Abstrak
Tali pusat rentan menjadi sumber infeksi pada bayi baru lahir. Omphalitis atau infeksi tali pusat
merupakan infeksi polymicrobial yang biasanya disebabkan oleh campuran organisme kuman aerob dan
anaerob. Bakteri penyebab tersering infeksi tali pusat adalah Staphylococcus aureus. Infeksi tali pusat
sendiri ditandai dengan keadaan tali pusat yang membengkak, eritema, eksudat, dan bau busuk.
Komplikasi hingga kematian dapat terjadi apabila terlambat dilakukan deteksi dini dan penanganan yang
tepat.
Kata kunci: Tali pusat, Omphalitis, Staphylococcus aureus.
Abstract
The umbilical cord is prone to be a source of infection in newborns. Omphalitis or umbilical cord
infection is a polymicrobial infection that is usually caused by a mixture of aerobic and anaerobic germs.
The bacteria that causes umbilical cord infection is Staphylococcus aureus. Umbilical cord infection
itself is characterized by a swollen umbilical cord, erythema, exudate, and foul odor. Complications to
death can occur if early detection and appropriate treatment are late.
Key words: Omphalitis, umbilical cord, Staphylococcus aureus.
Pendahuluan
Pada tahun 2013, WHO mencatat angka kematian bayi (AKB) di dunia adalah 33 per 1000
kelahiran hidup, 60% terjadi pada periode neonatal (28 hari pertama). Angka kematian neonatal
masih tinggi terutama di Afrika dan Asia Tenggara, yaitu 30,5 dan 25,9 per 1000 kelahiran
hidup. Infeksi menjadi salah satu penyebab tingginya AKB. Sumber infeksi dapat berasal dari
tali pusat. Persalinan yang dilakukan di rumah tanpa didampingi tenaga kesehatan terampil
menyebabkan banyak bayi lahir dalam kondisi tidak higienis dan rentan mengalami infeksi.
Paparan pathogen dari alat pemotong, tangan pengasuh, atau lingkungan dapat menyebabkan
infeksi lokal tali pusat (omphalitis).1
Perawatan tali pusat dapat dilakukan melalui berbagai cara. WHO merekomendasikan perawatan
tali pusat bersih dan kering tanpa pemberian apapun (dry clean care). Beberapa penelitian
dilakukan untuk membandingkan efektivitas metode tersebut dengan penggunaan antiseptik
topical (alcohol 70%, povidone iodin 10%, dan klorheksidin 0,4%) dalam hal saat pemisahan tali
pusat, kolonisasi, dan proliferasi bakteri. Dibeberapa negara dijumpai pula perawatan tali pusat
secara tradisional menggunakan air susu ibu (ASI), minyak zaitun, minyak mustard, dan ekstrak
tumbuh-tumbuhan lain.1
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis. Identitas Bayi dan Ibu seperti Nama, usia, jenis
kelamin, anak ke berapa, alamat tempat tinggal. Keluhan utama, keadaan bayi disertai dengan
keluhan bayi. Apabila mengalami demam, dapat ditanyakan apakah demam naik turun atau
sepanjang hari. Selanjutnya dapat ditanyakan pada ibu untuk riwayat kehamilan dan persalinan
seperti:1
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik menunjukkan adanya tanda infeksi pada sekitar tali pusat seperti
kemerahan, panas, bengkak dan nyeri atau hingga mengeluarkan pus/nanah dengan bau yang
tidak sedap. Jika bengkak dan tanda infeksi hanya terbatas pada wilayah kurang dari satu
sentimeter dari sekitar tali pusat, akan dikategorikan sebagai infeksi tali pusat lokal/terbatas. Jika
melebihi dari satu sentimeter dan/atau menimbulkan hingga menimbulkan bengkak pada perut,
akan dikategorikan sebagai infeksi tali pusat yang berat atau meluas. Tanda-tanda umum infeksi
juga akan muncul, seperti demam, takikardi, letargi, somnolen, dan bisa juga muncul ikterus.
Terdapatnya temua tanda-tanda fisik di atas sudah bisa menjadi patokan sebagai penegakkan
diagnosis klinis omphalitis.2
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang seperti CBC dan kultur darah dilakukan untuk mengevaluasi
kemungkinan terjadinya sepsis. Selain itu dapat dilakukan kultur sekret umbilicus untuk
mengidentifikasi bakteri patogen. Rontgen abdomen sangat diperlukan jika dicurigai terjadi
necrotizing enterokolitis. USG abdomen berguna untuk memberikan gambaran mengenai
dinding abdomen jika dicurigai terjadi kista. Sangat berguna untuk mendiagnosis abses
intraperitoneal, abses retroperitoneal, dan abses hepar. USG Doppler dilakukan jika dicurigai
terjadi thrombosis vena portal. Fistulogram diindikasikan jika terjadi fistula ke umbilikus. MRI
atau CT-scan dapat membantu untuk menilai fistula kongenital.2
Diagnosis banding
Diagnosis banding dari infeksi tali pusat (omphalitis) adalah necrotizing enterocolitis (NEC) dan
granuloma umbilikalis. Pada necrotizing enterocolitis biasanya diakibatkan oleh hipoksia pada
bayi yang memunculkan gejala sistemik maupun gejala abdominal. Dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa radiologi yang akan memberikan gambaran pasti yaitu
pneumatosis intestinalis (hallmark) dan hematologi menggambarkan terjadinya trombositopenia,
asidosis metabolik, hiponatremia berat serta pada pemeriksaan analisa tinja yaitu darah samar
(+). Sedangkan pada granuloma umbilikalis merupakan penyembuhan yang tidak sempurna
sehingga keluar jaringan granuloma yang tampak benjolan atau massa yang kecil tidak terlalu
besar, selalu berdarah, dan kadang terdapat carian kekuningan disekitar tali pusat.3
Working Diagnosis
Infeksi pada tali pusat yang dikenal dengan omphalitis adalah infeksi polymicrobial yang
biasanya disebabkan oleh campuran organisme kuman aerob dan anaerob. Kondisi ini muncul
jika kurang benar dalam merawat tali pusat seperti kurang bersih dan kurang kering. Infeksi ini
ditandai oleh beberapa hal antara lain, (a) Bernanah yaitu keluarnya pus pada tali pusat, (b) tali
pusat lengket dan berbau yaitu timbulnya bau yang tidak sedap dari tali pusat bayi, (c) kulit dan
daerah sekitar tali pusat berwarna kemerahan. Tali pusat biasanya puput satu minggu setelah
lahir dan luka sembuh dalam 15 hari. Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk
kuman dan infeksi yang dapat menyebabkan sepsis. Pengobatan pada stadium dini biasanya
dimulai dengan pemberian cairan antiseptik dan antibiotik. Oleh sebab itu, penting dilakukan
perawatan tali pusat dengan rutin dan cermat, dan melaporkan sedini mungkin bila dijumpai
tanda-tanda infeksi pada tali pusat.3
Klasifikasi omphalitis
a. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, dan disekitar tali pusat
kemerahan dan pembengkakan terbatas pada daerah kurang dari 1 cm di sekitar pangkal tali
pusat lokal atau terbatas.3
Penegakkan WD
Usap mikrobiologi dari umbilikus harus dikirim untuk kultur aerob dan anaerob. Kultur darah
harus disertakan pada saat yang tepat. Pada pemeriksaan laboratorium darah, dapat ditemukan
neutrofilia (kadang-kadang neutropenia).2,3
Diagnostik dapat ditegakkan melalui pemeriksaan penunjang berupa:3
Rontgen abdomen sangat diperlukan jika dicurigai terjadi necrotizing enterokolitis. Dapat
dijumpai gas di intraperitoneal dimana terjadi peritonitis (disebabkan oleh bakteri
penghasil gas). Multiple fluid levels dapat mengarah ke obstruksi adhesi tapi dapat pula
dijumpai pada ileus.
USG abdomen berguna untuk memberikan gambaran mengenai dinding abdomen jika
dicurigai terjadi kista. Sangat berguna untuk mendiagnosis abses intraperitoneal, abses
retroperitoneal, dan abses hepar.
USG Doppler dilakukan jika dicurigai terjadi thrombosis vena portal.
Fistulogram diindikasikan jika terjadi fistula ke umbilikus.
MRI atau CT-scan dapat digunakan untuk menilai fistula kongenital.3
Etiologi
Omphalitis adalah infeksi polymicrobial yang biasanya disebabkan oleh campuran organisme
kuman aerob dan anaerob. Selain itu, juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko yaitu:
berat badan lahir rendah (<2500 gram), katerisasi umbilikal sebelumnya, sepsis, pecahnya
selaput ketuban. Kuman yang paling sering menyebabkan terjadinya omphalitis adalah
Staphylococcus Aureus, kuman ini ada dimana-mana dan didapat pada masa awal kehidupan
hampir semua bayi, saat lahir, atau selama masa perawatan. Biasanya kuman ini sering dijumpai
pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran cerna terkolonisasi. Untuk pencegahan terjadinya
infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap dijaga kebersihannya, upayakan tali pusat agar tetap
kering dan bersih, pada saat memandikan diminggu pertama sebaiknya jangan merendam bayi
langsung ke dalam air mandinya karena akan menyebabkan basahnya tali pusat dan
memperlambat proses pengeringan tali pusat. Kuman aerob lainnya seperti; Streptococcus grup
A, Eschericia coli, Klebsiella, Proteus. Sedangkan kuman anaerob yang juga dapat menyebabkan
infeksi adalah Bacteroides fragilis, Peptostreptococcus, Clostridium Perfringens.4
Epidemiologi
Insiden omphalitis secara keseluruhan bervariasi dari 0,2% hingga 0,7% di negara-negara maju.
Insidennya lebih tinggi pada bayi prematur yang dirawat di rumah sakit dibandingkan bayi cukup
bulan. Omphalitis biasanya timbul secara sporadik tetapi, juga dapat dikarenakan oleh kuman
aerob yaitu Staphylococcus Aureus. Laki-laki memiliki prognosis yang lebih buruk daripada
perempuan. Pada bayi cukup bulan, usia rata-rata saat onset adalah 5-9 hari. Pada bayi prematur,
usia rata-rata saat onset adalah 3-5 hari.4
Faktor Resiko
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi tali pusat pada bayi baru lahir adalah
sebagai berikut:
Faktor kuman
Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada masa awal kehidupan hampir
semua bayi, saat lahir atau selama masa perawatan. Biasanya Staphylococcus aereus sering
dijumpai pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran cerna terkolonisasi. Untuk pencegahan
terjadinya infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap dijaga kebersihannya, upayakan tali pusat
agar tetap kering dan bersih, pada saat memandikan di minggu pertama sebaiknya jangan
merendam bayi langsung ke dalam air mandinya karena akan menyebabkan basahnya
tali pusat dan memperlambat proses pengeringan tali pusat.1,4
Dan masih banyak penyebab lain yang dapat memperbesar peluang terjadinya infeksi pada
tali pusat seperti penolong persalinan yang kurang menjaga kebersihan terutama pada alat-alat
yang digunakan pada saat menolong persalinan dan khususnya pada saat pemotongan tali pusat.
Biasakan mencuci tangan untuk pencegahan terjadinya infeksi.1,4
Faktor Maternal
Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya
infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi
rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit
hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih. Status paritas (wanita
multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30
tahun.1,4
1. Kurangnya perawatan prenatal.
2. Ketuban pecah dini (KPD)
3. Prosedur selama persalinan.
Faktor Neonatatal
Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko
terjadinya infeksi. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi
cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh
terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun,
menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan
kulit. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit
immunitas masih rendah.
Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens infeksi pada bayi laki-laki empat kali lebih
besar dari pada bayi perempuan.1,4
Proses persalinan
Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non medis, terjadi pada saat
memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril dan tidak diberikan obat antiseptik.
Untuk perawatan tali pusat juga tidak lepas dari masih adanya tradisi yang berlaku di
masyarakat.4
Faktor tradisi
Sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai ramuan-ramuan atau serbuk-
serbuk yang dipercaya bisa membantu mempercepat kering dan lepasnya potongan tali
pusat. Ada yang mengatakan tali pusat bayi itu harus diberi abu-abu pandangan seperti inilah
yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena justru dengan diberikannya berbagai ramuan
tersebut kemungkinan terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya penyakit tetanus neonatorum ini
cepat menyerang bayi, pada keadaan infeksi berat hanya beberapa hari setelah persalinan jika
tidak ditangani biasa mengakibatkan meninggal dunia.4
Patofisiologi
Tali pusat menghubungkan janin ke ibu dalam rahim. Terdiri dari jaringan ikat dan pembuluh
darah, tali pusat dipotong segera setelah lahir, meninggalkan tunggul umbilikal. Biasanya area
korda yang sering ditempati dengan bakteri patogen intrapartum selama atau segera setelah lahir.
Bakteri ini menarik leukosit polimorfonuklear ke tali pusat menyebabkan influks granulosit dan
fagositosis, infark jaringan dan nekrosis.4
Gejala Klinis
Tanda-tanda yang perlu dicurigai oleh orang tua adalah apabila timbul bau menyengat dan
terdapat cairan berwarna merah darah atau juga berbentuk nanah di sisa tali pusat bayi. Hal
tersebut menandakan sisa tali pusat mengalami infeksi, segera bawa bayi ke klinik atau rumah
sakit, karena apabila infeksi telah merambat ke perut bayi, akan menimbulkan gangguan serius
pada bayi. Manifestasi kebanyakan infeksi staphylococcus adalah tidak spesifik, bakteremia
tanpa kerusakan jaringan setempat dikaitkan dengan berbagai tanda, berkisar dari yang ringan
sampai dengan keadaan yang berat. Distress pernafasan, apnea, bradikardia, abnormalitas
saluran cerna, masalah termoregulasi, adanya perfusi yang buruk, dan disfungsi serebral
merupakan hal umum. Infeksi spesifik yang disebabkan oleh staphylococcus aereus meliputi
pneumonia, efusi pleural, meningitis, endokarditis, omfalitis, abses, dan osteomielitis.4
Bayi yang terinfeksi tali pusatnya, pada tempat tersebut biasanya akan mengeluarkan nanah dan
pada bagian sekitar pangkal tali pusat akan terlihat merah dan dapat disertai dengan edema.
Pada keadaan yang berat infeksi dapat menjalar ke hati (hepar) melalui ligamentum falsiforme
dan menyebabkan abses yang berlipat ganda. Pada keadaan menahun dapat terjadi granuloma
pada umbilikus. Jika tali pusat bayi bernanah atau bertambah bau, berwarna merah, panas,
bengkak, dan ada area lembut di sekitar dasar tali pusat seukuran uang logam seratus rupiah, ini
merupakan tanda infeksi tali pusat.4
Tatalaksana
Penatalaksanaan omphalitis terbagi menjadi dua, yaitu secara farmakologi dan non-farmakologi.
Secara farmakologi dapat diberikan antibiotik seperti oxacylin dan gentamisin. Apabila bakteri
anaerob dapat diberikan antibiotik berupa metronidazole dengan lama terapi selama 10-14 hari
dan untuk omphalitis yang tidak terjadi komplikasi dapat diberikan terapi antibiotik jangka
pendek selama 7 hari.5
Penatalaksanaan secara non-farmakologi:
Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau membersihkan tali pusat,
untuk mencegah berpindahnya kuman dari tangan
Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptik (misalnya klorheksidin atau iodium
povidon 2,5%) dengan kain kasa yang bersih
Olesi tali pusat pada daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik (misalnya gentian violet
0,5% atau iodium povidon 2,5%) delapan kali sehari sampai tidak ada nanah lagi pada
tali pusat5
Komplikasi
Komplikasi erat kaitannya dengan anatomi umbilikus. Infeksi dapat menyebar sepanjang arteri
umbilikalis, vena umbilikalis, sistem limfatik dinding abdomen, dan dengan penyebaran
langsung ke daerah perbatasan. Komplikasi yang dapat terjadi pada omphalitis berupa:6
Necrotizing fasciitis
Merupakan salah satu komplikasi serius yang paling sering dilaporkan dan tercatat terjadi pada
13.5% neonatus dengan omphalitis. Kondisi ini dimulai dengan selulitis periumbilikalis, yang
tanpa pengobatan, dengan cepat menjadi nekrosis kulit dan jaringan subkutan, dan dalam
beberapa kasus, mionekrosis. Skrotum adalah yang paling sering terpengaruh oleh necrotizing
fasciitis, dinding perut juga mungkin terlibat. Jika diobati dini, selulitis periumbilikalis dapat
dikontrol dengan menggunakan antibiotik parenteal spectrum luas. Rezim antibiotik harus selalu
menyertakan sebuah antianaerob seperti metronidazole.6
Necrotizing fasciitis harus ditangani dengan debridement cepat, menghapus semua jaringan mati,
diikuti dengan perawatan luka harian. Jika bayi terlalu sakit untuk anastesi umum, debridement
dapat dilakukan dengan menggunakan parasetamol parenteral atau per rektal. Luka yang
dihasilkan nantinya akan memerlukan penutupan sekunder (atau pencangkokan kulit jika cacat
besar). Namun, luka skrotum dapat sembuh dengan baik tanpa penutupan sekunder atau
pencangkokan kulit.6
Prognosis
Omphalitis yang diterapi dengan baik biasanya sembuh tanpa morbiditas serius. Namun, jika
lambat diketahui dan pengobatan tertunda, angka kematian bisa tinggi mencapai 7-15%.
Morbiditas dan mortalitas yang serius dapat terjadi akibat komplikasi seperti necrotizing fasciitis,
peritonitis, dan eviserasi. Thrombosis vena portal dapat berakibat fatal.5
Kematian dapat mencapai 38-87% mengikuti necrotizing fasciitis dan mionekrosis. Selain itu,
faktor-faktor risiko tertentu seperti prematuritas, kecil masa kehamilan, jenis kelamin (laki-laki),
dan proses kelahiran yang sepsis, terkait dengan prognosis yang buruk.5
Pencegahan
Insiden omphalitis rendah di negara-negara kaya sumber daya dan untuk mereka yang lahir di
rumah sakit. Di negara-negara berkembang, dan terutama setelah melahirkan di rumah,
bagaimanapun, kejadian cukup tinggi dan dipertimbangkan profilaksis untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas yang mungkin dapat terjadi. Akses persalinan yang tepat membantu
mengurangi kejadian omfalitis. Kewaspadaan juga penting untuk mengidentifikasi komplikasi
utama dan merujuk pasien awal untuk cepat dilakukan intervensi. Dalam pengaturan rumah sakit
di Afrika, alkohol dan gentian violet biasanya digunakan untuk perawatan tali pusat. Di negara
lain, digunakan betadine, bacitracin dan silver sulfadiazine direkomendasikan.5
Saat ini, sudah tidak digunakan pencucian tali pusat dengan bahan medis, tetapi hanya
menggunakan perawatan kering tali pusat sampai tali pusat tersebut kering dan lepas dengan
sendirinya. Merawat tali pusat dengan prinsip bersih dan kering. Jadi, saat memandikan bayi, tali
pusat juga digosok dengan air dan sabun, lalu dikeringkan dengan handuk bersih terutama daerah
tali pusat yang masih berwarna putih di bagian pangkalnya (tali pusat yang bermuara ke perut
bayi). Bagian pangkal ini bisa dibersihkan dengan cotton bud dan povidone iodin serta biarkan
terbuka sehingga cepat mengering, atau dibungkus dengan kasa kering yang steril.5
Proses kelahiran yang steril, yang dipelopori oleh United Nations Population Fund (UNFPA),
telah ditemukan untuk mengurangi infeksi tali pusat. Hindari kontak langsung tali pusat dengan
air kencing bayi karena air kencing tersebut adalah salah satu penyebab timbulnya infeksi pada
tali pusat bayi. Menggunakan popok sekali pakai sebaiknya di bawah pusar.5
Kesimpulan
Omphalitis adalah infeksi polymicrobial yang biasanya disebabkan oleh bakteri aerob dan
anaerob. Bakteri yang menjadi penyebab tersering omphalitis adalah Staphylococcus aureus.
Omphalitis merupakan infeksi pada tali pusat bayi baru lahir yang ditandai dengan kulit
kemerahan disertai pus dan berbau. Perawatan tali pusat dilakukan untuk mencegah infeksi bayi
baru lahir; berbagai perawatan tali pusat meliputi dry clean care, penggunaan antiseptik
(klorheksidin, iodium povidon,alkohol) dan perawatan secara tradisional dengan ASI. Apabila
omphalitis atau infeksi tali pusat dapat dideteksi secara dini dan ditangani dengan cepat dan tepat
maka prognosisnya akan baik.
Daftar Pustaka
1. Gallagher PG, Zanelli SA. Omphalitis Treatment & Management. [seri online] 2017.
Diunduh dari: URL: https://emedicine.medscape.com/article/975422-treatment#d1. [17
Mei 2021].
2. Purnamasari L. Perawatan Topikal Tali Pusat Untuk Mencegah Infeksi pada Bayi Baru Lahir.
CDK [seri online] 2016:43(5):395-8. Diunduh dari: URL:
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/65. [17 Mei 2021].
3. Cahya. Tatalaksana Omphalitis pada Neonatus. [seri online] 2017 [17 Mei 2021]. Diunduh dari:
URL: https://mediskripta.com/2017/04/16/tata-laksana-omfalitis-pada-neonatus/. [19 Mei 2021]
4. Stewart D, Benitz W. Umbilical Cord Care in the Newborn Infant. AAP [seri online] 2016:
138(3):1-5. Diunduh dari: URL:
http://pediatrics.aappublications.org/content/pediatrics/138/3/e20162149.full.pdf. [19 Mei 2021].
5. Sabarudin U, Anwar AD, Mose JC. Penatalaksanaan Intensif Obstetri. Bandung: Sagung
Seto;2015. Hal. 271-83.
6. Leveno KJ. Manual Williams Komplikasi Kehamilan. Edisi 23. Jakarta:EGC;2016. Hal. 230-6.