Anda di halaman 1dari 4

Skill Lab - Patch Adams

Michelle Joshalyn Natasha (102018082)

Film Patch Adams adalah sebuah film yang berdasarkan kisah nyata Dr. Hunter

Doherty "Patch" Adams mengenai ambisinya untuk mengubah pelayanan kesehatan di

Amerika Serikat.

Film dimulai dengan Hunter Adams membawa dirinya masuk ke rumah sakit jiwa

karena ia melakukan percobaan bunuh diri. Psikiater di rumah sakit jiwa itu selalu sibuk

sendiri, tidak benar-benar mendengarkan pasien-pasiennya dan tidak memiliki rasa humor. Di

saat di rumah sakit jiwa inilah ia menemukan bahwa ia dapat membantu dan menghibur

penghuni-penghuni rumah sakit jiwa itu dengan humor, canda, dan tawa, dan disana jugalah

ia mendapat nama panggilan “Patch”. Ia menyadari bahwa ia ingin membantu lebih banyak

lagi orang dengan menjadi seorang dokter sehingga ia meninggalkan rumah sakit jiwa

walaupun psikiaternya tidak menyetujui tindakannya itu.

Di masa perkuliahannya sebagai mahasiswa kedokteran Patch sering kali menjadi

peraih nilai tertinggi di angkatannya. Patch kerap kali diam-diam ke rumah sakit dan

menyamar sebagai mahasiswa tingkat 3 meskipun ia baru tingkat 1 (mahasiswa tingkat 1

belum diperbolehkan untuk bertemu langsung dengan pasien), untuk menghibur pasien-

pasien yang dirawat inap. Berkat kehadiran Patch, pasien-pasien di rumah sakit tersebut

merasa terhibur dan lebih semangat hidup.

Namun sayangnya, ada beberapa orang tertentu (termasuk teman seangkatannya

sendiri dan salah satu dekan fakultas kedokteran universitasnya) yang menghalang-

halanginya karena mereka tidak setuju dengan cara Patch membantu menyembuhkan orang

sakit, yaitu dengan humor, canda, dan tawa. Patch juga memiliki niat yang mulia untuk

membuat sebuah tempat pengobatan gratis, terutama untuk orang kurang mampu.
Singkat cerita, walaupun banyak halangan, kehilangan, hingga hampir batal mendapat

gelar dokter, pada akhirnya Patch berhasil lulus menjadi seorang dokter dan lalu mendirikan

“Gesundheit! Institute”, sebuah rumah sakit masyarakat yang bebas biaya di Virginia Barat.

Film Patch Adams ini mengandung beberapa aspek yang sangat penting untuk

menjadi seorang dokter yang baik.

Dari aspek kemanusiaan, Patch memiliki kemampuan berpikir kritis dan terus

mempertanyakan apakah sistem pelayanan kesehatan dan pengajaran dokter yang sudah ada

masih dapat lebih baik lagi atau tidak. Patch memiliki perspektif yang fleksibel sehingga ia

dapat menemukan berbagai solusi yang kreatif untuk masalah-masalah yang dihadapinya.

Patch menerima orang sebagaimana adanya dan tidak menghakimi maupun membeda-

bedakan apakah si pasien kaya/miskin, tua/muda, dan sebagainya. Patch peka terhadap nilai-

nilai yang ada dan sadar diri serta pengertian terhadap keinginan-keinginan pasiennya. Patch

juga adalah orang sangat berempati dan memiliki hubungan interpersonal yang baik dengan

pasien-pasiennya. Patch selalu memanggil pasiennya dengan namanya seperti layaknya

manusia, bukan dengan nama penyakitnya seperti hanya sekedar sebuah objek.

Dalam aspek kepribadian/perilaku, Patch mungkin dicap sebagai orang yang “aneh”

akibat perilakunya yang dianggap tidak serius dan seenaknya melawan/mengabaikan

peraturan yang ada, akan tetapi lama-kelamaan orang-orang di sekitarnya menyadari bahwa

Patch adalah orang yang sangat kompeten dan unik. Dalam hal berhubungan, Patch memiliki

hubungan interpersonal yang sangat baik dengan pasien-pasiennya, Patch menunjukkan sikap

paternalisme terhadap pasien-pasien dan kasih sayang tanpa pamrih. Patch yakin moral, etik,

norma dan sistem nilai itu ada dan baik tujuannya, namun Patch juga tidak segan untuk tidak

mengikuti norma yang ada apabila itu bertentangan dengan moralnya. Contohnya ketika

dokter pengajarnya memanggil seseorang dengan nama penyakitnya, ia bertanya nama pasien

itu dan memanggil pasien tersebut dengan namanya.


Dalam aspek empati, Patch memiliki nilai dan sistem nilai yang berdasarkan

hubungan kemanusiaan dan empati. Patch yakin memiliki hubungan yang dekat dengan

pasien, memiliki rasa empati yang tinggi, adalah sebuah keharusan. Patch selalu mencoba

memahami perasaan pasien, memberikan kasih sayang tanpa pamrih serta paternalisme,

berusaha untuk menolong dengan berbagai cara. Patch mempercayai bahwa tujuan mengobati

penyakit manusia bukanlah hanya untuk menunda kematian pada orang tersebut, melainkan

meningkatkan kualitas kehidupannya, dan karena itulah ia menginvestasikan waktunya untuk

mengenali masing-masing pasiennya, berempati dengan mereka, memberi mereka semangat

hidup, hingga membantu mereka memenuhi keinginan-keinginan mereka.

Dalam aspek komunikasi, Patch sudah melakukan pendengaran dan komunikasi

secara efektif berdasarkan empati dan simpati. Saat Patch berkomunikasi, Patch selalu

menggunakan nama pasien, memberikan perhatian penuh (tidak seperti psikiater yang sibuk

sendiri saat Patch berkonsultasi), pesan-pesan positif, semangat hidup pada pasien hingga

menghibur. Dari film ini, kita dapat pelajari bahwa komunikasi yang baik merupakan bagian

penting dari segala hal. Dengan adanya komunikasi, Patch dapat membangun hubungan yang

dekat dengan pasien-pasien dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Dalam aspek etik profesi, Patch sudah memenuhi tanggung jawab sosial dan

profesionalnya yang berdasarkan etik dan moral dalam pelayanan kesehatan. Saat kekasihnya

meninggal akibat dibunuh oleh seorang pasien dengan penyakit jiwa, ia hampir menyerah dan

putus asa namun pada akhirnya ia tetap memegang teguh profesionalismenya dan tetap

melanjutkan membantu orang-orang yang memerlukannya. Patch membantu pasien demi

kebaikan diri mereka, tidak menjadikan uang sebagai tujuan membantu, tidak memandang

pasien sebagai objek, tidak melakukan hal yang membahayakan atau mengancam hidup

pasien, tidak memaksakan kehendaknya, pasien bebas untuk datang dan pergi dari kliniknya
tersebut, memperlakukan pasien-pasiennya secara adil dan sebagaimana mestinya, tidak

menghakimi, membeda-bedakan maupun mendiskriminasi pasien.

Secara kesimpulan, setelah menonton film Patch Adams saya semakin paham aplikasi

kemanusiaan dan empati dalam komunikasi pada etik profesi dan perilaku/kepribadian. Saya

dapat melihat bahwa dalam praktek kedokteran nanti dan dalam kehidupan sehari-hari

sekarang, saya harus terus membangun hubungan dan memperlakukan sesama saya dengan

penuh empati dan kasih tanpa pamrih. Saya tidak boleh memperlakukan orang secara tidak

adil, menghakimi, membeda-bedakan maupun mendiskriminasi mereka. Saya juga belajar

bahwa walaupun jalan kedepannya akan sulit dan banyak halangan, saya harus tetap percaya,

tetap teguh, tidak putus asa maupun pantang menyerah, dan menyikapi masalah-masalah

dengan pikiran yang kritis, kreatifitas dan sedikit rasa humor.

Anda mungkin juga menyukai