarahan postpartum sangat rendah, hanya sekitar 0.39 kasus dari 100.000 kematian,
tapi lain halnya dengan negara-negara berkembang seperti Indonesia.6 Pada tahun 2011,
tingkat kematian akibat perdarahan, terutama perdarahan postpartum mencapai 28%. Angka
ini adalah yang terbesar dibandingkan jumlah kematian akibat penyebab lainnya seperi
eklamsia, infeksi, partus lama, dan emboli obat.3
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perdarahan postpartum.
Dua di antaranya adalah jarak antar kehamilan dan usia ibu mengandung. Jarak antar
kehamilan adalah rentang waktu antara persalinan terakhir dengan kehamilan atau persalinan
yang sekarang. Menjaga jarak antar kehamilan merupakan hal yang penting diperhatikan
karena rentang waktu yang terlalu sempit seringkali berujung pada kelahiran yang tidak
sehat, baik terhadap sang ibu maupun bayi. Hal ini dikarenakan rahim ibu masih belum
benar-benar pulih dari luka akibat persalinan sebelumnya. Idealnya, jarak antar kehamilan
yang aman adalah antara 24 – 48 bulan. Pada masa itu, organ-organ reproduksi akan
perlahan-lahan kembali ke keadaan sebelum hamil. Masa ini biasa disebut juga dengan istilah
masa nifas.7 Jarak antar kehamilan tidak hanya berpengaruh pada turunnya risiko komplikasi,
tetapi juga berpengaruh terhadap angka kelahiran. Menurut perhitungan pada tahun 2002 –
2007, median jarak antar kehamilan di Indonesia masih dalam batas aman yaitu 43,7 bulan.
Angka ini menunjukkan bahwa risiko bagi wanita di Indonesia untuk mengalami komplikasi
kehamilan dan persalinan akibat jarak antar kehamilan yang tidak ideal sebenarnya rendah,
tapi peningkatan persentase jumlah kelahiran berjarak aman (0,06% per tahun) jauh lebih
rendah daripada jumlah kelahiran berjarak tidak ideal (0,96% per tahun). Hal ini dapat
menyebabkan peningkatan jumlah komplikasi kehamilan dan persalinan yang salah satunya

4
adalah pendarahan postpartum.8 Menjaga jarak antar kehamilan merupakan hal yang penting
bagi seorang ibu sehingga dapat mempersiapkan dirinya untuk mengandung baik secara fisik
maupun mental.
Usia ibu dapat didefinisikan sebagai lama waktu hidup ibu sejak dilahirkan. Usia ibu
saat hamil yang terlalu muda atau terlalu tua sama-sama dapat memperbesar risiko kehamilan
dan persalinan. Usia yang paling ideal dan aman untuk kehamilan adalah 20 – 35 tahun
karena pada rentang usia tersebut, rahim dan bagian tubuh lainnya telah matang untuk
menerima kehamilan dan seorang wanita juga umumnya telah merasa siap secara mental
untuk menjadi seorang ibu.9 Pada usia di bawah 20 tahun, seorang wanita belum siap secara
baik secara fisik, mental, maupun emosional sehingga dapat berakibat buruk bagi ibu dan
kandungannya.7 Hal ini didukung pula oleh statistik yang menyatakan bahwa tingkat
kematian maternal pada rentang usia tersebut 2 – 5 kali lebih tinggi daripada tingkat kematian
maternal pada usia ideal kehamilan.9 Kesuburan seorang wanita umumnya menurun pada usia
di atas 35 tahun sehingga risiko terjadi kelainan pada janin dan abortus spontan meningkat
menjadi 40 persen.7 Tingkat kematian maternal pun kembali meningkat pada rentang usia ini.9
Jarak antar kehamilan dan usia ibu merupakan hal yang berkaitan erat dengan kondisi
sosial dan budaya di masyarakat. Tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya penyuluhan
menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat akan hal ini. Budaya untuk menikah pada
usia yang terbilang sangat muda dan kepercayaan banyak anak banyak rezeki masih melekat
kuat pada masyarakat pinggiran sehingga menyebabkan tingginya angka kehamilan pada usia
di bawah 20 tahun dan jarak antar kehamilan yang sempit.

Kesimpulan dan saran


Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi pasca persalinan yang melebihi
batas normal. Perdarahan postpartum merupakan salah satu komplikasi persalinan yang
cukup banyak dialami oleh wanita Indonesia. Dari sekian banyak faktor yang menyebabkan
perdarahan postpartum, sebenarnya ada faktor yang dapat dicegah yaitu menjaga jarak antar
kehamilan dan usia ibu saat hamil. Jarak antar kehamilan yang ideal adalah 24 – 48 bulan
sementara usia ibu yang ideal untuk kehamilan adalah pada rentang 20 – 35 tahun.
Sayangnya, pencegahan yang seharusnya dapat dilakukan seringkali terkendala faktor sosial
dan budaya. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian lebih dari masyarakat dan upaya lebih dari
pemerintah dalam melakukan upaya penyuluhan untuk mengedukasi masyarakat lebih luas
lagi sehingga dapat menjangkau seluruh pelosok negeri ini. Dengan begitu, diharapkan angka
kasus perdarahan postpartum dan angka kematian ibu dapat ditekan.

5
Daftar Pustaka

1. Kementrian Kesehatan RI. Infodatin. 2014 December 22 [cited 2018 October 31];
Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf
2. Fibriana A, Setyawan H, Palarto B. Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi
kematian maternal (studi kasus di Kabupaten Cilacap). Artikel Publikasi [Internet].
2008 [cited 31 October 2018];:8-9. Available from:
http://eprints.undip.ac.id/4421/1/arulita.pdf
3. Rifdiani I. Pengaruh paritas, bbl, jarak kehamilan, dan riwayat perdarahan terhadap
kejadian perdarahan postpartum. Jurnal Berkala Epidemiologi [Internet]. 2016 [cited
29 October 2018];4(3). Available from:
https://media.neliti.com/media/publications/76259-ID-none.pdf
4. Manuaba I, Manuaba I, Manuaba I. Pengantar Kuliah Obsteri. Jakarta: EGC; 2012.
5. Moedjiarto S. Karakteristik ibu yang berhubungan dengan perdarahan postpartum di
rb Medika Utama Wonokupang Balongbendo Sidoarjo tahun 2009. Hospital
Majapahit [Internet]. 2011 [cited 30 October 2018];3(1):89-95. Available from:
http://ejurnalp2m.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/HM/article/view/88
6. Sanjaya D. Tanda bahaya serta penatalaksanaan perdarahan post-partum. ISM
[Internet]. 2016 [cited 31 October 2018];3(1):10-11. Available from:
https://isainsmedis.id/index.php/ism/article/download/59/60
7. Vais A, Bewley S. Severe Acute Maternal Morbidity and postpartum hemorrhage. In:
Arulkumaran S, Karoshi M, Keith L, Lalonde A, B-lynch C, ed. by. A Comprehensive
Textbook of Postpartum Hemorrhage [Internet]. 2nd ed. Somerset: Sapiens
Publishing; 2018 [cited 31 October 2018]. p. 499-500. Available from:
http://www.glowm.com/pdf/PPH_2nd_edn_Chap-60.pdf
8. Prihandini S, Pujiastuti W, Hastuti T. Usia reproduksi tidak sehat dan jarak kehamilan
yang terlalu dekat meningkatkan kejadian abortus di rumah sakit tentara dokter
Soedjono Magelang. jurnal kebidanan [Internet]. 2016 [cited 31 October
2018];5(9):47-51. Available from: http://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/jurkeb/article/view/1147/408
9. Qurniyawati E, Murti B, Tamtomo D. Hubungan usia ibu hamil, jumlah anak dan
jarak kehamilan dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan (KTD) di bidan praktek

6
mandiri Titik Hariningrum, Kota Madiun [Pascasarjana Magister]. Universitas
Sebelas Maret; 2015.

Anda mungkin juga menyukai